Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN REFARAT

Infeksi Postpartum

PEMBIMBING

dr. Erwynson Saut Simanjuntak, SpOG

Disusun Oleh :

Syahputra Hutasoit

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD SIDIKALANG
2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
melimpahkan berkat dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Infeksi Postpartum”. Makalah ini diajukan sebagai pemenuhan syarat
dalam melaksanakan pendidikan Dokter Muda di RSUD Sidikalang.

Dalam proses penyelesaian laporan ini, saya banyak mendapatkan bantuan


dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini saya
menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada dokter yang membimbing saya
serta teman-teman sejawat.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan


dalam penulisan Makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan demi kesempurnaannya.

Sidikalang, Oktober 2017

Syahputra Hutasoit

2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I.............................................................................................................................4

PENDAHULUAN.........................................................................................................4

BAB II...........................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6

1.1. Definisi...............................................................................................................6

1.2. Epidemiologi......................................................................................................6

1.3. Etiologi...............................................................................................................7

1.4. Faktor Resiko....................................................................................................10

1.5. Cara terjadinya infeksi......................................................................................11

1.5. Jenis – jenis infeksi nifas..................................................................................12

1.6. Gambaran klinis................................................................................................14

1.7. Penatalaksanaan................................................................................................14

BAB III........................................................................................................................16

KESIMPULAN...........................................................................................................16

BAB IV........................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

Nifas atau puerperium adalah periode waktu atau masa dimana organ-organ
reproduksi kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini membutuhkan waktu
sekitar 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.1

Infeksi nifas (infeksi puerperium, puerperal infection) adalah keadaan yang


mecakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa nifas. Infeksi nifas
merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan setiap infeksi bakteri di
traktus genitalia setelah kelahiran. Infeksi panggul merupakan penyulit paling serius
pada masa nifas. Infeksi panggul, preeklamsi, dan perdarahan obstetri merupakan
trias letal penyebab kematian ibu selama beberapa dekade pada abad ke 20. 1,2

Kenaikan suhu yang terjadi didalam masa nifas, dianggap sebagai infeksi
nifas. Kenaikan suhu pada masa nifas disebabkan oleh infeksi panggul, adanya
peningkatan suhu tersebut setelah melahirkan merupakan indeks yang cukup dapat
dihandalkan untuk menentukan insiden infeksi panggul. Terdapat sejumlah faktor
yang dapat menyebabkan demam dengan suhu 38,0 oC atau lebih tinggi pada masa
nifas. Sebagian besar demam persisten setelah kelahiran bayi di sebabkan oleh infeksi
saluran genital.3

Dalam sebuah penelitian, 94 % kasus infeksi pascapersalinan didiagnosa


setelah keluar dari rumah sakit. Cara persalinan merupakan satu faktor resiko utama
yang penting terhadap terjadinya infeksi. Pelahiran pervaginam yang berisiko tinggi
mengalami infeksi disebabkan oleh pecah ketuban, persalinan lama dan pemeriksaan
servik berulang, mempunyai 5 % sampai 6 % insiden terjadi nya infeksi. Di negara
berkembang insiden infeksi berkisar antara 1 ; 10/1.000 pada persalinan cukup bulan

4
dan lebih sering terjadi pada persalinan prematur. Perkiraan kematian yang terjadi
karena tetanus sekitar 550.000 lebih dari 50 % kematian terjadi di Afrika dan Asia
Tenggara. Penyebab kematian ibu di Indonesia tahun 2010 meliputi infeksi post
partum 9,6 %, persalinan lama 6,5 % anemia 1,6 %, komplikasi abortus 11,1 %, dan
preeklamsia 12,9 %.3,4

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Definisi

Infeksi nifas atau infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai
38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan.1

1.2. Epidemiologi

Infeksi nifas masih merupakan penyebab utama kematian ibu di negara


berkembang, demam merupakan salah satu gejala atau tanda yang paling mudah
dikenali. Dibeberapa negara didapatkan adanya kolerasi antara timbulnya gejala
dengan persalinan yang ditolong oleh dukun bayi. Bilamana didapatkan HIV
AIDS yang tinggi, maka infeksi oportunistik yang terjadi diantara perempuan
dalam kondisi imunosupresi akan menimbulkan masalah khusus dalam
pengendalian infeksi.3,4

