Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Syndrom Postpartum Blues


1. Pengertian Postpartum Blues
Menurut Dahro dalam Suroso dkk (2017) Postpartum blues adalah
perubahan emosi yang terjadi seperti mengalami kesedihan atau kemurungan,
mudah cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab,tidak sabar,tidak percaya diri,
sensitive atau mudah tersinggung serta merasa kurang menyayangi bayinya.
Perasaan-perasaan ini biasanya muncul sementara waktu, yaitu sekitar dua hari
hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Badriah (77:2013) Postpartum blues merupakan perwujudan penomena

psikologis yang dialam oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan bayinya atau

ketidak mampuan seorang ibu untuk menghadapi suatu keadaan baru dimana

kehadiran anggota baru dalam pola asuhan bayi dan keluarga.

Ditambahkan menurut Tindaon dan Anggeria (2018) Postpartum blues

merupakan phenomena gunung es yang sulit dideteksi karena masyarakat masih

mengganggap gangguan psikologis merupakan hal yang wajar sebagai naluri ibu

dan sikap protektif terhadap bayinya.

2. Factor Penyebab Postpartum Blues


Menurut Badriah (78:2013) terdapat beberapa factor penyebab postpartum
blues :
a. Pengalaman dalam persalinan, kekecewaan dalam persalinan menjadi
factor predisposisi dimana ibu merasakan gangguan.
b. Pembebasan setelah proses persalinan.
c. Ketidakmampuan dalam menerima bayi baru lahir dan menjadi
orangtua.
d. Perilaku bayi misalnya tangisan bayi.
e. Kesulitan dalam pertahanan diri ibu setelah persalinan, misalnya
aktivitas merawat bayi baru lahir.
f. Konflik dengan perawat, bidan dan kegiatan rutin RS.

Menurut Suherni (93:2009) terdapat faktor-faktor penyebab timbulnya


post partum blues yaitu :

a. Factor hormonal berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktn dan estriol yang
terlalu rendah. Kadar estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim nonadreanalin
maupun serotin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi.
b. Ketidaknyamanan fisik yang dialami wanita menimbulkan gangguan pada emosional
seperti payudara bengkak, nyeri jahitan, rasa mules.
c. Ketidakmampuan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan emosional yang kompleks.
d. Factor umur dan paritas (jumlah anak)
e. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
f. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan,status
perkawinan,kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya,
social ekonomi.
g. Kecukupan dukungan dari lingkungannya (suami,keluarga dan teman).
h. Stress dalam keluarga missal factor ekonomi memburuk, persoalan dengan suami,
problem dengan mertua atau orang tua.
i. Stress yang dialami wanita itu sendiri misalnya ASI tidak keluar, frustasi karena bayi
tidak mau tidur, nangis dan gumoh stress melihat bayi sakit, rasa bosan dengan hidup
yang dijalanin.
j. Kelelahan pasca melahirkan.
k. Perubahan peran yang dialami ibu. Sebelumnya ibu adalah seorang istri tetapi sekarang
sekaligus berperan sebagai ibu dengan bayi yang sangat tergantung padanya.
l. Rasa memiliki bayi yang terlalu dalam sehingga timbul rasa takut yang berlebihan akan
kehilangan bayinya.
m. Problem anak, setelah kelahiran bayi, kemungkinan timbul rasa cemburu dari anak
sebelumnya sehingga hal tersebut cukup mengganggu emosional ibu.
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum
tidak berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional.
Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus
timbulnya gangguan emosional.
Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan
adalah adanya ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan
kehamilan dan persalinan. Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang
dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang
mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang overprotective,
kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan dalam pernikahan.
Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan terhadap gejala depresi ini,
kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti kecemasan, kekerasan dan
kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi.

3. Karakteristik wanita yang berisiko mengalami depresi postpartum adalah Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Llewellyn–Jones (1994)
a. wanita yang mempunyai sejarah pernah mengalami depresi,
b. wanita yang berasal dari keluarga yang kurang harmonis, wanita yang kurang
mendapatkan dukungan dari suami atau orang–orang terdekatnya selama hamil
dan setelah melahirkan
c. wanita yang jarang berkonsultasi dengan dokter selama masa kehamilannya
misalnya kurang komunikasi dan informasi,
d. wanita yang mengalami komplikasi selama kehamilan.

