Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Diabetes melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan kondisi
hiperglikemi yang dalam jangka lama menyebabkan komplikasi mikrovaskular dan
makrovaskular. Pasien yang telah menderita diabetes melitus harus menggunakan obat dalam
jangka panjang sepanjang hidupnya. Di Indonesia prevalensi diabetes melitus menduduki
peringkat ke empat. Secara internasional Indonesia menduduki peringkat ke 7 untuk
epidemiologinya.
Dalam pengobatan diabetes kepatuhan dalam pengobatan sangat berperan penting
dalam keberhasilan. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain dipengaruhi
oleh kesadaran individu, stigma dalam masyarakat, dan kemudahan mendapatkan obat terkait
dengan pelayanan kesehatan di pusat kesehatan tertentu seperti puskesmas, klinik atau rumah
sakit. Hambatan dalam kepatuhan penggunaan obat Diabetes ini akan menyebabkan
munculnya komplikasi pada pasien Diabetes, seperti gagal jantung, stroke, gagal ginjal, dan
glaucoma. Resiko terjadinya infeksi pada pasien Diabetes juga sangat tinggi apabila gula darah
tidak dapat terkontrol dengan baik.
Berdasarkan penelitian Craig tahun 2012 menunjukkan ada ketidakpatuhan pasien
diabetes melitus dalam terapinya dan ketidakhadiran di klinik pengobatan. Berdasarkan WHO
faktor yang berkaitan dengan penurunan kepatuhan diantaranya:Berkaitan dengan pasien (usia
muda, wanita, perokok, impulsif, grup etnis minoritas), social ekonomi (status social ekonomi
rendah, biaya terapi, pendidikan rendah, rendahnya dukungan keluarga), kaitan dengan kondisi
(depresi, kronis, komplikasi), sistem kesehatan (sistem pelayanan klinik, jarak dengan apotek,
rendahnya keberlanjutan pelayanan), kaitan dengan terapi (penggunaan terapi, efek samping,
pengalaman buruk dengan terapinya).
Di era JKN di Indonesia penyakit Diabetes menjadi salah satu pelayanan kronis, dimana
untuk pasien Diabetes akan mendapatkan obat untuk kebutuhan 1 bulan. Pelayaan obat kronis
ini dilayani pada semua fasilitas kesehatan yang berkerjasama dengan BPJS baik PPK I,II,
maupun III, dimana klain di masing-masing PPK akan berbeda walaupun dengan diagnose
yang sama tergantung dari tipe Rumah Sakit yang melayani. Sejak awal tahun 2014 sampai
dengan Septmber 2018 anggaran terbesar BPJS digunakan untuk obat kronis.
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakain tahun beban BPJS semakin bertambah
namun tidak diimbangi dengan iuran sehinggga menyebabkan selisih anggaran BPJS. Untuk
mengurangi beban pembayaran obat kronis, KEMENKES mengeluarkan regulasi tentang
Program Rujuk Balik dengan tujuan untuk mengurangi beban keuangan BPJS karena dengan
rujuk balik maka pasien kronis akan dikembalikan ke PPK I dengan biaya klaim lebih rendah.
Salah satu program unggulan guna meningkatkan kualitas palayanan kesehatan bagi
peserta BPJS dilakukan optimalisasi implementasi Program Rujuk Balik (PRB). Tujuan dari
PRB yaitu meningkatkan kemudahan akan pelayaan kesehatan, meningkatkan pelayanan
kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, meningkatkan
hubungan dokter dengan pasien dalam konteks holistik serta memudahkan untuk mendapatkan
obat yang diperlukan (Panduan praktis program rujuk balik).
BAB III
“Pengajuan Proposal Promosi Kesehatan Peningkatan Pelayanan Rujuk Balik Pasien
Diabetus Mellitus Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama ”

1. Target Populasi
Dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP)
2. Tujuan Intervensi
a. Meningkatkan pemahaman dokter FKTP tentang alur pelayanan PRB

b. Meningkatkan kompetensi dokter FKTP dalam mengelola atau managemen terapi


pasien diabetes melitus

c. Meningkatkan kolaborasi antara FKTP dan FKRTL (Fasilitas Kesehatan Tingkat


lanjut) dengan meningkatkan peran apoteker sebagai integrator
d. Mewujudkan pelayanan obat komprehensif sesuai regulasi yang berfokus kepada :
 Mengoptimalkan penggunaan obat (meminimalkan obat sisa)
 Mengurangi risiko efek samping obat
 Meningkatkan kepatuhan pengobatan
e. Meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

3. Deskripsi Singkat
Selain kampanye terhadap program rujuk balik yang telah dilakukan oleh BPJS,
perlu dilanjutkan dengan workshop dan pelatihan yang lebih praktis untuk membangun
pemahaman serta membantu para dokter di FKTP untuk dapat menjalankan program rujuk
balik.
Program ini terdiri dari workshop pelayanan komprehensif antara FKRTL dan
FKTP terkait program rujuk balik meliputi bagaimana FKTP mengoptimalkan system P
Care yang sudah dibuat oleh BPJS untuk ikut memonitor berapa banyak pasien diabetes
mellitus yang berpotensi untuk dapat dirujuk balik dari FKRTL ke FKTP, mengaktifkan
program penyuluhan kesehatan, senam diabetes mellitus yang pada dasarnya membangun
komunitas peserta BPJS yang terdaftar di FKTP masing-masing
4. Dasar Teori

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan perluasan dari Theory of Reasoned


Action (TRA). Dalam TRA dijelaskan bahwa niat seseorang terhadap perilaku dibentuk
oleh dua faktor utama yaitu attitude toward the behavior dan subjective norms (Fishbein
dan Ajzen, 1975), sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor lagi yaitu perceived
behavioral control (Ajzen, 1991).

