PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
Diah Ayuk Tri Sutaji
34301600778
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peduli merupakan sikap memperhatikan sesuatu, peristiwa, atau seseorang dan ada
ketertarikan untuk memahami. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) peduli
dapat diartikan sebagai mengindahkan; memperhatikan; menghiraukan. Sedangkan
kepedulian itu sendiri adalah sikap mengindahkan (memperhatikan) sesuatu yang ada di
lingkungan masyarakat. Seseorang yang memiliki sikap peduli memiliki kepekaan dan
yang tinggi, lebih mengutamakan orang lain, atau sesuatu diluar dirinya daripada
kepentingan dirinya sendiri.
Kepedulian terhadap lingkungan merupakan salah satu aspek penting dalam
pembelajaran. Lingkungan yang terjaga dan terawat dengan baik akan menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih nyaman. Selain itu, lingkungan mampu menjadi sumber
belajar bagi siswa, oleh karenanya siswa harus mampu memiliki sikap peduli lingkungan
yang tinggi agar mampu menjaga lingkungan di sekitarnya.
Menurut Sriawan (2010:26) dalam Rini Ayu Sih Nugraheni (2015) menyatakan
bahwa pentingnya lingkungan sehat adalah upaya untuk pembinaan serta menciptakan
lingkungan kehidupan sekolah yang sehat sangat penting karena lingkungan kehidupan
sekolah yang sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan murid, guru, dan
pegawai sekolah, serta peningkatan daya serap murid dalam proses belajar mengajar.
Di sekolah serngkali mengalami permasalahan terkait dengan lingkungan. Siswa
belum memiliki kesadaran yang tinggi tentang bagaimana merawat dan menjaga
lingkungan sekolah.
Dalam konteks pengajaran, sikap peduli lingkungan diperlukan sebagai salah satu
strategi dalam mencapai tujuan dalam pembelajaran. Melalui sikap peduli lingkungan yang
tinggi maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan hasil belajar siswa
tercapai dengan baik. Namun hasil pemerolehan nilai beberapa mata pelajaran yang
terkemas dalam tema 1 subtema 1 dalam kenyataannya masih belum memenuhi standar.
Hasil belajar merupakan kemampuan yang dicapai siswa setelah mengalami proses
pembelajaran, baik itu kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Menurut Sanjaya (2010:229) dalam Sulihin B. Sjukur bahwa hasil belajar adalah suatu
proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga
menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek
pengetahuan, sikap, maupun psikomotor.
Hasil belajar didapatkan ketika siswa mengalami proses pembelajaran yaitu interaksi
antara guru dan siswa dan terjadi transfer ilmu pengetahuan. Melalui proses pembelajaran
siswa akan mengalami perubahan ke arah positif dengan penambahan berbagai ilmu
pengetahuan yang disinergikan dengan ilmu pengetahuan yang telah ada.
Kemampuan siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik ditentukan oleh beberapa
faktor, termasuk di dalamnya adalah strategi guru dalam mengajar. Hasil belajar dapat
menurun atau meningkat bergantung pada bagaimana guru mengemas pembelajaran
sehingga siswa benar-benar memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
Berdasarkan observasi di SD N Muktiharjo Lor, proses pembelajaran yang dilakukan
di kelas hanya berpusat pada guru (teacher centered) dan kegiatan yang dilakukan hanya
sebatas mendengar, menulis, dan berdiskusi. Hal tersebut menjadikan anak sulit menguasai
materi karena anak memahami secara abstrak dan akhirnya pembelajaran menjadi kurang
bermakna. Tidak adanya variasi dalam pembelajaran tentunya menjadikan siswa menjadi
jenuh dan memahami pembelajaran sekedar tahu dan ingat tanpa benar-benar mampu
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Selain itu, kondisi di dalam maupun di luar kelas yang peneliti perhatikan selama
melakukan praktek pengalaman lapangan, peneliti sering mendapati siswa yang
membuang sampah sembarangan, serta banyak sampah yang tersebar baik di luar maupun
di dalam ruangan. Ada juga beberapa taman yang tidak terawat dan terlihat kering.
Rendahnya pencapaian kompetensi tema 1 subtema 1 dan sikap peduli lingkungan
tentunya menjadi bahan refleksi atau pembenahan-pembenahan bagi SDN Muktiharjo Lor
untuk melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang
efekif.
Menurut Tri Darmawati, Darsono, Pargito (2015) dalam jurnal sosial yang berjudul
Model CTL dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Karakter Bangsa
mengatakan bahwa CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Terdapat tujuh komponen CTL, yaitu konstruktivisme,
bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.
Mengacu pada hal tersebut, proses pembelajaran siswa akan lebih bermakna jika
siswa benar-benar terlibat langsung dan mengalami sendiri dan bukan sekedar
mengetahuinya, maka model yang efektif dan relevan untuk diterapkan untuk sikap peduli
sosial dan pembelajaran tema 1 subtema 1 adalah model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL).
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) mampu
mengembangkan sikap anak dan mengkontruksi pengetahuannya dengan cara
pembelajaran yang nyata dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Melalui
model pembelajarn ini pula diharapkan siswa tidak hanya menerima transfer of knowledge
dari guru ke siswa melainkan siswa benar-benar mengalami pembelajaran secara
bermakna. Jika siswa belajar secara langsung maka siswa akan merasa senang dan minat
belajar tinggi sehingga aktivitas di kelas siswa meningkat dan siswa mendapatkan hasil
belajar yang optimal.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (Ctl) terhadap Sikap
Peduli Lingkungan dan Hasil Belajar Subtema Keberagaman Budaya Bangsaku Siswa
Kelas 4 SDN Muktiharjo Lor”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan sikap peduli lingkungan siswa dengan model pembelajaran CTL
dan model pembelajaran konvensional?
2. Adakah perbedaan hasil belajar subtema Keberagaman Budaya Bangsaku siswa kelas
4 SDN Muktiharjo Lor dengan model pembelajaran CTL dan model pembelajaran
konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui perbedaan sikap peduli lingkungan siswa dengan model
pembelajaran CTL dan model pembelajaran konvensional
2. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar subtema Keberagaman Budaya Bangsaku
siswa kelas 4 SDN Muktiharjo Lor dengan model pembelajaran CTL dan model
pembelajaran konvensional
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah kelilmuan dan menjadi sumber
informasi serta dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam dunia pendidikan yang
berkaitan dengan model CTL.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa
1) Sebagai acuan siswa dalam menerapkan nilai karakter bangsa yaitu sikap
peduli sosial dalam pembelajaran.
2) Sebagai acuan siswa dalam membantu siswa belajar secara bermakna dan
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari.
b. Bagi guru
1) Sebagai acuan siswa dalam memperbaiki proses pembelajaran dari
pembelajaran yang beorientasi pada hasil menjadi pembelajaran bermakna
berdasarkan konteks yang ada.
2) Sebagai acuan guru dalam menerapkan pembelajaran yang lebih inovatif dan
tidak monoton melalui model pembelajaran berbasis konteksual.
c. Bagi sekolah
1) Dengan adanya penerapan nilai karakter bangsa mampu membudayakan
karakter yang baik sehingga siswa memiliki karakter yang unggul dan
berprestasi.
2) Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
belajar siswa untuk peningkatan mutu pendidikan secara umum.
d. Bagi peneliti
1) Dengan adanya penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
keterampilan bagi peneliti tentang pendidikan karakter dan variasi proses
pembelajaran.
2) Dapat menambah wawasan peneliti sebagai bekal kelak menjadi guru dalam
menerapkan sikap mandiri dan pembelajaran model CTL terhadap hasil belajar
siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Contextual Teaching and Learning (CTL)
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Ada beberapa pendapat terkait pengertian Contextual Teaching and Learning
(CTL) yang dikemukakan oleh para ahli. Rumusan pengertian tersebut
dikemukakan oleh penulis Depdiknas, Elaina B. Johnson, dan howey R, Keneth.