Di negara berkembang insiden infeksi berkisar antara 1 ; 10/1.000 pada


persalinan cukup bulan dan leih sering terjadi pada persalinan prematur. Di
Amerika Serikat dari tahun 1998 sampai 2008 terdapat 45 juta orang rawat inap
untuk melahirkan dan infeksi postpartum adalah komplikasi 1 dari 3333
persalinan. Terjadinya risiko berat 1 ; 10,823 persalinan dan kematian terkait
infeksi 1 ; 105,263. Perkiraan kematian yang terjadi karena tetanus sekitar
550.000 lebih dari 50 % kematian terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Penyebab
kematian ibu di Indonesia tahun 2010 meliputi infeksi post partum 9,6 %,
persalinan lama 6,5 % anemia 1,6 %, komplikasi abortus 11,1 %, dan
preeklamsia 12,9 %.3.5
6
Presentasi perempuan dengan gejala infeksi genital

Negara Nyeri Perut Demam Tinggi Duh Berbau


Bawah

India 4,4 % 5,5 % 0,5 %

Mesir 21,9 % 15,5 % 9,8 %

Bangladesh 19,0 % 16,5 % 10, 2 %

Indonesia 15,2 % 13,4 % 4,5 %

1.3. Etiologi

Infeksi berasal dari 2 sumber utama, ibu dan lingkungan, termasuk di


dalamnya tempat persalinan, tempat perawatan dan rumah. Infeksi yang terjadi
pada hari pertama kehidupan pada umumnya berasal dari kontak dengan
mikroorganisme yang berasal dari ibu. Infeksi yang terjadi setelah itu lebih
sering berasal dari lingkungan walaupun mungkin tampak pada saat persalinan.
Bagaimanapun tindakan yang dilakukan selama persalinan dapat menjadi
penyebab potensial terjadinya infeksi. Bermacam-macam jalan kuman masuk
ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar),
autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari
jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah
streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni
normal jalan lahir. Kuinan-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain
adalah 2,3

7
Faktor predisposisi adalah infeksi genital pada masa nifas yang
disebabkan oleh persalinan macet, ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam yang
terlalu sering, pemantauan janin intravaginal dan bedah sesar. Walupun bedah
sesar termasuk dalam resiko, sebenarnya hal ini disebabkan oleh persalinan dan
lingkungan (keterbatasan sarung tangan, air besih, sabun dll). Pada bedah sesar,
risiko infeksi didapatkan lebih tinggi dari padapersalinan pervaginam. Kuman
penyebab utama adalah E. Coli, streptococci, anaerobic microorganism seperti
bacteroides dan gonococci, Chlamydia trachomatis sering menjadi penyebab,
tetapi dengan gejala klinik yang relatifringan, kemudia dapat terjadi perionitis
dengan resiko perihepatis serta sumbatan tuba Fallopi. Salah satu penyebab
infeksi nifas yang paling berbahaya dan menyebabkan kematian adalah grup A
Streptococcus (GAS) atau Streptococcus pyogenes. Ada beberapa sindrom yang
baru di temukan antar lain streptococcus Toxic Shock Syndrome (strep TSS),
yang disebabkan oleh endotoksin yang diproduksi oleh GAS. Di negara
berkembang, thromboembolic disease (TED) juga temasuk dalah daftar
penyebab kematian ibu. Infeksi jarang disebabkan oleh hanya satu jenis
organisme, namun lebih sering merupakan kombinasi dari beberapa jenis bakteri
aerob dan anaerob.2,3

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi nifas

Aerob Anaerob Lain-lain

Steptokokus grup A, B, dan Peptokokus sp Mikoplasma sp


D

8
Enterokokus Peptostreptokokus Klamidia trakomatis

Bakteri gram negatif – Bakteriodis fragilis grup Neisseria gonorrea


eskerisia koli, Klebsiella
dan Proteus sp

Stafilokokus aureus Prevotella sp

Stafilokokus epudermidis Klostridium sp

Gardnerella vaginalis Fusobakterium sp

Mobilunkus sp

1.4. Faktor Resiko

Faktor resiko untuk terjadinya infeksi nifas sangat bervariasi dan pada
umumnya dibagi menjadi faktor yang berkaitan dengan status sosio ekonomi,
proses persalinan dan tindakan yang dilakukan pada saat persalinan.3,5

