Anda di halaman 1dari 13

MODUL

( Minggu ke : 7 )

FISIKA DASAR I
Semester 1 / 3 sks / MFF 1011

Oleh

Drs. Sunarta, M.S.

Didanai dengan dana BOPTN P3-UGM

Tahun Anggaran 2013


BAB V
HIDROSTATIKA ( FLUIDA STATIK )

 Diskripsi :
Akan dipelajari sifat-sifat fluida statis dengan berbagai aplikasi dari hokum-hukum
yang berlaku. Mencermati adanya tekanan hidrostatis di dalam fluida, Siaft-sifat
sedimentasi fluida, menghitung kekuatan hidrolik fluida tak termampatkan.,
memcermati dasar-dasar proses mengapung benda diatas fluida(air).
 Manfaat :
Memahami sifat-sifat fisis fluida dan segala fenomena yang ditimbulkan, seperti
adanya tekanan fluida, sifat hidrolika fluida, adanya gaya apung terhadap benda,
mengenal adanya sifat-sifat sedimentasi dan tekanan hidrostatis yang terjadi.
LO :
 Menyebutkan sifat-sifat fluida cair, dan menghitung tekanan hidrostatis, rapat massa ;
kecepatan aliran; dan besaran-besaran lainnya yang terkait dengan sifat-sifat fluida
cair.

V.1. Pengantar Masalah Fluida


Fluida, merupakan jenis zat yang bersifat mudah mengalir maka sering juga
dinamakan zat alir ( Zatir ). Yang termasuk dari bagian jenis ini adalah zat yang berwujud
gas dan cair. Secara fisis pada kondisi tertentu fluida dapat dalam keadaan statis ( tidak ada
aliran ) dan juga dapat dalam kondisi dinamis ( ada aliran ). Untuk memdalami pengetahuan
tentang fluida dibagi ke dalam dua cabang ilmu yaitu : Hidrostatika dan Hidrodinamika.

Hidrostatika : membahas dan menganalisa sifat-sifat fisis fluida dalam kondisi statis (
tidak ada aliran ), misalnya adanya tekanan hidrostatis, adanya rapat massa, susunan lapisan
yang membentuk endapan fluida ( sedimentasi ), dan lainnya.

Dibahas juga dalam kaitannya sifat-sifat fisis dan keberlakuan hokum-hukum fisika
yang berlaku pada fluida statis, misalnya hokum Archimedes, Hukum Stoke’s dan lainnya.

V.2. Besaran-besaran Fluida Cair


Sebelum dibahas lebih lanjut tentang ilmu hidrostatika, perlu terlebih dahulu
meninjau beberapa besaran fisis yang terkait dengan kondisi fluida yang tidak mengalir.,
misalnya besaran rapat massa (ρ), suhu, tekanan, dan lainnya.

Rapat Massa ( ρ ) :

Secara umum rapat massa atau sering disebut sebagai massa jenis suatu zat
terdefinisikan sebagai “massa zat dibagi dengan volumenya” :
𝑀
Rapat Massa = ρ = ; unit dalam SI : ( kg/m3 )
𝑉
Besaran fisis yang cukup sederhana ini mempunyai peran penting didalam sifat-sifat zat
tersebut, misalnya :

 Sebagai besaran yang nilainya mengindikasikan tentang tingkat kemurnian (keasalan)


zat tersebut, sebagai misal : air mempunyai nilai rapat massa ( ρ = 1 g/cm3 ) hal ini
secara fisis memberikan gambaran bahwa ketika air tersebut tercampur dengan cairan
lain atau terlarut zat lain didalamnya, maka nilai rapatnya akan berubah. Hal ini
berlaku untuk zat jenis apapun, tidak terbatas zat padat, gas maupun cairan. Setiap
komposisi penyusun zat berubah maka secara otomatis nilai rapatnya massa zat
tersebut juga akan berubah.
 Khusus fluida cair, pada kondisi tertentu terbentuk suatu lapisan endapan (sedimen)
yang didalam sistem tersebut akan tersusun secara alamiah bahwa lapisan fluida yang
mempunyai nilai rapat paling besar akan berada pada posisi paling bawah dari
sedimen dan lapisan-lapisan yang rapatnya lebih ringan akan berada diatasnya.

