Anda di halaman 1dari 5

KABAR GEMBIRA UNTUK PENDERITA HIV/AIDS

DARI PAHITNYA BITTER MELON (PARE)

Mareta Ovy Yulia1, Joko Kismanto2,


1
Prodi S-1 Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta
2
Prodi D-III Keperawatan, STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK
Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan jenis tanaman obat-obatan. Salah satunya adalah
buah pare (Momordica charantia L) alias paria kaya mineral nabati kalsium dan fosfor, juga karotenoid.
Pare mengandung alpha-momorchorin, beta-momorchorin dan MAP 30 (Momordica Antiviral Protein
30) yang bermanfaat sebagai anti HIV/AIDS. Pemanfaatan biji buah pare yang sudah tua dapat dibuat
sebuah obat pencegah HIV/AIDS, yang diolah dalam bentuk serbuk ekstrak biji pare dan dikemas dalam
sebuah kapsul. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS merupakan penyakit menular yang
disebabkan Virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pemanfaatan biji buah pare yang sudah tua
dapat dibuat sebuah obat pencegah HIV/AIDS, yang diolah dalam bentuk serbuk ekstrak biji pare dan
dikemas dalam sebuah kapsul.
Kata kunci: HIV, AIDS, pare, imun

ABSTRACT
Indonesia is a tropical country that is rich in species of medicinal plants. One is the fruit of bitter melon
(Momordica charantia L) aka Pariah vegetable rich in minerals calcium and phosphorus, as well as
carotenoids. Pare momorchorin contains alpha-, beta-momorchorin and MAP 30 (Momordica Antiviral
Protein 30) is useful as an anti HIV / AIDS. Utilization of bitter melon fruit seeds that are old can be
made a preventive medicine HIV / AIDS, which is processed in the form of a powder extract of bitter
melon seeds and packaged in a capsule. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). AIDS is an
infectious disease caused by virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). Utilization of bitter melon
fruit old seeds that can be made a preventive medicine HIV / AIDS, which is processed in the form of a
powder extract of bitter melon seeds and packaged in a capsule.
Keywords: HIV/AIDS, Bitter Melon, Immune
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2013