4. Gejala Postpartum Blues


Menurut Badriah (79:2013) terdapat beberapa gejala pada postpartum blues :
a. Sering menagis.
b. Nafsu makan hilang.
c. Gelisah.
d. Perasaan tidak berdaya atau hilang control.
e. Cemas atau kurang perhatian pada bayi.
f. Pikiran menakutkan mengenai bayi.
g. Kurang perhatian terhadap penampilan dirinya sendiri.
h. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeless).
i. Penurunan atau peningkatan berat badan.
j. Gejala fisik seperti sulit bernapas atau perasaan berdebar-debar.

Menurut Suherni (91:2009) postpartum blues ditandai dengan gejala-gejala


sebagai berikut :

a. Reaksi depresi/sedih/disforia
b. Sering menangis
c. Mudah tersinggung (iritabilitas)
d. Cemas
e. Labilitas perasaan
f. Cenderung menyalahkan diri sendiri
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
h. Kelelahan
i. Mudah sedih
j. Cepat marah
k. Mood mudah berubah,cepat menjadi sedih dan cepat pula gembira
l. Perasaan terjebak, marah kepada pasangan dan bayinya
m. Perasaan bersalah
n. Sangat pelupa
5. FASE-FASE PERUBAHAN PSIKOLOGI PADA IBU PASCA PARTUM
Seorang ibu yang berada pada periode pascapartum mengalami banyak perubahan
baik perubahan fisik maupun psikologi. Perubahan psikologi pascapartum pada
seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase:
a. taking in : dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak
bertanya dan bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang
berlangsung 1 sampai 2 hari.
b. taking hold : dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang
berlangsung 4 sampai 5 minggu.
c. fase letting-go : dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan
dari dirinya, mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja
mengurus hal-hal lain.
6. CARA MENCEGAH POST PARTUM BLUES
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues
yaitu :
a. Tidur dan makan yang cukup
b. Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan
makan dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan
kehamilan.
c. Olahraga
Olahraga adalah kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan
peregangan selama 15 menit dengan berjalan setiap hari, sehingga membuat Anda
merasa lebih baik dan menguasai emosi berlebihan dalam diri Anda.
d. Hindari perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli
rumah atau pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara
sederhana dan menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah
menyembuhkan postpartum yang diderita.
e. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda
inginkan dan butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah
dan merasa tidak nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan
atau orang terdekat.
f. Dukungan keluarga dan orang lain diperlukan
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan,
sangat diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang
bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan
selalu berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
g. Persiapkan diri dengan baik
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
h. Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui
berbagai informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah
keluar dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman
traumatis saat melahirkan akan dapat dihindari.
i. Lakukan pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah tangga sedikitnya dapat membantu Anda melupakan
golakan perasaan yang terjadi selama periode postpartum. Kondisi Anda yang belum
stabil, bisa Anda curahkan dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah
dukungan dari keluarga dan lingkungan Anda, meski pembantu rumah tangga Anda
telah melakukan segalanya.
j. Dukungan emosional
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda
dalam mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana
perasaan serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik
setelahnya.
k. Dukungan kelompok Postpartum Blues
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan
merasakan hal yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya
kelompok Postpartum Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa
sendirian menghadapi persoalan ini.