Penulis Depdiknas (M. Idrus Hasibuan, 2014:2) menyampaikan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (contructivsm),
bertanya(questioning), menemukan (inquiriy), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penelitian
sebenarnya (authentic assesment).
Dalam pengertian tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran kontekstual
adalah proses pembelajaran dimana guru berusaha mengaitkan segala materi dalam
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga diharapkan
pembelajaran lebih bermakna dan siswa mampu memahami materi pembelajaran
secara menyeluruh dan tersimpan dan memori jangka panjang. Dalam teori tersebut
juga dijelaskan ada tujuh komponen utama dalam pembelajaran kontekstual yang
bisa diterapkan guru untuk dalam menggunakan model pembelajaran tersebut.
Elaina B. Johnson (M. Idrus Hasibuan, 2014:3) mengemukakan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut Elaina juga
mengemukakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem
pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan
menghubungkan muatan akademis dan konteks dari kehidupan siswa.
Pendapat ahli yang lain yaitu Fathurrohman (2015:3) mengatakan bahwa
pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian tanya
jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajikan, motivasi belajar yang muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa CTL merupakan pembelajaran berbasis
konteks atau ruang dimana proses pembelajaran dikaitkan dengan dunia konkret
dan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa dapat memahami pembelajaran
dengan mudah dan pengetahuan dapat terintegrasi dengan pengetahuan lama untuk
menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
2. Peduli Lingkungan
a. Pengertian Sikap Peduli Lingkungan
1) Sikap
Pengertian sikap dapat ditinjau dari pendapat beberapa ahli. Menurut
Secord dan Backman dalam Saifuddin Azwar dalam Rini Ayu Sih Nugraheni
(2015:34), “sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi),
pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseroang terhadap
sutatu aspek di lingkungan sekitarnya”.
Sikap menurut Triandis (Hadiwinarto, 2009:113), adalah ide yang
berkaitan dengan emosi tertentu dalam suatu situasi sosial. Menurut Saifuddin
Azwar dalam Rini Ayu Sih Nugraheni (2015:32) struktur sikap terdiri dari tiga
komponen yang saling menunjang yaitu :
1. Komponen Kognitif
Kompoen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
2. Komponen Afektif
Komponen Afektif menyangkut masalah emosiona subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap.
3. Komponen Perilaku/Konatif
Komponen prilaku atau konatif dlam struktur sikap menunjukkan
bagaimana prilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Menurut W.A. Gerungan dalam Rini Ayu Sih Nugraheni (2015:33),
mengemukakan bahwa untuk dapat membedakan antara attitude, motif
kebiasaan dan lain-lain, faktor psychis yang turut menyusun pribadi orang,
maka telah dirumuskan lima buah sifat khas dari pada attitude. Adapun ciri-
ciri sikap itu adalah:
a. Attitude ini bukan dibawa orang sejak ia lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan
objeknya.
b. Attitude itu dapat berubah-ubah.
c. Attitude itu tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung
relasi tertenu terhadap objek.
d. Objek attitude kumpulan dari hal-hal tertentu.
e. Attitude tidak mempunyai segi-segi motivasi dan segi perasaan, sifat
inilah yang membedakan attitude dari pada kecakapan-kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
Menurut Walgito (2010:111) terdapat 4 fungsi sikap, antara lain:
1. Sikap berfungsi sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap
adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang
mudah menjalar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama.
2. Sikap berfungsi sebagai pengatur tingkah laku.
3. Sikap berfungsi sebagai alat pengukur pengalaman-pengalaman.
4. Sikap berfungsi sebagai pernyataan kepribadian.
Berdasarkan pendapat di atas, fungsi sikap merupakan alat yang digunakan
untuk meyesuaikan diri terhadap lingkngan, dan sikap merupakan hasil
dari cerminan sikap seseorang, baik itu baik ataupun buruk, serta
merupakan alat pengatur tingkah laku dan perekam pengalaman-
pengalaman yang terjadi di dalam diri pribadi seseorang.