ρ1

ρ2 Z

ρ3
Lapisan sedimen fluida cair

Nilai rapat massa masing-masing pada susunan sedimen fluida cair tersebut adalah : (
ρ1 < ρ2 < ρ3 ) , sehingga kearah ( Z ) lebih dalam dari lapisan akan memberikan nilai
rapat lapisan fluida semakin besar.

 Untuk jenis fluida gas, nilai rapat massanya sangat dipengaruhi oleh tenakan dan
temperature zat tersebut, namun untuk jenis fluida cair pegaruh tekanan dan
temperature sedikit pengaruhnya. Sehingga pada kondisi tertentu kita dapat
memperlakukan bahwa rapat massa cairan relative konstan nilainya pada kisaran suhu
dan tekanan tertentu.
 Rapat massa zat yang sering juga disebut sebagai densitas merupakan besaran scalar,
untuk fluida cair hamper nilainya tidak berubah terhadap tekanan, sedangkan fluida
gas sangat terpengaruh dengan tekanan. Hal ini menunjukkan bahwa fluida cair tidak
dapat dimampatkan sedangkan fluida gas termampatkan.
 Nilai rapat massa berbagai jenis zat :

Material Sifat Rapat Massa


Unit SI ( kg/m3) Unit cgs ( g/cm3)
Udara (ruang antar bintang) gas 10-20 10-23
Ruang vakum tinggi gas 10-17 10-20
Udara (20 oC; 1 atm) gas 1,21 0,00121
Udara ( 20 oC; 50 atm) gas 60,5 0,0605
Styrofoam kristal 100 0,1
Es kristal 917 0,917
Air (20 oC; 1 atm) cair 998 0,998
Air (20 oC; 50 atm) cair 1000 1
Air Laut (20 oC; 1 atm) cair 1024 1,024
Darah pekat cair 1060 1,06
Besi padat 7900 7,9
Air Raksa(logam merkuri) cair 13600 13,6
Bumi (nilai rata-rata) padat 5500 5,5
Bumi (pusat) padat 9500 9,5
Bumi (permukaan) padat 2800 2,8
Matahari (rata-rata) gas 1400 1,4
Matahari (pusat) gas 160000 160
Bintang kerdil putih (inti) padat 1010 107
Inti Uranium padat 3 x 1017 3 x 1014
Bintang Neutron (induk) padat 1018 1015

Tekanan ( P ) :

Secara umum besaran tekanan merupakan besaran fisis yang berada disetiap bagian
zat apapun, di udara ada tekanan barometer, di darah ada tekanan darah (tensi), di cairan
yang lain juga ada tekanan, secara analitik dituliskan sebagai :

𝐹
𝑃= 𝐴

Gaya (F) yang dimaksud adalah gaya normal yang bekerja pada suatu permukaan datar
dengan luasan (A), sehingga gaya tersebut secara merata bekerja pada bagian permukaan
yang akan menghasilkan tekanan pada permukaan tersebut.

Besaran tekanan ini merupakan besaran yang cukup unik, bersifat lebih tinggi dari
besaran scalar juga vector. Hal ini karena arah tekanan merupakan arah secara kompak ke
seluruh bagian permukaan yang terkena gaya, sehingga memiliki arah yang lebih komplek
dari sekedar vector. Untuk itu besaran tekanan digolongkan dalam kelompok “tensor” yaitu
vector yang lebih tinggi tingkatannya terutama mengenahi arahnya.