7. Cara mengatasi post partum blues:


Menurut Suherni (95:2009) ada beberapa cara untuk mengatasi post partum
blues :
a. Komunikasikan segala permasalahan atau hal lain yang ingin diungkapkan
b. Bicarakan rasa cemas yang dialami.
c. Bersikap tulus ikhlas dalam menerima aktivitas dan peran baru setelah
melahirkan.
d. Bersikap fleksibel dan tidak terlalu perfeksionis dalam mngurus bayi atau
rumah tangga.
e. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.
f. Kebutuhan istirahat harus cukup, tidurlah ketika bayi tidur.
g. Berolahraga ringan
h. Bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.
i. Dukungan tenaga kesehatan.
j. Dukungan suami, keluarga,teman, teman sesama ibu.
k. Konsultasikan pada dokter atau orang yang professional, agar dapat
meminimalisasikan factor resiko lainnya dan membantu melakukan
pengawasan.
B. Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007:139) pengertian dar “pengetahuan merupakan hasil dari
tahu dan ini terjad setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek
terrentu. Penginderaan terjadi melalui indra manusia yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba”. Sebagan pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang ( overt behavior ), karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sedangkan pendapat lain
disebutkan bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses
sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo,2004:25)
Menurut Meliono (2010) pengetahuan diartikan sebagai berbagai gejala yang ditemui
dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Begitupun dengan Mulyono (2010)
pengetahuan diartikan hanyalah sekedar “tahu”, selanjutnya Suyono (2010) juga
memaparkan bahwa pengetahuan dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi ilmu
apabila memenuhi beberapa tiga kriteria , kriteria tersebut yaitu objek kajian,metode
pendekatan, dan bersifat universal.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan hasil tahu yang ditemui atau diperoleh setelah melakukan
penginderaan atau pengamatan dengan akal, sebagai usaha untuk menjawab
pertanyaan “what”, dan pengetahuan juga dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi
ilmu.
2. Cara memperoleh pengetahuan
Seseorang bisa memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam cara. Menurut
Notoatmodjo (2003:11) cara memperoleh pengetahuan adalah sebagai berikut :
1. Cara tradisional
a. Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan
yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan (Otoritas)
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada kekuasaan, baik otoritas
tradisi, otoritas pemerintahan, otoritas pemimpin, maupun otoritas ahli
pengetahuan.
a) Berdasarkan pengalaman pribadi
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman
yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
pada masa yang lalu.
b) Melalui jalan pikiran
Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuan.
2. Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa in lebih
sistematis, logis dan ilmiah, cara ini disebut dengan metode penelitian ilmiah
atau lebih popular lagi metodelogi penelitian.
3. Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada dua factor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yaitu factor internal dan eksternal :
1. Factor internal
a. Pendidikan
Menurut Notoatmodjo (2009) pendidikan dapat mempengaruhi seseorng termasuk
juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap
berperan serta dalam pembangunan. Sementara itu Nursalam (2009) menyimpulkan
bahwa pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
b. Pekerjaan
Nursalam (2009) pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan sumber nafkah yang membosankan,
berulang dan banyak tantangan. Sedangkan pekerjaan umumnya merupakan
kegiatan yang menyita waktu.
c. Umur
Nusalam (2009) yang menyatakan tingkat kemataangan seseorang tidak selalu
menunjukan seseorang tersebut memiliki pengetahuan yang lebih baik. Sedangkan
pada kelompok usia > 35 tahun pengetahuan yang dimiliki relative kurang. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Abu Ahdi (2001) bahwa unsur-unsut tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan
akan mulai berkurang.
2. Faktor Eksternal
a. Lingkungan
Merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b. Social budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap
dalam menerima informasi.
C. Paritas
1. Pengertian Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan seorang ibu baik lahir maupun lahir

mati. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah

kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak

kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang tinggi adalah berhubungan

dengan kejadian BBLR.

Menurut Bobak (2005:104) paritas yaitu jumlah kelahiran yang pernah dialami

ibu (termasuk keguguran, kelahiran bayi hidup maupun kelahiran dengan bayi

mati, dengan adanya paritas diharapkan ibu semakin banyak pengetahuan dan

pengalaman yang dimilikinya).

Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita

(BKKBN, 2006). Menurut Prawirohardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi

primipara, multipara dan grandemultipara.

Paritas/ para ialah jumlah yang diakhiri dengan kelahiran janin yang memenuhi

syarat untuk melangsungkan kehidupan (28 ahad atau 1000 gram) (Varney,

2001:80).

Paritas ialah seorang perempuan yang pernah melahirkan bayi yang sanggup

hidup (viable). Sedangkan berdasarkan Dorland Paritas ialah keadaan seorang


perempuan sehubungan dengan kelahiran anak yang sanggup hidup (Dorland,

2002 : 1607). (Definisi Paritas Pada Ibu Hamil) Sedangkan menurut Manuaba

(2008), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm.

