Primary survey : Survey yang selalu dilakukan pada saat ada kasus trauma dan merupakan metode yang
dilakukan scr cepat dalam waktu 5 menit. Dilihat dari airway, breathing, circulation, defibrillation.
Pemeriksaan dan tindakan untuk mengamankan organ vital
Gurgling : suara seperti berkumur oleh karena adanya akumulasi cairan darah atau lendir yang berada di
sekitar orofaring.
Triple airway maneuver : tindakan untuk mengetahui adanya cedera cervical (head tilt, chin lift, dan jaw
thrust). Head tilt (mendorong kepala ke belakanhg), chin lift (mengangkat dagu dan mendorong kepala
ke belakang), jaw thrust (paling baik dilakukan pada kasus trauma cervical, mempososikan kepala segaris
linier untuk menghindari dr cedera leher, dari os mandibular ditarik keatas oleh sudut jari)
Definitive airway : alat seperti pipa dalam trakea dengan balon yang dikembangkan sebagai alat bantu
pernapasan. Pipa akan dihunungkan dengan O2 agar pasien bisa bernapas, kesadaran turun pada pasien
akan dirangsang dengan rangsangan muntah.
Intubasi oral dan nasal : apabila tidak dapat dilakukan ini maka dilakukan surgical airway
(cricotiroidektomi, trakeostomi)
STEP 2
STEP 7
o Surgical
Krikotiroidotomi
trakeostomi
Penolong harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan napas
agar tercapai volume udara yang cukup. Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan
hanya 16–17%. Penolong juga harus memperhatikan respon dari korban / pasien
setelah diberikan bantuan napas.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60–
80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah jantung (cardiac
output) hanya 25% dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari
menemukan pasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan
bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
D (DEFRIBILATION)
Defibrilation atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan dengan istilah defibrilasi adalah suatu
terapi dengan memberikan energi listrik. Hal ini
dilakukan jika penyebab henti jantung (cardiac arrest)
adalah kelainan irama jantung yang disebut dengan
Fibrilasi Ventrikel. Dimasa sekarang ini sudah tersedia
alat untuk defibrilasi (defibrilator) yang dapat
digunakan oleh orang awam yang disebut Automatic
External Defibrilation, dimana alat
tersebut dapat mengetahui korban henti jantung ini harus dilakukan defibrilasi atau
tidak, jika perlu dilakukan defibrilasi alat tersebut dapat memberikan tanda kepada
penolong untuk melakukan defibrilasi atau melanjutkan bantuan napas dan bantuan
sirkulasi saja
2. Apa saja macam-macam pemeriksaan kesadaran dan bagaimana cara pemeriksaan kesadaran
pasien?
Cara pemeriksaannya :
a. Dipanggil kalau gak ada respon dirangsang nyeri, kemudian diihat EMV
GCS : dilihat dari eye, verbal, motoric
Eye
Spontan terbuka : 4
Rangsang terhadap adanya suara : 3
Rangsang terhadap adanya nyeri : 2
Tidak ada respon : 1
Verbal
Orientasi baik/ bisa bicara dgn jelas : 5
Bingung/ ngomng tapi tidak nyambung : 4
Hanya bisa membentuk kata : 3
Bergumam : 2
Tidak ada suara : 1
Motorik
Bisa menuruti perintah : 6
Mampu melokalisir rangsang nyeri : 5
Menolak rangsang nyeri/withdrawal : 4
Fleksi abnormal : 3
Ekstensi abnormal : 2
Tidak ada gerakan : 1
GCS
Skor komposmentis : 14-15
Skor apatis : 12-13
Skor somnolent : 11-12
Skor Stupor : 8-10
Skor koma :<5
AVPU
Alert : kesadaran pasien (responsive/-), tanpa stimulus apapun dapat berbicara dengan benar,
dapat menjelaskan tempat dan kejadian
Verbal : dapat berkomunikasi, pasien dapat menjawab/-
Pain : nyeri di pangkal kuku atau intercostal, pasien dapat merasakan nyeri apabila tubuh
Unresponsive : apabila nyeri tidak direspon, pasien tidak respon walu diberi stimulus apapun
a. secara kualitatif
1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya
acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap
cahaya).
