TUGAS 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia galanga
Dengan Maserasi (Rendaman 24x3 jam)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK : 1
KELAS: C
DOSENPEMBIMBING:
SitiRofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Indonesia dikenal sebagai negara terbesar kedua dengan sumber daya hayati
yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Di Indonesia terdapat lebih
kurang 30.000 jenis tumbuh - tumbuhan, lebih kurang 7.500 jenis
diantaranya termasuk tanaman berkhasiat obat (Kotranas, 2006). Tanaman
yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat.
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat yang digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit (Flora, 2008).
Banyak tamanan obat saat ini sedang diteliti untuk mengetahui kandungan
bahan aktif didalamnya yang berkhasiat sebagai pengobatan, salah satunya
adalah tanaman kencur (Kaempferia galanga L) yang diketahui berkhasiat
sebagai antiinflamasi.
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu jenis empon-
empon atau tanaman obat. Tanaman kencur yang tergolong dalam suku
temu-temuan (Zingiberaceae) ini, juga termasuk komoditas yang memiliki
prospek pasar sangat baik. Sebab, kencur termasuk bahan baku penting dalam
industri seperti obat tradisional, kosmetika, obat herbal terstandar, saus,
rokok, bumbu, bahan makanan, dan minuman penyegar dalam maupun luar
negeri. Kelebihan lain dari kencur yaitu dalam kondisi basah, kencur yang
dipanen saat berumur lebih dari 10 bulan dapat disimpan dalam gudang
selama 3– 4 bulan. Sedangkan dalam kondisi kering, dapat disimpan di gudang
selama 3– 4 tahun dengan manfaat yang sama dengan kencur segar. Bahkan,
harganya jauh lebih mahal, meski bentuknya menyusut, kadar airnya berkurang,
dan baunya berubah (Anonim, 2007).
Secara empirik, kencur berkhasiat sebagai obat untuk batuk, gatal-gatal pada
tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal, pengompres
bengkak/radang, tetanus dan penambah nafsu makan (Miranti, 2009). Sulaiman
dkk. (2007), menyatakan bahwa rimpang kencur dapat digunakan sebagai untuk
hipertensi, rematik, dan asma.
Penelitian yang dilakukan Sulaiman dkk. (2007) ini juga melaporkan bahwa
ekstrak air daun kencur mempunyai aktivitas antiinflamasi yang diuji pada radang
akut yang diinduksi dengan karagenan. Kandungan minyak atsiri dari rimpang
kencur diantaranya terdiri atas miscellaneous compounds (misalnya etil p-
metoksisinamat 58,47%, isobutil β-2furilakrilat 30,90%, dan heksil format
4,78%); derivat monoterpen teroksigenasi (misalnya borneol 0,03% dan kamfer
hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (misalnya kamfen 0,04% dan
terpinolen 0,02%) (Sukari dkk., 2008).
1.2.Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan ekstarksi rimpang Kaemferia galangal L
dengan menggunakan metode maserasi konvensional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Kencur (Kaempferiagalanga)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kencur
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia L.
Jenis : Kaempferia galanga L. (USDA, 2010)
(Preetha, 2016)
Gambar 2.1
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)
2.1.2Morfologi Tanaman
Kencur merupakan terna tahunan, berbatang basal tidak begitu tinggi,
lebih kurang 20 cm dan tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal, berwarna hijau
dengan pinggir merah kecoklatan bergelombang. Bentuk daun jorong lebar
sampai bundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkai
berlekuk, dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas tidak berbulu,
sedangkan bagian bawah berbulu halus. Tangkai daun pendek, berukuran 3-10
cm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, berwarna putih.
Jumlah daun tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan
(Damayanti, 2008).
Bunga tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari
panjang sekitar 4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau putih
keunguan. Bunga tersusun setengah duduk, mahkota bunga berjumlah 4-12
buah dengan warna putih lebih dominan. Tanaman kencur berbeda dengan
famili Zingiberaceaelainnya, yaitu daunnya merapat ke permukaan tanah,
batangnya pendek, akar serabut berwarna coklat kekuningan, rimpang pendek
berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul, bagian luarnya atau kulit
rimpangnya berwarna coklat mengkilat, memiliki aroma yang spesifik, bagian
dalamnya berwarna putih dengan daging lunak, dan tidak berserat (Damayanti,
2008).
2.1.3 Habitat dan Distribusi Geografis
Kencur adaptif di daerah berketinggian 50–600 m di atas permukaan laut
yang bersuhu 25º – 30º C. Kencur menghendaki 5–9 bulan basah dan 5–6
bulan kering per tahun. Intensitas cahaya matahari idealnya penuh (100%)
atau ternaungi sampai 25%–30% hingga tanaman berumur 6 bulan. Syarat
lainnya adalah drainase tanah baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat
berpasir, kemiringan lahan kurang dari 3%, kemasaman tanah 5,5–
6,5(Pujiharti, 2012).
Tanaman kencur ini banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di pulau
Jawa, selain itu juga banyak ditanam di India, Malaysia, Taiwan, dan Cina.
2.2.Ekstrak
2.2.1 Pengertian
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi
baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan
mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya
dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen POM,
1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam
golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).
N-heksan 2,0
Kloroform 4,8
Benzen 2,3
Etanol 24,3
Metanol 33,1
Air 80,4
2.3.Metode Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pembagian metode
ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) yaitu :
2.3.1 Cara dingin (Depkes RI, 200)
a. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan
perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya
perbedaan kosentrasi larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel maka larutan
terpekat didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan didalam dan diluar sel. Cairan penyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, metanol, etanol-air atau pelarut lainnya.
Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Remaserasi berarti dilakukan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana yang mudah diusahakan.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Proses perkolasi
terdiri dari tahapan pengembang bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat).
PROSEDUR KERJA
3.1.Kerangka operasional
Hasil maserasi disaring, tampung filtrat, kembali maserasi dengan 1200 ml etanol 96% 24 jam
Saring hasil maserasi, tampung filtrat, kembali maserasi dengan 1200 ml etanol 96% 24 jam
Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml
Pekatkan filtrat dengan rotavapor ad volume tersisa ±400 ml (tanda kaliberasi). Pindahkan ke
loyang dan ratakan
+ cab-o-sil 5% dari ekstrak 20g, taburkan sedikit demi sedikit secara merata. Diamkan
semalam (sampai kering)
HASIL PRAKTIKUM
Kelompok 5 8,84%
Kelompok 6 8,84%
Kinetik
Kelompok 7 7,52%
Kelompok 8 7,52%
Kelompok 9 8,39%
Ultrasonik
Kelompok 10 7,62%
Kelompok 1 9,21%
Kelompok 2 9,21%
Maserasi Perendaman
Kelompok 3 11,41%
Kelompok 4 11,41%
4.2 Dokumentasi Hasil Penelitian
PEMBAHASAN
BAB VI
5.1.Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA