Anda di halaman 1dari 14

Mohamad Adnan: Delik Pencemaran Nama 482

Media Iuris Vol. 1 No. 3, Oktober 2018 e-ISSN: 2621-5225


DOI:
Article history: Submitted 3 September 2018; Accepted 7 September 2018; Available online 1 October 2018

DELIK PENCEMARAN NAMA BAIK YANG DILAKUKAN


OLEH ADVOKAT DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA
SEBAGAI KUASA KLIEN
Mohamad Adnan Fanani
adnanfanani18@gmail.com
Universitas Airlangga
Abstract
Everyone has a sense of self-respect about respect and self-respect about good name. The criminal
act of humiliation (beleediging) formed by the legislators, both general and special, is intended to
provide protection for the legal inerest regarding this feeling. Regarding criminal acts of humiliation
(defamation), there are those that are general insults and there are special insults regulated in the
Criminal Code. This journal uses normative research methods by examining the legal arrangements
regarding criminal defamation. The data source used in this thesis is secondary data and is classified
on primary legal material consisting of the Criminal Code, Law Number 18 of 2003 concerning
Advocates and secondary legal material consisting of books and legislation relating to criminal
liability in the case of a letter indicating the existence of a defamation offense committed by an
advocate in carrying out his duties as the client’s authority. Because this research is a normative
research, the data collection method used is the study of the Statute Approach and Conceptual
Approach. Data analysis used in this study uses qualitative data analysis. With this writing, it is
hoped that it can be useful and increase knowledge for its readers.
Keywords: Defamation; Advocates; Clients.

Abstrak
Setiap orang memiliki rasa harga diri mengenai kehormatan dan rasa harga diri mengenai nama
baik. Tindak pidana penghinaan (beleediging) yang dibentuk oleh pembentuk undang-undang, baik
yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus, ditujukan untuk memberi perlindungan bagi
kepentingan hukum mengenai rasa semacam ini. Tentang tindak pidana penghinaan (pencemaran
nama baik), ada yang merupakan penghinaan umum dan ada penghinaan khusus yang diatur dalam
KUHP. Jurnal ini menggunakan metode penelitian normatif dengan mengkaji pengaturan hukum
mengenai tindak pidana pencemaran nama baik. Sumber data yang digunakan dalam tesis ini adalah
data sekunder dan digolongkan atas bahan hukum primer yang terdiri dari KUHP, Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat dan UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, bahan hukum sekunder yang terdiri dari buku – buku dan peraturan perundang-undangan
yang berhubungan dengan pertanggungjawaban pidana dalam hal surat yang berindikasi adanya
delik pencemaran nama baik yang dilakukan oleh advokat dalam melaksanakan tugasnya sebagai
kuasa klien. Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian normatif maka metode pengumpulan
data yang digunakan adalah dengan studi Pendekatan Perundang-Undang an (Statute Approach)
dan pendekatan konseptual ( Conceptual Approach). Analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan analisis data kualitatif. Dengan penulisan ini diharapakan dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi para pembacanya.
Kata Kunci: Pencemaran nama baik; Advokat; Klien.

Pendahuluan
Pengertian advokat sendiri adalah seorang yang dapat membatu atau
483 Media Iuris: Vol. 1 No. 3, Oktober 2018