PENDAHULUAN mahal, juga sulit didapat. Hasil Laporan Situ-


asi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia
Pada akhir abad ke-20, dunia kesehatan
sampai dengan September 2011 tercatat jum-
diserang dengan munculnya penyakit yang
lah Odha yang mendapatkan terapi ARV se-
sangat berbahaya dan ganas, yakni penya-
banyak 22.843 dari 33 provinsi dan 300 kab/
kit Acquired Immunodeficiency Syndrome
kota, dengan rasio laki-laki dan perempuan
(AIDS). AIDS merupakan penyakit menular
3: 1, dan persentase tertinggi pada kelompok
yang disebabkan Virus Human Immunodefi-
usia 20-29 tahun (Kemenkes, 2011).
ciency Virus (HIV). Penyebarannya sangat
cepat ke seluruh dunia. Sejak menjadi epi- Program penanggulangan AIDS di In-
demi sampai dengan tahun 2011, HIV telah donesia mempunyai 4 pilar, yang semuanya
menginfeksi lebih dari 60 juta laki-laki, menuju pada paradigma Zero new infection,
perempuan, dan anak-anak dan yang men- Zero AIDS-related death dan Zero Discrimi-
derita AIDS telah mendekati angka 20 juta nation. Empat pilar tersebut adalah: 1. Pence-
pada dewasa dan anak-anak. Meskipun ma- gahan (prevention) yang meliputi pencegahan
syarakat internasional telah merespon kejadi- penularan HIV melalui transmisi seksual dan
an pandemi HIV/AIDS, HIV berlanjut alat suntik, pencegahan di lembaga pema-
syarakatan dan rumah tahanan, pencegahan
Pengobatan ARV terbukti mempun-
HIV dari ibu ke bayi (Prevention Mother to
yai peran yang bermakna dalam pencegahan
Child Transmission (PMTCT), pencegahan
penularan HIV, karena obat ARV memiliki
di kalangan pelanggan penjaja seks, dan lain-
mekanisme kerja mencegah replikasi virus
lain. 2. Perawatan Dukungan dan Pengobatan
yang secara bertahap menurunkan jumlah
(PDP); yang meliputi penguatan dan pengem-
virus dalam darah. Penurunan jumlah virus
bangan layanan kesehatan, pencegahan dan
ini berhubungan dengan penurunan kadar
pengobatan infeksi oportunistik, pengobatan
virus dalam duh genital dengan catatan ti-
antiretroviral dan dukungan serta pendidikan
dak terdapat IMS. Penelitian observasional
dan pelatihan bagi ODHA. Program PDP
menunjukkan penurunan penularan HIV
terutama ditujukan untuk menurunkan angka
pada pasangan serodiscordant (berbeda sta-
kesakitan dan rawat inap, angka kematian
tus HIV-nya) yang mendapatkan pengobatan
yang berhubungan dengan AIDS, dan menin-
ARV. Kemajuan Iptek di beberapa negara
gkatkan kualitas hidup orang terinfeksi HIV
akhir-akhir ini telah berhasil memproduksi
berbagai stadium. Pencapaian tujuan tersebut
obat AntiRetroviral (ARV) untuk pengobatan
dapat dilakukan antara lain dengan pembe-
HIV/AIDS dan telah menghasilkan berb-
rian terapi antiretroviral (ARV). 3. Mitigasi
agai kemajuan karena ternyata dapat men-
dampak berupa dukungan psikososio-ekono-
gurangi penularan pada orang lain maupun
mi. 4. Penciptaan lingkungan yang kondusif
memperlambat seseorang menderita AIDS.
(creating enabling environment) yang meli-
Masalahnya karena ARV termasuk obat baru
puti program peningkatan lingkungan yang
dan produsen tertentu saja yang memproduk-
kondusif adalah dengan penguatan kelem-
sinya, maka hal ini akan menyangkut hak
bagaan dan manajemen, manajemen program
paten dan implikasi harganya menjadi mahal
serta penyelarasan kebijakan dan lain-lain.
sekali, sehingga bagi rakyat miskin Indonesia
yang membutuhkan obat tersebut tidak dapat HIV dapat menyerang siapa saja,
memperolehnya, disamping harganya sangat orang yang terinfeksi virus HIV akan men-
jadi pembawa dan penular virus HIV selama