Unit dari besaran tekanan dalam system SI adalah : (N/m2) = Pascal (Pa). Satuan lain
yang sering kita temui di lapangan misalnya “atmosfer” (atm) dengan konversi sebagai :

1 atm = 1,01 x 105 Pa = 760 torr = 14,7 psi


atm = atmosfer (tekanan rata-rata atmosfer pada permukaan laut)

torr = mmHg = 10-1 cmHg

psi = lb/in2

Beberapa contoh data tekanan berbagai keadaan :

Kondisi obyek Tekanan Kondisi obyek Tekanan


(Pa) (Pa)
Pusat Matahari 2 x 1016 Ban mobil 2 x 105
Pusat Bumi kita 4 x 1011 Permukaan laut 1,01 x 105
Tekanan lab. paling 1,5 x 1010 Tekanan darah sistolik 1,6 x 104
tinggi normal (setara120 torr)
Dasar laut dalam 1,1 x 108 Lab. Vakum 10-12

V.3. Tekanan Hidrostatika


Secara khusus pada fluida terdifinisi adanya tekanan hidrostatis, yaitu merupakan
tekanan di bagian lapisan fluida pada kondisi statis. Pada fluida yang memiliki rapat yang
konstan, nilai tekanan hidrostatis berubah sesuai dengan posisi fluida dari permukaan .
Sebagai misal tekanan yang dialami penyelam akan semakin meningkat seiring dari posisi
level kedalaman penyelam dari permukaan laut, sedangkan tekanan yang dialami oleh
seorang pendaki gunung semakin menurun seiring dengan posisi ketinggian pendaki dari
dasar gunung.
udara
Ph
h
batas permukaan
P0 air-udara
z
Pz
air
 h = posisi ketinggian
 z = kedalaman
 P0 = tekanan permukaan
 Ph = tekanan udara pada posisi tinggi (h)
Nilai tekanan ini menurun seiring posisi tingginya
 Pz = tekanan air pada kedalaman (z)
Nilai tekanan ini semakin besar seiring posisi kedalamannya
Kita tinjau keadaan fluida cair yang statis di sebuah wadah, secara fisis gaya yang
bekerja pada lapisan fluida dengan tebal (dz), posisi kedalaman (z) adalah nol, berlaku
hokum Newton kesetimbangan ,

0
PA
fluida
z
A dz
dz

dW

(P+dP)A
Gaya-gaya yang bekerja pada lapisan (dz) dengan luas penampang (A) adalah : gaya
gravitasi (dW), gaya tekan dari fluida yang berada diatas lapisan tersebut sebesar (PA), dan
gaya fluida dibawah lapisan sebesar (P+dP)A. Sehingga dalam kondisi statis pada lapisan
tersebut berlaku :

𝐹=0

𝑃 + 𝑑𝑃 𝐴 − 𝑃 𝐴 − 𝑑𝑊 = 0

𝑑𝑊 = (𝜌𝐹 𝐴 𝑑𝑧) g ; W = gaya gravitasi fluida

𝑃 𝐴 + 𝐴 𝑑𝑃 − 𝑃 𝐴 − 𝜌𝐹 𝐴 𝑑𝑧 𝑔 = 0

𝑑𝑃 = 𝜌𝐹 𝑔 𝑑𝑧 ; 𝜌𝐹 = 𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎

Persamaan terakhir merupakan dasar untuk menurunkan rumusan mengenahi adanya tekanan
hidrostatika dalam fluida statis.

Pada fluida cair : 𝑃0


Fluida
(𝜌𝐶 )
Berlaku : 𝑃𝑍 = 𝑃0 + 𝜌𝐶 g Z Z

Z = kedalaman lapisan fuida Pz

PZ = Tekanan hidrostatis cairan


𝑃
Pada fluida Udara : dengan rapat udara sebagai fungsi ketinggian : 𝜌𝑢 = 𝜌0
𝑃0

Berlaku : 𝑃𝑕 = 𝑃0 𝑒 −𝑘𝑕
𝜌0 𝑔
𝑘= 𝑃0
Ph

Fluida( 𝜌𝑢 )

P0
Permukaan laut

h = ketinggian dari permukaan laut; Ph = tekanan hidrostatis udara

Setelah kita mencermati persamaan umum dari tekanan hidrostatika diatas, maka dapat
diambil beberapa catatan sebagai berikut :

