Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Umur harapan hidup penduduk Indonesia mengalami kenaikan
setiap tahunnya, pada tahun 2000-2005 umur harapan hidup penduduk
Indonesia mencapai 68 tahun, meningkat pada tahun 2005-2010 mencapai
69 tahun, tahun 2010-2015 meningkat menjadi 70 tahun dan pada tahun
2015-2020 proyeksi umur harapan hidup penduduk Indonesia mencapai 71
tahun, peningkatan umur harapan hidup berdampak pada meningkatnya
jumlah penduduk lansia dari tahun ke tahun (Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI 2012).
Perhitungan umur harapan hidup (UHH) waktu lahir di Kabupaten
Bantul pada tahun 2016 adalah 73,44 tahun, sedangkan pada tahun 2017
adalah 73,5 (BPS Kabupaten Bantul, 2017). Umur Harapan Hidup di
Kabupaten Bantul cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2013 sebesar 73,19 meningkat menjadi 73,5 pada tahun 2017. Peningkatan
UHH dipengaruhi oleh multifaktor, antara lain faktor kesehatan menjadi
salah satu yang berperan penting didalamnya (Profil Kesehatan Kabupaten
Bantul 2018)
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar
8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi
lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun 2013. Pada tahun 2000 jumlah
Lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada tahun
2010 jumlah Lansia 24.000.000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun
2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total
populasi. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk lanjut
usia di Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 18,7 juta jiwa selanjutnya
pada tahun 2010 meningkat menjadi 23,9 juta jiwa (9,77%). Pada tahun
2020 diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%)
dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020
diperkirakan jumlah lansia sekitar 80.000.000 (Kementrian Kesehatan RI,
2013).

1
2

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang jumlah


lansianya mengalami peningkatan setiap tahun, menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) pada tahun 2012 jumlah lansia usia 60 tahun ke atas
berjumlah 467,9 jiwa, dan pada tahun 2015 jumlah lansia mengalami
peningkatan yaitu 478 jiwa (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa
Yogyakarta, 2015). Berdasarkan Data Kesehatan Kabupaten Bantul jumlah
lansia di Kabupaten Bantul pada tahun 2017 ada 21.190 lansia laki-laki
dan 20.051 lansia perempuan sehingga total ada 41.241 jiwa lansia (Dinas
Kesehatan Bantul, 2016).
Kecemasan (ansietas/anxiety) adalah gangguan alam perasaan
(affective) yang ditandai dengan perasaan ketakuatan atau kekhawatiran
yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas (Relity Testing Ability/RTA masih baik), kepribadian
masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan kepribadian/splitting of
personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas normal
(Hawari, 2011). Kecemasan suatu kondisi emosi yang menimbulkan
ketidaknyamanan yang ditandai dengan perasaan khawatir, kegelisahan
dan ketakutan sehingga dapat mengganggu kehidupan (Dona, 2016).
Kemandirian merupakan sikap individu yang diperoleh secara
kumulatif dalam perkembangan dimana individu akan terus belajar untuk
bersikap mandiri dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan,
sehingga individu mampu berfikir dan bertindak sendiri, dengan
kemandirian seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk berkembang
ke yang lebih mantap (Husain, 2013). Kemandirian lansia dalam Activity
Daily Living (ADL) didefinisikan sebagai kemandirian seseorang daam
melakukan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh manusia secara rutin
dan universal (Ediawati, 2013).
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia yang merupakan suatu proses alami yang tidak dapat
dihindari oleh setiap individu (Dona, 2016). Perubahan-perubahan
fisiologis maupun psikososial, akan berpotensi pada masalah kesehatan
baik fisik maupaun psikologis, salah satu masalah psikologis yang sering
3