80
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2013

hidupnya, selain hal yang diuraikan tersebut, dan MAP 30 (Momordica Antiviral Protein
orang dengan HIV/AIDS masih mendapat 30) yang banyak terkandung pada biji pare
stigma dan perlakuan diskriminasi oleh ma- tua. Zat ini diketahui mampu menekan laju
syarakat. Mengidap HIV/AIDS di Indonesia perkembangan virus HIV dalam tubuh ma-
dianggap aib, sehingga dapat menyebabkan nusia. Pemanfaatan biji buah pare yang su-
tekanan psikologis terutama pada penderit- dah tua dapat dibuat sebuah obat pencegah
anya maupun pada keluarga dan lingkungan HIV/AIDS, yang diolah dalam bentuk serbuk
di sekeliling penderita (Nursalam & Kurni- ekstrak biji pare dan dikemas dalam sebuah
awati, 2007). Pengalaman mengalami suatu kapsul. Hal ini menghindari bagi orang orang
penyakit akan membangkitkan berbagai yang kemungkinan tidak suka memakan buah
perasaan dan reaksistres, frustasi, kecema- pare secara langsung, dikarenakan rasa pahit
san, kemarahan, penyangkalan, rasa malu, buah pare yang sangat luar biasa.
berduka, dan ketidakpastian dengan adaptasi Tujuan Program yang hendak dicapai
terhadap penyakit (Nursalam & Kurniawati, adalah sebagai berikut:
2007). 1. Memberikan pengetahuan dan penge-
Buah Pare mudah sekali didapatkan nalan kepada masyarakat bahwa pare
hampir di seluruh Indonesia. Masyarakat (Momordica charantia L) dapat diolah
Indonesia telah sejak lama menggunakan menjadi obat untuk menekan laju per-
buah pare sebagai hidangan sehari-hari dan tumbuhan virus HIV/AIDS.
juga telah lama dipercaya dan dipergunakan 2. Menumbuhkan jiwa kepenelitian di ka-
sebagai obat tradisional untuk mengobati langan mahasiswa untuk mendorong
berbagai macam penyakit. Hal inilah yang terciptanya produk baru dengan meman-
mengundang banyak penelitian mengenai faatkan hasil tanaman lokal pare sebagai
buah pare mulai dari kandungan kimia yang ekstrak pare.
ada di dalamnya sampai manfaat atau khasiat 3. Untuk memanfaatkan hasil tanaman lo-
yang dapat diperoleh dari buah pare itu send- kal yang berlimpah menjadi produk ola-
iri (Subahar, 2004). Indonesia merupakan han yang bernilai mutu tinggi.
negara tropis yang kaya akan jenis tanaman
obat-obatan. Salah satunya adalah buah pare METODOLOGI PENELITIAN
(Momordica charantia L). Buah Pare yang Cara pembuatan kapsul serbuk dari biji
sering digunakan sebagai lalapan ternyata pare:
mengandung khasiat lebih bagi kesehatan.
Tahap I: Pisahkan dahulu antara daging dan
Pare alias paria kaya mineral nabati kalsium
biji buah pare.
dan fosfor, juga karotenoid. Pare mengand-
ung alpha-momorchorin, beta-momorchorin
dan MAP 30 (Momordica Antiviral Protein
30) yang bermanfaat sebagai anti HIV/AIDS
(Zheng et al. 1999; Grover dan Yadav, 2004).
Prof Lee-Huang dari Universitas New
York menemukan zat yang luar biasa pada
buah pare yakni senyawa anti virus HIV
– AIDS. Zat anti Virus HIV itu dinamakan
alpha-momorchorin, beta-momorchorin Gambar 1: Buah Pare

81
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2013

Tahap II: Ambil biji pare dan keringkan


biji tersebut selama 1-2 hari di bawah sinar
matahari.

Gambar 5: Hasil Penyaringan


Tahap V: Serbuk yang diperoleh bisa
Gambar 2: Sebelum dikeringkan langsung untuk dikemas dalam kapsul

Gambar 3: Sesudah dikeringkan Gambar 6: Serbuk dikemas dalam Kapsul.


Tahap III: Jika sudah kering, biji pare
HASIL DAN PEMBAHASAN
dihaluskan denganmenggunakan ulekan atau
bisa juga menggunakan blender. Penyakit HIV/AIDS semakin berkem-
bang di Indonesia dan hingga Maret 2011
kasus AIDS telah mencapai 24.482 kasus
(Ditjen PPM & PL, 2011). Prevalensi se-
cara nasional kasus AIDS di Indonesia pada
tahun 2011 sebesar 10,62 per 100.000 pen-
duduk. Provinsi dengan prevalensi tertinggi
adalah Provinsi Papua (175,91), disusul Bali
(49,16), DKI Jakarta (44,74), Kepulauan
Riau (25,57), dan Kalimantan Barat (23,96),
Gambar 4: Hasil Penumbukan sedangkan di Sulawesi Utara sebesar 7,69
per 100.000 penduduk. Di Indonesia hingga
Tahap IV: Biji Pare yang sudah ditumbuk Maret 2011 terdapat 24482 kasus AIDS dan
kemudian diayak supaya didapatkan serpihan 4603 kasus di antaranya telah meninggal du-
biji yang benar benar halussehingga menjadi nia. Jumlah tersebut terdiri dari 17840 laki-
serbuk laki dan 6553 perempuan (Ditjen PPM & PL
Kemkes RI, 2011).
Buah Pare kaya akan mineral nabati,
kalsium, fosfor dan karotenoid. Zat yang ter-