memberikan pendampingan dalam bentuk jasa bantuan masalah hokum dalam


pengekan hukumyang mengahadapi masalah hokum yang kedudukannya di
butuhkan pada masyarakat.peran yang dimilik advokat sendiri,yaitu kewajiban
dan bertanggungjawab atas klienya dimana ia di tunjuk untuk mendampingi dalam
tindak pidana yang melanggar hukum.
Sumpahnya advokat sendiri, dalam menjalankan tugasnya akan menjunjung
kebenaran atau tidak akan bebuat palsu meskipun itu berhubungan di dalam atau
di laur pengadilan.serta dokumen-dokumen yang di butuhkan dalam proses tindak
pidana semua surat-suratnya asli seperti gugatan atau tuntutan yang berdasarkan
hokum. Hal ini karena advokat harus menjujung kode etika advokat, dimana dalam
menjalankan tugasnya ia harus mematuhinya untuk membela atau mendampingi
kliennya dalam persidangan atau proses hokum yang berlaku.
Hak dan kewajiba advokat sendiri dalam menjalankan perannya harus sesuai.
Hal itu sendiri sesuai dengan Kode Etika Advokat Indonesia dan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Hubungan atara advokat dan kliennya di
pandang dari advokat sebagi officer of the court, yang mempunyai dua konsekuensi
yuridis, sebagai berikut:
1. Pengedilan akan memantau bahkan memaksakan agar advokat selalu tunduk
pada ketentuan Undang-Undang atau berperilaku yang patut dan pantas
terhadap kliennya.
2. Karena advokat harus membela kliennya semaksimal mungkin, maka advokat
harus hati-hati dan tunduk sepenuhnya kepada aturan hokum yang berlaku.
Advokat sendiri tidak boleh melanggar aturan hokum yang berlaku dalam
membela kliennya, sekaligus memetingkan orang lain yang bukan kilennya.
Karena ia di tunjuk sebagai jasa hokum pemberi nasehat atau pembelaan hukum
kepada kliennya dengan kata lain sebagai moderator kepeda yang bersengketa suatu
perkara baik itu perkara pidana,perdata, atau tata usaha Negara. Advokat sendiri
mejalankan kuasa, mendampingi dan melakukan tindakan hokum guna untuk
kepetingan klien yang di lakukan baik di dalm pengadilan maupun luar pengadilan
yang sesuai dengan kode etik advokat sendiri dan berhubungan dengan pekerjaanya
Mohamad Adnan: Delik Pencemaran Nama 484

yang berdasarkan ketentuan UU advokat no 18 tahun 2003.


Delik pencemaan nama baik, objek yang ingin di lindungi adalah kewajiban
setiap orang untuk menghormati orang lain dari sudut kehormatannnya dan nama
baiknya dimata orang lain meskipun orang tersebut telah melakukan kejahatn yang
berat. Kriminalisasi atas perbuatan pencemaran nama baik, penghinaan, hasutan,
dan menyebarkan kabar bohong merupakan upaya Negara melakukan perlindungan
terhadap reputasi atau nama baik orang maupun lembaga.1
Salah satu kasus yang terjadi akhir-akhir ini di lingkunagn kita adalah
pencemaran nama baik. Kasus ini biasanya terjadi di lingkungan masyarakat,
dalam hal ini kemajuan dan kecanggihan teknologi sangat berperan besar dalam
mendukung terjadinya kasus pencemaran nama baik. Delik pencemaran nama
baik bersifat subjektif, yaitu penilaian terhadap pencemaran nama baik tergantung
pada pihak yang diserang nama baiknya. Pencemaran nama baik melalui media
elektronik di atur Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik Psal 27 ayat (3).
Begitu mudah wartawan atau media dilaporkan ke polisi dengan tuduhan
pencemaran nama baik atau penghinaan. Dalam UU ITE, ketentuan penghinaan dan
pencemaran nama baik di atur dalam pasal 27 ayat (3) untuk menentukan adanya
penghinaan atau pencemaran nama baik, konten dan konteks menjadi bagian yang
sangat penting untuk di pahami.
Kasus delik pencemaran nama baik yang dilakukan advokat adalah kasus
Sutarjo, SH, MH dan Sudarmono, SH, dua advokat anggota Peradi Sidoarjo
tengah berusaha memperjuangkan nasibnya di Pengadilan Negeri Surabaya. Kedua
advokat itu ditetapkan sebagai tersangka Polda Jatim atas kasus fitnah berdasarkan
laporan notaries Mashudi, SH., Mkn. Mashudi merasa tidak terima karena Sutarjo
dan Sudarmono telah melaporkannya ke Majelis Pengawas Daerah Notaris Gresik
atas pelanggaran kode etik notaries terkait jual beli tanah. Meskipun keduanya

