Anda di halaman 1dari 16

SGD LBM 1 MARS

Skenario

Step 1
BOR : Bed occupation ratio/angka penggunaan tempat tidur merupakan prosentasi penggunaan tidur
dalam satuan waktu. Juga sebagai indicator yang menggambarkan tinggi rendahnya pemanfaatan
tempat tidur di RS. BOR idelanya 60-85%
- BOR menurun <65%  kurangnya pemanfaatan fasilitas RS oleh masy. (kurang antusias)
- BOR meningkat >85% masy. Sudah memanfaatkan fasilitas di RS, shg rs tsb perlu
menambahkan fasilitas/bed RS (sangat antusias)
Rumus : jml hari perawatan RS/(jml bed x jml. Hari dalam satu periode) x 100%
LOS : Length of stay  Lama pasien terdaftar dari masuk RS s/d sembuh (ideal 3 – 12 hari),
menentukan efisiensi pelayanan  indicator mutu pelayanan RS
Rumus : jml. Lama dirawat/jml pasien keluar
TOI : Turn Over Interval/Tenggang perputaran rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
sampai terisi berikutnya. Idealnya 1 – 3 hari tidak kosong
Rumus : (jml. Bed x periode) - hari perawatan / jumlah pasien keluar
Step 2
1. Apa definisi dari RS?
 Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan
Kewajiban Pasien
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit


Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.

 WHO (World Health Organization)


Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi
menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan
pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat

2. Tugas dan fungsi RS


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2009
TENTANG
RUMAH SAKIT

BAB III
TUGAS DAN FUNGSI

Pasal 4
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna.

Pasal 5
Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai
fungsi:
a.penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit;
b.pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang
paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c.penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan
kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan
d.penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu
pengetahuan bidang kesehatan;

3. Tujuan dan fungsi manajemen RS


 Tujuan manajemen RS :
a. Menyiapkan sumber daya

b. Mengevaluasi efektivitas

c. Mengatur pemakaian pelayanan

d. Efisiensi

e. Kualitas

 Tugas manajemen RS :

Membantu direksi melaksanakan tugas sesuai bidang/bagian masing-masing dalam mencapai


Visi, Misi, Renstra & Kebijakan-kebijakan lain.

 Fungsi manajemen RS :

Planning

Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif,


kebijaksanaankebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program sebagai bentuk usaha
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Organizing

Merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan seluruh potensi yang ada dari
seluruh bagian dalam suatu kelompok orang atau badan atau organisasi untuk bekerja secara
bersamasama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama, baik untuk tujuan pribadi
atau tujuan kelompok dan organisasi.

Actuating

Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana seluruh komponen


yang berada dalam satu sistem dan satu organisasi tersebut bekerja secara bersama-sama
sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat mewujudkan tujuan.

Controlling

Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan, pengorganisasian dan


pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan hasil yang efektif dan efisien serta
bernilai guna dan berhasil guna.

4. Apa saja komponen organisasi di RS?


5. Apa saja jenis dan klasifikasi RS?
1. Rumah sakit tipe A :

 Direktur

 Wakil Direktur yang terdiri dari:


* Wadir Pelayanan Medik dan Keperawatan

* Wadir Penunjang Medik dan Instalasi

* Wadir Umum dan Keuangan

* Wadir Komite Medik

Tiap wadir diberikan tanggung jawab untuk mengatur beberapa bidang pelayanan dan keperawatan
serta instalasi. Beberapa instalasi yang terdapat pada RS kelas A: Instalasi rawat jalan, rawat darurat,
rawat inap, rawat intensif, bedah sentral, farmasi, PA, PK, gizi, laboratorium, perpustakaan,
pemeliharaan sarana RS, pemulasaran jenazah, Sterilisasi sentral, pengaman dan ketertiban
lingkunganKomite Medik juga diberikan jabatan Komite Medik (nonstruktural yang fungsinya
menghimpun anggota yang terdiri dari para kepala Staf Medik Fungsional (SMF).

 KM diberikan dua tugas utama yaitu:


o Menyusun standar pelayanan medis
o Memberikan pertimbangan kepada direktur dalam hal:
Pembinaan, pengawasan, dan penelitian mutu pelayanan medis, hak-hak klinis
khusus kepada SMF, program pelayanan medis, pendidikan dan pelatihan (diklat), serta
penelitian dan pengembangan (litbang), Pembinaan tenaga medis dan bertanggung
jawab terhadap pembinaan profesi.

