Anda di halaman 1dari 6

ANINDITA PUTRI N

1. Mengapa pasien merasakan nyeri dada kanan dan bagaimana hubungannya dengan merokok?

SESAK NAPAS

Sejak terjadinya hiperplasia dan metaplasia dari sel-sel abnormal pada paru-paru  massa paru
terbentuk  sehingga mengisi paru-paru dari ruang potensial (recessus) yang biasanya diisi hanya
pada inspirasi, tetapi karena massa sehingga tidak hanya selama inspirasi saja paru recessus diisi
tetapi juga dalam keadaan biasa sehingga ketika bernapas akan semakin berat.

Dan adanya gangguan seperti peradangan dan penyempitan hipersekresi lendir saluran napas
bronkial dan saluran mengganggu akan membuat berat saat bernapas.

Sumber : Soepaman, SarwonoWaspadji. 2001. Medicinein Volume II Issue 3. Jakarta: Center Publisher
FKU

NYERI DADA

Karena adanya keabnormalan dari sel – sel pada paru – paru yaitu terjadinya hiperplasi dan metaplasia
akibat paparan asap rokok atau polutan ( karsinogenik ) mengakibatkan timbulnya suatu massa atau
tumor pada paru tersebut  tumor melakukan invasi ke dinding dada  mengenai pleura  Tumor
yang menekan dinding dada dapat menyebabkan kerusakan/destruksi tulang dinding dada dan
menimbulkan nyeri.

Invasi adalah penjalaran sel tumor ke daerah di sekitarnya sehingga menimbulkan kerusakan pada
jaringan di sekitarnya tersebut. Reseptor nyeri pada thorax terbatas pada pleura parietalis,
mediastinum, dan kemungkinan pada pembuluh darah besar.

Sumber : Nurhay Abdurachman. Nyeri dada. Buku naskah pertemuan pra Konggres KOPERKI III,
Jakarta, 1981

2. Mengapa terjadi penurunan bb dan demam?

Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus ( berat
badan turun ), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara teratur.

Hal tersebut dipengaruhi juga oleh proses inflamasi yang terjadi dalam tubuh pasien tersebut, pada
inflamasi di produksi TNF ( Tumor Necrosis Factor ) yaitu sitokin untuk menghambat pertumbuhan
tumor dan menghancurkan sel – sel tumor. Di lain pihak, TNF menyebabkan anoreksia yang hebat
melalui efeknya pada pusat nafsu makan di hipotalamus. TNF menimbulkan hambatan pengosongan
di lambung sehingga menimbulkan perasaan kenyang. Di samping itu TNF menghambat kerja enzim
lipoprotein lipase, yaitu enzim yang memindahkan lemak dalam serum ke sel – sel lemak sehingga
lemak disintesis dan di simpan. Dengan adanya TNF, cadangan lemak dalam jaringan menjadi sangat
menipis sehingga penderita tampak kurus. Karena walaupun asupan nutrisi berkurang, tumor yang
berkembang biak menyebabkan terjadinya peningkatan metabolisme. Selain itu TNF dalam jumlah
besar dapat menyebabkan gangguan metabolisme berat seperti gula darah turun sampai kadar yang
tidak memungkinkan untuk hidup. Hal ini disebabkan karena penggunaan yang berlebihan glukosa
oleh otot dan hati dan gagal untuk manggantikannya.

Sumber : Badan penelitian dan pengembangan kesehatan. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT)
tahun 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995

3. Mengapa terdapat cairan dalam cavum pleura?

Menumpuknya sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air dan protein,
adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena dan getah
bening, sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan protein. Adanya gangguan
reabsorbsi cairan pleura melalui obstruksi aliran limfe mediastinum yang mengalirkan cairan
pleura parietal, sehingga terkumpul cairan eksudat dalam rongga pleura.
Dengan adanya kanker paru membuat infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul
hipoproteinemia yang dapat menyebabkan efusi pleura. Terjadi ketidakseimbangan, dalam hal ini
terjadi penurunan protein plasma dalam arteri bronkiolus, vena bronkiolus, vena pulmonalis dan
pembuluh limfe akan menyebabkan transudasi cairan ke dalam cavum pleura, cairan akan
terkumpul di dalam cavum pleura yang merupakan dasar dari terjadinya efusi pleura

4. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan bunyi pekak saat perkusi dan suara paru
menghilang saat auskultasi?