1
Galih Ian, R.,Tinjauan Atas pemberitaan yang Berindikasi Adanya Delik Pencemaran
Nama Baik Oleh Media Massa dalam Perpektif Kode Etika Jurnalistik dan UU Pers,(2009) vol 1
Jurnal univeritas jember.
485 Media Iuris: Vol. 1 No. 3, Oktober 2018

hanya menjalankan profesinya sebagai advokat, Polda Jatim tetap menetapkan


sutarjo dan sudarmono sebagai tersangka. Sedangkan dalam Undang- Undang
No 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan Putusan Mahkamah Konstitusi No 26/
PUU-XI/2013 dalam tugasnya terdakwah harus mendapatkan perlindungan hukum,
bahwa terdakwah seorang pemberi jasa hokum yang sedang betugas untuk membela
kilennya dan sudah di berikan kuasanya.
Kasus pencemaran nama baik atau penghinaan sendiri harus ada kehati-
hatian dari kita sebagai advokat karena bias sewaktu-waktu terulang mengenai diri
kita dengan kasus serupa. Karena telah terbangun satu persepsi bahwa membuat
dan mengajukan surat pengaduan ataupun sejenis termasuk surat somasi bias di
anggap sebagai pencemaran nama baik dalam pasal 311 yang menayatakan pasal
310 (1)” Barang siapa sengaja menyerang kehormatan atas nama baik seseorang
dengan menuduhkan sesuatu hal itu diketrahui umum, dikecam karena pencemaran
nama dengan pidana penjara paling lama Sembilan bulan atau pidana denda paling
banyak empat ribu lima ratus rupiah”. Untuk menghindari kesewenagna-wenagan
bila terjadi anjurkan agar para terdakwah langsung menyatakan banding di depan
majelis bahwa menilai pertimbangan tersebut telah mebarak Undang-Undang 18
Tahun 2003 tentang Advokat.
Berdasarkan uaraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian terhadap hal
tersebut yang kemudian akan di tuangkan dalam bentuk tesis yang berjudul Delik
Pencemaran Nama Baik Yang Dilakukan Oleh Advokat Dalam Melaksanakan
Tugasnya Sebagai Kuasa Klien.

Pencemaran Nama Baik


Perbuatan yang mengadu secara mefitnah,menghina baik itu secara ringan
termasuk perbuatan pencemaran nama baik karena perbuatan secara sengaja itu
dilakukan secara menuduh baik secara lisan atau tulisan. Pencemaran nama baik
sendiri bukanlah dianggap sesuatu yang baru. Di era yang semakin majumasi dan
komunikasi memiliki sifat eskalatif dimana teknologi informasi ini persaingan
sendiri semakin ketat sehingga banyak orang berfikir dengan berbagai cara untuk
Mohamad Adnan: Delik Pencemaran Nama 486

menyaingi lawannya sehingga pencemaran nama baik terdapat aturanya dalam


KUHP dan UU ITE. Pencemaran nama baik secara sengaja diartikan dimana pelaku
mengetahui perbuatan yang mengitimdasi korban.
Pencemaran nama baik yang oleh undang-undang diberi kualifikasi
pencemaran atau penistaan (smaad) dan pencemaran tertulis (smaadschrifft)
dirumuskan selengkapnya di dalam Pasal 310 KUHP, yakni: (1) Barang siapa
sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan
sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum, diancam
karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. (2) Jika hal itu dilakukan dengan
tulisan atau gambaran yang disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka
umum, maka diancam karena pencemaran tertulis dengan pidana penjara paling
lama satu tahun empat bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah. (3) Tidak merupakan pencemaran atau pencemaran tertulis, jika perbuatan
jelas dilakukan demi kepentingan umum atau karena terpaksa untuk membela diri.
Tercemarnya nama baik seseorang secara hakiki yang dapatr di nilai oleh
orang yang bersangkutan. Dengan kata lain, korbanlah yang dapat menilai secara
subjektif tentang konten atau bagian mana dari informasi dan dokumen elektronik
yang ia rasa telah menyerang kehoramtan atas nama baiknya.2

Advokat atau pengacara


Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat,3 yang di
maksut dengan advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hokum, baik
di dalam di luar pengdilan yang memenuhi persayaratan berdasarkan ketentuan
Undang-Undang ini. Isrilah pembelaan dalamperkara hokum yang sering dipakai
adalah pengecara tau advokat.
Pengertian berprofesi sebagai advokat : (sesuai UU 18 tahun 2003) Pasal 1 (1)
Ketentuan Umum Advokat dalaha : orang yang berprofesi memberi jasa hokum, baik

2
Oemar Seno Adji, Perkembangan Delik Pers di Indonesia (Erlangga1990).[36].
3
Ibid.[34].
487 Media Iuris: Vol. 1 No. 3, Oktober 2018

didalam maupun di laur pengadilan yang memenuhi persayartan berdasarkan umum.


