9983 Hiv
9983 Hiv
Definisi
HIV adalah virus RNA dari subfamili retrovirus. Infeksi HIV menyebabkan defisiensi
kekebalan tubuh sehingga menimbulkan gejala berat yang disebut penyakit AIDS (acquired
sekumpulan gejala/tanda klinis pada pengidap HIV akibat infeksi tumpangan (oportunistik)
karena penurunan sistem imun. Penderita HIV mudah terinfeksi berbagai penyakit karena
imunitas tubuh yang sangat lemah, sehingga tubuh gagal melawan kuman yang biasanya
tidak menimbulkan penyakit. Infeksi oportunistik ini dapat disebabkan oleh berbagai virus,
jamur, bakteri dan parasit serta dapat menyerang berbagai organ, antara lain kulit, saluran
cerna/usus, paru-paru dan otak. Berbagai jenis keganasan juga mungkin timbul.
Epidemiologi
Di seluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16
juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Jumlah infeksi baru HIV pada tahun
2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia <15 tahun.
Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan
190.000 anak berusia <15 tahun. Di Asia Selatan dan Tenggara terdapat kurang lebih 5
juta orang dengan HIV. Indonesia merupakan salah satu negara dengan penambahan kasus
HIV/AIDS tercepat di Asia Tenggara, dengan estimasi peningkatan angka kejadian infeksi
HIV lebih dari 36%. Epidemi HIV/AIDS di Indonesia bertumbuh paling cepat di antara
negara-negara di Asia. Data hasil kegiatan dari Kemenkes RI tahun 2012 menunjukkan dari
43.264 ibu hamil yang menjalani tes HIV, 1.329 (3,04%) positif terinfeksi HIV. Data lain
hasil Pemodelan Matematika Epidemi HIV tahun 2012 juga menunjukkan bahwa prevalensi
infeksi HIV pada ibu hamil diperkirakan akan meningkat dari 0,38% pada tahun 2012
menjadi 0,49 % pada tahun 2016. Selain itu jumlah anak berusia dibawah 15 tahun yang
tertular HIV dari ibunya juga akan meningkat dari 4.361 orang di tahun 2012, menjadi
Patogenesis
HIV menginfeksi sel T penolong (sel CD4) dan sel monosit (makrofag) melalui interaksi
protein virus gp120 dengan molekul CD4 dan kemokin (CXCR4 pada sel T dan CCR5
pada sel dendritik dan makrofag) yang berfungsi sebagai koreseptor. Interaksi dengan
molekul-molekul ini memfasilitasi fusi membran dan masuknya virus ke dalam sel. Infeksi
HIV secara langsung dan secara tidak langsung menghabiskan sel T CD4. Sel T helper
penting untuk hipersensitivitas tipe lambat, produksi antibodi sel B, dan limfokin yang
dimediasi sel T yang mengaktivasi makrofag. Destruksi sel B dan sel T dapat membuat
defisiensi imun gabungan (sel B dan sel T). Sel-sel lain yang mengandung CD4, seperti
mikroglia, astrosit, oligodendroglia, dan jaringan plasenta juga dapat terinfeksi HIV. Infeksi
HIV adalah proses progresif yang berkelanjutan dengan periode latensi klinis sebelum
pengembangan AIDS. Semua pasien yang tidak diobati memiliki bukti replikasi virus yang
sedang berlangsung dan penurunan progresif limfosit CD4. Tidak ada manifestasi nyata dari
imunodefisiensi hingga jumlah sel CD4 menurun menjadi ambang batas nilai kritis. Jumlah
Cara Penularan
Cara penularan infeksi HIV terbagi menjadi 2 yaitu transmisi horizontal dan transmisi
vertikal. Transmisi horizontal dari infeksi HIV dengan kontak seksual (vaginal, anal, atau
orogenital), kontak perkutaneus (dari jarum yang terkontaminasi atau benda tajam) atau