3. Bagaimana interpretasi dari skala Glasglow E3V4M5 dan jelaskan skala glasglow?
Sama no 2
4. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik yang ditemukan (laju pernafasan 28x/menit, SPO2
96%)?
Hasil TTV :
TD 100/60 mmHg (hipotensi)
HR 115x/menit (takikardi)
RR 28x/menit (takipneu)
SpO2 96% (normal)
“Mono” is a viral disease that can cause periorbital edema in the early stages of
mononucleosis
infection.
irregular sleep Too little or too much sleep can cause fluid retention.
high-salt diet Consuming lots of salty foods can lead to fluid retention.
high alcohol
Alcohol can cause dehydration, which can lead to fluid retention.
consumption
smoking Smoking cigarettes can lead to hormonal imbalances causing fluid retention.
Allergic reactions can cause inflammation of the small blood vessels (capillaries)
allergies
around the eyes.
skin disorders Skin disorders that cause skin inflammation can result in periorbital edema.
Getting older naturally causes the body to lose more water throughout the day,
aging
and this can cause fluid retention.
Crying irritates the eyes, causing inflammation that can result in temporary
crying
periorbital edema.
This infection is caused by a tropical insect called a kissing bug. It can cause
Chagas disease
swelling on one side of the body. The swelling usually isn't painful.
nephrotic
This condition is caused by problems in the kidneys, which cause fluid retention.
syndrome
dysfunctional tear
Clogged or malfunctioning tear glands can cause inflammation around the eyes.
glands
obstruction of the An obstruction of part of the heart called the superior vena cava can cause blood
superior vena cava to build up in body parts above the heart, resulting in periorbital edema.
Also called pink eye, this viral disease causes inflammation and redness of the
conjunctivitis
eyes.
Any injury near the eye socket can cause inflammation and redness of the eye
trauma to the eye
orbit, resulting in periorbital edema.
Gurgling
Sumbatan parsial : ada suara berisik dan retraksi ; ngorok ( snoring chin lift), gurgling
(cairan, berkumur finger swab, suction), crowing (nada tinggi, karena edem di trakea
jaw thrust).
Sumbatan total : dada tidak mengembang saat inspirasi tidak ada suara dari mulut atau
hidung, retraksi supra clavicula.
Jenis-jenis suara nafas tambahan karena hambatan sebagian jalan nafas :
i. Snoring : suara seperti ngorok, kondisi ini menandakan adanya kebuntuan jalan
napas bagian atas oleh benda padat, jika terdengar suara ini maka lakukanlah
pengecekan langsung dengan cara cross-finger untuk membuka mulut
(menggunakan 2 jari, yaitu ibu jari dan jari telunjuk tangan yang digunakan untuk
chin lift tadi, ibu jari mendorong rahang atas ke atas, telunjuk menekan rahang
bawah ke bawah). Lihatlah apakah ada benda yang menyangkut di tenggorokan
korban (eg: gigi palsu dll). Pindahkan benda tersebut
ii. Gargling : suara seperti berkumur, kondisi ini terjadi karena ada kebuntuan yang
disebabkan oleh cairan (eg: darah), maka lakukanlah cross-finger(seperti di atas),
lalu lakukanlah finger-sweep (sesuai namanya, menggunakan 2 jari yang sudah
dibalut dengan kain untuk “menyapu” rongga mulut dari cairan-cairan).
iii. Crowing : suara dengan nada tinggi, biasanya disebakan karena pembengkakan
(edema) pada trakea, untuk pertolongan pertama tetap lakukan maneuver head tilt
and chin lift atau jaw thrust saja
Penyebab
Trauma : Kecelakaan, gantung diri
Sumbatan saluran napas atas dapat dibagi menjadi 4 derajat berdasarkan kriteria Jackson.
Jackson I ditandai dengan sesak, stridor inspirasi ringan, retraksi suprasternal, tanpa
sianosis.
Jackson II adalah gejala sesuai Jackson I tetapi lebih berat yaitu disertai retraksi supra
dan infraklavikula, sianosis ringan, dan pasien tampak mulai gelisah.
