Anda di halaman 1dari 10

2.1.

Pengertian Kesulitan Belajar

Burton (1952:622-624) mengidentifikasikan bahwa seorang siswa dapat di anggap


mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan mengalami kegagalan (failure) tertentu
dalam mencapai tujuan belajarnya. Kegagalan belajar oleh Burton di definisikan sebagai
berikut :
1. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak
mencapai ukuran tingkatan keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery)
minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa
atau guru.
2. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat mencapai prestasi yang
semestinya, sedangkan dalam prediksi hal tersebut dapat ia raih dengan hasil yang
memuaskan.
3. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat
penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada
tingkat pelajaran berikutnya.

2.2. Klasifikasi Anak Kesulitan Belajar

Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, (1)
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (developmental learning
disabilities). (2) Kesulitan belajar akademik (academik learning disabilities). Kesulitan
belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencangkup gangguan motorik dan
persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian
prilaku sosial. Kesulitan belajar akademik pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian
prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan
tersebut menyangkup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis dan metematika.

2.3. Karakteristik Umum Anak Kesulitan Belajar

Secara umum, di antara siswa-siswa yang mengalami kesulitran belajar juga terdapat lebih
banyak perbedaan satu sama lain dibandingkan kesamaan (Basset et. al., 1996; National Join
Committee on Learning Disabilities, 1994). Mereka biasanya memiliki kekuatan-kekuatan
tapi mungkin mengalami tantangan sebagai berikut :
a. Kesulitan mempertahankan atensi ketika menghadapi distraksi
b. Keterampilan membaca yang buruk
c. Strategi belajar dan memori tidak efektif
d. Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan penalaran abstrak
e. Kurangnya pemahaman akan diri dan motivasi yang rendah dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademik (khususnya apabila mereka tidak menerima bantuan khusus
dalam bidang-bidang yang menjadi kesulitan mereka)
f. Keterampilan motorik buruk
g. Keterampilan social buruk

Namun tidak berarti bahwa karakteristik-karakteristik semacam itu dimiliki oleh semua siswa
yang mengalami kesulitan belajar. Beberapa dari antara mereka sangat perhatian di kelas dan
menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan rajin, dan beberapanya memiliki keterampilan social
yang baik dan popular di antara teman-teman sebayanya.

2.4. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar

2.4.1. Learning Disabilities

Learning disabilities (LD) adalah ketidakmampuan seseorang yang mengacu pada gejala dimana
anak tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajarnya dibawah potensi
intelektualnya. Anak LD adalah individu yang mengalami gangguan dalam satu atau lebih proses
psikologis dasar dan disfungsi sistem syarat pusat atau gangguan neurologisnyang
dimanifestasikan dalam kegagalan kegagalan yang nyata. Kegagalan yang sering dialami oleh
anak LD adalah dalam hal pemahaman, penggunaan pendengaran, berbicara, membaca, mengeja,
berfikir, menulis, berhitung dan keterampilan sosial. Kesulitan belajar tersebut bukan bersumber
pada sebab-sebab keterbelakangan mental, gangguan emosi, gangguan pendengaran, gangguan
penglihatan, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya atau ekonomi, tetapi dapat muncul
secara bersamaan.

Penelitian Dr. Levinson yang dilakukan secara terbatas memperlihatkan bahwa LD dan Dyslexia
adalah sama, dengan kata lain Dysleksia adalah suatu sindrum dari banyak ragam gejala yang
berbeda insensitasnya. Oleh karena itu, beberapa penderita dyslexic akan memiliki kelemahan-
kelemahan sederhana dalam pembacaan, pengejaan dan pengucapan sementara lainnya masalah-
masalah utama hanya pada berhitung, daya ingatdan kosentrasi. Semua penderita dyslexic
mengalami suatu gangguan fungsi telinga.

Ciri-ciri learning disabilities.

 Daya ingat terbatas (relatif kurang baik).