paparan darah atau cairan pada membran mukosa. Sedangkan, transmisi vertikal yaitu
penularan dari ibu ke bayi yang dikandungnya (mother-to-child transmission/ MTCT) yang
didapatkan pada sebagian besar kasus infeksi HIV pada anak (90%). Proses transmisi dapat
terjadi pada saat kehamilan (510%), proses persalinan (10-20%), dan sesudah kelahiran
melalui ASI (5-20%). Angka transmisi ini akan menurun sampai kurang dari 2% bila
transmission (PMTCT) sejak saat kehamilan dengan penggunaan antiretroviral untuk ibu
sampai dengan penanganan setelah kelahiran. Faktor risiko terjadinya transmisi adalah jumlah
virus, kadar CD4, adanya infeksi lain (hepatitis, sitomegalovirus), ketuban pecah dini,
kelahiran spontan/ melalui vagina, prematuritas, dan pemberian ASI atau mixed feeding
Diagnosis
Anamnesis
- Ibu atau ayah memiliki risiko untuk terinfeksi HIV dan sudah dilakukan skrining
- Riwayat ibu/ ayah penggunaan obat- obatan termasuk narkotik lewat pembuluh darah
- Riwayat kelainan orientasi dan perilaku seksual pada ibu atau ayah
Pemeriksaan Fisis
HIV dilakukan dengan pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) DNA kualitatif
menggunakan sediaan darah (serum) atau Dried Blood Spot (DBS) pada bayi usia 6 minggu
atau lebih dan dinyatakan terinfeksi HIV jika hasil pemeriksaan positif. Penentuan status
- Pemeriksaan antibodi HIV tidak dapat digunakan sebagai perasat diagnosis pada anak
Penatalaksanaan
Di kamar bersalin
- Pemberian ARV profilaksis untuk bayi adalah pemberian zidovudin selama 4 minggu
Pemilihan Nutrisi
- Konseling pemilihan nutrisi sudah harus dilakukan sejak pada masa antenatal care.
- Pilihan susu formula akan menghindarkan bayi terhadap risiko transmisi HIV melalui
ASI
- Perlu diperhatikan apakah pemberian susu formula tersebut memenuhi persyaratan
Pemberian Imunisasi
- Pemberian imunisasi dapat diberikan sesuai jadwal dengan pengecualian untuk BCG
Pemberian profilaksis
Untuk infeksi oportunistik Pencegahan infeksi oportunstik dapat dilakukan dengan pemberian
kotrimoksasol untuk semua bayi yang lahir dari ibu HIV positif yang dimulai pada usia 4-
6 minggu sampai diagnosis HIV telah disingkirkan. Bila pada minggu keenam, bila diagnosis
HIV belum dapat disingkirkan, maka diperlukan pemberian kotrimoksasol profilaksis sampai
usia 12 bulan atau sampaidinyatakan HIV negative / non-reaktif. Keluarga pasien harus
diberitahu bahwa kotrimoksazol tidak mengobati dan menyembuhkan infeksi HIV tetapi
mencegah infeksi yang umum terjadi pada bayi yang terpajan HIV. Profilaksis kotrimoksazol
dapat dihentikan pada bayi yang terpajan HIV sesudah dipastikan tidak tertular HIV (setelah
ada hasil laboratorium baik PCR maupun antibodi pada usia sesuai). Pada anak umur 1
sampai 5 tahun yang terinfeksi HIV, cotrimoksazol profilaksis dihentikan jika CD4 >25%.
Pemantauan tumbuh kembang dilakukan pada setiap kunjungan seperti kunjungan bayi sehat
lainnya
Prognosis
Angka transmisi bila pasangan ibu dan anak menjalani program PMTCT (prevention of
mother-to-child transmission) lengkap adalah kurang dari 2%. Resiko kematian berkaitan
langsung dengan derajat imunosupresi, jumlah virus, dan usia muda. Anak-anak kurang dari
1 tahun dengan persentil CD4 yang sangat rendah dan jumlah virus yang tinggi memiliki