Pasal 2 (2) Jasa Hukum adalah : jasa yang diberikan advokat berupa memberikan
konsultasi hokum, bantuan hokum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi
membela dan melakukan tindakan hokum lain untuk kepentingan hokum klien.

Tindak Pidana
Tindak pidana meruapak suatu tindakan yang dianggap menyalahi atau
melanggar suatu aturan hokum. Istlah belanda sendiri merupakan terjemaahan
dari bahasa Belanda “STRAFBAAR FEIT” yang dalam bahasa inggris dari kata
Criminal Act.4
1. Pandangan yang monistis, yang menyatakan bahwa dalam “ STRAFBAAR
FEIT” didalamnya terkandung “ perbuatan pidana” dan “pertanggungjawaban
pidana” sekaligus ( sarjanannya ; Simons, Van Hamel);
2. Pandangan yang dualism, yang menyatakan bahwa dalam “ STRAFBAAR
FEIT” harus dibedakan atau dipisahkan antara “ perbuatan pidana” dan
“pertanggungjawaban” sekaligus ( Sarjannya: Moelyatno, Roeslan Saleh).
Saya setuju dengan pendapat yang kedua ini yaitu pandangan dualisme.

Pertanggungjawaban Pidana
Pertanggungjawaban pidana adalah bukti dari pelaku yang berbuat tindak pidana
atau kesalahan yang dilakukannya dengan melawan hukum. Pertanggungjwaban terjadi
karena ada kesalahan tindak pidana. Pertanggungjawban pidana sendiri dianggap
perbuatan yang tercela di masyarakat dan itu harusdieprtanggungjwabakan oleh si
pembuat kesalahannya yang bertujuan agar memberi rasa jera atas tindakan pidananya.
Dengan adanya pertanggungjawban pidana dengan menegakkan norma hokum atas
konflik atau pidana yang di lakukan di masyarakat dapat menciptakaan rasa damai.
Kesalahan dalam tidak pidana sendiri ada dua jenisnya baik itu dilakukan
dengan kesengajaan dan kelalaian. Aapabila kesalahan dengan di sengaja, maka

4
Didik Endro Purwoleksono, hukum pidana (Airlangga University Press 2013).[43].
Mohamad Adnan: Delik Pencemaran Nama 488

si pelaku dapat dikenakan hokum pidana. Sedangakan kesalahan karna kelalaian


dapat dikenaknan tindak pidana lebih ringan. Seseorang yang di kenakan pidana
hanya akan dipidana jika memang terbukti dengan sah melakukan dan menyakini
kesalahannya sehingga di mintai mempertanggungjwabkan perbuatannnya.
Pasal 16 itu berbunyi” Advokat tidak dapat dituntut baik secara perdata
maupun pidana dalam menjalankan tugas profesinya dengan itikad baik untuk
kepetingan pembelaan klien dalanm siding pengadilan’. Namun, lebih lanjut lagi,
dalam penjelasan memang disebutrkan bahwa” uyang dimaksud dengan “itikad
baik” adalah menjalankan tugas profesi demi tegaknya keadailan berdasrkan hokum
untuk membela kepentingan kliennya”. Dengan demikina, betul bahwa advokat
tidak dapat di tuntut, baik secara perdata maupun secara pidana, namun ‘kjekebalan
“ itu dimilikinya selama dia menjalankan profesinya berdasarkan hokum. Pasal 15
UU No. 18/2013 Pasal ini persisnya berbunyi: “Advokat bebas dalam menjalankan
tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya dengan
tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-undangan”.