Gambar 3.1 Teori Planned Behaviour

Gambar 3.1 di atas menjelaskan bahwa dalam TPB, niat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu:
4.1 Sikap terhadap perilaku
Sikap bukanlah perilaku, namun sikap menghadirkan suatu kesiapsiagaan untuk
tindakan yang mengarah pada perilaku (Lubis,2010). Individu akan melakukan sesuatu
sesuai dengan sikap yang dimilikinya terhadap suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku
yang dianggapnya positif itu yang nantinya akan dipilih individu untuk berperilaku
dalam kehidupannya. Oleh karena itu sikap merupakan suatu wahana dalam
membimbing seorang individu untuk berperilaku.

4.2 Persepsi kontrol perilaku


Dalam berperilaku seorang individu tidak dapat mengkontrol sepenuhnya perilakunya
dibawah kendali individu tersebut atau dalam suatu kondisi dapat sebaliknya dimana
seorang individu dapat mengkontrol perilakunya dibawah kendali individu tersebut.
Pengendalian seorang individu terhadap perilakunya disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu faktor internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri
individu tersebut seperti keterampilan, kemauan, informasi, dan lain-lain. Sedangkan
faktor eksternal berasal dari lingkungan yang ada disekeliling individu tersebut.
Persepsi terhadap kontrol perilaku adalah bagaimana seseorang mengerti bahwa
perilaku yang ditunjukkannya merupakan hasil pengendalian yang dilakukan oleh
dirinya.

4.3 Norma Subyektif


Seorang individu akan melakukan suatu perilaku tertentu jika perilakunya dapat
diterima oleh orang-orang yang dianggapnya penting dalam kehidupannya dapat
menerima apa yang akan dilakukannya. Sehingga, normative beliefes menghasilkan
kesadaran akan tekanan dari lingkungan sosial atau Norma Subyektif.

5. Durasi Intervensi
Durasi pelaksanaan workshop dan pelatihan masing-masing dilakukan 1 (satu ) kali dalam
satu tahun.
6. Lokasi Intervensi
Workshop dan pelatihan dilakukan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut yang
sudah menjalankan program rujuk balik.
7. Pemberi Intervensi
 PIC pojok Program Rujuk Balik (Apoteker)
 Dokter Spesialis Penyakit Dalam
8. Metode Intervensi
 Workshop alur pelayanan pasien diabetes mellitus yang berpotensi di rujuk balik ,
formularium obat pasien PRB, optimalisasi informasi di system P Care,
implementasi membentuk komunitas diabetes mellitus.
 Pelatihan managemen terapi dan monitoring pasien diabetes mellitus pada kondisi
stabil.
Proposal Promosi Kesehatan

“Proposal Promosi Kesehatan Peningkatan Pelayanan Rujuk Balik Pasien


Diabetus Mellitus Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama”

A. Pendahuluan
Di era JKN di Indonesia penyakit Diabetes menjadi salah satu pelayanan kronis,
dimana untuk pasien Diabetes akan mendapatkan obat untuk kebutuhan 1 bulan.
Pelayaan obat kronis ini dilayani pada semua fasilitas kesehatan yang berkerjasama
dengan BPJS baik PPK I,II, maupun III, dimana klain di masing-masing PPK akan
berbeda walaupun dengan diagnose yang sama tergantung dari tipe Rumah Sakit yang
melayani. Sejak awal tahun 2014 sampai dengan Septmber 2018 anggaran terbesar
BPJS digunakan untuk obat kronis.
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa semakain tahun beban BPJS semakin
bertambah namun tidak diimbangi dengan iuran sehinggga menyebabkan selisih
anggaran BPJS. Untuk mengurangi beban pembayaran obat kronis, KEMENKES
mengeluarkan regulasi tentang Program Rujuk Balik dengan tujuan untuk mengurangi
beban keuangan BPJS karena dengan rujuk balik maka pasien kronis akan
dikembalikan ke PPK I dengan biaya klaim lebih rendah.
Salah satu program unggulan guna meningkatkan kualitas palayanan kesehatan
bagi peserta BPJS dilakukan optimalisasi implementasi Program Rujuk Balik (PRB).
Tujuan dari PRB yaitu meningkatkan kemudahan akan pelayaan kesehatan,
meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif, meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks holistik
serta memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan (Panduan praktis program
rujuk balik).