2) Lingkungan
Menurut pendapat Avianto Muhtadai dkk dalam Rini Ayu Sih
Nugraheni (2015:34) lingkungan merupakan sesuatu yang mengelilingi
kita, tempat kita berada dan melangsungkan kehidupan serta memenuhi
segala keperluan hidup. Lingkungan yang mengelilingi atau melingkupi
suatu organisme atau sekelompok organisme dan kondisi sosial dan kultural
yang berpengaruh terhadap individu atau komunitas.
Lingkungan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Poerwadarminta (Neolaka, 2008:25) adalah berasal dari kata lingkung yaitu
sekeliling, sekitar. Lingkungan adalah bulatan yang melingkupi atau
melingkari, sekalian yang terlingkung disuatu daerah sekitranya.
Pengertian lingkungan ditegaskan pemerintah melalui yuridis
Undang-undang Nomor 32 tahun 2009. Berdasarkan yuridis Undang-
undang Nomor 32 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa lingkungan hidup
adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu
sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain. Berdasarkan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa
lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar kita, baik berupa
benda hidup maupun benda mati.
b. Indikator Sikap Peduli Lingkungan
Menurut Nenggala (2007:173), bahwa indikator sikap peduli lingkungan adalah :
a. Selalu menjaga kelestarian lingkungan sekitar
b. Tidak mengambil, menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan yang terdapat
disepanjang perjalanan
c. Tidak mencoret-coret, menorehkan tulisan pada pohon, batu-batu, jalan atau
dinding
d. Selalu membuang sampah pada tempatnya
e. Tidak membakar sampah di sekitar perumahan
f. Melaksanakan kegiatan membersihkan lingkungan
g. Menimbun barang-barang bekas
h. Membersihkan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.
Menurut Kemendiknas (dalam Agus Wibowo, 2012: 98 - 99), ada dua jenis
indikator yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di sekolah:
1) Indikator Sekolah
a. Tersedianya tempat pembungan sampah dan tempat cuci tangan
b. Menyediakan kamar mandi dan air bersih
c. Membuat saluran pembuangan air limbah dengan baik
d. Melakukan pembiasaan memisahkan jenis sampah organik dan
anorganik
2) Indikator Kelas
a. Memelihara lingkungan kelas
b. Tersedia tempat pembuangan sampah di dalam kelas
c. Pembiasaan hemat energi.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, kondisi awal pembelajaran
subtema Keberagaman Budaya Bangsaku di SDN Mukiharjo lor menunjukkan bahwa guru
masih menggunakan pembelajaran konvensional yaitu ceramah dan siswa tidak terlibat
secara aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran hanya terpusat pada guru.
Disamping itu, sikap peduli siswa juga belum terbentuk dan membudaya dalam diri
siswa. Dengan masih mengutamakan rasa ego masing-masing dan tidak mau mengalah.
Adapun model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan diterapkannya model pembelajaran
CTL diharapkan siswa meningkat hasil belajarnya pada subtema Keberagaman Budaya
Bnangsaku dan mampu membentuk sikap peduli pada diri siswa sehingga menjadi karakter
yang membudaya. Terdapat perbedaan penerapan hasil belajar dan sikap peduli sosial
dengan model pembelajaran CTL dan konvensional. Penjelasan dari uraian tersebut
peneliti gambarkan melalui skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Kondisi awal
1. Pembelajaran masih secara konvensional dan dominan dengan metode ceramah
2. Sikap peduli sosial siswa dalam dalam proses belum tebentuk
Mengakibatkan
X O1
O2
F. Instrumen Penelitian
Suharsimi Arikunto dalam Rini Ayu Sih Nugraheni (2015:55) menyatakan bahwa
instrumen adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Jadi
dalam hal ini, instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan pada waktu
meneliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar Angket
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket. Pada
setiap butir soal instrumen menggunakan skala likert dengan alternatif pilihan jawaban
yaitu selalu, sering, jarang, dan tidak pernah. Rentang skor dari pilihan jawaban adalah
1-4. Alternatif jawaban itu merupakan data kualitatif dan harus diubah menjadi data
kuantitatif dengan penskoran. Adapun pengubahannya sebagai berikut.