 Sering melakukan kesalahan yang konsisten dalam mengeja dan membaca.
 Lambat dalam mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi pengucaannya.
 Bingung dengan operasionalisasi tanda-tanda dalam pelajaran matematika.
 Sulit dalam mempelajari keterampilan baru, terutama yang membutuhkan daya ingat.
 Implusif yaitu bertindak tanpa difikir dahulu.
 Sulit berkosentrasi.
 Sering melanggar aturan baik dirumah maupun disekolah.
 Tidak mampu disiplin atau sulit merencanakan kegiatan sehari-hari.
 Menolak bersekolah.
 Tdak stabil dalam memegang alat tulis.
 acau dalam memahami hari dan waktu.

Faktor-faktor penyebab Learning Disabilities.

 Faktor keturunan (genetik) dan gangguan koordinasi pada otak.


 Kira-kira 14 area di otak berfungsi saat membaca, ketidakmampuan dalam belajar
disebabkan karena ada gangguan diarea otaknya

2.4.2. Underachiever

Underachiever jauh lebih kompleks dibanding dengan prestasi kurang. Konsep Underachiever
lebih berhubungan dengan kemampuan yang dimiliki seseorang. Seseorang dalam melakukan
kegiatan banyak berkaitan dengan kemampuan yang ia miliki. Kemampuan tinggi, maka
kecendrungan prestasi seseorang akan tinggi pula.“Underachievement” juga merupakan
salahsatu hal yang umum, yaitu berkembang luas dan lazim terjadi di setiap ruang kelas.
“Underachievement” merupakan suatu fenomena manusia yang universal dan menjadi ciri khas
seorang individu.

Di Indonesia belum ada devinisi yang baku tentang “Underachievement” ini. Para guru
umumnya memandang semua siswa yang memperoleh prestasi belajar rendah disebut siswa yang
“Underachievement”. Dalam kondisi seperti ini, kiranya dapat dipertimbangkan untuk
mengadopsi devinisi yang dikemukakan berbagai ahli diatas. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka dapat ditarik suatu pengrtian, bahwa prestasi dibawah kemempuan merupakan
suatu kondisi adanya ketimpangan antara prestasi akademik seseorang dengan kemempuan
intelektual yang dimilikinya. Siswa yang memilii prestasi dibawah kemempuannya atau yang
disebut dengan berprestasi kurang pada dasarnya memiliki kemempuan intelektual tergolong
tinggi, namun prestasi akademik yang diperoleh di sekolah tergolong redah.

Ciri-ciri Underachiever :

 Lebih banyak mengalami kekecewaan dan mampu mengontrol diri terhadap


kecemasannya
 Kurang mampu mrnyesuaikan diri dan kurang percaya pada diri sendiri.
 Kurang mampu mengikuti otoritas
 Kurang mampu dalam penerimaan soal
 Kegiatannya kurang berorientasi pada akademik dan sosial
 Lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan
 Kurang mampu menggunakan waktu luang
 Kurang berminat pada membaca dan berhitung
 Sikap negatif terhadap sekolah
 Faktor-faktor penyebab Underachiever
 Rendahnya dukungan orangtua
 Kebiasaan belajar
 Lingkungan belajar
 Kurang mampu menggunakan waktu luang.
 Kurang berminat pada membaca dan berhitung.
 Sikap negatif terhadap sekolah
Faktor-faktor penyebab Underachiever.
 Rendahnya dukungan orangtua
 Kebiasaan belajar.
 Lingkungan belajar.