 Faktor sosio ekonomi : penderita dengan status sosioekonomi rendah


mempunyai resiko timbulnya infeksi nifas jika dibandingan dengan kelas
ekonomi menengah, terutama bila timbul faktor resikoyang lain misalnya
ketuban pecah prematus dan seksio sesaria. Status sosiekonomi yang rendah
ini dihubungkan dengan timbulnya anemia, status nutrisi gizi yang rendah,
perawatan antenatal yang tidak adekuat, dan obsesitas.

9
 Fakotr persalinan : poses persalinan sangat mempengaruhi resiko timbulnya
infeksi nifas, diantaranya ialah partus lama atau partus kasep, lamanya
ketuban pecah, korioamniotitis, pemakaian monitoring janin intrauterin,
jumlah pemeriksaan dalam yang dilakukan selama proses persalinan dan
perdarahan yang terjadi.

 Faktor tindakan persalinan : seksio sesaria merupakan faktor utama


timbulnya infeksi nifas. Penderita yang mengalami seksio sesar mempunyai
resiko 5-30% lebih besar untuk mengalami infeksi nifas, dengan resiko
endometritis 12-51 % lebih besar. Selain itu, beberapa tindakan pada
persalinan misalnya ektraksi forsep, tindakan episiotomi, laserasi jalan lahir,
dan pelepasan plasenta secara manual juga meningkatkan resiko timbulnya
infeksi nifas.

1.5. Cara terjadinya infeksi

Sebelum ketuban pecah dan amnion berada dalam keadaan steril. Disisi
lain, serviks, vagina dan sekitarnya memiliki folra normal atau bakteri
kolonisasi. Ketuban pecah lama, vagina touche berulang, penggunaan alat
monitor fetus internal, persalinan traumatik yang menggunakan alat (misalnya
forsep) atau insisi pada operasi caesar dapat mengintroduksi bakteri dari vagina
atau kulit kedalam rahim, amnion dan jaringan nonvital sekitarnya. 3,4

Pada persalinan pervaginam, bakteri akan menginfeksi desi dua dan


tempat implantasi plasenta terlebih dahulu lalu menyebar ke miometrium
terdekat. Sementara pada persalinan melalui operasi caesar, bakteri menginfeksi
luka insisi, lalu menyebar ke miometrium dan jaringan parametrium. Bakteri-

10
bakteri ini akan berkembang biak dengan cepat dan agresif bila terdapat hematon
dan jaringan mati.

. infeksi dapat terjadi karena hal-hal berikut

 Tangan pemeriksa atau penolong yang tertutup sarung tangan pada


pemeriksaan dalam atau operasi membawa baktero yang sudah ada dalam
vagina kedalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan dan
alat-alat yang dimaksukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari
kuman.

 Droplet infection. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri


yang berasal dari hidung atau tenggorokkan dokter atau asisten dokter.

 Dalam rumah sakit selalu banyak kuman-kuman patogen, berasal dari


penderita-penderita dengan berbagai jenis infeksi.kuman-kuman bisa terbawa
oleh aliran udara keman-mana, antara lain kehanduk, kain dan alat-alat yang
steril, serta yang digunakan untuk merawat ibu dala persalinan atau pada
waktu nifas.

 Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab infeksi penting, kecuali
apabila mengakibatkan pecahnya ketuban.

1.5. Jenis – jenis infeksi nifas

Infeksi nifas sangat beragam bergantung pada orang yang terinfeksi.


Infeksi nifas dapat berbentuk sebagai berikut. 3,4

 Metritis : merupakan bentuk infeksi yang sering terjadi. Gejala klinis berupa
demam tinggi (diatas 38,3 oC) dapat disertai mengigilbila terjadi bakteremia,
nyeri abdomen bagian bawah, dan lokia berbau busuk, purulen dan dapat

11
disertai perdarahan pasca persalinan. Pemeriksaan darah tepi akan
menunjukkan leukositosis (15000-30.000/uL) terutama peningkatan sel-sel
polimorfonuklear. Metritis diterapi dengan antibiotik spektrum luas.