Delik Pencemaran Nama Baik Yang Dilakukan Oleh Advokat Dalam


Melaksanakan Tugasnya Sebagai Kuasa Klien
Indonesia, delik pencemaran nama baik masuk dalak katagori delik pidana
formal. System penegak hokum masing-masing mempnyai tugas dan wewenang
antara polisi sebagai penyidik, jaksa sebagai penuntut dan hakim bertugas sebagiai
yang memutuskan sebuah perkara, sedangkan advokat bertugas sebagai pemihak
pada masyarakat dengan membela dan member bantuan hokum untuk mendapatkan
keadilan yang seadil-adilnya sesiau dengan kode etik profesi advokat. Hubungan
advokat dengan klien sendiri harus mementingkan kepetingan klien daripada
kepetingan pribadinya.hubungan ini sendiri tentu saja berkaitan dengan pekerjaan
advokat yang sebagai penesehat hokum pada kliennya. Dalam bukunya Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal (1991), berdasarkan ketentuan yang ada di dalam KUHP, ada
enam macam penghinaan, yakni:
489 Media Iuris: Vol. 1 No. 3, Oktober 2018

a. Menista/smaad (pasal 310 KUHP)


b. Menista Dengan Tulisan/smaadschrift ( Pasal 310 ayat (2))
Pemberian jasa hukum yang dilakukan oleh Advokat kepada masyarakat
atau kliennya, dalam hukum positif Indonesia telah diatur secara jelas dan tegas
melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat. Landasan kerja Advokat sampai saat ini hanya menggunakan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat dan Kode
Etik Profesi Advokat sebagai tatanan dalam menertibkan kerja mereka sendiri
melalui berbagai Organisasi Advokat.
Advokat bertugas sebagai pemihak pada masyarakat dengan membela dan
member bantuan hokum untuk mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya sesiau
dengan kode etik profesi advokat. Hubungan advokat dengan klien sendiri harus
mementingkan kepetingan klien daripada kepetingan pribadinya.hubungan ini
sendiri tentu saja berkaitan dengan pekerjaan advokat yang sebagai penesehat
hokum pada kliennya.5
Unsur- unsur delik sendiri bias terpenuhi tuntutanya karena adanya tindakan
suatu pidana. Hal ini menjelaskan bukan semua tindak pidana dapat di tuntut tanpa
adanya suatu laporan pengaduan dari seseorang yang menjadi korban tindak pidana
itu sendiri. Laporan pengaduan ini sebagai pemberitahuan saja karena syarat bagi
korban penuntut adalah pengaduan sendiri. KUHP sendiri mengatur tentang azas
hokum pidana tentang pencamaran nama baik.

Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Advokat Dalam Pencemaran Nama


Baik Pada Saat Mendampingi Kliennya.
Pertanggungjawaban pidana adalah bukti dari pelaku yang berbuat tindak pidana
atau kesalahan yang dilakukannya dengan melawan hukum. Pertanggungjwaban terjadi
karena ada kesalahan tindak pidana. Pertanggungjawban pidana sendiri dianggap
perbuatan yang tercela di masyarakat dan itu harusdieprtanggungjwabakan oleh si

5
T Yosep parera, advokat dan penegak hokum (genta press Yogyakarta 2006).[4].
Mohamad Adnan: Delik Pencemaran Nama 490

pembuat kesalahannya yang bertujuan agar memberi rasa jera atas tindakan pidananya.
Dengan adanya pertanggungjawban pidana dengan menegakkan norma hokum atas
konflik atau pidana yang di lakukan di masyarakat dapat menciptakaan rasa damai.

Azas-azas Pertanggungjawaban Pidana


Dalam azas-azas pidana sendiri harus di dasari denganpertanggungjawaban
pidana, dan isi dari azas-azas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Culpability dan Absolute Liability
2. Tanggungjawab Individual dan Kolektif