82
Jurnal KesMaDaSka - Juli 2013

kandung berdasarkan hasil penelitian, dalam and Biophysics Research Communica-


100 gram buah pare mengandung diantaran- tions 208(2): 779. Diakses tgl 17 Maret
ya: kalori (29,00 kal); lemak (0,3 gram); pro- 2013
tein (1,1 gram); karbohidrat (6,6 gram); kal- Departemen Kesehatan RI. 2006. Situasi
sium (45 miligram); fosfor (64 miligram); zat HIV/AIDS di Indonesia tahun 1987-
besi (1,4 miligram); vitamin A (180,00 SI); 2006. Jakarta: DEPKES RI
vitamin B (0,68 miligram); vitamin C (52,0 Ditjen PPM & PL Kementerian Kesehatan.
miligram); air (91,20 gram). Pare mengand- 2011. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indo-
ung alpha-momorchorin, beta momorchorin nesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan.
dan MAP3 (momordica antiviral protein 30)
Girini MM, Ahamed RN, Aladakatti RH.
yang bermanfaat sebagai anti HIV-AIDS,
2005. Effect of graded doses of Mo-
akan tetapi biji pare yang terkandung di-
mordica charantia seedextract on rat
dalamnya juga mengandung triterpenoid
spermn scanning electron microscope
yang mempunyai aktivitas antispermatozoa,
study. J Basic Clininal Physiology Phar-
sehingga penggunaan biji pare secara tradis-
macology 16(1):53-66. Diakses tgl 17
ional dengan maksud mencegah AIDS dapat
Maret 2013
mengakibatkan infertilitas pada pria. (Nas-
sem MZ et al, 1998). Grover JK, Yadav SP. 2004. Pharmacologi-
cal actions and potential uses of Mo-
Buah Pare selain sebagai sayuran, se-
mordica charantia: a Review, Journal
bagian masyarakat memanfaatkan pare un-
Ethnopharmacology. 93(1):123-32.
tuk pengobatan berbagai jenis penyakit, di
Amerika jus dari buah pare sangat banyak Kementrian Kesehatan RI. 2011.Tatalaksana
dimanfaatkan untuk terapi penderita HIV/ Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretro-
AIDS. Beberapa penelitian telah berhasil di- viral. Jakarta: Kemenkes, RI.
isolasi suatu protein aktif dari biji pare yang Menteri Kesehatan RI. 2002. Laporan Ekse-
berfungsi sebagai inhibitor sintesis protein kutif Menteri Kesehatan RI tentang
yang dinamakan MAP 30. Penanggulangan HIV/ AIDS Respon
Menangkal Bencana Nasional pada Si-
KESIMPULAN dang Kabinet Maret 2002. Jakarta: Ke-
Buah pare mengandung zat alpha-mo- menkes RI.
morchorin, beta-momorchorin dan MAP 30 Nursalam & Kurniawati. 2007. Asuhan
(Momordica Antiviral Protein 30) yang ber- Keperawatan pada Pasien Terinfeksi
guna untuk obat pencegah HIV/AIDS. Zat HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
tersebut dapat menekan laju perkembangan SaraÞno, EP. 1994. Health Psychology Bio-
virus HIV/AIDS. psychososial Interactions. New York:
John Wiley & Sons Inc.
DAFTAR PUSTAKA
Subahar TS. 2004. Khasiat dan Manfaat
Bourinbaiar AS, Lee-Huang S. 1995. Poten- Pare. Jakarta: Penerbit Agromedia
tiation of anti-HIV activity of the anti- Pustaka.
inßammatory drugs dexamethasone and
WHO. 2010. Annex 2 Country Progress Indi-
indomethacin by MAP30, the antiviral
kators and Data, 2004 to2010.
agent from bitter melon. Biochemistry
-oo0oo-
83

Anda mungkin juga menyukai