Menurut Amirudin (2009) paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah

anak yang dilahirkan. Ibu primipara biasanya belum mempunyai atau masih

kurang pengalaman dan pemahamannya, sedangkan pada multipara atau ibu yang

mempunyai pengalaman, pemahaman dan pengetahuannya juga biasanya

bertambah pula begitupun grandemultipara.

Paritas ialah jumlah dari pasien yang bayinya berhasil hidup (20 ahad atau lebih)

(Hacker, Neville F, 2001 : 27).

Paritas/ para ialah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang bisa hidup

diluar rahim (28 minggu) (Depkes R.I, 2001 : 7).

2. Klasifikasi Paritas

1. Primipara

Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar

untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006).

2. Multipara

Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali

(Prawirohardjo, 2009).

Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viabel (hidup) beberapa

kali (Manuaba, 2008).

Multigravida adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006).
3. Grandemultipara

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan

biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan (Manuaba, 2008).

Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih

hidup atau mati (Rustam, 2005).

Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih

(Varney, 2006).

3. Faktor yang Mempengaruhi Paritas

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain
menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin
mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih
rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak
yang ideal adalah 2 orang.

b. Pekerjaan

Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh
uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan
kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi,
maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-
sehari.

c. Keadaan Ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena
keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.

d. Budaya

Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua
kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial,
adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang
memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat
asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan
dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.

Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin
banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.

e. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,
maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang
jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Friedman,
2005).

D. Proses Persalinan
1. Pengertian
Persalinan merupakan proses pengeluaran janin dan plasenta yang ditandai

dengan adanya kontraksi uterus. Kontraksi yang teratur akan membantu dilatasi

servik secara progresif. Proses dilatasi servik terdiri dari fase aktif. Menurut

Kurnawati,D (2017).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang

telah cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)

(Badriah, 2014:2). Menurut Prawirohardjo (2002:100) Persalinan adalah proses

membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan

dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala yang berlangsung 18 jam, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
2. Jenis-jenis Persalinan

Manuaba (1998), mengatakan ada 2 jenis-jenis persalinan yaitu berdasarkan

bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan.

a. Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan

a) Persalinan Spontan

Adalah proses persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan

ibu sendiri.

b) Persalinan Buatan

Adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

c) Persalinan Anjuran

Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalnan ditimbulkan

dari luar dengan jalan rangsangan.

b. Jenis persalinan menurut usia kehamilan

a) Abortus

Adala pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu

atau berat badan janin kurang dari 500 gram.

b) Partus immature

Adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20 minggu dan

28 minggu atau berat badan janin antara 500 gram dan kurang dari 1000

gram.

c) Partus premature
Adalah buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu dan < 36

minggu atau berat badan janin antara 1000 gram dan kurang dari 2500

gram.

d) Partus matur atau partus aterm

Adalah pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 36 minggu dan

40 minggu atau berat badan janin lebih dari 2500 gram.

e) Partus serotinus atau partus postmatur

Adalah pengeluaran buah kehamilan lebih dari 40 minggu.

3. Sebab Mulainya Persalinan

Menurut Asrinah (2010:3) sebab-sebab mulainya persalinan meliputi :

a) Penurunan hormon progesterone

Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim

sensitif sehingga menimbulkan his.

b) Keregangan otot-otot

Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh

karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk

mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.

c) Peningkatan hormon oksitosin

Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga

dapat menimbulkan his.

d) Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranan

dalam proses persalinan, oleh karena itu pada anecepalus

kehamilan lebih lama dari biasanya.

e) Teori Prostagladin

Prostaglandin yang dihasilkan dari desidua meningkat saat umur

kehamilan 15 minggu. Hasil percobaan menunjukan bahwa

prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap

umur kehamilan.

f) Plasenta menjadi tua

Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, Villi corialis

mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen

menurun.

4. Tahap Persalinan

Menurut Prawirohardjo (1999:182) Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 kala,

yaitu :

a. Kala I Persalinan

Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat (frekuensi

dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai serviks

membuka lengkap (10cm). kala I terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan

fase aktif.

a) Fase laten
Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

pembukaan sampai pembukaan 3 cm. Pada umumnya

berlangsung 8 jam.

b) Fase aktif

Dibagi menjadi tiga fase yaitu :

1) Fase Akselerasi

Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

2) Fase Dilatasi maksimal

Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung

cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

3) Fase Deselerasi

Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2

jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.

Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara sekitar 8 jam.

Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam (primipara) atau lebih dari 1 cm

hingga 2 cm (multipara).

b. Kala II Persalinan

Persalinan Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala

pengeluaran bayi. Tanda pasti Kala II (dua) ditentukan melalui pemeriksaan

dalam yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap (10cm) atau

terlihat bagian kepala bayi melalui introitus vagina.


Proses kala II berlangsung 2 jam pada primpara dan 1 jam pada multipara.

Dalam kondisi yang normal pada kala II kepala janin sudah masuk dalam

dasar panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar

panggul yang secara reflek menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa

adanya tekanan pada rectum seperti akan buair air besar. Kemudian perineum

mulai menonjol dan melebar dengan membukanya anus. Labia mulai

membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak di vulva saat ada his.

Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diiluar his.

Dengan kekuatan his dan mengedan maksimal kepala dilahirkan dengan

suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perineum.

Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan

anggota badan bayi.

c. Kala III

Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan

lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tdak lebih daer

30 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi

lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus uteri

(Prawirohardjo,1999:185).

d. Kala IV

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post

partum.

5. Tanda-tanda Persalinan

a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat


a) Lightening

Pada minggu ke-36 pada primigravida terjadi penurunan fundus karena

kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh :

1) Kontraksi Braxton hicks

2) Ketegangan otot perut

3) Ketegangan ligamentum rotundum

4) Gaya berat janin kepala kearah bawah

b) Terjadi his permulaan

Makin tua usa kehamilan, pengeluaran progesteron dan estrogen semakin

berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih

sering disebut his palsu. Sifat his palsu :

1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah

2) Datangnya tidak teratur

3) Tidak ada perubahan serviks

4) Durasinya pendek

5) Tidak bertambah jika beraktivitas

b. Tanda-tanda Persalinan

a) Terjadinya his persalinan

His persalinan mempunyai sifat :

1) Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan

2) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar

3) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus

4) Makin beraktivitas (jalan), kekuatan makin bertambah.


b) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina)

Dengan his permulaan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan

pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas,

kapiler pembuluh darah pecah, yang menjadikan perdarahan sedikit.

c) Pengeluaran cairan

Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar

ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang pecah pada

pembukaan kecil. (Asrinah,2010:6)

6. Factor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Badriah (2014:28) Keberhasilan proses persalinan dipengaruhi oleh

beberapa factor yaitu factor ibu (power,passage,psikologis), factor janin (factor

plasenta), dan factor penolong persalinan.

a. Power (kekuatan)

Power adalah kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar. Kekuatan

tersebut meliputi :

a) His (kontraksi Uterus)

Adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot polos Rahim

bekerja dengan baik dan sempurna.

b) Tenaga mengedan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah atau

dipecahkan, serta sebagian presentasi sudah berada didasar

panggul, sifat kontraksi berubah, yakni bersifat mendorong keluar

dibantu dengan keinginan ibu untuk mengedan.


b. Passage (Jalan Lahir)

Passage atau jalan lahir dibagi menjadi dua yaitu :

a) Bagian keras : tulang panggul

b) Bagian lunak : otot-otot dan ligament-ligament

c. Passenger (Janin dan Plasenta)

Passanger atau jann bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi

beberapa factor, yakni kepala janin,letak,sikap,dan posisi janiin. Karena plasenta

juga harus melewati jalan lahir, maka dia dianggap sebagai bagian dari passenger

yang menyertai janin. (Sumarah,2010:35).

d. Psikologis

Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang

didampingi oleh suami dan orang-orang yang dicintainya cenderung mengalami

proses persalinan yang lebih lancer dibanding dengan ibu bersalin tanpa

pendamping. Ini menunjukan bahwa dukungan mental berdampak positif bagi

keadaan psikis ibu, yang berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan

(Arsinah,2010:21).

e. Physician (Penolong) bermanfaat untuk memperlancar proses persalinan dan

mencegah kematian maternal dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi

yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan tidak

terjadi (Arsinah,2010:21).

Anda mungkin juga menyukai