Jackson III adalah Jackson II yang bertambah berat disertai retraksi interkostal,
epigastrium, dan sianosis lebih jelas.
Jackson IV ditandai dengan gejala Jackson III disertai wajah yang tampak tegang, dan
terkadang gagal napas.
Chin lift : dagu bagian sentral ditarik ke depan dengan tangan yang
lain. Tidak boleh akibatkan hiperekstensi leher, aman untuk C-spine
injury
Jaw thrust : jari indeks dan lainnya ditempatkan pada kedua sisi
antara sudut rahang dan telinga serta rahang ditarik ke depan
Head tilt : leher diekstensikan sejauh mungkin dengan menggunakan
satu tangan. Tidak boleh dilakuakan pada curiga c spine injury
Cara Pemberian Aliran Oksigen Konsentrasi
(Liter / menit) (% FiO2)
Nasal Kateter / Kanul 1 21-24
2 25-28
3 29-32
4 33-36
5 37-40
6 41-44
Masker Sederhana 5-6 40
6-7 50
7-8 60
Masker dengan Kantong 6 60
Simpan 7 70
8 80
9 90
10-15 95-100
Masker Venturi 4-8 24-35
10-12 40-50
Head box 8-10 40
Ventilator mekanik bervariasi 21-100
Advanced Trauma Life Support for Doctors, American College of Surgeons Committee on Trauma, 7 th
edition
Buku Panduan Advanced Cardiac Life Support, PERKI 2010
Definitif Airway adalah suatu pipa di dalam trachea dengan balon (cuff) yang
dikembangkan, pipa tersebut dihubungkan dengan suatu alat bantu pernafasan yang
diperkaya oksigen dan airway tersebut dipertahankan dengan menggunkan plester.
Kebutuhan utk Perlindungan Kebutuhan utk Ventilasi
Airway
Pasien tidak sadar (GCS <8) Apnea :
- Paralisis neuromuscular
- Tidak sadar
Fraktur maksilofasial berat Usaha nafas yang tidak adekuat :
- Takipnea
- Hipoksia
- Hiperkarbia
- Sianosis
Bahaya aspirasi : Cedera kepala tertutup berat yang
- Perdarahan membutuhkan ventilasi
- Muntah
Bahaya sumbatan : Kehilangan darah yang massive dan
- Hematoma leher memerlukan resusitasi volume
- Cedera laring, trachea
- Stridor
a. Non Surgical
i. Intubasi Endotrachea
Proses memasukkan pipa ET ke dalam trachea pasien. Bila pipa
dimasukkan melalui mulut, disebut intubasi orotrachea, sedangkan jika
pipa dimasukkan melalui hidung disebut intubasi nasotrachea.
o Kegunaan :
Membuka jalan nafas atas
Membantu pemeliharaan oksigen konsentrasi tinggi
Mencegah jalan nafasa dari aspirasi isi lambung / benda asing
Mempermudah suction dalam trachea
Alternative untuk memasukkan obat
o Indikasi :
Cardiac arrest bila ventilasi kantung nafas tidak memungkinkan /
tidak efektif
Pasien sadar dengan gangguan pernafasan dan pemberian oksigen
yang tidak adekuat dengan lat-alat ventilasi yang non invasive
Pasien yang tidak bisa mempertahankan jalan nafas (koma)
b. Surgical
i. Tracheostomi
ii. Cricotiroidotomi
o Indikasi :
Ketidakmampuan melakukan intubasi trachea
Edema glottis
Fraktur laryng
Perdarahan Orofaring berat yang membuntu airway dan pipa ET
tidak dapat dimasukkan ke dalam plica
Advanced Trauma Life Support for Doctors, American College of Surgeons Committee on Trauma, 7 th
edition
10. Bagaimana diagnosis dan diagnosis banding dari kasus pada scenario?
11. Apa saja indikasi pemasangan definitive airway?
Definitif Airway adalah suatu pipa di dalam trachea dengan balon (cuff) yang
dikembangkan, pipa tersebut dihubungkan dengan suatu alat bantu pernafasan yang
diperkaya oksigen dan airway tersebut dipertahankan dengan menggunkan plester.
c. Non Surgical
i. Intubasi Endotrachea