Unsur-unsur Dalam Pertanggungjawaban Pidana


Pertanggungjawaban pidana adalah bukti dari pelaku yang berbuat tindak pidana
atau kesalahan yang dilakukannya dengan melawan hukum. Pertanggungjwaban terjadi
karena ada kesalahan tindak pidana. Pertanggungjawban pidana sendiri dianggap
perbuatan yang tercela di masyarakat dan itu harusdieprtanggungjwabakan oleh si
pembuat kesalahannya yang bertujuan agar memberi rasa jera atas tindakan pidananya.
Dengan adanya pertanggungjawban pidana dengan menegakkan norma hokum atas
konflik atau pidana yang di lakukan di masyarakat dapat menciptakaan rasa damai.
Menurut Ruslan Saleh, tidak ada gunanya untuk mempertanggungjawabkan
terdakwah atas perbuatanya apabila perbutan itu sendiri tidak bersifat melawan
hokum, maka lebih lanjut dapat pula dikatakan bahwa terlebih dahulu harus ada
kepastian tentang adanya perbuatan pidana, dan kemudian semua unsur-unsur
kesalahan harus dihubungkan pula dengan perbuatan pidana yang dilakukan,
sehingga untuk adanya kesalahan yang mengakibatkan dipidanannya terdakwa
maka terdakwa haruslah: 6
a) Melakukan perbuatan pidana;
b) Mampu bertanggung jawab;
c) Dengan kesengajaan atau kealpaan; dan
d) Tidak adanya alasan pemaaf.

6
Ibid.[94].
491 Media Iuris: Vol. 1 No. 3, Oktober 2018

Pertanggungjawaban pidana terhadap advokat dalam pencemaran nama


baik pada saat mendampingi kliennya
Maraknya kasus tentang tudingan delik pencemaran nama baik akhir- akhir ini
yang menjadi akibatnya dengan berkembangnya jaman di teknologi dan informatika
seperti internet dengan berbagai media social. Sehingga dengan mudah dan cepat
sesorang dapat melakukan pencemaran nama baik. Jika seseorang itu memeng
terbukti bersalah maka wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dilihat dari KUHP pencemaran nama baik diistilahkan sebagai penghinaan
atau penistaan terhadap seseorang. Penghinaan itu harus dilakukan dengan cara
menuduh seseorang telah melakukan perbuatan yang tertentu dengan maksud
tuduhan itu akan tersiar (diketahui orang banyak).7
Sebagai contoh kasus atas pencemaran nama baik yang di lakukan oleh
Advokat, Sutarjo SH dan Sudarmono, SH. Perlu diketahui,perkara ini bermula dari
surat pengaduan ke MPD Gresik atas Akte No 3 Notaris Mashudi, SH MKn tanggal
18 Mei 2009 oleh terdakwa  Sutarjo dan Sudarmono SH. Terdakwa mendapat
kuasa dari Khoyana untuk membuat dan mengirim surat pengaduan atas dugaan
pelanggaran etik yang dilakukan oleh Notaris dalam pembuatan akte.
Dugaan pelanggaran etik itu adalah pada waktu pembuatan Akte tidak
dibacakan, para pihak tidak menghadap dan tidak ada bukti pembayaran lunas oleh
pembeli. Notaris tidak terima atas pengaduan tersebut dan lalu melaporkan Terdakwa
di Polda Jatim hingga berlanjut dipersidangan ini. Oleh JPU terdakwa dijerat pasal
263 KUHP pemalsuan surat, pencemaran nama baik dengan surat pasal 311KUHP 
dan pengaduan fitnah kepada penguasa pasal 317 KUHP. Pada Surat tuntutan jaksa
hanya menuntut untuk pelanggaran pasal 263 KUH tentang pemalsuan.
Melihat penyelesaian kasus Sutarjo dan Sudarmono SH yang menuai banyak
kontroversi itulah maka penulis ingin mengkaji pertanggungjawaban kejahatan
pencemaran nama baik pada yang di lakukan advokat dalam mendampingi klien.
Pertanggungjwaban terjadi karena ada kesalahan tindak pidana. Pertanggungjawban