 Bila dalam suatu fluida cair dengan rapat bernilai konstan (homogen), maka nilai
tekanan hidrostatis dalam fluida tersebut sebanding dengan kedalaman lapisan fluida;
artinya semakin kedalam dari permukaan tekanan semakin besar.
 Bila dalam suatu wadah fluida terdapat lebih dari satu macam cairan, dengan kondisi
ideal cairan satu tidak saling campur dengan cairan lainnya (misal keadaan
sedimentasi cairan di dasar laut dalam) atau lapisan hidrokarbon(minyak) di dalam
bumi. Tekanan hidrostatis pada lapisan fluida yang demikian bernilai sejumlah
sumbangan tekanan dari masing-masing rapat cairan penyusun sedimen tersebut.
𝑛
𝑃𝑍 = 𝑃0 + 𝑖 𝜌𝑖 𝑍𝑖 𝑔
Untuk wadah dengan 3(tiga) macam cairan masing-masing (𝜌1 ); (𝜌2 ); dan (𝜌3 )
berlaku tekanan hidrostatis pada kedalaman (A), (B), dan (Z) masing-masing sebagai
berikut :

Tekanan hidrostatis pada lapisan (A) : 𝑃0


𝑍1 𝜌1
𝑃𝐴 = 𝑃0 + 𝜌1 𝑍1 𝑔 + 𝜌2 𝑍𝐴 𝑔
Tekanan hidrostatis pada lapisan (B) : 𝑍𝐴 𝜌2
𝑍2
𝑃𝐴
𝑃𝐵 = 𝑃0 + 𝜌1 𝑍1 𝑔 + 𝜌2 𝑍2 𝑔 + 𝜌3 𝑍𝐵 𝑔
Tekanan hidrostatis pada lapisan (C) : 𝑍𝐵 𝜌3
𝑍3 𝑃𝐵
𝑃𝑍 = 𝑃0 + 𝜌1 𝑍1 𝑔 + 𝜌2 𝑍2 𝑔 + 𝜌3 𝑍3 𝑔
𝑃𝑍
 Pada bejana berhubungan yang terdapat berbagai macam cairan yang secara ideal
tidak saling campur antara satu dengan lainnya; berlaku nilai tekanan hidrostatis
untuk masing-masing lapisan sebagai berikut :

𝐼 𝐼𝐼 𝐼𝐼𝐼

A 𝐴𝐼 𝐴𝐼𝐼 𝐴𝐼𝐼𝐼
𝜌1 𝑍2 𝜌2 𝜌3 𝑍3
𝐵𝐼 𝐵𝐼𝐼 𝐵𝐼𝐼𝐼
B

C 𝐶𝐼 𝐶𝐼𝐼 𝐶𝐼𝐼𝐼

Pada level cairan datar (garis-A) berlaku :

𝑃𝐴𝐼 ≠ 𝑃𝐴𝐼𝐼 ≠ 𝑃𝐴𝐼𝐼𝐼


Karena level cairan tersebut masing-masing berada pada rapat cairan yang berbeda
yaitu : AI pada ( 𝜌1 ), AII pada (𝜌2 ), dan AIII berada pada cairan ( 𝜌3 ).

Pada level cairan datar (garis-B) berlaku :

𝑃𝐵𝐼 = 𝑃𝐵𝐼𝐼𝐼 ≠ 𝑃𝐵𝐼𝐼


Karena level cairan BI dan level BIII berada pada cairan yang sama rapatnya yaitu
sama-sama berada pada cairan ( 𝜌1 ), sedangkan level cairan BII berada pada cairan
lain yaitu cairan dengan rapat ( 𝜌2 ).

Pada level cairan datar (garis-C) berlaku :

𝑃𝐶𝐼 = 𝑃𝐶𝐼𝐼 = 𝑃𝐶𝐼𝐼𝐼


Karena ketiga level tersebut yaitu : CI , CII, dan CIII, berada pada cairan yang
rapatnya sama yaitu ( 𝜌1 ).