Jawaban selalu diberi skor 4
Jawaban sering diberi skor 3
Jawaban jarang diberi skor 2
Jawaban tidak pernah diberi skor 1
Adapun kisi-kisi dalam penilaian sikap peduli lingkungan berupa indikator yang akan
diisi oleh siswa. Kisi-kisi ini dikembangkan berdasarkan pendapat Nenggala dalam
Rini Ayu Sih Nugraheni (2015:57).
Tabel 3.1 Kisi-kisi angket Sikap Peduli Lingkungan
Variabel Nilai Pancasila Indikator Jumlah No. Butir
Butir
Sikap Nilai Ketuhana a. Selalu menjaga kelestarian 7 1,2,3,4,5,
peduli Yang Maha Esa lingkungan sekitar. 25,45
lingkungan b. Tidak mencoret-coret, 5 9,10,11,1
menorehkan tulisan pada 2,13
pohon, batu-batu, jalan
atau dinding.
Nilai c. Tidak mengambil, atau 5 6,7,8,42,
44
Kemanusiaan menebang atau mencabut
yang Adil dan tumbuh-tumbuhan di
Beradab sepanjang perjalanan.
d. Selalu membuang sampah 6 14,15,16,
17,18,20
pada tempatnya.
Nilai Persatuan 11 19,22,23,
24,26,27,
Indonesia
28,29,30,
e. Melaksanakan kegiatan 31,33
Nilai Keadilan membersihkan 4 21,32,37,
43
Sosial bagi lingkungan.
Seluruh Rakyat
Indonesia
Nilai Kerakyatan f. Membersihkan sampah- 3 5,36,41
yang Dipimpin sampah yang menyumbat
oleh Hikmat saluran air.
Kebijaksanaan
dalam
g. Tidak membakar sampah 2 34,40
Permusyawaratan
di sekitar perumahan.
Perwakilan
h. Menimbun barang-barang 2 38,39
bekas.
Jumlah 45
b. Lembar Observasi
Penelitian ini menggunakan lembar observasi. Lembar observasi digunakan
untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ketika mengajar
di kelas tanpa dan menggunakan Contextual Teaching and Learning (CTL). Observasi
ini dilakukan sebelum uji coba dan setelah uji coba, dengan tujuan agar mengetahui
perbedaan penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan pembelajaran
konvensional.
Kisi – kisi ini dikembangkan berdasarkan pendapat dari Wina Sanjaya dalam
Rini Ayu Sih Nugraheni (2015:59).
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi Pembelajaran CTL
No. Kegiatan Aspek yang diamati Jumlah Butir No.