7
R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Leng-
kap Pasal Demi Pasal, (Politeia Bogor 1995).[226].
Mohamad Adnan: Delik Pencemaran Nama 492

pidana sendiri dianggap perbuatan yang tercela di masyarakat dan itu


harusdieprtanggungjwabakan oleh si pembuat kesalahannya yang bertujuan agar
memberi rasa jera atas tindakan pidananya.
Sidang kasus pemalsuan surat dengan terdakwa Advokat, Sutarjo SH dan
Sudarmono, SH kembali dilanjutkan di ruang Candra PN Surabaya, pada hari rabu
6 september 2016. Dalam sidang yang dipimpin majelis hakim Jihad Arkhanuddin
mengagendakan pledoi (pembelaan) dari tim kuasa hukum terdakwa.
Sidang lanjutan advokad Sutarjo dan Sudarmono kian hari kian memanas.
Bagaimana tidak, persidangan yang menghadirkan saksi ahli dalam kasus dua
advokad pada 17 mei 2017 di penuhi oleh advokad sebagai kuasa hukum dari
berbagai organisasi advokad dan wartawan yang meliput. Acara sidang ini
berlangsung lama karena saksi yang di hadirkan kali ini saksi ahli seorang Dosen
yang di datangkan dari UBHARA yang 30 tahun mengajar bidang mata kuliah
Ilmu Hukum pidana. Dr. Solehudin selaku saksi ahli mengemukakan “bahwa tidak
ada hak imunitas bagi advokat dan penegak-penegak hukum lainnya terhadap
pidana dimana perbuatan seseorang memenuhi unsur delik materil dan unsur
pelanggaran terhadap substansi yang ada maka ia sudah termasuk pelanggaran
pidana dan sesuai menjadi terdakwa.
Dalam pembelaannya tim kuasa hukum terdakwa menyatakan inti dari nota
pembelaan ini adalah untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa terdakwa sebagai
Advokat yang sedang menjalankan profesinya dengan mendapat kuasa dari kliennya
harus mendapatkan perlindungan hukum sesuai amanat UU No 18 Tahun 2003
tentang Advokat dan putusan Mahkamah Konstitusi No. 26/PUU-XI/2013, juga untuk
menunjukkan bahwa Jaksa Penuntut Umum (JPU) dapat mengajukan tuntuan hukum.
Pasal 16 UU No. 18/2003 tentang Advokat, hak imunitas advokat yang
dimaksud Pasal 16 meliputi tindak-tanduk advokat baik di dalam dan di
luar  pengadilan.  advokat berhak atas kekebalan dari tuntutan hukum, selama hal
itu masih dalam konteks menjalankan profesi dan didasari pada itikad baik. Itu pasal
dalam satu rangkaian, satu kesatuan. Artinya kalau benar-benar dilakoni dengan
itikad baik, walaupun diluar pengadilan itu harus dilindungi, karena kalau tidak
493 Media Iuris: Vol. 1 No. 3, Oktober 2018

dia tidak bebas melakukan tugasnya. Sebagai landasan podoman Advokat dalam
menangani kasus. Mahkamah Konstitusi (MK) mengabulkan permohonan perkara
26/PUU-XI/2013,  pengujian Pasal 16 Undang-Undang (UU)  Nomor 18 Tahun
2003 tentang Advokat yang terkenal sebagai hak imunitas advokat yang diajukan
oleh sejumlah advokat.
Pertanggungjawaban tindak pidana terjadi karena adanya perbuatan yang
melanggar hokum di dalamnya. Sekalipun itu advokat atau seseorang yang berkerja
sebagai penegak hokum harus juga mempertanggungjawabkannya jika terbukti
melakukan kesalahan yang melanggar kode atika profesi advokat. Meskipun
dengan mutlaknya dia tidak dapat sepenuhnya baik itu berupa pidana atau perdata
yang sesuai dengan perundang-undanganya.

Pertanggungjawaban pidana terhadap seseorang dalam pencemaran nama baik.


Suatu pertanggung jawaban pidana sendiri dapat terjadi karena adanya suatu
tindakan pidana, baik itu dilakukan dengan kesalah berupa sengaja atau kelalaian.
Seperti juga yang terjadi pada masyarakat jika seseorang terbukti besalah mereka
juga haru mertanggung jawaban tidak pidana. Dalam Kitab Undang-Undang Pidana
Indonesia seseorang yang dapat dipidana tidak cukup apabila orang tersebut telah
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau bersifat melawan
hukum, akan tetapi dalam penjatuhan pidana orang tersebut juga harus memenuhi
syarat “Bahwa orang yang melakukan perbuatan itu mempunyai kesalahan atau
bersalah. Dengan perkataan lain orang tersebut dapat dipertanggung jawabkan atas
perbuatannya atau jika dilihat dari sudut perbuatannya, perbuatannya itu dapat
ipertanggung jawabkan”,disini berlaku asas tiada pidana tanpa kesalahan (Nulla
poena sine culpa).