• Auskultasi suara hilang : terdapat massa yang menghalangi jalan nafas sehingga udara
yang masuk tidak adekuat, sehingga tidak terdengar suara
• Perkusi redup : terdapat massa pada hemithorax bagian kanan

5. Apa tujuan dilakukan pungsi pleura dan bagaimana caranya?

6. Mengapa terlihat gambaran hemithorak suram pada foto thorak?


- Karena ada massa (tumor)  akan ada gambaran opasitas di parunya

7. Apa diagnosis dan diagnosis banding dari kasus pada scenario? (diagnosis bandingnya : efusi
pleura)

• Karsinoma paru : merokok puluhan tahun  karsinogenik  metaplasia dysplasia 


sel kanker berkembang  mendesak intrapleura  efusi pleura
• Efusi pleura : tidak ditemukan massa , cairan pleura
• Pleuritis : cairan pus karena inflamasi,
• Pneumothorax : tidak ditemukan massa
• Atelectasis : semakin banyak massa(kanker) di pleura mendesak paru  membuat
kolaps paru
• Diagnosis : Ca paru disertai efusi pleura
8. Apa etiologi dari kasus pada scenario?
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun meningkat sampai dengan
usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah merokok. Secara umum, rokok menyebabkan
80% kasus kanker -8- paru pada laki-laki dan 50% kasus pada perempuan. Faktor lain adalah :
1) kerentanan genetik (genetic susceptibility)
2) polusi udara
3) pajanan radon
4) pajanan industri (asbestos, silika, dan lain-lain).
Hingga saat ini belum ada metode skrining yang sesuai bagi kanker paru secara umum. Metode
skrining yang telah direkomendasikan untuk deteksi dini kanker paru terbatas pada kelompok pasien
risiko tinggi.
Kelompok pasien dengan risiko tinggi mencakup :
1) Pasien usia > 40 tahun dengan riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun
waktu 15 tahun sebelum pemeriksaan
2) Pasien usia ≥50 tahun dengan riwayat merokok ≥20 tahun dan adanya minimal satu faktor risiko
lainnya.
Faktor risiko kanker paru lainnya adalah :
1) Pajanan radiasi
2) Paparan okupasi terhadap bahan kimia karsinogenik
3) Riwayat kanker pada pasien atau keluarga pasien
4) Riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru.
Sumber : Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru (Kementrian Kesehatan RI) halaman
7-8
Faktor risiko dari kanker paru ada tiga, yaitu :
1) Merokok
Merokok merupakan faktor risiko utama dari kanker paru. Seorang perokok lebih berisiko 10
hingga 20 kali terkena kanker paru atau meninggal akibat kanker paru tersebut dibanding dengan
orang yang tidak merokok. Merokok juga menyebabkan kanker laring, mulut, tenggorokan,
esofagus, kandung kemih, ginjal, pankreas, serviks, dan juga acute myeloid leukemia. Merokok
dari bekas rokok orang lain( secondhand smoke ) juga mengakibatkan kanker paru (CDC, 2010)

2) Gas radon
Gas Radon juga menyebabkan kanker paru. Gas ini biasanya ditemukan di dalam rumah. Gas ini
tidak berbau, tidak berwarna yang keluar dari batu atau debu dan bisa terperangkap dalam rumah
atau bangunan. Gas radon merupakan penyebab kedua dari kanker paru setelah merokok (CDC,
2010).

