TINJAUAN TEORI
psikologis yang dialam oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya atau
ketidak mampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu keadaan baru dimana
mengganggap gangguan psikologis merupakan hal yang wajar sebagai naluri ibu
a. Factor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktn dan estriol yang
terlalu rendah. Kadar estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim nonadreanalin
maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada emosional
seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.
c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks.
d. Factor umur dan paritas (jumlah anak)
e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
f. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan,status
perkawinan,kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,
social ekonomi.
g. Kecukupan dukungan dari lingkungannya (suami,keluarga dan teman).
h. Stress dalam keluarga missal factor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami,
problem dengan mertua atau orang tua.
i. Stress yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar, frustasi karena bayi
tidak mau tidur, nangis dan gumoh stress melihat bayi sakit, rasa bosan dengan hidup
yang dijalanin.
j. Kelelahan pasca melahirkan.
k. Perubahan peran yang dialami ibu. Sebelumnya ibu adalah seorang istri tetapi sekarang
sekaligus berperan sebagai ibu dengan bayi yang sangat tergantung padanya.
l. Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.
m. Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak
sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum
tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional.
Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus
timbulnya gangguan emosional.
Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan
adalah adanya ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan
kehamilan dan persalinan. Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang
dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang
mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective,
kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan.
Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini,
kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan
kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi.
3. Karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn–Jones (1994)
a. wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi,
b. wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang
mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang terdekatnya selama hamil
dan setelah melahirkan
c. wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya
misalnya kurang komunikasi dan informasi,
d. wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.
a. Reaksi depresi/sedih/disforia
b. Sering menangis
c. Mudah tersinggung (iritabilitas)
d. Cemas
e. Labilitas perasaan
f. Cenderung menyalahkan diri sendiri
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
h. Kelelahan
i. Mudah sedih
j. Cepat marah
k. Mood mudah berubah,cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira
l. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya
m. Perasaan bersalah
n. Sangat pelupa
5. FASE-FASE PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU PASCA PARTUM
Seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak perubahan
baik perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi pascapartum pada
seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase:
a. taking in : dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak
bertanya dan bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang
berlangsung 1 sampai 2 hari.
b. taking hold : dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang
berlangsung 4 sampai 5 minggu.
c. fase letting-go : dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan
dari dirinya, mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja
mengurus hal-hal lain.
6. CARA MENCEGAH POST PARTUM BLUES
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues
yaitu :
a. Tidur dan makan yang cukup
b. Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan
makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan
kehamilan.
c. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda
merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
d. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli
rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara
sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah
menyembuhkan postpartum yang diderita.
e. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah
dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan
atau orang terdekat.
f. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan,
sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang
bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan
selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
g. Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
h. Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui
berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah
keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman
traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
i. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan
golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum
stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah
dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda
telah melakukan segalanya.
j. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda
dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana
perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik
setelahnya.
k. Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan
merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya
kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa
sendirian menghadapi persoalan ini.
mati. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah
kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak
kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan
Menurut Bobak (2005:104) paritas yaitu jumlah kelahiran yang pernah dialami
ibu (termasuk keguguran, kelahiran bayi hidup maupun kelahiran dengan bayi
mati, dengan adanya paritas diharapkan ibu semakin banyak pengetahuan dan
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita
Paritas/ para ialah jumlah yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi
syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 ahad atau 1000 gram) (Varney,
2001:80).
Paritas ialah seorang perempuan yang pernah melahirkan bayi yang sanggup
2002 : 1607). (Definisi Paritas Pada Ibu Hamil) Sedangkan menurut Manuaba
Menurut Amirudin (2009) paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah
anak yang dilahirkan. Ibu primipara biasanya belum mempunyai atau masih
kurang pengalaman dan pemahamannya, sedangkan pada multipara atau ibu yang
Paritas ialah jumlah dari pasien yang bayinya berhasil hidup (20 ahad atau lebih)
Paritas/ para ialah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang bisa hidup
2. Klasifikasi Paritas
1. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar
2. Multipara
Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali
(Prawirohardjo, 2009).
Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa
Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006).
3. Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih
Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih
(Varney, 2006).
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain
menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin
mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih
rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak
yang ideal adalah 2 orang.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh
uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi,
maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
sehari.
c. Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena
keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
d. Budaya
Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua
kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial,
adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang
memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat
asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan
dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin
banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.
e. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,
maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang
jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman,
2005).
D. Proses Persalinan
1. Pengertian
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin dan plasenta yang ditandai
dengan adanya kontraksi uterus. Kontraksi yang teratur akan membantu dilatasi
servik secara progresif. Proses dilatasi servik terdiri dari fase aktif. Menurut
Kurnawati,D (2017).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan
dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
2. Jenis-jenis Persalinan
a) Persalinan Spontan
ibu sendiri.
b) Persalinan Buatan
c) Persalinan Anjuran
a) Abortus
b) Partus immature
28 minggu atau berat badan janin antara 500 gram dan kurang dari 1000
gram.
c) Partus premature
Adalah buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu dan < 36
minggu atau berat badan janin antara 1000 gram dan kurang dari 2500
gram.
b) Keregangan otot-otot
d) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan
e) Teori Prostagladin
umur kehamilan.
menurun.
4. Tahap Persalinan
yaitu :
a. Kala I Persalinan
membuka lengkap (10cm). kala I terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan
fase aktif.
a) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
berlangsung 8 jam.
b) Fase aktif
1) Fase Akselerasi
3) Fase Deselerasi
Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara sekitar 8 jam.
hingga 2 cm (multipara).
b. Kala II Persalinan
Persalinan Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala
dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap (10cm) atau
Dalam kondisi yang normal pada kala II kepala janin sudah masuk dalam
dasar panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar
adanya tekanan pada rectum seperti akan buair air besar. Kemudian perineum
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak di vulva saat ada his.
Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diiluar his.
Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan
c. Kala III
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan
lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tdak lebih daer
lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus uteri
(Prawirohardjo,1999:185).
d. Kala IV
partum.
5. Tanda-tanda Persalinan
kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh :
4) Durasinya pendek
b. Tanda-tanda Persalinan
c) Pengeluaran cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar
ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang pecah pada
a. Power (kekuatan)
Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan
tersebut meliputi :
b) Tenaga mengedan
Passanger atau jann bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
juga harus melewati jalan lahir, maka dia dianggap sebagai bagian dari passenger
d. Psikologis
proses persalinan yang lebih lancer dibanding dengan ibu bersalin tanpa
(Arsinah,2010:21).
yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak
terjadi (Arsinah,2010:21).