Infeksi Postpartum
PEMBIMBING
Disusun Oleh :
Syahputra Hutasoit
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Infeksi Postpartum”. Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan syarat
dalam melaksanakan pendidikan Dokter Muda di RSUD Sidikalang.
Syahputra Hutasoit
2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
1.1. Definisi...............................................................................................................6
1.2. Epidemiologi......................................................................................................6
1.3. Etiologi...............................................................................................................7
1.7. Penatalaksanaan................................................................................................14
BAB III........................................................................................................................16
KESIMPULAN...........................................................................................................16
BAB IV........................................................................................................................17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.1
Kenaikan suhu yang terjadi didalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi
nifas. Kenaikan suhu pada masa nifas disebabkan oleh infeksi panggul, adanya
peningkatan suhu tersebut setelah melahirkan merupakan indeks yang cukup dapat
dihandalkan untuk menentukan insiden infeksi panggul. Terdapat sejumlah faktor
yang dapat menyebabkan demam dengan suhu 38,0 oC atau lebih tinggi pada masa
nifas. Sebagian besar demam persisten setelah kelahiran bayi di sebabkan oleh infeksi
saluran genital.3
4
dan lebih sering terjadi pada persalinan prematur. Perkiraan kematian yang terjadi
karena tetanus sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian terjadi di Afrika dan Asia
Tenggara. Penyebab kematian ibu di Indonesia tahun 2010 meliputi infeksi post
partum 9,6 %, persalinan lama 6,5 % anemia 1,6 %, komplikasi abortus 11,1 %, dan
preeklamsia 12,9 %.3,4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Definisi
Infeksi nifas atau infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai
38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan.1
1.2. Epidemiologi
1.3. Etiologi
7
Faktor predisposisi adalah infeksi genital pada masa nifas yang
disebabkan oleh persalinan macet, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, pemantauan janin intravaginal dan bedah sesar. Walupun bedah
sesar termasuk dalam resiko, sebenarnya hal ini disebabkan oleh persalinan dan
lingkungan (keterbatasan sarung tangan, air besih, sabun dll). Pada bedah sesar,
risiko infeksi didapatkan lebih tinggi dari padapersalinan pervaginam. Kuman
penyebab utama adalah E. Coli, streptococci, anaerobic microorganism seperti
bacteroides dan gonococci, Chlamydia trachomatis sering menjadi penyebab,
tetapi dengan gejala klinik yang relatifringan, kemudia dapat terjadi perionitis
dengan resiko perihepatis serta sumbatan tuba Fallopi. Salah satu penyebab
infeksi nifas yang paling berbahaya dan menyebabkan kematian adalah grup A
Streptococcus (GAS) atau Streptococcus pyogenes. Ada beberapa sindrom yang
baru di temukan antar lain streptococcus Toxic Shock Syndrome (strep TSS),
yang disebabkan oleh endotoksin yang diproduksi oleh GAS. Di negara
berkembang, thromboembolic disease (TED) juga temasuk dalah daftar
penyebab kematian ibu. Infeksi jarang disebabkan oleh hanya satu jenis
organisme, namun lebih sering merupakan kombinasi dari beberapa jenis bakteri
aerob dan anaerob.2,3
8
Enterokokus Peptostreptokokus Klamidia trakomatis
Mobilunkus sp
Faktor resiko untuk terjadinya infeksi nifas sangat bervariasi dan pada
umumnya dibagi menjadi faktor yang berkaitan dengan status sosio ekonomi,
proses persalinan dan tindakan yang dilakukan pada saat persalinan.3,5
9
Fakotr persalinan : poses persalinan sangat mempengaruhi resiko timbulnya
infeksi nifas, diantaranya ialah partus lama atau partus kasep, lamanya
ketuban pecah, korioamniotitis, pemakaian monitoring janin intrauterin,
jumlah pemeriksaan dalam yang dilakukan selama proses persalinan dan
perdarahan yang terjadi.
Sebelum ketuban pecah dan amnion berada dalam keadaan steril. Disisi
lain, serviks, vagina dan sekitarnya memiliki folra normal atau bakteri
kolonisasi. Ketuban pecah lama, vagina touche berulang, penggunaan alat
monitor fetus internal, persalinan traumatik yang menggunakan alat (misalnya
forsep) atau insisi pada operasi caesar dapat mengintroduksi bakteri dari vagina
atau kulit kedalam rahim, amnion dan jaringan nonvital sekitarnya. 3,4
10
bakteri ini akan berkembang biak dengan cepat dan agresif bila terdapat hematon
dan jaringan mati.
Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.