Untuk RS kelas A, jumlah SMF yang dimiliki minimal 15 buah yaitu

 Bedah
 Kesehatan Anak
 Kebidanan dan Penyakit Kandungan
 Penyakit Dalam
 Mata
 Radiologi
 Patologi Klinik
 Patologi Anatomi
 Penyakit Saraf
 Penyakit Kulit danKelamin
 THT
 Gigi dan Mulut
 Kedokteran Kehakiman
 Rehabilitasi Medik
 Anestesi

RS kelas B

Susunan organisasinya hampir sama dengan kelas A

 Bedanya hanya terletak pada jumlah dan jenis masingmasing SMF.


 Untuk RS kelas B tidak ada subspesialisnya

RS kelas C dan D

 Lebih sederhana jika dibanding dengan RS kelas A dan B.


 Tidak ada wakil direktur, tetapi dilengkapi dengan staf khusus yang mengurusi administrasi.

6. Jelaskan persyaratan minimal RS!

Persyaratan minimal yang harus dipenuhi sebagai Rumah Sakit Kelas A berdasarkan Permenkes
Nomor 56 Tahun 2014 adalah:

1. Pelayanan Medik
a. Pelayanan Medik

Pelayanan medik minimal yang harus dipenuhi adalah :

1. Pelayanan Gawat Darurat 24 jam terus menerus.


2. Pelayanan Medik Spesialis Dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan
obstetri dan ginekologi.
3. Pelayanan Medik Spesialis Penunjang meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik,
patologi anatomi, dan rehabilitasi medik.
4. Pelayanan Medik Spesialis Lain meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung
dan pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf,
bedah plastik, dan kedokteran forensik.
5. Pelayanan Medik Subspesialis meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit
dalam, kesehatan anak, obstetri dan ginekologi, mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan
pembuluh darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah
plastik, dan gigi mulut.
6. Pelayanan Medik Spesialis Gigi dan Mulut meliputi pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi,
periodonti, orthodonti, prosthodonti, pedodonsi, dan penyakit mulut.

b. Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan Kefarmasiaan meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

c. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan


Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan meliputi asuhan keperawatan generalis dan spesialis serta
asuhan kebidanan.

d. Pelayanan Penunjang Klinik

Pelayanan Penunjang Klinik meliputi pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua
golongan umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

e. Pelayanan Penunjang Nonklinik

Pelayanan Penunjang Nonklinik meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan
pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi,
pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air
bersih.

f. Pelayanan Rawat Inap

Pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:

 jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah
 jumlah tempat tidur perawatan Kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik swasta
 jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat tidur untuk
Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia Rumah Sakit Umum kelas A terdiri atas:

1. Tenaga Medis

Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:

 18 (delapan belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar


 4 (empat) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut
 6 (enam) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar
 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang
 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain
 2 (dua) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis
 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut.

2. Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit terdiri atas:
a. 1 (satu) apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;
b. 5 (lima) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga
teknis kefarmasian;
c. 5 (lima) apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 10 (sepuluh) tenaga teknis
kefarmasian;
d. 1 (satu) apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua) tenaga teknis
kefarmasian;
e. 1 (satu) apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) tenaga teknis kefarmasian;
f. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian
yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit; dan
g. 1 (satu) apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

3. Tenaga Keperawatan

 Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap.
 Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah
Sakit.

Tenaga Kesehatan Lain

Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

Tenaga Nonkesehatan

Jumlah dan kualifikasi tenaga nonkesehatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

3. Peralatan Rumah Sakit

 Peralatan Rumah Sakit Umum kelas A harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Peralatan paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat
inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah,
rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
 Daftar Peralatan

Persyaratan minimal yang harus dipenuhi sebagai Rumah Sakit Kelas B berdasarkan Permenkes
Nomor 56 Tahun 2014 adalah:

1. Pelayanan Medik
a. Pelayanan Medik

Pelayanan Medik yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas B paling sedikit
meliputi:

