Anda di halaman 1dari 8

Nama : Devi Alvionita Sinaga

Kelas : Bki-2/ Semester v


Matkul : Instrument Konseling II

TES KREATIVITAS

A. Pengertian Kreativitas
Kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan suatu
pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi
pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang menurut kegunaannya).
Berdasarkan defenisi tersebut, berarti proses kreativitas bukan hanya sebatas
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat saja (meskipun sebagian besar orang
yang kreatif hampir selalu menghasilkan penemuan, tulisan, maupun teori yang
bermanfaat).
Menurut Munanda, kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan
sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan baru yang
dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk
melihat hubungan baru antara unsur yang sudah ada sebelumnya.
Kreativitas seseorang dapat dilihat dari tingkah laku atau kegiatannya
yang kreatif. Menurut Slameto, bahwa yang penting dalam kreativitas bukanlah
penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan
bahwa produk kreativitas merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan
tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada
umumnya.
B. Kreativitas dan Dimensinya
1. Konsep tentang Kreativitas
Menurut Clark Moustakis seorang ahli psikologi humanistik,
kreativitas yaitu pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan
identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri
sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. Adapun Torrance (1998) di
kutip Winkel (2004) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati
adanya masalah, membuat dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan
mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.
Munandar (2004) kreativitas adalah suatu kemampuan untuk
menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan
baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai
kemampuan untuk melihat hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah
ada sebelumnya. Pada beberapa pengertian tersebut garis besar dari
kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan
data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Dalam hal ini, kreativitas
sesungguhnya tidak perlu menciptakan hal-hal yang baru, tetapi
merupakan gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, maksudnya
yaitu semua pengalaman yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya
termasuk segala pengetahuan yang pernah diperolehnya.
Manusia yang belajar sering menghadapi situasi baru serta
permasalahan. Hal itu memerlukan kemmapuan individu yang belajar
untuk menyesuaikan diri serta memecahkan setiap permasalahan yang
dihadapi. Kecerdasan kreativitas (CI) yang dimiliki seseorang juga sama
seperti jenis kreativitas yang lain, dapat diukur. Jenis pengukuran yang
dilakukan pada intinya untuk menilai empat hal yang dimiliki oleh
seseorang yaitu : kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), orisinalitas
(originality), dan elaborasi (elaborations).
2. Teori-teori Kreativitas
a. Teori Psikoanalisa
Psikoanalisa memandang kreativitas sebagai hasil mengatasi
suatu masalah, yang biasanya dimulai sejak di masa anak-anak.
Pribadi kreatif dipandang sebagai seseorang yang pernah mempunyai
pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan
gagasan-gagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur
menjadi pemecahan inovatif dari trauma. Adapun tokoh tokohnya
adalah:
a) SigmundFreud
Ia menjelaskan proses kreatif dari mekanisme pertahanan, yang
merupakan upaya tak sadar untuk menghindari kesadaran
mengenai ide-ide yang tidak menyenangkan atau yang tidak dapat
diterima. Sehingga biasanya mekanisme pertahanan merintangi
produktivitas kreatif. Meskipun kebanyakan mekanisme
pertahanan menghambat tindakan kreatif, namun justru
mekanisme sublimasi justru merupakan penyebab utama dari
kreativitas.
b) Ernest Kris
Ia menekankan bahwa mekanisme pertahanan regresi
(beralih ke perilaku sebelumnya yang akan memberi kepuasaan,
jika perilaku sekarang tidak berhasil atau tidak memberi
kepuasaan) juga sering muncul dalam tindakan kreatif.
c) Carl Jung
Ia juga percaya bahwa ketidaksadaran memainkan peranan
yang amat penting dalam kreativitas tingkat tinggi. Alam pikiran
yang tidak disadari dibentuk oleh masa lalu pribadi. Dengan
adanya ketidaksadaran kolektif, akan timbul penemuan, teori,
seni, dan karya-karya baru lainnya. Prose inilah yang
menyebabkan kelanjutan dari eksistensi manusia.
b. Teori Humanistik
Humanistik lebih menekankan kreativitas sebagai hasil dari
kesehatan psikologis tingkat tinggi. Dan kreativitas dapat
berkembang selama hidup dan tidak terbatas pada usia lima tahun
pertama.
a) Abraham Maslow
Ia menekankan bahwa manusia mempunyai naluri-naluri dasar
yang menjadi nyata sebagai kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan
itu, diwujudkan Maslow sebagai hirarki kebutuhan manusia,
dari yang terendah hingga yang tertinggi.
b) Carl Rogers
Ia menjelaskan ada 3 kondisi dari pribadi yang kreatif,
adalah keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk
menilai situasi sesuai dengan Patoka pribadi seseorang,
kemampuan untuk bereksperiman atau untuk ‘bermain’ dengan
konsep-konsep.
c. Teori Cziksentmihalyi
Ciri pertama yang memudahkan tumbuhnya kreativitas
adalah Predisposisi genetis (genetic predispotition).Contoh seorang
yang system sensorisnya peka terhadap warna lebih mudah menjadi
pelukis, peka terhadap nada lebih mudah menjadi pemusik.
a) Minat pada usia dini pada ranah tertentu:
Minat menyebabkan seseorang terlibat secara
mendalam terhadap ranah tertentu, sehingga mencapai
kemahiran dan keunggulan kreativitas.
b) Akses terhadap suatu bidang:
Adanya sarana dan prasarana serta adanya
pembina/mentor dalam bidang yang diminati sangat
membantu pengembangan bakat.
c) Access to a field:
Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan
teman sejawat + tokoh-tokoh penting dalam bidang yang
digeluti, memperoleh informasi yang terakhir, mendapatkan
kesempatan bekerja sama dengan pakar-pakar dalam
bidang yang diminati sangat penting untuk mendapatkan
pengakuan.