 Infeksi pada luka insisi : resiko ini semakin tinggi terutama pada pasien
dengan imunosupresi atau imonokompromasi, yaotu diabetes, obesitas,
anemia atau penggunaan kortikosteroid jangka panjang. Adanya hemato dan
benda asing juga meningkatkanlaju infeksi. Infeksi pada luka insisi dapat
menyebabkan selulitis, abses dan dehisiensi (lepasnya luka jahitan). Dapat
terjadi radang yang berkembang menjadi abses luka, eritema, pasien juga
mengalami demam yang dimulai dari hari ketiga pasca persalinan.

 Necrotizing fasciitis : infeksi luka berlanjut hingga ke fasia dan lapisan otot.
Pada luka perineum, infeksi dapat menyebar hingga ke otot paha, bokong atau
dinding perut. Gejala biasanya nya baru muncul hari ke 3 atau ke 5. Gejala
awal mirip dengan infeksi yang lebih superfisial, namun dapat menyebabkan
sepsis dan kebocoran kapiler sehingga terjadi syok dan hemokonsentrasi.

 Infeksi aneksia dan salpingitis : infeksi dapat menginvasi tuba dan ovarium,
menyebabkan salpingitis dan abses ovarium. Pasien mengalami demam dan
nyeri perut bagian bawah dan lokia berbau.

 Flegmon parametrium : adalah area selulitis dengan indurasi yang besar dan
berbatas tegas. Flegmon akan teraba pada pemeriksaan bimanual sebagai
massa indurasi keras terbatas tegas di parametrium

 Abses pelvic : pasien dapat mengalami demam berkepanjangan, tidak


membaik dengan memberikan antibiotik intravena spektrum luas, nyeri perut
bagian bawah dan perut terlihat membesar. Abses pelvic membutuhkan
drainase sekain terapi antibiotik.
12
 Peritonitis : merupakan komplikasi mentritis dengan luka insisi yang
mengalami dehisensi atau akibat rupturnya abses pelvis, abses aneksa atau
abses parametrium. Pasien akan mengekuh nyeri perut menyeluruh, anoreksia,
muntah, dan pemeriksaan auskultasi menunjukkan bising usus menghilang
dan terjadi ileus adinamik

 Tromboflebitis septik : infeksi dapat menyebar melalui pembuluh vena uterina


dan vena ovarika. Keadaan ini harus dicurigai bila pasien tetap demam
walaupun telah mendapat antibiotik intravena spektrum luas selama 5 hari.
Keadaan ini menyebabkan nyeri perut bagian bawah atau nyeri perut
unilateral pada hari ketiga pasca kelahiran, dengan atau tanpa
demam.gambaran khasnya adalah pasien tampak sakit berat dan mengigil
berulang kali hampir tanpa demam. Setelah itu suhu suhu badan akan
befluktuasi dengan tajamlalu kemudian turun menjadi febris. Pada
pemeriksaan dalam kadang terasa masa lunak diebelah lateral uterus, namun
sering kali tidak teraba apa-apa karena vena ovarika sulit dicapai.

 Toxic syok syndrome

 Infeksi saluran kemih

 Mastitis dan abses payudara

1.6. Gambaran klinis

Demam merupakan tanda klinik utama, sering juga tidak dijumpai tanda
klinik lain. Kadang-kadang didapatkan adanya nyeri pada uterus. Suhu tubuh
penderita umumnya berkisar melebihi 38oC – 39 oC, demam yang terjadi juga
sering disertai mengigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya bakterimia
yang bisa terjadi pada 10-20% kasus. Demam biasanya timbul pada hari ke 3

13
disertai nadi yang cepat. Penderita biasanya mengeluhkan adanya nyeri abdomen
yang pada pemeriksaan bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek.5,6,7