B. Tujuan
a. Meningkatkan pemahaman dokter FKTP tentang alur pelayanan PRB

b. Meningkatkan kompetensi dokter FKTP dalam mengelola atau managemen terapi


pasien diabetes melitus

c. Meningkatkan kolaborasi antara FKTP dan FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan


Tingkat lanjut) dengan meningkatkan peran apoteker sebagai integrator
d. Mewujudkan pelayanan obat komprehensif sesuai regulasi yang berfokus kepada :
 Mengoptimalkan penggunaan obat (meminimalkan obat sisa)
 Mengurangi risiko efek samping obat
 Meningkatkan kepatuhan pengobatan
e. Meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes mellitus.

C. Area Survei (Geografis)

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995-2001 dan Riskesdas 2007
menunjukkan bahwa penyakit tidak menular seperti stroke, hipertensi, diabetes melitus,
tumor, dan penyakit jantung merupakan penyebab kematian utama di Indonesia. Pada
tahun 2007, sebesar 59,5% penyebab kematian di Indonesia merupakan penyakit tidak
menular. Selain itu, persentase kematian akibat penyakit tidak menular juga meningkat
dari tahun ke tahun, yaitu 41,7% pada tahun 1995, 49,9% pada tahun 2001, dan 59,5%
pada tahun 2007.
Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi penderita
diabetes dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan ekonomi nasional melalui biaya
medis langsung, kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Termasuk komponen biaya
utama adalah rumah sakit dan perawatan rawat jalan, faktor lain yang membutuhkan
biaya besar adalah kenaikan biaya untuk insulin analog 1 yang semakin banyak
diresepkan meskipun sedikit bukti bahwa insulin tipe tersebut memberikan efek yang
signifikan dibandingkan insulin manusia yang lebih murah.
Prevalensi penyakit Diabetes di jawa timur seperti pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.1 Prevalensi diabetes mellitus di propinsi Jawa Timur


D. Target dan Sasaran
Target adalah pimpinan klinik dan puskesmas FKTP serta dokter FKTP.
Sasarannya adalah terlaksananya manajemen terapi pasien diabetes mellitus program
rujuk balik yang bermutu di fasilitas kesehatan tingkat pertama pada tahun 2020.

E. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan promosi kesehatan ini akan dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Juni 2020.

F. Pembuatan Promosi Kesehatan


Waktu Pelaksanaan
No Kegiatan ( Bulan Ke )
1 2 3 4 5 6
Workshop
1. Pembuatan Materi √
2. Pembuatan surat permohonan ke Rumah Sakit √
sebagai tempat pelaksanaan workshop
3. Menentukan dan menghubungi pemateri √
4. Membuat undangan kepada Direktur Klinik, √
Pimpinan Puskesmas dan dokter FKTP
5. Pelaksanaan workshop √ √ √
6. Pembuatan komitmen bersama √ √ √
6. Laporan pelaksanaan √ √ √
7. Evaluasi pelaksanaan tiap bulan √ √ √ √
Pelatihan
1. Pembuatan Materi √
2. Pembuatan surat permohonan ke Rumah Sakit √
sebagai tempat pelaksanaan workshop
3. Menentukan dan menghubungi pemateri √
4. Membuat undangan kepada dokter FKTP √
5. Pelaksanaan pelatihan √ √ √
6. Laporan pelaksanaan √ √ √
7. Evaluasi pelaksanaan tiap bulan √ √ √ √
G. Anggaran
No Keterangan Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
Pemasukan
1. Sponsorship 30.350.000
Pengeluaran
1 Pembuatan Proposal 100.000
2 Sewa Tempat 4.500.000
3 Konsumsi 20.000.000
4 HR Pemateri 5.000.000
5 Perlengkapan 500.000
6 Biaya administrasi : pembuatan laporan 250.000
30.350.000

H. Pengumpulan dan Manajemen Data


Data seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di peroleh dari data base kantor BPJS
Kesehatan Kota Malang. Selanjutnya akan diinventaris PIC masing-masing FKTP
untuk memonitor pelaksanaan program rujuk balik. Data pencapaian peserta prolanis
masing-masing FKTP diperoleh dari database di BPJS Kota Malang.

I. Metode Promosi Kesehatan


Metode promosi kesehatan berupa workshop dan pelatihan.

J. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi pelaksanaan promosi kesehatan baik dalam bentuk workshop dan pelatihan
dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan. Untuk mengetahui apakah program promosi
kesehatan ini memberikan dampak positif sesuai dengan sasaran dan tujuan program,
dilakukan evaluasi tiap 6 bulan. Indikator ketercapaian program bila terdapat
peningkatan mutu pelayanan prolanis yang ditandai dengan peningkatan jumlah pasien
diabetes miletus rujuk balik dari FKRTL yang stabil di FKTP.
DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I., & Fishbein, M. (1975). Attitude-behavior relations: A theoretical analysis and
review of empirical research. Psychological Bulletin, 84, 888-918.
Ajzen, I., & Madden, T. J. (1991). Prediction of goal-directed behavior: Attitudes, inten-
tions, and perceived behavioral control. Journal of Experimental Social
Psychology, 22, 453-474.

Anda mungkin juga menyukai