3) Riwayat keluarga dengan kanker paru


Risiko kanker paru akan meningkat apabila orang tua ataupun saudara pernah menderita penyakit
kanker paru. Bisa karena di dalam keluarga saling berbagi kebiasaan, misalnya merokok. Bisa
juga karena tinggal di dalam lingkungan yang sama di mana ada karsinogen, yaitu gas radon.
Selain itu, bisa juga karena penyakit ini diturunkan dalam gen mereka (CDC, 2010).

9. Bagaimana pathogenesis dari kasus di scenario tersebut?


10. Apa saja tanda dan gejala kasus di scenario?

11. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang untuk kasus scenario? (harus dicari foto rontgen)
PF ?

• Inspeksi: asimetris saat dinamis(yg ada massnya tertinggal). Statis simetris. Jari tabuh,
pembesaran kelenjar getah bening di axilla dan leher

• Palpasi : nyeri, bengkak, strem fremitus turun

• Perkusi : pekak

• Auskultasi : suara napas menurun, mirip asma bronkial, stad lanjut muncul lebih berat
(parrol,syndrome horner, gejala neurologik, sindrome vena cava)

• Bila kelainannya ringanasimtomatik, dan pada pemeriksaan fisik belum ditemukan perubahan.

• Bila penyakitnya berat (lanjut), keadaannya manifest :

• Perhatikan keadaan umum penderita

• Perhatikan kelainan2 yang ada (pada pemeriksaan fisik) :

• Asimetri wajah : ptosis, pembengkakan muka dan/atau leher


• Pembesaran vena di leher, dada dan/atau tanpa pembengkakan di leher, muka dan
lengan.

• Kelainan bentuk dan gerak dada sebagai akibat :

• Atelektasis paru, hidrotoraks

• Tonjolan2 di dinding dada

• Dorongan/tarikan alat2 dalam dada

• Perubahan suara

• Perubahan2 pada sendi2 kecil anggota gerak :

• Hypertrophic osteoarthropathy

• Jari tabuh

• Pembengkakan lainnya yang belum jelas penyebabnya

• Adanya tanda2 sindrom Horner : suatu sindrom yang terdiri dari kelainan berupa
masuknya bola mata, ptosis kelopak mata atas, kelopak mata atas sedikit naik, kontraksi
dari pupil, penyempitan dari fissura palpebra, anhidrosis dan warna kemerahan di sisi
wajah yang sakit, disebabkan oleh paralisa saraf-saraf simpatis servikal.

• Adanya tanda2 syndroma Vena Cava Superior

• Pembengkakan kelenjar2 limfe

• Dada dan paru :

• Dicari tanda2 pneumonitis obstruktif

• Wheezing local

• Tanda2 : atelektasis, pendorongan alat2 dalam/mediastinum, hidrotoraks

• Tempat2 nyeri tekan (adanya penekanan/infiltrasi pada syaraf)

• Bagian2 tubuh lain :

• Cari metastasis ke bagian tubuh tersebut

• Cari, mungkin ada tumor primer pada organ2 yang memberikan metastasis ke
paru (mamme, lambung, usus, hati, ginjal, ovarium, uterus, testis, tulang, dll)

Pemeriksaan Penunjang

• 1. Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien dengan kecurigaan
terkena kanker paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, lokasi lesi dan tindakan selanjutnya
termasuk prosedur diagnosis penunjang dan penanganan dapat ditentukan. Jika pada foto
toraks ditemukan lesi yang dicurigai sebagai keganasan, maka pemeriksaan CT scan toraks wajib
dilakukan untuk mengevaluasi lesi tersebut.
• 2. CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosa
dan menentukan stadium penyakit, dan menentukan segmen paru yang terlibat secara tepat. CT
scan toraks dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan metastasis
hingga regio tersebut.

• 3. CT scan kepala / MRI kepala dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh nyeri
kepala hebat untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak.

Pemeriksaan Khusus

• 1. Bronkoskopi

• 2. Biopsi transtorakal

12. Bagaimana tatalaksana untuk kasus scenario?


13. Apa saja komplikasi dari kasus pada scenario?

Anda mungkin juga menyukai