Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM FITOFARMAKA

TUGAS 1
Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia galanga
Dengan Maserasi (Rendaman 24x3 jam)
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka

KELOMPOK : 1

KELAS: C

ANNISA AMELYA MARGANINGRUM


(201610410311100)

DOSENPEMBIMBING:
SitiRofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Indonesia dikenal sebagai negara terbesar kedua dengan sumber daya hayati
yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Di Indonesia terdapat lebih
kurang 30.000 jenis tumbuh - tumbuhan, lebih kurang 7.500 jenis
diantaranya termasuk tanaman berkhasiat obat (Kotranas, 2006). Tanaman
yang berkhasiat obat tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat.
Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat yang digunakan
sebagai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit (Flora, 2008).
Banyak tamanan obat saat ini sedang diteliti untuk mengetahui kandungan
bahan aktif didalamnya yang berkhasiat sebagai pengobatan, salah satunya
adalah tanaman kencur (Kaempferia galanga L) yang diketahui berkhasiat
sebagai antiinflamasi.
Kencur (Kaempferia galanga L.) merupakan salah satu jenis empon-
empon atau tanaman obat. Tanaman kencur yang tergolong dalam suku
temu-temuan (Zingiberaceae) ini, juga termasuk komoditas yang memiliki
prospek pasar sangat baik. Sebab, kencur termasuk bahan baku penting dalam
industri seperti obat tradisional, kosmetika, obat herbal terstandar, saus,
rokok, bumbu, bahan makanan, dan minuman penyegar dalam maupun luar
negeri. Kelebihan lain dari kencur yaitu dalam kondisi basah, kencur yang
dipanen saat berumur lebih dari 10 bulan dapat disimpan dalam gudang
selama 3– 4 bulan. Sedangkan dalam kondisi kering, dapat disimpan di gudang
selama 3– 4 tahun dengan manfaat yang sama dengan kencur segar. Bahkan,
harganya jauh lebih mahal, meski bentuknya menyusut, kadar airnya berkurang,
dan baunya berubah (Anonim, 2007).
Secara empirik, kencur berkhasiat sebagai obat untuk batuk, gatal-gatal pada
tenggorokan, perut kembung, mual, masuk angin, pegal-pegal, pengompres
bengkak/radang, tetanus dan penambah nafsu makan (Miranti, 2009). Sulaiman
dkk. (2007), menyatakan bahwa rimpang kencur dapat digunakan sebagai untuk
hipertensi, rematik, dan asma.
Penelitian yang dilakukan Sulaiman dkk. (2007) ini juga melaporkan bahwa
ekstrak air daun kencur mempunyai aktivitas antiinflamasi yang diuji pada radang
akut yang diinduksi dengan karagenan. Kandungan minyak atsiri dari rimpang
kencur diantaranya terdiri atas miscellaneous compounds (misalnya etil p-
metoksisinamat 58,47%, isobutil β-2furilakrilat 30,90%, dan heksil format
4,78%); derivat monoterpen teroksigenasi (misalnya borneol 0,03% dan kamfer
hidrat 0,83%); serta monoterpen hidrokarbon (misalnya kamfen 0,04% dan
terpinolen 0,02%) (Sukari dkk., 2008).

1.2.Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan ekstarksi rimpang Kaemferia galangal L
dengan menggunakan metode maserasi konvensional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kencur (Kaempferiagalanga)
2.1.1 Klasifikasi Tanaman Kencur
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Kaempferia L.
Jenis : Kaempferia galanga L. (USDA, 2010)

(Preetha, 2016)
Gambar 2.1
Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.)

2.1.2Morfologi Tanaman
Kencur merupakan terna tahunan, berbatang basal tidak begitu tinggi,
lebih kurang 20 cm dan tumbuh dalam rumpun. Daun tunggal, berwarna hijau
dengan pinggir merah kecoklatan bergelombang. Bentuk daun jorong lebar
sampai bundar, panjang 7-15 cm, lebar 2-8 cm, ujung runcing, pangkai
berlekuk, dan tepinya rata. Permukaan daun bagian atas tidak berbulu,
sedangkan bagian bawah berbulu halus. Tangkai daun pendek, berukuran 3-10
cm, pelepah terbenam dalam tanah, panjang 1,5-3,5 cm, berwarna putih.
Jumlah daun tidak lebih dari 2-3 lembar dengan susunan berhadapan
(Damayanti, 2008).
Bunga tunggal, bentuk terompet, panjang sekitar 2,5-5 cm. Benang sari
panjang sekitar 4 mm, berwarna kuning. Putik berwarna putih atau putih
keunguan. Bunga tersusun setengah duduk, mahkota bunga berjumlah 4-12
buah dengan warna putih lebih dominan. Tanaman kencur berbeda dengan
famili Zingiberaceaelainnya, yaitu daunnya merapat ke permukaan tanah,
batangnya pendek, akar serabut berwarna coklat kekuningan, rimpang pendek
berwarna coklat, berbentuk jari dan tumpul, bagian luarnya atau kulit
rimpangnya berwarna coklat mengkilat, memiliki aroma yang spesifik, bagian
dalamnya berwarna putih dengan daging lunak, dan tidak berserat (Damayanti,
2008).
2.1.3 Habitat dan Distribusi Geografis
Kencur adaptif di daerah berketinggian 50–600 m di atas permukaan laut
yang bersuhu 25º – 30º C. Kencur menghendaki 5–9 bulan basah dan 5–6
bulan kering per tahun. Intensitas cahaya matahari idealnya penuh (100%)
atau ternaungi sampai 25%–30% hingga tanaman berumur 6 bulan. Syarat
lainnya adalah drainase tanah baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat
berpasir, kemiringan lahan kurang dari 3%, kemasaman tanah 5,5–
6,5(Pujiharti, 2012).
Tanaman kencur ini banyak dibudidayakan di Indonesia, terutama di pulau
Jawa, selain itu juga banyak ditanam di India, Malaysia, Taiwan, dan Cina.