C. Dimensi Kreativitas
Menurut Rodhes dimensi kreativitas terbagi menjadi empat yang disebut
The Four P’s of Creativity. Keempat P ini adalah Person, Process, Product, dan
Press.
1. Dimensi Person (Pribadi)
Kreativitas pada dimensi ini adalah upaya kreativitas yang berfokus
pada individu atau person dari individu yang dapat disebut kreatif.
Menurut Guilford ada empat kriteria dasar yang diperhatikan dalam
pribadi seseorang yakni :
a) Orisinal (original)
b) Sesuai dan berkaitan (appropriate dan relevant)
c) Kelancaran(fuent)
d) Fleksibel (flexible)

2. Dimensi Proses
Kreativitas pada dimensi ini adalah upaya kreativitas yang berfokus
pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif.
Menurut Wallas, ada empat tahap dalam proses kreatif, yaitu :
a) Tahap persiapan
b) Tahap inkubasi
c) Tahap iluminasi
d) Tahap verifikasi

3. Dimensi Press (dorongan atau dukungan)


Kreativitas yang menekankan pada faktor dorongan, baik itu dorongan
pada internal diri sendiri (keinginan, hasrat untuk mencipta, bersibuk diri
secara kreatif) maupun pada dorongan eksternal diri (lingkungan sosial
dan psikologis). Pada faktor ini ada lingkungan yang menghargai imajinasi
dan fantasi, dan menekankan kreativitas serta inovasi. Kreativitas kurang
berkembang dalam kebudayaan yang menekankan tradisi, yang kurang
terbuka dalam perubahan atau perkembangan baru. Karena itu, jika
lingkungan aman dan mampu menstimulasi maka lingkungan dapat
meningkatkan kreativitas anak.

4. Dimensi Product (menghasilkan produk)


Kreativitas pada dimensi ini adalah upaya kreativitas yang berfokus
pada produk atau apa yang sudah dihasilkan oleh individu baik itu sesuatu
yang baru atau sebuah penggabungan yang inovatif. Jadi, kreativitas tidak
hanya membuat sesuatu yang baru tetapi mungkin saja kombinasi dari
sesuatu yang sudah ada sebelumnya.

D. Pengukuran Kreativitas
1. Identifikasi dan Pengukuran Kreativitas
Menurut Dacey (1989), untuk mengukur bakat kreatif anak ada
beberapa dasar pertimbangannya, yakni untuk tujuan pengayaan, remedial,
bimbingan kejuruan, evaluasi pendidikan dan untuk mengkaji kreativitas
pada berbagai tahap kehidupan. Kreativitas atau bakat kreatif dapat diukur
secara langsung dan tidak langsung, dan dapat menggunakan metode tes
dan non tes.
Di Indonesia, ada beberapa tes yang dilakukan untuk mengetahui
kreativitas anak, bakat dan kemampuan intelektual anak, seperti :
a) Tes Stanford-Binet Intelligence scale for children
Binet mendapatkan tugas dari pemerintahan untuk mendeteksi
anak-anak yang memiliki kecerdasan terbelakang. Binet berasumsi
bahwa kecerdasan dapat diukur melalui tugas-tugas yang
menggunakan penalaran dan pemecahan masalah bukan pada
ketrampilan motorik (fisik).
b) Tes Inteligensi kolektif Indonesia
Tes Inteligensi Kolektif Indonesia (TIKI) adalah salah satu
rangkaian tes untuk menentukan tingkat kecerdasan individu. Tes ini
dibagi 3 kategori yaitu: tingkat dasar (TIKI-D), tingkat menengah
(TIKI-M) dan tingkat tinggi (TIKI-T). TIKI D, ditujukan untuk kelas
terakhir sekolah dasar (SD) dan dua tahun pertama dari pendidikan
menengah (SMP), bermaksud digunakan untuk melihat karakteristik
mengenai pengambilan keputusan individu.
c) Tes Potensi Akademik
Tes psikologi yang dapat mengungkap apa yang telah dicapai
seseorang secara intelektual. Karena mengungkap kualitas intelektual,
maka tinggi/rendah-nya nilai TPA sering dihubungkan dengan
tinggi/rendah-nya tingkat kecerdasan.
d) Tes Torrance
Tes untuk mengukur berpikir kreatif dan dapat digunakan mulai
usia prasekolah sampai tamat sekolah menengah, mempunyai bentuk
verbal dan figural (kemampuan bahasa dan intelektual).
e) Tes Kreativitas Verbal
Tes ini disusun berdasarkan model struktur intelek dari
Guilford, dengan dimensi operasi berpikir divergen, dimensi konten,
dimensi berpikir verbal, dan berbeda dalam dimensi produk.

