Anda di halaman 1dari 36

BAB

III

3.1. ASPEK FISIK WILAYAH


3.1.1 Letak Geografis dan Administrasi
Kabupaten Nduga adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Papua yang
memiliki karakteristik wilayah yang umumnya relative sama dengan
kabupaten lainnya di selatan Provinsi Papua. Kabupaten Nduga ditinjau
dari letak wilayah, sangat memiliki nilai strategis yakni sebagai wilayah
yang menghubungkan ke 11 Kabupaten lainnya yang berada di
pegunungan tengah Papua. Melihat posisinya, tentu menjadikan
Kabupaten Nduga sebagai wilayah yang berperan untuk membuka
keterisolasian kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Papua.

Kabupaten Nduga adalah willayah otonomi baru yang terbentuk pada


tahun 2008 dengan ibukota kabupaten yakni terletak di Kenyam.
Kabupaten Nduga memiliki luas wilayah 12.941 km2 yang terbagi
menjadi 32 distrik/kecamatan (lihat tabel 3.1 di bawah ini).

Kabupaten Nduga secara spasial memiliki batas-batas wilayah yakni:


 sebelah utara berbatasan dengan Distrik Kuyawage, Distrik
Balingga, Distrik Pirime, dan Distrik Makki Kabupaten Lanny
Jaya;
 sebelah timur berbatasan dengan Distrik Pelebaga dan Distrik
Wamena Kabupaten Jayawijaya;
 sebelah selatan berbatasan dengan Distrik Sawaerma
Kabupaten Asmat; dan
 sebelah barat berbatasan dengan Distrik Jila Kabupaten Mimika.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 1


Tabel 3.1.
Luas Wilayah Distrik di Kabupaten Nduga
No. Distrik Luas Wilayah Persentase Jumlah
(Ha) (%) Desa
1. Kenyam 222.943,80 1,72 9
2. Mapenduma 5.4007,76 0,42 10
3. Yigi 86.927,03 0,67 12
4. Wosak 196.743,15 1,52 5
5. Geselma 220.109,98 1,70 3
6. Mugi 9.2370,58 0,71 18
7. Mbuwa 470.390,82 3,63 6
8.. Gearek 200.307,34 1,55 7
9. Koroptak 167.670,81 1,30 6
10. Kegayem 87.344,28 0,67 13
11. Paro 868.620,72 6,71 5
12. Mebarok 393.730,19 3,04 14
13. Yenggelo 431.866,34 3,34 4
14. Kilmid 376.330,23 2,91 4
15. Alama 3.788.532,06 29,28 4
16. Yal 48.388,85 0,37 20
17. Mam 105.956,48 0,82 14
18. Dal 88.333,85 0,68 6
19. Nirkuri 189.171,65 1,46 10
20. Inikgal 51.198,82 0,40 8
21. Iniye 301.793,87 2,33 6
22. Mbulmu Yalma 190.095,29 1,47 7
23. Mbua Tengah 323.218,03 2,50 9
24. Embetpen 334.795,00 2,59 5
25. Kora 651.578,90 5,03 5

LAPORAN PENDAHULUAN III- 2


26. Wusi 269.217,54 2,08 4
27. Pua 153.030,43 1,18 -
28. Moba 274.548,12 2,12 8
29. Wutpaga 236.544,40 1,83 6
30. Nenggeagin 108.753,08 0,84 5
31. Krepkuri 518.795,17 11,74 6
32. Pasir Putih 437.694,78 3,38 4
Jumlah 1.294.1000 100
Sumber : Kabupaten Nduga 2016

Distrik Alama merupakan daerah terluas dengan luas wilayah


sebesar.788.532,06 Ha (29,28% dari luas Kabupaten Nduga),
sedangkan Distrik Inikgal merupakan Distrik terkecil dengan luas
wilayah daratan dan lautan 51.198,82 Ha (0,40% dari luas Kabupaten
Nduga).
Batas wilayah sebagaimana yang diuraikan di atas digambarkan dalam
peta Administrasi Kabupaten Nduga 3.1 di bawah ini.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 3


Gambar 3.1
Peta Administrasi Kabupaten Nduga

LAPORAN PENDAHULUAN III- 4


3.1.2 Topografi
Secara umum topografi adalah gambaran terkait bentuk permukaan
bumi pada suatu wilayah. Kondisi topografi wilayah Kabupaten Nduga
ditandai dengan bentuk wilayah datar hingga bergunung dengan
ketinggian antara 0 – 4.000 mdpl. Kondisi topografi terendah berada di
sebagian wilayah Distrik Kenyam yaitu 0-100 mdpl. Sedangkan kondisi
tertinggi tersebar hampir di semua distrik kecuali Distrik Kenyam
dengan ketinggian > 4000 mdpl.