2.1.4 Khasiat Tanaman


Kencur (Kaempferia galanga L.) banyak digunakan sebagai bahan baku
obat tradisional (jamu), fitofarmaka, industri kosmetika, penyedap makanan
dan minuman, rempah, serta bahan campuran saus, rokok pada industri rokok
kretek. Secara empirik kencur digunakan sebagai penambah nafsu makan,
infeksi bakteri, obat batuk, disentri, tonikum, ekspektoran, masuk angin, sakit
perut(Pujiharti, 2012). Kencur juga juga memiliki bermacam-macam
kegunaan lain, diantaranya sebagai antibakteri, antifungi, analgesik, anti-
inflamasi, antioksidan, antivirus,antihipertensi, antikarsinogenik,
antinosiseptif, antituberkulosis dan larvasida.Minyak atsiri rimpang kencur
juga digunakan sebagai bahan parfum, obat-obatan, dan untuk aromaterapi
inhalan dan pijat untuk mengurangi kecemasan, stres, dan depresi (Kumar,
2014).

2.1.5 Kandungan Kimia


Tanaman kencur mengandung minyak atsiri. Zat-zat yang banyak diteliti
adalah pada rimpangnya yaitu mengandung minyak atsiri 2,4%- 3,9%, juga
cinnamal, aldehide, asam motil p-cumarik, asam annamat, etil asetat dan
pentadekan. Dalam literatur lain disebutkan bahwa rimpang kencur
mengandung sineol, paraumarin, asam anisic, gom, pati 4,14% dan mineral
13,73% (Rukmana,1994).
Kandungan minyak atsiri dari rimpang kencur diantaranya terdiri atas
miscellaneous compounds (misalnya etil p-metoksisinamat 58,47%, isobutil β-
2furilakrilat 30,90%, dan heksil format 4,78%); derivat monoterpen
teroksigenasi (misalnya borneol 0,03% dan kamfer hidrat 0,83%); serta
monoterpen hidrokarbon (misalnya kamfen 0,04% dan terpinolen 0,02%)
(Sukari dkk., 2008).

2.2.Ekstrak
2.2.1 Pengertian
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi
baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan
mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya
dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen POM,
1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam
golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan
diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah
pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen POM, 2000).

2.2.2 Tinjauan pelarut


Pada proses ekstraksi, pelarut atau campuran pelarut disebut
menstruum atau endapan atau ampas yang tidak mengandung zat aktif lagi,
diistilahkan sebagai marc (Ansel, 1989). Pelarut organik berdasarkan
konstanta dielektrikum dapat dibedakan menjadi dua yaitu pelarut polar dan
pelarut non-polar. Konstanta dielektrikum dinyatakan sebagai gaya tolak
menolak antara dua pertikel yang bermuatan listrik dalam suatu molekul.
Semakin tinggi konstanta dielektrikumnya maka pelarut bersifat semakin polar
(Sudarmadji et al, 1989). Konstanta dielektrikum dari beberapa pelarutdapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konstanta dielektrikum pelarut organic

Pelarut Besarnya konstanta

N-heksan 2,0

Etil asetat 6,0

Kloroform 4,8

Asam asetat 6,2

Benzen 2,3

Etanol 24,3

Metanol 33,1

Air 80,4

Sumber : (Sudarmadji et al. 1989)