Kesimpulan
1. Dalam pasal 310-315 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang didalamnya
menyangkut tentang pencemaran nama baik. Sedangkan menurut UU ITE,
pencemaran nama baik sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 27 ayat
Mohamad Adnan: Delik Pencemaran Nama 494

(3). pencemaran nama baik adalah setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat
diaksesnya informasi elektronik yang memiliki muatan penghinaan atau
pencemaran nama baik. Pencemaran nama baik yang di lakukan oleh advokat
sendiri,ia bebas untuk mengexplorkan peryataan di persidangan pengadilan
dalam membela kasus perkara klienye yang sesuai dengan kode etikanya.
2. Pertanggungjawaban pidana terhadap advokat dalam mendampingi klien.
Advokat diperbolehkan mendampingi kilennya yang menjadi terperikasa,
namun ada rambu-rambu yang harus di taati. Pertangungjawaban pidana
kesalahan terbesarnya sendiri sudah di atur dalam Pasal 16 UU No. 18/2003
tentang Advokat, hak imunitas advokat.

Daftar Bacaan
Buku
Oemar Seno Adji, Perkembangan Delik Pers di Indonesia (Erlangga 1999).

------------, Mass Media dan Hukum, cet 2. (Erlangga 1997).

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Kencana 2005).

Moeljantno, Asas-Asas Hukum Pidana (Rineka Capita 2015)

-------------, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Bumi Aksara 2007)

Muhammad Nuh. Etika Profesi Hukum (CV. Pustaka Setia 2011).

Roeslan Saleh, Pikiran-pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana (Ghalia


Indonesia 1982)

----------------, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana; Dua


Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana (Ghalia Indonesia 1980)

R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-


Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (Politeia 1995).

Dwija Priyatno, Kebijakan Legislatif tentang Sistem Pertanggungjawaban


Korporasi di Indonesia (Utomo 2004).
495 Media Iuris: Vol. 1 No. 3, Oktober 2018

Didik Endro Purwoleksono, Hukum Pidana (Airlangga University Press 2013).

Theodorus Yosep Parera, Advokat Dan Penegak Hukum (Genta press 2016).

Andi Zainal Abidin, Hukum Pidana I (Sinar Grafika 1993).

Jurnal
Galih Ian, R.,Tinjauan Atas pemberitaan yang Berindikasi Adanya Delik Pencema-
ran Nama Baik Oleh Media Massa dalam Perpektif Kode Etika Jurnalistik
dan UU Pers,(2009) vol 1 Jurnal univeritas jember.

Laman
R, Galih Ian. 2009 “Tinjauan Atas Pemberitaan yang Berindikasi Adanya Delik
Pencemaran Nama Baik Oleh Media Massa dalam Perspektif Kode Etik
Jurnalistik Dan UU Pers”. Jurnal Tugas akhir Mahasiswa. Di akses 20
Februari 2017.

Tian. Nugroho. 2010. ”melawan-pers-dengan-delik-pencemaran-nama-baik”.


http://www.romeltea.com/2010/01/0. diakses pada hari Selasa 20 Februari
2017.

Robbani , Verdy Burhanuddin. 2016 “Analisis Yuridis Pertanggungjawaban


Wartawan Atas Aduan Pencemaran Nama Baik”. Jurnal Tugas akhir
Mahasiswa. Diakses 25 Februari 2017.

HOW TO CITE: Mohamad Adnan Fanani, ‘Delik Pencemaran Nama Baik Yang Dilakukan Oleh Advokat Dalam Melaksanakan Tugasnya
Sebagai Kuasa Klien’ (2018) Vol. 1 No. 3 Media Iuris.

Anda mungkin juga menyukai