 Akibat adanya tekanan hidrostatis, menyebabkan fluida cair selalu membentuk


permukaan yang datar, tidak bergantung dari keadaan wadahnya.
Δh

𝜌2 𝜌1
𝜌1 𝜌1

V.4. Azas Pascal dan Penerapannya


Dari sifat-sifat fisis fluida cair yang cukup banyak diantaranya memiliki sifat yang tak
termampatkan, elastisitas baik, adanya tekanan hidrostatis yang kompak, memiliki
permukaan yang datar, dan sebagainya, hal ini mendorong para fisikawan untuk
memanfaatkan fluida dalam aplikasi teknis diantaranya digunakan sebagai alat pengukur
tekanan (manometer; barometer), kekuatan angkat (system hidrolik), dsb.

Pada sekitar tahun 1652 M, seorang ilmuwan “Blaise Pascal” mengajukan


pemikirannya mengenahi tekanan oleh fluida, dengan prinsipnya sebagai berikut :

“ bahwa perubahan tekanan yang diterapkan pada fluida tertutup yang tidak dapat
dimampatkan, akan disebarkan ke setiap bagian fluida dan dinding penampungnya dengan
tidak berkurang sedikitpun”

Tekanan di dalam fluida (𝑃𝑓 ) akan membesar seiring dengan membesarnya gaya
tekan yang diberikan pada piston yang penampangnya (A).

𝑃𝑓 = 𝐹𝐴 + 𝜌𝑓 𝑔 𝑕

𝐹 Tekanan yang diberikan oleh gaya (𝐹 ) akan


ditranfer fluida(𝜌𝑓 ) kesemua bagian secara kompak dan
merata keseluruh dinding yang melingkupinya berupa
tenakan (𝑃𝑓 ). Kondisi ini apabila diarahkan dengan baik
𝜌𝑓 h
akan menjadi factor angkat yang sangat kuat, dan inilah
𝑃𝑓 yang menjadi dasar dari prisip hidrolik oleh “Pascal”
dan akhirnya terkenal dengan sebutan “azas Pascal”.

Dibawah ini digambarkan sebuah bejana berhubungan yang berisi cairan minyak,
dilengkapi piston dengan penampang yang satu kecil (A1) dan penampang lain lebih besar
(A2). Bila dibagian piston satu dikenakan gaya untuk menekan cairan tersebut, maka akan
terjadi tekanan pada piston lainnya yang berupa gaya dorong keatas (hidrolik).
F2
F1
d2 A2
A1
2 Cairan
d1
minyak

 Tekanan yang dihasilkan oleh gaya (F1) sama dengan tekanan yang menghasilkan
gaya (F2) :

𝐹1 𝐹2
=
𝐴1 𝐴2

𝐴2
𝐹2 = 𝐹1
𝐴1

Gaya (F2) mempunyai nilai yang lebih besar dari pada gaya (F1) karena nilai (A2)
lebih besar dari (A1), dan keadaan ini dapat ditingkatkan dengan merubah nilai
perbandingan antara (A2) dengan (A1) sesuai keinginan gaya angkat (F2) yang
dikehendaki.

 Bila piston kecil ditekan kebawah dengan jarak (d1), maka piston besar akan bergerak
keatas dengan jarak (d2) sehingga volume cairan minyak yang sama akan saling
pindah dari piston satu ke lainnya yang nilainya tetap.

𝑉 = 𝐴1 𝑑1 = 𝐴2 𝑑2
𝐴1
𝑑2 = 𝑑1
𝐴2

Hal ini menunjukkan bahwa apabila ( A2 >A1) akan berakibat pergeseran piston besar
akan lebih pendek disbanding dengan pergeseran piston kecil.