Tahapan yang harus diperhatikan dalam mengekstraksi jaringan
tumbuhan adalah penyiapan bahan sebelum ekstraksi, pemilihan pelarut dan
kondisi proses ektraksi, proses pengambilan pelarut pengawasan mutu, dan
pengujian yang dikenal pula sebagai tahapan penyelesaian. Penggunaan
pelarut bertitik didih tinggi menyebabkan adanya kemungkinan kerusakan
komponen-komponen senyawa penyusun pada saat pemanasan. Pelarut yang
digunakan harus bersifat inert terhadap bahan baku, mudah didapat, dan
harganya murah (Sabel dan Waren 1973).
Dalam pemilihan pelarut harus memenuhi beberapa kriteria, antara
lain murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral
tidak mudah menguap, dan tidak mudah terbakar, selektif. Selektif yaitu hanya
menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat,
dan diperbolehkan oleh peraturan (Ketaren 1986).
Pelarut yang diplih pada penelitian ini adalah etanol. Etanol disebut
juga etil alkohol atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap,
mudah terbakar, tak berwarna dan merupakan alkohol yang paling sering
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol termasuk ke dalam alkohol
rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O.
Senyawa ini merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering
disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil
(C2H5) (Lei dkk., 2002).
Etanol memiliki massa jenis 0.7893 g/mL. Titik didih etanol pada
tekanan atmosfer adalah 78.32 °C. Indeks bias dan viskositas pada temperatur
20°C adalah 1.36143 dan 1.17 cP (Kirk and Othmer, 1965).
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus
hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat
berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih
sulit menguap daripada senyawa organik lainnya dengan massa molekul yang
sama (Lei dkk, 2002). Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti
bahwa karbon yang berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki
dua hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan
oleh etanol kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya (Lei dkk., 2002).

2.3.Metode Ekstraksi
Ekstraksi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pembagian metode
ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) yaitu :
2.3.1 Cara dingin (Depkes RI, 200)
a. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut dengan
perendaman dan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya
perbedaan kosentrasi larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel maka larutan
terpekat didesak keluar. Proses ini berulang sehingga terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan didalam dan diluar sel. Cairan penyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, metanol, etanol-air atau pelarut lainnya.
Remaserasi berarti dilakukan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama, dan seterusnya. Remaserasi berarti dilakukan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana yang mudah diusahakan.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Proses perkolasi
terdiri dari tahapan pengembang bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh
ekstrak (perkolat).

2.3.2 Cara panas (Depkes RI, 2000)


a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur tititk didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang pada
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum
dilakukan pada temperatur 40-500 C.
d. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai
titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000 C.
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1.Kerangka operasional

Timbang 400g serbuk rimpang kencur, masukkan bejana maserasi

+ 1000 ml etanol 96%, aduk ad serbuk terbasahi

+ 600 ml etanol 96%, aduk ad homogen, tutup mulut bejana,


diamkan 24 jam

Hasil maserasi disaring, tampung filtrat, kembali maserasi dengan 1200 ml etanol 96% 24 jam

Saring hasil maserasi, tampung filtrat, kembali maserasi dengan 1200 ml etanol 96% 24 jam

Saring hasil maserasi. Kumpulkan filtrat menjadi satu

Kaliberasi labu pada rotavapor (berisi ekstrak), berikan tanda pada volume 400 ml

Pekatkan filtrat dengan rotavapor ad volume tersisa ±400 ml (tanda kaliberasi). Pindahkan ke
loyang dan ratakan

+ cab-o-sil 5% dari ekstrak 20g, taburkan sedikit demi sedikit secara merata. Diamkan
semalam (sampai kering)

Homogenkan dan simpan di wadah tertutup (botol selai)

Beri label identitas pada wadah


3.2.Prosedur Operasional
Pertama-tama ditimbang 400g serbuk rimpang kencur, dimasukan ke
dalam bejana maserasi, lalu ditambahkan 1000ml etanol 96%, diaduk sampai
serbuk terbasahi. Setelah serbuk terbasahi, ditambahkan 600ml etanol 96%,
diaduk sampai homogen, lalu ditutup bagian mulut bejana dengan alumunium,
dan didiamkan selama 24 jam. Hasil maserasi kemudian disaring dan
ditampung filtratnya. Selanjutnyadilakukan kembali maserasi dengan 1200ml
etanol 96% pada residu selama 24 jam. Setelah itu disaring kembali hasil
maserasi dan ditampung kembali filtratnya.Selanjutnya dilakukan kembali
maserasi dengan 1200ml etanol pada residu selama 24 jam, kemudian disaring
kembali hasil maserasi.
Langkah berikutnya yaitu semua filtrat yang sudah didapat dikumpulkan
menjadi satu, kemudian dikaliberasi labu yang berisi ekstrak pada rotavapor,
dan diberikan tanda pada volume 400ml. Kemudian filtrat yang telah
terkumpul dilakukan pemekatan dengan rotavapor, yaitu penguapan dengan
penururnan tekanan hingga volume tersisa 400ml (tanda kaliberasi) dan
dipindahkan hasilnya kedalam loyang, lalu diratakan ekstrak pada loyang.
Selanjutnya ditambahkan cab-o-sil sebanyak 5% dari ekstrak 20g dengan
ditaburkan sedikit demi sedikit secara merata. Kemudian didiamkan selama
semalam (sampai kering), lalu dihomogenkan dan disimpan pada wadah
tertutup (botol selai/jar kaca). Terakhir, jangan lupa diberikan label identitas
pada wadah.
BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