2.4.3. SLOW LEARNER


Slow Learner adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu
yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain dan memiliki taraf potensi intelektual yang
sama. Apabila diamati, maka ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil
belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar.
Kelompok pertama merupakan sekolompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan
tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan
penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari. Kelompok kedua,
adalah sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan yang diharapkan karena ada
konsep dasar yang belum dikuasai, dapat pula ketuntasan belajar tak bisa dicapai karena proses
belajar yang sudah ditempuh tidak sesuai dengan karakteristik murid yang bersangkutan.
Ciri-ciri Slow Learner:
Pada umumnya anak yang lambat belajar adalah anak yang mempunyai kecerdasan dibawah
rata-rata, tetapi tidak sampai pada taraf imbisil atau idiot. Anak yang lambat belajar disebut juga
anak yang “subnormal” atau “mentally retarted”.
Gejala-gejala anak yang lambat belajar adalah:
 Perhatian dan kosentrasi singkat
 Reaksi lambat
 Kemempuan terbatas untuk mengerjakan hal-hal yang abstrak dan menyimpulkan.
 Kemampuan terbatas dalam menilai bahan yang relevan.
 Belajar lambat dan mudah lupa
 Berpandanagan sempit
 Tidak mampu menaganalisa, memecahkan masalah dan berfikir kritis.
Faktor-faktor penyebab Slow Learner:
Keinginan tigkah laku anak yang tergolong dalam slow learner adalah menggambarkan
adanya sesuatu yang kurang sempurna pada pusat susunan syarafnya, kemungkinan ada
sesuatu syaraf yang tidak berfungsi lagi karena telah mati atau setidak-tidaknya telah menjadi
lemah. Keadaan demikian itu biasanya terjadi pada anak masih dalam kandungan ibunya atau
pada waktu dilahirkan, dapat pula terjadi karena adanya faktor-faktor dari dalam (endogen)
atau dari luar (eksogen).

2.4.4. Learning Disorder

kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya
tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons
yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang
dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan
sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan
lemah-gemulai.

2.4.5. Learning Disfunction

Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang
yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley,
namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai dengan
baik.

2.5. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Pada dasarnya bila setiap kesulitan belajar terjadi, latar belakangnya akan bersumber pada
komponen-komponen yang berpengaruh atas berlangsungnya proses belajar-mengajar itu sendiri.

Menurut Burton (1952), variable yang mempengaruhi proses belajar mengajar dapat
dikelompokkan menjadi dua factor, yaitu dari dalam diri siswa dan factor dari luar diri siswa.

2.5.1. Faktor dari dalam (intern) siswa

Faktor dari dalam siswa antara lain :


a. Kelemahan fisik, seperti tidak berkembangnya susunan syaraf pusat karena cacat atau
sakit, kurang berkembangnya panca indera sehingga menyulitkan proses interaksi,
menderita penyakit menahun, dan ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi.
b. Kelemahan-kelemahan mental, seperti cacat mental, kurang semangat, serta pengalaman-
pengalaman traumatis.
c. Kelemahan-kelemahan emosional, seperti rasa tidak aman, phobia, maupun
ketidakmatangan.
d. Kelemahan-kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan yang salah, seperti banyak
melakukan kegiatan yang bertentangan dengan aktivitas sekolah.
e. Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti membaca,
menghitung, dsb.

2.5.2. Faktor-Faktor dari Luar (ekstern) siswa

Faktor-Faktor dari Luar (ekstern) siswa, meliputi :

a. Kurikulum yang seragam, bahan dan buku sumber yang tidak sesuai dengan tingkat-
tingkat kemantangan.
b. Beban belajar mengajar yang terlalu berat bagi siswa dan guru.
c. Populasi siswa yang terlalu besar dalam kelas.
d. Terlalu banyak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler.
e. Kekurangan gizi.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, adapula faktor yang yang juga menimbulkan
kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai faktor khusus
ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom
(syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan
psikis (Reber,1998) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan membaca.
2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya
memiliki potensi IQ yang normal bahkan diantaranya ada yang memiliki kecerdasan diatas
rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang menderita sindrom-sindrom tadi
mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan
pada otak (Lask, 1985: Rebert, 1988).
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Ellis Ormrod, Jeanne. 2009. Edisi Keenam Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan
Berkembang Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Fuadah, Charier. 2013. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar.


(http://charierfuadah.blogspot.com/2013/11/jenis-jenis-kesulitan-belajar.html. , di unduh
tanggal 19 Februari 2015 pukul 20:33)

Nursalim, Mochamad, dkk, 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya: University Press

Zulviyanti, Devi. 2013. Pengertian Kesulitan Belajar dan Gejala-Gejalanya.


(http://lousieaen.blogspot.com/2013/12/pengertian-kesulitan-belajar-dan-gejala.html., di
unduh tanggal 19 Februari 2015 pukul 20:36)

Anda mungkin juga menyukai