1. Pelayanan gawat darurat 24 terus menerus.


2. Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan
obstetri dan ginekologi.
3. Pelayanan medik spesialis penunjang meliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, patologi klinik,
patologi anatomi, dan rehabilitasi medik.
4. Pelayanan medik spesialis lain paling sedikit berjumlah 8 (delapan) pelayanan dari 13 (tiga belas)
pelayanan yang meliputi pelayanan mata, telinga hidung tenggorokan, syaraf, jantung dan pembuluh
darah, kulit dan kelamin, kedokteran jiwa, paru, orthopedi, urologi, bedah syaraf, bedah plastik, dan
kedokteran forensik.
5. Pelayanan medik subspesialis paling sedikit berjumlah 2 (dua) pelayanan subspesialis dari 4 (empat)
subspesialis dasar yang meliputi pelayanan subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam,
kesehatan anak, dan obstetri dan ginekologi.
6. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut paling sedikit berjumlah 3 (tiga) pelayanan yang meliputi
pelayanan bedah mulut, konservasi/endodonsi, dan orthodonti.

b. Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan

Pelayanan keperawatan dan kebidanan meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

d. Pelayanan penunjang klinik

Pelayanan penunjang klinik meliputi pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan
umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

e. Pelayanan penunjang nonklinik

Pelayanan penunjang nonklinik meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan
pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi,
pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air
bersih.

f. Pelayanan rawat inap

Pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:

 jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah
 jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik swasta
 jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat tidur untuk
Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.

2. Sumber Daya Manusia


1. Tenaga Medis

Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:

 12 (dua belas) dokter umum untuk pelayanan medik dasar


 3 (tiga) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut
 3 (tiga) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar
 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang
 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis lain
 1 (satu) dokter subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medik subspesialis
 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut.

2. Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:

 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit


 4 (empat) apoteker yang bertugas di rawat jalan yang dibantu olehpaling sedikit 8 (delapan) orang
tenaga teknis kefarmasian
 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga
teknis kefarmasian
 1 (satu) orang apoteker di instalasi gawat darurat yang dibantu oleh minimal 2 (dua) orang tenaga
teknis kefarmasian
 1 (satu) orang apoteker di ruang ICU yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga teknis
kefarmasian
 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan dan distribusi yang dapat merangkap
melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis
kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit
 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator produksi yang dapat merangkap melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang
jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian Rumah Sakit.

3. Tenaga Keperawatan

 Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan sama dengan jumlah tempat tidur pada instalasi rawat inap.
 Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah
Sakit.

4. Tenaga Kesehatan Lain

Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

5. Tenaga Non Kesehatan.

Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

3. Peralatan Rumah Sakit

 Peralatan Rumah Sakit Umum kelas B harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Peralatan paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat
inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah,
rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
 Daftar Peralatan

Persyaratan minimal yang harus dipenuhi sebagai Rumah Sakit Kelas C berdasarkan Permenkes
Nomor 56 Tahun 2014 adalah:

1. Pelayanan medik;
a. Pelayanan medik
Pelayanan Medik yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum kelas C paling sedikit meliputi:

1. Pelayanan gawat darurat 24 jam secara terus menerus.


2. Pelayanan medik umum meliputi pelayanan medik dasar, medik gigi mulut, kesehatan ibu
dan anak, dan keluarga berencana.
3. Pelayanan medik spesialis dasar meliputi pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan
obstetri dan ginekologi.
4. Pelayanan medik spesialis penunjangmeliputi pelayanan anestesiologi, radiologi, dan patologi klinik.
5. Pelayanan medik spesialis gigi dan mulut paling sedikit berjumlah 1 (satu) pelayanan.

b. Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai, dan pelayanan farmasi klinik.

c. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan

Pelayanan keperawatan meliputi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

d. Pelayanan Penunjang Klinik

Pelayanan penunjang klinik meliputi pelayanan bank darah, perawatan intensif untuk semua golongan
umur dan jenis penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik.

e. Pelayanan Penunjang Nonklinik

Pelayanan penunjang nonklinik meliputi pelayanan laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan
pemeliharaan fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem informasi dan komunikasi,
pemulasaraan jenazah, sistem penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan pengelolaan air
bersih.

f. Pelayanan Rawat Inap.

Pelayanan rawat inap harus dilengkapi dengan fasilitas sebagai berikut:

 jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik Pemerintah;
 jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari seluruh tempat
tidur untuk Rumah Sakit milik swasta;
 jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima persen) dari seluruh tempat tidur untuk
Rumah Sakit milik Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta.

