Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sirosis Hepatitis adalah penyakit hati kronis yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti
infeksi virus hepatitis B, virus hepatitis C, alcohol, perlemakan hati atau penyakit lain
yang menyebabkan sumbatan saluran empedu. Setelah hati mengalami peradangan dan
bengkak, hati mencoba memperbaiki dengan membentuk parut kecil. Parut ini disebut
fibrosis yang menyebabkan hati sulit menjalankan fungsinya. Proses perjalanan waktu,
semakin banyak jaringan parut terbentuk dan mulai menyatu dapat terjadinya sirosis.
Pada daerah hati yang rusak, hati akan menciut dan menjadi keras. Di Indonesia sirosis
hati banyak dihubungkan dengan infeksi virus hepatitis B dan C sekitar 57 %. Alkohol
sebagai penyebab sirosis di Indonesia frekuensinya masih kecil karena belum ada data
yang tersedia. Sirosis hepatitis dapat terjadi akibat dari penyakit hati kronis yang
mengakibatkan terganggunya fungsi hati. Siosis hepatitis ditandai dengan penggantian
jaringan hati oleh fibrosis, jaringan parut dan nodul regenerative (benjolan yang terjadi
dari hasil proses regenerasi jaringan yang rusak) akibat hepatoseluler yang
mengakibatkan penurunan fungsi hati (PPHI, 2011).
Sirosis hepatitis terjadi dari awal permulaan penyakit Hepatitis. Penyakit hepatitis yang
sudah kronik dapat berkembang menjadi sirosis hepatitis. Banyak masyarakat mengetahui
dirinya telah terinfeksi setelah pada tahan kronis bahkan sudah menjadi sirosis hepatitis
dan kanker hati (Depkes, 2015).
Menurut WHO (2004), Didunia sirosis hepatitis menempati urutan kedelapan belas
penyebab kematian dengan jumlah kematian 800.000 kasus dengan prevalensi 1,3 %. Di
Amerika Serikat pada tahun 2007, sirosis hepatitis menyebabkan 29.165 kematian dengan
angka kematian 9,7 per 100.000 orang. Sedangkan di Eropa sirosis hepatitis
menyebabkan 170.000 kematian pertahun dengan prevalensi 1,8 %.
Terjadinya sirosis hepatitis ada hubungannya dengan Penyakit Hepatitis. Penyakit
hepatitis menjadi masalah kesehatan di dunia. Sekitar 2 miliar penduduk di dunia
terinfeksi virus hepatitis B dan lebih dari 350 juta orang menderita hepatitis B kronis,
yang mengakibatkan tinggi peluangnya terkena sirosis hepatitis (pengerasan organ hati),
kegagalan hati, dan kanker hati. Diperkirakan 1 orang meninggal setiap tahunnya karena
akibat sirosis hepatitis dan kanker hati. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013)
Di Indonesia diperkirakan 18 juta orang yang menderita hepatitis B dan 3 juta orang
menderita hepatitis C. Dari jumlah tersebut, sekitar 50 % berpotensi menjadi penyakit
hepatitis kronis, jika tidak diobati secara baik maka 10% diantarnya dapat menjadi sirosis
hepatitis dan kanker hati. Sementara itu, satu kasus sirosis hepatitis membutuhkan
pengobatan biaya Rp 5 miliar dengan angka kesembuhan minimal (Kemenkes, 2017).
Menurut laporan Rumah Sakit Umum pemerintah di Indonesia, rata – rata prevalensi
sirosis hepatitis adalah 3,5 % dari seluruh pasien yang dirawat dibangsal penyakit dalam
rata – rata 47,4 % dari seluruh pasien dengan penyakit hati yang dirawat dengan
perbandingan prevalensi sirosis pada pria : wanita adalah 2,1 : 1 dan usia rata – rata 44
tahun (PPHI, 2011)
Besaran masalah hepatitis di Indonesia diperkirakan sebesar 28 juta orang, dimana 14
juta diantaranya berpotensi untuk menjadi kronis dan 10 % dari kronis akan menjadi
sirosis hepatitis bankan kanker hati (Depkes, 2015)
Tingginya angkat kematian sirosis hepatitis disebabkan karena perjalanan proses penyakit
dan timbulnya komplikasi. Komplikasi yang paling sering muncul pada pasien sirosis
hepatitis adalah varises esophagus, perotenitis bacterial spontan, sindrom hepatorenal dan
ensefalopati hepatik.
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi adanya sirosis hepatitis adalah
pemeriksaan enzim SGOT-SGPT, protrombin dan protein (albumin dan globulin),
Elektroforesis(rasio albumin-globulin terbalik).(Abdul Muchid,2007)

Anda mungkin juga menyukai