Ada tiga penggunaan utama untuk tes kreativitas, yaitu :


a) Identifikasi Anak Berbakat Kreatif
b) Penelitian
c) Konseling

2. Validitas dan Reliabilitas Pengukurang Kreativitas


Stabilitas tes melewati berbagai administrasi disebut “test-retest
reliability” mendemonstrasikan reliabilitas test-retest merupakan kepentingan
kritis bagi setiap tes, karena ini berarti kita bisa memiliki rasa percaya diri
dalam skor yang dihasilkan oleh orang-orang ketika mereka
menggunakannya.
Studi penelitian telah menemukan bahwa tes berpikir divergent
reliable, studi memberikan hasil bahwa tes-tes tersebut beralasan bersifat
konsisten. Ini berarti kita bisa percaya diri bahwa skor seseorang bersifat
representatif, performansinya walaupun demikian ada satu penyebab yang
harus ditemukan di sini, kadang-kadang ditemukan bahwa performance pada
tes berpikir divergent dipengaruhi oleh kondisi dimana tes diberikan.

E. Jenis - Jenis Tes Kreativitas


1. Tes Kreativitas Berpikir
Guilford merupakan salah seorang ahli yang berusaha
mengembangkan instrumen yang diperlukan untuk mengukur kreativitas
berpikir. Temuan baru Guilford merupakan kemajuan penting dalam
psikologi dan pendidikan di mana kreativitas berpikir dapat diukur dan
memungkinkan dihubungkan dengan gejala kejiwaan lainnya. Terdapat
dua hal yang dapat disimpulkan dari instumen kreativitas berpikir yang
dikembangkan oleh Guilford yaitu :
a) Peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimum dalam
menjawab butir-butir instrumen. Oleh karenanya, instrumen yang
dipakai untuk mengukur kreativitas berpikir merupakan instrumen
jenis tes yang dikenal dengan tes kreativitas berpikir.
b) Peserta tes tidak memberikan respons atas alternatif yang sudah
disediakan, tapi harus memproduksi sendiri jawaban atas persoalan
yang diajukan. Oleh karenanya, Guilford menyebut kreativitas
berpikir dengan kemampuan memproduksi secara divergen (divergent
production abilities).
2. Tes kreativitas untuk anak prasekolah
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kreativitas seorang anak,
pakar pendidikan ini berupaya mengembangkan tes kreativitas verbal dan
figural. Tes kreativitas verbal dilakukan pada anak berusia minimal 10
Tahun karena dianggap sudah lancar menulis dan kemampuan
berbahasanya pun sudah berkembang. Adapun tes kreativitas figural
dilakukan terhadap anak mulai usia lima tahun. Adapun unsur penilaian
berpikir kreatif, sebagai berikut:
a) Fleksibel : anak mampu memberikan jawaban yang berbeda-beda.
Untuk gambar lingkaran, contohnya, anak mengasosiasikannya
sebagai piring, bulan, bola, dantelur dadar. Anak juga diminta untuk
membuat sebanyak mungkin objek mati maupun hidup pada gambar
lingkaran tadi. Namun, tes kreativitas ini bukan dimaksudkan sebagai
tes menggambar, melainkan sebagai tes gagasan, sehingga unsur
“keindahan" tidak diprioritaskan.
b) Orisinalitas: anak mampu memberikan jawaban yang
jarang/langkadan berbeda dengan jawaban anak lain pada umumnya.
Dari bentuk lingkaran yang sama, contohnya, anak mahir
menggambarkannya sebagai wajah orang.
c) Elaborasi: anak mampu memberikan jawaban secara perinci sekaligus
mampu memperkaya dan mengembangkan jawaban tersebut. Dia bisa
melengkapi gambar wajah tersebut dengan mata, hidung, bibir,
telinga, leher, rambut sampai aksesoris semisal kalung dan jepit
rambut. Makin detail ornamen atau organ-organ yang
digambarkannya, berarti mencirikan ia anak yang kreatif.

Anda mungkin juga menyukai