2. Sumber Daya Manusia


1. Tenaga Medis

Tenaga medis paling sedikit terdiri atas:

 9 (sembilan) dokter umum untuk pelayanan medik dasar;


 2 (dua) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi mulut;
 2 (dua) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis dasar;
 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis penunjang; dan
 1 (satu) dokter gigi spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik spesialis gigi mulut.

2. Tenaga Kefarmasian

Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas:

 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi Rumah Sakit;


 2 (dua) apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 4 (empat) orang tenaga
teknis kefarmasian;
 4 (empat) orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit 8 (delapan) orang tenaga
teknis kefarmasian;
 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang dapat
merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh
tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit.

3. Tenaga Keperawatan

 Jumlah kebutuhan tenaga keperawatan dihitung dengan perbandingan 2 (dua) perawat untuk 3 (tiga)
tempat tidur.
 Kualifikasi dan kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah
Sakit.

4. Tenaga Kesehatan lain

Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

5. Tenaga Non Kesehatan

Jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.

3. Peralatan Rumah Sakit

 Peralatan Rumah Sakit Umum kelas C harus memenuhi standar sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
 Peralatan paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat, rawat jalan, rawat
inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan, radiologi, laboratorium klinik, pelayanan darah,
rehabilitasi medik, farmasi, instalasi gizi, dan kamar jenazah.
 Daftar Peralatan

7. Bagaimana system pelaksanaan manajemen RS?


a. Indikator masukan (input), yaitu sumber daya atau masukan yang dikonsumsikan oleh
sistem. Sumber daya suatu sistem adalah manusia (man), uang (money), sarana
(material), metode (method), waktu yang disediakan (minute), dan pasar (market).
b. Indikator proses (process) adalah semua kegiatan sistem. Melalui kegiatan proses
akan diubah input menjadi output, yang terdiri dari perencanaan (planning),
organisasi (organizing), penggerakan (actuating), pengawasan dan evaluasi
(controling).
c. Indikator keluaran (output) adalah hal yang dihasilkan oleh proses.
d. Indikator efek (Effect) adalah perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat
yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan yang tersedia.
e. Indikator dampak (Impact) adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah
beberapa waktu lamanya.
Indikator umpan balik (feed back) yaitu merupakan hasil dari proses yang sekaligus
sebagai masukan untuk sistem tersebut.
f. Indikator lingkungan (Environment) yaitu lingkungan yang berada di luar sistem
yang mempengaruhi sistem tersebut.

8. Indikator/parameter pelayanan RS
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut
bersumber dari sensus harian rawat inap :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count
days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter
BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
Rumus :
(Jumlah hariperawa tan rumah sakit)
BOR  x 100%
(Jumlah tempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode)

2. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


AVLOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient
discharged during the period under consideration”. AVLOS menurut Depkes RI (2005)
adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran
tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum
nilai AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
Rumus :
(Jumlah lama dirawat)
avLOS 
(Jumlah pasien keluar (hidup  mati))

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :
((Jumlah tempat tidur x Periode) - Hari perawatan)
TOI 
(Jumlah pasien keluar (hidup  mati))

4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


BTO menurut Huffman (1994) adalah “...the net effect of changed in occupancy rate and
length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup  mati)
BTO 
Jumlah tempat tidur

5. NDR (Net Death Rate)


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-
tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah
sakit.
Rumus :
(Jumlah pasien mati  48 jam)
NDR  x 1000 0 /
(Jumlah pasien keluar (hidup  mati)) 00

6. GDR (Gross Death Rate)


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita
keluar.
Rumus :
(Jumlah pasien mati seluruhnya )
GDR  x 1000 o /
(Jumlah pasien keluar (hidup  mati)) oo

Standar

Grafik Barber
No Indikator DEPKES Johnson

1 BOR ( Bed Occupancy Rate) 60-85% 75-85%

2 LOS (Length Of Stay) 6-9 hari 3-12 hari

3 TOI (Turn Over Interval) 1-3 hari 1-3 hari

4 BTO (Bed Turn Over) 40-50 kali >30 kali

9. Apa saja faktor yang mempengaruhi BOR?

Anda mungkin juga menyukai