1.7. Penatalaksanaan

Tatalaksan bergantung pada jenis infeksi dan organ yang terinfeksi. 3,4

 Meritis : lakukan rehidrasi oral atau intravena untuk mencegah syok dan
berikan oksigen. Bila terjadi anemia berat, lakukan transfusi. Bila ada
plasenta tertinggal lakukan kuretase.pasien perlu dirawat hingga mengalami
perbaikan. Berikan antibiotik spektrum luas. Antibiotik pilihan adalah
golongan sefalosporin generasi II dan II + metronidazole 500 mg/IV / 8 jam.
Terai diberikan hingga 24 jam bebas demam dan pasien boleh pulang

 Inpeksi luka insisi : berikan antibiotik spektrum luas untuk bakteri gram
positif selama 5 hari. Jika ditemukan adanya pus atau cairan serosa
kemerahan, jahitan luka perlu dibuka lakukan drainase dan kompresantiseptik
rutin.

 Peritonitis : pasang selang nasogastrik untuk deskompresi tekanan akibat


ileus adinamik. Rehidrasi secara agresif, menggunakan NaCl atau RL
sebanyak 3000 mL intravena. Terapi antibiotik spektrum luas.

 Flegmon : membutuhkan antibiotik intravena lebih lama dari pada metritis,


hingga 7 hari atau lebih

 Abses pelvis : memerlukan drainase yang dapat dilakukan melalui laparatoi


atau kolpotomi. Setelah drainase berikan antibiotik intravena sepeti pada
metritis hingga 24 jam bebas demam.

14
 Tromboflebitis septik : dirawat untuk pemantauan yang insentif dan
pencegahan emboli paru. Berikan antibiotik spektrum luas, berikan analgetik
atau OAINS untuk mengurangi nyeri dan inflamasi

 Mastitis dan abses payudara : berikan antibiotik seperti klosasilin 500 mg PO


tiap 6 jam selama 10 hari.

 Infeksi saluran kemih : terapi antibiotik lini pertama adalah ampicilin


sulbactam 2 x 750 g atau ko-amosiklav 3 x 1000 g.

15
BAB III
KESIMPULAN

Infeksi nifas atau infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai
38oC atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan. Infeksi
berasal dari 2 sumber utama, ibu dan lingkungan, termasuk di dalamnya tempat
persalinan, tempat perawatan dan rumah. Faktor predisposisi adalah infeksi
genital pada masa nifas yang disebabkan oleh persalinan macet, ketuban pecah
dini, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, pemantauan janin intravaginal dan
bedah sesar. Walupun bedah sesar termasuk dalam resiko, sebenarnya hal ini
disebabkan oleh persalinan dan lingkungan (keterbatasan sarung tangan, air
besih, sabun dll). Infeksi jarang disebabkan oleh hanya satu jenis organisme,
namun lebih sering merupakan kombinasi dari beberapa jenis bakteri aerob dan
anaerob. Gejala klinis demam biasanya timbul pada hari ke 3 disertai nadi yang
cepat. Penderita biasanya mengeluhkan adanya nyeri abdomen yang pada
pemeriksaan bimanual teraba agak membesar, nyeri dan lembek. Pada
penatalaksanaan diberikan berdasarkan jenis dan organ yang terinfeksi.

16
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse,Spong, Williams Obstetrics 23


edition, Chapter 31: Infeksi Nifas, pp 691-700, 2010

2. Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse,Spong, Williams Obstetrics 23


edition, Chapter 30: Masa Nifas, pp 674-688, 2010

3. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edition 4, Chapter 27: Asuhan


Nifas Normal, pp 356-365, 2008.

4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Edition 4, Chapter 49: Demam


pascapersalinan, pp 643-658, 2008.

5. Timbawa, Sriani, Rina Kundre dkk, E-journal Keperawatan. Vol 3 Available


from : http://ejournal.unsrat.ac.id date: 15 sd oct,2017.

6. Wong, Andy W, Postparum Infections. Available from :


https://emedicine.medscape.com/article date: 15 sd oct,2017.

7. World Health Organization. Managing puerperal sepsis. Available from :


http://www.who.int. date: 15 sd oct,2017.

17

Anda mungkin juga menyukai