4.1 Hasil Perhitungan


 Jumlah serbuk rimpang kencur yang ditimbang ; 400 gram
 Jumlah hasil ekstraksi :
Bobot jar + isi : 218,15gram
Bobot jar kosong : 152,51 gram
Ekstrak yang didapat : 65,64 gram
 Berat cab-o-sil yang digunakan : 20 gram
 Bobot ektrak yang dihasilkan : 65,64 g – 20 g = 45,64 gram
45,64 𝑔
 Persen rendemen ekstrak kencur : x 100% = 11,41%
400 𝑔

Perbedaan persen rendemen berbagai metode


Metode Keompok %Rendemen

Kelompok 5 8,84%

Kelompok 6 8,84%
Kinetik
Kelompok 7 7,52%

Kelompok 8 7,52%

Kelompok 9 8,39%
Ultrasonik
Kelompok 10 7,62%

Kelompok 1 9,21%

Kelompok 2 9,21%
Maserasi Perendaman
Kelompok 3 11,41%

Kelompok 4 11,41%
4.2 Dokumentasi Hasil Penelitian

Serbuk rimpang kencur Dilakukan penyaringan


dilakukan maserasi dengan corong Buchner dan
konvesional selama 24 jam dilakukan maserasi kembali

Filtrate hasil maserasi yang Filtrate yang terkumpul


telah terkumpul dilakukan pemekatan
dengan rotavapor
Filtrate yang telah kering Bobot botol selai kosong
setelah dipekatkan dan
ditaburi cab-o-sil

Bobot botol selai + ekstrak


kering rimpang kencur
BAB V

PEMBAHASAN
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, WHO Guidelines on Good Manufacturing Practices (GMP) for


Herbal Medicines, WHO.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi ke-4. Jakarta: UI-Press.
Damayanti, D, 2008, Buku Pintar Tanaman Obat, Cetakan Pertama, Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
R.I.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Hidayat, S dan Team Flora. 2008. “Khasiat Herbal”. Gramedia Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama.
Jakarta: UI-Press
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 381/Menkes/SK/III/2006 tentang Kebijakan
Obat Tradisional Nasional (KOTRANAS).
Kirk, R.E & Othmer, D.F., 1965. Encyclopedia of Chemical Technology. Vol 10, 1st,
Interscience Encyclopedia, Inc., New York.
Kumar, A., 2014, Chemical Composition of Essential Oil Isolated from theRhizomes
of Kaempferia galanga L., International Journal of Pharma and Bio Sciences.
Lei, Z., Wang H., Zhou R., Duan Z. 2002. Influence of salt added to solvent on
extractive distillation. Chem Eng J. 87: 149-56.
Miranti, L. 2009.Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga
L.) dengan Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat
Bakteri Staphylococcus aureus secara In vitro. Skripsi. Universitas
Muhamadiyah Surakarta.
Preetha, T. S., Hemanthakumar, A. S. & Krishnan, P. N., 2016. A Comprehensive
Review of Kaemferia galang L. (Zingiberaceae) : A High Sought Medical Plant
in Tropical Asia. JMPS, Volume 4.
Pujiharti, N. Y., 2012, Budidaya Tanaman Obat Keluarga (Toga), Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementrian Pertanian.
Rukmana, R. 1994. Kencur. Kanisius. Yogyakarta.
Sabel W, & waren JDF. 1973. Theory and Practices of Oleoresin Extraction on
Proceding at The Conference on Spesies.London.: Tropical Product Institut.
Sudarmadji, S; B. Haryono dan Suhardi. 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Sukari, M. A., N. W. M. Sharif, A. L. C. Yap, S. W. Tang, B. K. Neoh, M. Rahmani,
G. C. L. Ee, Y. H. Taufiq-Yap, and U. K. Yusof. 2008.Chemical Constituens
Variations of Essential Oils from Rhizomes of Four Zingiberaceae Species. The
Malaysian J. Anal. Sci., 12(3), 638-644.
Sulaiman, M. R., Z. A. Akaria, I. A. Daud, F. N. Ng, Y.C. Ng, and M. T. Hidayat.
2007. Antinociceptive and Anti-inflammatory Activities of the Aqueous Extract
of Kaempferia galanga Leaves in Animal Models. J. Nat. Med., 62, 221-227.
[USDA] United State Departementof Agriculture. 2010. USDA National Nutrient
Database for Standart Reference.

Anda mungkin juga menyukai