Butir
I. Kegiatan Membuka pelajaran dan berdoa 1 1
Pendahuluan Menjelaskan kontrak 1 2
pembelajaran
Mengkondisikan kelas dan 1 3
siswa
Mengadakan apersepsi 1 4
II. Kegiatan Inti Menjelaskan prosedur 1 5
pembelajaran
Memerintahkan siswa untuk 1 6
melakukan observasi dan
mencatat hasilnya
Mengamati siswa saat 1 7
melakukan observasi dan saat
mencatat hasilnya
Melakukan tanya jawab kepada 1 8
siswa mengenai tugas yang
harus dikerjakan
Memerintahkan siswa 1 9
mendiskusikan hasil temuan
masing-masing kelompok
Memerintahkan siswa untuk 1 10
melaporkan hasil diskusinya
dan saling menanggapi antar
kelompok
Memantau aktivitas setiap 1 11
kelompok saat melaporkan
hasil diskusi
Memberi peragaan 1 12
Merefleksi 1 13
III. Kegiatan Memberikan penguatan 1 14
Penutup Membantu siswa untuk 1 15
menyimpulkan hasil observasi
Menugaskan siswa untuk 1 16
membuat karangan tentang
pengalaman belajar
Menutup pembelajaran 1 17
Jumlah 17
G. Analisis Data
1. Analisis Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen perlu dilakukan sebelum melakukan penelitian. Hal ini
selaras dengan pernyataan Suharsimi Arikunto (2006: 211) bahwa uji coba bertujuan
untuk keandalan instrumen. Selain itu uji coba instrumen tersebut adalah untuk
menghindari pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas maksudnya, menghilangkan
kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan pertambahan atau pengurangan
item. Adapun uji coba instrumen penelitian dilakukan peneliti di luar populasi
penelitian yaitu pada siswa kelas IV di SDN Muktiharjo Lor. Penganalisaan uji coba
yang digunakan sebagai berikut:
a. Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 168–169), validitas adalah adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen, yang valid atau sahih mempunyai kevalidan yang tinggi. Sebaliknya
instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Instrumen
yang valid adalah instrumen yang dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Dalam penelitian ini, untuk uji validitas angket akan menggunakan
menggunakan korelasi product moment Karl Pearson. Adapun rumusnya adalah
sebagai berikut :
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi setiap item dengan total
X = Nilai atau skor setiap item
Y = Nilai atau skor total
N = Jumlah responden
b. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik (Suharsimi Arikunto, 2006: 178). Reliabilitas
berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketetapan hasil pengukuran. Instrumen
yang sudah dapat dipercaya dan reliabel akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan di
lapangan, maka berapa kalipun diambil datanya akan tetap sama. Penghitungan
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach’s Alpha. Rumus
tersebut digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya berbentuk
skala. Rumus reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha adalah sebagai berikut :
Ginting, K. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Negeri 060885 Medan
[Tesis]. [Online]. Medan: Universitas Negeri Medan. Tersedia: https://
http://digilib.unimed.ac.id. [diakses 16 Oktober 2018].
Hartini, N. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (Ctl)
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas II SDN O2 Gambirmanis Pracimantoro
Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010 [Skripsi]. [Online]. Surakarta: FKIP UNS. Tersedia:
https://eprints.uns.ac.id/7974/. [diakses 15 Oktober 2018].
Hasibuan, I. (2014). Model Pembelajaran CTL (Contextual teaching and Learning). [Online].
Padangsidimpuan: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Padangsidimpuan. Vol II. 12
halaman. Tersedia: http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id. [diakses 15 Oktober 2018].
Leonard, dan Setyawan, A. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. [Online]. Jakarta: FTMIPA,
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Tersedia: https://www.researchgate.net. [diakses 15
Oktober 2018].
Nugraheni, R.A.S. (2015). Pengaruh Contextual Teaching And Learning (Ctl) terhadap Sikap
Peduli Lingkungan Siswa Kelas IV di SD Negeri Selang Kecamatan Wonosari Kabupaten
Gunungkidul [Skripsi]. [Online]. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta. Tersedia: http://journal.student.uny.ac.id. [diakses 15 Oktober 2018].
Risydiani, N. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning
(CTL) untuk Meningkatkan Rasa Peduli Lingkungan dan Hasil Belajar pada Materi
Kerjasama di Lingkungan Rumah [Skripsi]. [Online]. Bandung: FKIP Universitas Pasundan.
Tersedia: http://repository.unpas.ac.id. [diakses 16 Oktober 2018].
Sihono, T. (2004). Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai Model Pembelajaran
Ekonomi dalam KBK. [Online]. Yogyakarta: fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Yogyakarta. Vol 1 (1). 21 halaman. Tersedia: https://journal.uny.ac.id. [diakses 15 Oktober
2018].