Metritis : merupakan bentuk infeksi yang sering terjadi. Gejala klinis berupa
demam tinggi (diatas 38,3 oC) dapat disertai mengigilbila terjadi bakteremia,
nyeri abdomen bagian bawah, dan lokia berbau busuk, purulen dan dapat
11
disertai perdarahan pasca persalinan. Pemeriksaan darah tepi akan
menunjukkan leukositosis (15000-30.000/uL) terutama peningkatan sel-sel
polimorfonuklear. Metritis diterapi dengan antibiotik spektrum luas.
Infeksi pada luka insisi : resiko ini semakin tinggi terutama pada pasien
dengan imunosupresi atau imonokompromasi, yaotu diabetes, obesitas,
anemia atau penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Adanya hemato dan
benda asing juga meningkatkanlaju infeksi. Infeksi pada luka insisi dapat
menyebabkan selulitis, abses dan dehisiensi (lepasnya luka jahitan). Dapat
terjadi radang yang berkembang menjadi abses luka, eritema, pasien juga
mengalami demam yang dimulai dari hari ketiga pasca persalinan.
Necrotizing fasciitis : infeksi luka berlanjut hingga ke fasia dan lapisan otot.
Pada luka perineum, infeksi dapat menyebar hingga ke otot paha, bokong atau
dinding perut. Gejala biasanya nya baru muncul hari ke 3 atau ke 5. Gejala
awal mirip dengan infeksi yang lebih superfisial, namun dapat menyebabkan
sepsis dan kebocoran kapiler sehingga terjadi syok dan hemokonsentrasi.
Infeksi aneksia dan salpingitis : infeksi dapat menginvasi tuba dan ovarium,
menyebabkan salpingitis dan abses ovarium. Pasien mengalami demam dan
nyeri perut bagian bawah dan lokia berbau.
Flegmon parametrium : adalah area selulitis dengan indurasi yang besar dan
berbatas tegas. Flegmon akan teraba pada pemeriksaan bimanual sebagai
massa indurasi keras terbatas tegas di parametrium
Demam merupakan tanda klinik utama, sering juga tidak dijumpai tanda
klinik lain. Kadang-kadang didapatkan adanya nyeri pada uterus. Suhu tubuh
penderita umumnya berkisar melebihi 38oC – 39 oC, demam yang terjadi juga
sering disertai mengigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya bakterimia
yang bisa terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya timbul pada hari ke 3
13
disertai nadi yang cepat. Penderita biasanya mengeluhkan adanya nyeri abdomen
yang pada pemeriksaan bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek.5,6,7
1.7. Penatalaksanaan
Tatalaksan bergantung pada jenis infeksi dan organ yang terinfeksi. 3,4
Meritis : lakukan rehidrasi oral atau intravena untuk mencegah syok dan
berikan oksigen. Bila terjadi anemia berat, lakukan transfusi. Bila ada
plasenta tertinggal lakukan kuretase.pasien perlu dirawat hingga mengalami
perbaikan. Berikan antibiotik spektrum luas. Antibiotik pilihan adalah
golongan sefalosporin generasi II dan II + metronidazole 500 mg/IV / 8 jam.
Terai diberikan hingga 24 jam bebas demam dan pasien boleh pulang
Inpeksi luka insisi : berikan antibiotik spektrum luas untuk bakteri gram
positif selama 5 hari. Jika ditemukan adanya pus atau cairan serosa
kemerahan, jahitan luka perlu dibuka lakukan drainase dan kompresantiseptik
rutin.
14
Tromboflebitis septik : dirawat untuk pemantauan yang insentif dan
pencegahan emboli paru. Berikan antibiotik spektrum luas, berikan analgetik
atau OAINS untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
15
BAB III
KESIMPULAN
Infeksi nifas atau infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai
38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan. Infeksi
berasal dari 2 sumber utama, ibu dan lingkungan, termasuk di dalamnya tempat
persalinan, tempat perawatan dan rumah. Faktor predisposisi adalah infeksi
genital pada masa nifas yang disebabkan oleh persalinan macet, ketuban pecah
dini, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, pemantauan janin intravaginal dan
bedah sesar. Walupun bedah sesar termasuk dalam resiko, sebenarnya hal ini
disebabkan oleh persalinan dan lingkungan (keterbatasan sarung tangan, air
besih, sabun dll). Infeksi jarang disebabkan oleh hanya satu jenis organisme,
namun lebih sering merupakan kombinasi dari beberapa jenis bakteri aerob dan
anaerob. Gejala klinis demam biasanya timbul pada hari ke 3 disertai nadi yang
cepat. Penderita biasanya mengeluhkan adanya nyeri abdomen yang pada
pemeriksaan bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek. Pada
penatalaksanaan diberikan berdasarkan jenis dan organ yang terinfeksi.
16
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
17