3.1.3 Kemiringan Lereng


Dalam Kajian tentang planologi, variable lereng menjadi salah satu
variable mendasar yang perlu dipertimbangkan agar menghasilkan
sebuah perencanaan yang mampu bersinergi dengan kondisi fisikal
suatu wilayah, dengan demikian data tentang kemiringan lereng
menjadi penting untuk disajikan.
Wilayah daratan Kabupaten Nduga memiliki topografi dan lereng yang
bervariasi, dimana topografi datar sampai agak datar terutama terdapat
di bagian selatan Kabupaten Nduga seperti di Distrik Kenyam dan
Gearek dan bagian selatan dari Distrik Mpenduma dan Geselam.
Sedangkan topografi berbukit dan bergunung umumnya terdapat di
bagian Utara di Kabupaten Nduga seperti di Distrik Wosak, Yigi, Mugi,
dan Mbua serta bagian utara Distrik Mapenduma dan Geselma.
Kelas kemiringan lereng di Kabupaten Nduga secara garis besar dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok kelas lereng yaitu kelompok
wilayah dengan kelas lereng datar sampai landai (kemiringan 0 – 15
%), seluas 141.349,87 Ha (17,53 %), kelas lereng landai sampai
curam (kemiringan >15 – 40 %) seluas 13.195,04 Ha (1,64 %), dan
kelas lereng curam sampai sangat curam (>40 %) seluas 651.695,24
Ha (80,83 %). Secara alami faktor letak lintang atau ketinggian suatu
wilayah dari permukaan laut (dpl) berpengaruh terhadap lingkungan
fisik seperti suhu dan jenis flora dan fauna yang mendiaminya yang
berdampak kepada potensi pengembangan penggunaan lahan.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 5


3.1.4 Hidrologi
Kondisi hidrologi suatu wilayah sangat berkaitan dengan tipe iklim dan
kondisi geologi pada wilayah tersebut. Potensi sumberdaya air suatu
wilayah atau kawasan dapat ditinjau dari sisi volume dan kualitas air
yang dapat dihasilkan wilayah bersangkutan. Pada umumnya
berdasarkan sumbernya, potensi sumberdaya air khususnya air tawar
dapat digolongkan menjadi: (1) potensi air hujan (presipitasi), (2)
potensi air permukaan berupa air sungai dan air danau, dan (3) potensi
air tanah dalam dan air tanah dangkal. Masing-masingnya dapat diukur
dengan besar debit air (volume air per satuan waktu).
Secara kualitatif, potensi air kelompok pertama (presipitasi) dapat
dikatakan tinggi di seluruh wilayah karena pada umumnya memiliki
curah hujan tahunan tinggi sampai sangat tinggi. Demikian pula dengan
kelompok air kedua (air permukaan) juga tinggi karena di Kabupaten
Nduga dialiri oleh banyak sungai besar dan kecil dengan kerapatan
sungai sedang sampai tinggi dan begitu pula Hal yang sama pada
sumber air tanah dalam dan dangkal.

3.1.5 Klimatologi
Kondisi klimatologi suatu wilayah dapat tergambar dari suhu dan curah
hujan wilayah tersebut. Suhu udara di Kabupaten Nduga berdasarkan
pencatatan BMG wilayah V Jayapura Balai Wamena tahun 2009 tercatat
bahwa suhu udara berkisar antara 14,10C hingga 21,70C. Dengan
kelembaban udara rata-rata 77% - 83%. Iklim di Kabupaten Nduga
iklim tropis dan sub tropis hal ini dipengaruhi oleh letak geografis
wilayah ini selain itu juga di sebabkan adanya variasi ketinggian
kawasan, yakni kawasan yang berada pada ketinggian 200 – 500 m dpl,
antara lain: Distrik Kenyam dan Distrik gearek dengan kawasan yang
berada pada ketinggian 500 – 3000 m, dpl, yakni Distrik Mapenduma,
Distrik Mbua, Distrik Yigi, Distrik Mugi, Distrik Geselma dan Distrik
Wosak. Ditinjau dari curah hujan berdasarkan hasil pencatatan di
stasiun Wamena periode tahun 2009 terlihat bahwa curah hujan

LAPORAN PENDAHULUAN III- 6


tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 320,9 mm dengan jumlah
hari hujan selama 27 hari. Dan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Agustus yaitu 122,7 mm dengan jumlah hari hujan 19 hari.