 Usaha yang dihasilkan oleh piston besar yang merupakan usaha untuk mengangkat
beban secara hidrolik adalah :

𝑈𝑠𝑎𝑕𝑎 = 𝑈 = 𝐹2 𝑑2 = 𝐹1 𝑑1
Dengan persamaan ini, kita dapat mengatakan bahwa dengan usaha yang tidak begitu
besar, tetapi dapat menghasilkan gaya angkat yang begitu kuat dan kompak.
V.5. Azas Archimedes dan Penerapannya
Dengan adanya tekanan hidrostatika dalam fluida, akibatnya tekanan sebuah benda
padat yang masuk (berada) di dalam fluida, akan mengalami tekanan yang berbeda yaitu
tekanan pada bagian bawah benda berbeda dengan bagian atasnya. Perbedaan tekanan
tersebut akan menghasilkan gaya dorong ke atas oleh fluida terhadap benda yang masuk
kedalamnya.

Seorang ilmuwan yang bernama “Archimedes” memamfaatkan keadaan fisis pada


fluida tersebut untuk mengamati adanya gaya keatas yang sering disebut sebagai “gaya
apung” dan menghasilkan suatu prinsip :

“Ketika suatu benda padat, terendam seluruhnya atau sebagian di dalam fluida, akan
terdapat gaya apung oleh fluida terhadap benda tersebut”.

“Arah gaya apung (𝐹𝑎 ) tersebut keatas dan nilainya sebesar berat fluida (𝑊𝑓 = 𝑚𝑓 𝑔) yang
terdesak (dipindahkan) oleh benda, sebagai akibat tercelupnya benda tersebut di dalam
fluida”.
𝐹𝑎
𝜌𝑏
𝐹𝑎
𝑽𝒄

𝑊𝑏 𝜌𝑓
𝜌𝑓 𝑊𝑏

 Ilustrasi (gambar-kiri), menunjukkan bahwa benda dengan rapat massa (𝜌𝑏 ) terapung
di fluida dengan rapat massa (𝜌𝑓 ); pada kondisi ini gaya apung (𝐹𝑎 ) lebih besar dari
berat benda (𝑊𝑏 ) sehingga benda terangkat di permukaan fluida dengan hanya
sebagian volume yang tercelup(masuk) di dalam fluida.

𝐹𝑎 = 𝑚𝑓 𝑔 = 𝜌𝑓 𝑉𝑐 𝑔

𝑊𝑏 = 𝑚 𝑔 = 𝜌𝑏 𝑉𝑏 𝑔
Dengan; Vc sama dengan bagian volume benda yang tercelup ke dalam fluida, dan Vb
merupakan volume benda keseluruhan. Dilihat dari fenomena yang terjadi pada
gambar-kiri menunjukkan bahwa :

(𝑉𝑐 < 𝑉𝑏 ) ; dan (𝐹𝑎 = 𝑊𝑏 ) ; diperoleh bahwa :


𝑉𝑏
𝜌𝑓 = 𝜌𝑏
𝑉𝑐

(𝜌𝑓 > 𝜌𝑏 ) ; → 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑎𝑝𝑢𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎.

 Ilustrasi pada (gambar-kanan) ;menunjukkan bahwa seluruh bagian volume benda


tercelup di dalam fluida dengan kondisi tepat : (𝑉𝑐 = 𝑉𝑏 ) sehingga nilai gaya apung
(𝐹𝑎 ) tepat sama dengan berat benda (𝑊𝑏 ). Dapat disimpulkan bahwa keadaan seperti
gambar-kanan tersebut pada kondisi : 𝜌𝑓 = 𝜌𝑏 .

𝜌𝑓 = 𝜌𝑏 ; → 𝑎𝑘𝑖𝑏𝑎𝑡𝑛𝑦𝑎 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑝𝑎𝑡 𝑑𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑚𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛


𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎.
 Ilustrasi dua gambar dibawah ini, memberikan fenomena bahwa benda berada pada
posisi melayang yaitu setimbang ditengah-tengah fluida, dan benda berada di dasar
bejana. Dua keadaan ini secara fisis jelas berat benda lebih dominan dibandingkan
dengan gaya apung fluida.