terjadi pada lanjut usia pada kondisi kehidupan sosiaal adalah kecemasan
(Dona, 2016). Penuaan akan terjadi hampir pada semua sistem tubuh,
namun tidak semua sistem tubuh mengalami kemunduran fungsi pada
waktu yang sama (Nugroho, 2014).
Lansia dengan tingkat kecemasan sedang dan berat memiliki
peluang untuk terjadinya ketergantungan terhadap orang lain didalam
aktivitas sehari-harinya, jika dibandingkan dengan lansia yang tidak
mengalami kecemasan (Ida, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Ida Bagus pada lansia di Panti Werdha Wana Seraya Denpasar - Bali,
lansia dengan tingkat kecemasan sedang memiliki peluang untuk
terjadinya ketergantungan terhadap orang lain, dibandingkan dengan lansia
yang tidak mengalami kecemasan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
mengetahui hal tersebut dengan tempat yang berbeda yaitu di Puskesmas
Bambanglipuro Kabupaten Bantul Yogyakarta.
Berdasarkan Data di Puskesmas Bambanglipuro pada tahun 2017,
jumlah lansia laki-laki ada 2069 dan lansia perempuan ada 3029, jumlah
keseluruhan lansia ada 5098 lansia. Setelah melakukan wawancara pada
tanggal 22 Desember 2017 hari jumat yang dilakukan oleh peneliti
terhadap 17 lansia didapatkan hasil 6 lansia mengatakan bahwa dirinya
merasakan khawatir, takut, dan kadang sulit tidur pada malam hari karena
memikirkan keadaan dirinya yang sudah semakin tua yang memiliki
beberapa penyakit dan merasa menjadi beban keluarganya, saat perasaan
khawatir itu dirasakan oleh lansia maka lansia tersebut enggan untuk
melakukan aktivitas sehari-hari seperti penggunaan toilet, makan, dan
bepergian. Kemudian 7 lansia mengatakan sering tidak bisa tidur pada
malam hari karena gelisah dan sering kepikiran jika nanti anaknya pergi
dan tidak mau untuk merawat lagi, ketika perasaan khawatir pada lansia
itu muncul dapat membuat lansia tersebut enggan untuk melakukan
aktifitas sehari-hari seperti mandi, makan, dan pergi kepasar yang biasanya
meminta bantuan kepada anaknya. Kemudian 4 lansia tidak merasa
khawatir terhadap dirinya dan menganggap masih mampu untuk
4

melakukan aktivitas sehari-hari tanpa dibantu keluarganya serta apapun


yang terjadi pada lansia tersebut sudah pasrah kepada Tuhan.
Melihat pentingnya kemandirian pada lansia untuk merawat dirinya
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan tingkat kecemasan dengan
kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di Puskesmas
Bambanglipuro Kabupaten Bantul”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat
merumuskan masalah yaitu “Apakah ada hubungan tingkat kecemasan
dengan kemandirian Activity Daily Living (ADL) pada lansia di
Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul ?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Di ketahui hubungan tingkat kecemasan dengan kemandirian Acivity
Daily Living (ADL) pada lansia di Puskesmas Bambanglipuro
Kabupaten Bantul.
2. Tujuan khusus
a. Di ketahui tingkat kecemasan pada lansia di Puskesmas
Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
b. Di ketahui kemandirian Activity Daily Living pada lansia di
Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu keperawatan gerotik
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk menambah
wawasan dan sebagai bahan informasi bagi keperawatan untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai tingkat kecemasan terhadap
lansia.

2. Bagi perawat di Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul


Yogyakarta
5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat


tentang tingkat kecemasan dengan kemandirian Activity Daily Living
(ADL) pada lansia dalam melakukan aktivitas serta memeberikan
motivasi untuk tenaga kesehatan di Puskesmas Bambanglipuro
Kabupaten Bantul Yogyakarta.
3. Bagi lansia dan keluarga di Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten
Bantul Yogyakarta
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan tambahan ilmu pengetahuan
bagi lansia dan keluarga mengenai tingkat kecemasan dan kemandirian
serta dapat diaplikasikan seperti mememberikan dukungan keluarga
kepada lansia agar lansia mampu melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri.
4. Bagi mahasiswa STIKes Surya Global Yogyakarta
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk
penelitian selanjutnya terkait tingkat kecemasan dengan kemandirian
Activity Daily Living (ADL) pada lansia.
5. Bagi peneliti selanjutnya
a. Hasil penelitian ini diharapkan agar lebih dikembangkan, misalnya
dengan cakupan subjek yang berbeda, dengan pendekatan teori
yang berbeda atau menggunakan variebel-variabel lain terkait
kemandirian Di ketahui tingkat kecemasan pada lansia di
Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
b. Di ketahui kemandirian Activity Daily Living pada lansia di
Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul lansia seperti
kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikososial, tingkat
stress, status mental, ritme biologi, pelayanan kesehatan dan lain
seagainya.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Lingkup Variabel
a. Variable bebas (independent) : tingkat kecemasan pada lansia
b. Variable terikat (dependent) : kemandirian Activity Daily Living
(ADL) pada lansia.
6