𝑊𝑏 > 𝐹𝑎 ; → 𝑠𝑒𝑕𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 ( 𝜌𝑏 > 𝜌𝑓 )

𝐹𝑎 𝐹𝑎

𝜌𝑓 𝜌𝑓
𝑊𝑏

𝑊𝑏

 Kemungkinan yang terjadi pada gambar sebelah kiri, kondisi ini dipenuhi karena
perbedaan rapat benda dan fluida yang tidak terlalu besar, lebih besar rapat benda dari
pada fluida, namun tidak mampu turun ke posisi dasar karena pengaruh tekanan
hidrostatika yang semakin besar ketika jauh dari permukaan fluida. (hal ini perlu
dikaji lebih dalam lagi lewat pengamatan)
 Didefinikan berat benda didalam fluida sebagai “berat semu benda” (WS), yaitu :
𝑊𝑆 = 𝑊𝑏 − 𝐹𝑎 = 𝜌𝑏 − 𝜌𝑓 𝑉𝑏 𝑔
 Penerapan dari prinsip Archimedes, misalnya sebagai dasar kerja dari alat ukur raapat
massa fluida seperti pyrometer, dan alat pengukur rapat massa fluida lainnya.

V.6. Tegangan Permukaan dan Kapilaritas Cairan


(tippler hal 398)
SOAL-SOAL LATIHAN :

1. Lapisan sedimen fluida tersusun atas cairan-cairan sbb: ρa=1,2 g/cc (tebal 25 cm);
ρb=0,55 g/cc (tebal 40cm); ρc=0,8 g/cc (tebal 100cm) dan ρd= 0,95 g/cc (tebal
50cm). Bila tekanan udara Po=1100 dyne/cm2; g=980 cm/s2; Berapa tekanan pada
kedalaman 205 cm ?

2. Lapisan sedimen fluida tersusun atas cairan-cairan sbb: ρa=1,2 g/cc (tebal 40 cm);
ρb=0,65 g/cc (tebal 60cm); ρc=0,8 g/cc (tebal 80cm) dan ρd= 0,95 g/cc (tebal
70cm). Bila tekanan udara Po=1100 dyne/cm2; g=980 cm/s2; Berapa tekanan pada
kedalaman 225 cm ?

3. Bejana “U” dengan penampang A = 1,0 cm2, mula – mula berisi air (ρa = 1 g/cc).
Kemudian pada lengan pipa-I dituangkan cairan ρ1 = 0,80 g/cc sebanyak 20 cc. Pada
lengan pipa-II dituangkan cairan ρ2 = 0,65 g/cc sebanyak 15 cc. Setelah setimbang,
hitung :
Perbedaan level permukaan antara ρ1 dan ρ2 pada bejana tersebut ? Cairan yang mana
yang harus dikurangi dan berapa banyaknya agar level permukaan keduanya sama
tinggi ?

4. Bejana “U” dengan penampang A = 1,5 cm2, mula – mula berisi air (ρa = 1 g/cc).
Kemudian pada lengan pipa 1 dituangkan cairan ρ1 = 0,65 g/cc sebanyak 18 cc. Pada
lengan pipa 2 dituangkan cairan ρ2 = 0,85 g/cc sebanyak 10,5 cc. Setelah setimbang,
hitung :
a. Perbedaan level permukaan antara ρ1 dan ρ2 pada bejana tersebut ?
b. Cairan yang mana yang harus ditambahkan dan berapa banyaknya agar level
permukaan keduanya sama tinggi ?

5. Bejana “U” dengan penampang A = 0,5 cm2, mula – mula berisi air (ρa = 1 g/cc).
Kemudian pada lengan pipa 1 dituangkan cairan ρ1 = 0,9 g/cc sebanyak 15 cc. Pada
lengan pipa 2 dituangkan cairan ρ2 = 0,6 g/cc sebanyak 22 cc. Setelah setimbang,
hitung :
a) Perbedaan level permukaan antara ρ1 dan ρ2 pada bejana tersebut ?
b) Cairan yang mana yang harus di KURANGI dan berapa banyaknya pengurangan
tersebut agar level permukaan keduanya sama tinggi ?
c) Bila kita inginkan antara kedua cairan tersebut memiliki beda level 2cm, maka
cairan mana harus dikurangi dan berapa banyaknya ?

Anda mungkin juga menyukai