2. Responden
Responden pada penelitian ini adalah lansia di Puskesmas
Bambanglipuro Kabupaten Bantul dengan jumlah 45 responden.
3. Lokasi penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Bambanglipuro Kabupaten Bantul.
4. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2018
F. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kemandirian
lansia telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian telah dilakukan
diantaranya :
1. Koampa (2015), dengan judul: “Hubungan Antara Tingkat Stres
Dengan kemandirian Pada Orang Tua Lanjut Usia Di Desa Tombasian
Atas Kecamatan Kawangkoan Barat”. Metode penelitian ini
menggunakan survei analitik, menggunakan pendekatan Cross
Sectional, banyaknya populasi yang digunakan semua lansia yang
berjumlah 60 lansia, teknik pengambilan sampel menggunakan Total
Sampling. Hasil penelitiannya yaitu terdapat hubungan bermakna
antara tingkat stres dengan kemandirian pada orang tua lanjut usia.
Persamaanya dengan peneliti yaitu menggunakan pendekatan Cross
Sectional. Perbedaan dengan peneliti yaitu responden, waktu, tempat
penelitian dan teknik pengambilan sampel menggunakan Total
Sampling.
2. Sampelan (2015), dengan judul: “Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kemandirian Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-Hari
Di Desa Batu Kecamatan Likupang Selatan Kabupaten Minahasa
Utara”. Jenis penelitiannya menggunakan Analitik Observasional,
dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, jumlah populasi
yang digunakan sebanyak 172 lansia dengan pengambilan sempel
menggunakan tehnik Rondom Sampling, hasil penelitiannya yaitu
terdapat hubungan yang sangat nyata antara dukungan keluarga dengan
kemandirian lansia dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari.
7

Persamaannya dengan peneliti yaitu menggunakan pendekatan Cross


Sectional dan perbedaan dengan peneliti yaitu responden, tempat
penelitian, dan waktu penelitian serta tehnik pengambilan sampel
dengan menggunakan Random Sampling.
3. Kadek (2016), dengan judul: “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Kejadian Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi
Bandung”. Jenis penelitiannya menggunakan Studi Korelasi dengan
menggunakan pendekatan Cross Sectional, jumlah populasi yang
digunakan sebanyak 40 lansia dengan pengambilan sempel
menggunakan tehnik Non Probability Sampling dengan menggunakan
pendekatan Purposive Sampling, hasil penelitiannya yaitu terdapat
hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian hipertensi.
Persamaan dengan peneliti yaitu menggunakan pendekatan Cross
Sectional, dan pada pengambilan sampel menggunakan tehnik
Purposive Sampling. Perbedaaan dengan peneliti yaitu responden,
waktu, tempat, dan variabel terikat.
4. Lestari (2013), dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Kemandirian Activity Daily Living (ADL) Pada Lanjut Usia Di Panti
Werdha” Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskripsi
analitik korelasi dengan pendekatan Cross Sectional dengan variabel
ganda yaitu variabel independen (tingkat kecemasan) dan variabel
dependen (tingkat kemandirian). Pengambilan sampel dilakukan
dengan Purposive Sampling dengan jumlah sampel 84 responden.
Persamaan dengan peneliti yaitu menggunakan pendekatan Cross
Sectional, dan pada pengambilan sampel menggunakan tehnik
Purposive Sampling. Perbedaaan dengan peneliti responden, waktu,
tempat, dan variabel terikat.

Anda mungkin juga menyukai