Untuk lebih jelas perkembangan curah hujan dan hari hujan tahun 2015
dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2
Hari Hujan Dan Curah Hujan Rata-Rata Di Kabupaten Nduga
Tahun 2017
No. Bulan Hari Hujan Curah Hujan
(hr) (mm)
1 Januari 20 191,7
2 Pebruari 27 320,9
3 Maret 29 318,1
4 April 23 243,9
5 Mei 19 160,0
6 Juni 21 144,3
7 Juli 25 209,0
8 Agustus 19 122,7
9 September 22 185,2
10 Oktober 26 219,4
11 Nopember 22 167,9
12 Desember 24 175,1
Sumber: Kab. Nduga Dalam Angka, 2016

3.1.6 Jenis Tanah


Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk sebagai hasil proses
terhadap faktor-faktor pembentuk tanah. Faktor pembentuk tanah yang
dimaksud adalah bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu.
Oleh karena faktor pembentuk tanah tersebut mempengaruhi
perkembangan tanah, maka tanah (jenis tanah) bervariasi dari satu
tempat ketempat lain, demikian juga produktivitas dalam
pemanfaatannya. Berdasarkan jenisnya, maka tanah di Kabupaten
Nduga ada 5 (lima) jenis yaitu:

a. Alfisol. Tanah yang mempunyai kandungan liat yang tinggi di


horison B (horison argilik). Tanah ini masih relatif muda (pelapukan

LAPORAN PENDAHULUAN III- 7


belum lanjut), sehingga masih banyak mengandung mineral primer
yang muda lapuk, mineral liat kristalin dan kaya unsur hara.
Kejenuhan basa tanah ini tinggi (>35%) demikian juga kapasitas
tukar kationnya. Tanah ini banyak digunakan untuk pertanian,
perumputan atau hutan.

b. Entisol. Adalah tanah yang baru berkembang dari bahan asal atau
bahan induknya. Pembentukan tanah ini dapat sebagai akibat dari
iklim yang sangat kering sehingga pelapukan dan reaksi kimia sangat
lambat, adanya erosi yang kuat sehingga bahan-bahan yang tererosi
lebih banyak dari yang terbentuk, pengendapan yang terus menerus,
selalu jenuh air sehingga menghambat perkembangan horison.
Tanah Entisol banyak digunakan untuk pertanian terutama di daerah
endapan sungai yang umumnya subur.

c. Inceptisol. Tanah ini merupakan tanah yang belum matang,


perkembangan profilnya lemah dan masih banyak menyerupai bahan
induknya. Penggunaannya untuk pertanian dan non pertanian adalah
beragam, daerah berlereng untuk hutan dan untuk pertanian perlu
didrainase jika drainase buruk.

d. Mollisol. Tanah ini terbentuk dari adanya proses pembentukan


tanah yang berwarna gelap karena penambahan bahan organik.
Akibat pelapukan bahan organik di dalam tanah membentuk
senyawa-senyawa yang stabil dan berwarna gelap. Warna gelap
yang terbentuk, dengan adanya aktivitas mikroorganisme tanah
maka terjadi pencampuran bahan organik dan bahan mineral tanah
sehingga terbentuk kompleks mineral-organik yang berwarna kelam.
Tanah ini merupakan tanah yang subur dengan hanya sedikit
pencucian sehingga kejenuhan basa tinggi. Sebagian besar tanah ini
digunakan untuk pertanian.

e. Ultisol. Tanah ini merupakan tanah yang sudah berkembang dan


dicirikan dengan adanya horison argilik, bersifat masam dan

LAPORAN PENDAHULUAN III- 8


kejenuhan basa rendah (<35%). Tanah ini umumnya terbentuk dari
bahan induk batuan liat. Untuk pemanfaatan tanah ini ada beberapa
kendala yaitu reaksinya masam, kejenuhan basa rendah, kadar
aluminium yang tinggi sehingga dapat meracuni tanaman,
ketersediaan unsur hara rendah dan adanya fiksasi fosfor yang
tinggi. Dengan demikian untuk pemanfaatannya diperlukan
pemupukan dan pengapuran untuk mengatasi kemasaman tanah
dan keracunan aluminium.

3.1.7 Penggunaan Lahan


Pola penggunaan lahan pada suatu wilayah merupakan manifestasi
hubungan antara manusia dengan lingkungan. Polarisasi dan intensitas
penggunaan lahan tersebut juga merupakan Indikator yang
mencerminkan aktivitas utama dalam tingkat penguasaan teknologi
penduduk dalam mengeksploitasi sumberdaya lahan sekaligus
mencerminkan karakteristik potensi wilayah yang bersangkutan.
Penutupan lahan merupakan penyederhaan dari pola penggunaan lahan
yang menunjukkan penggunaan lahan secara makro dan biasanya di
klasifikasi dari hutan dan non hutan. Pola penggunaan/tutupan
penggunaan lahan di Kabupaten Nduga diuraikan pada tabel 3.3
berikut:

LAPORAN PENDAHULUAN III- 9


Tabel 3.3
Jenis dan Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Nduga
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1. Lahan Terbangun 15,65 0,47
2. Hutan 2.567,80 76,54
3. Rawa 3,38 0,10
4. Bencana Bandara 65,29 1,95
5. Sungai 235,25 7,01
6. Tanah Kosong 467,59 13,94
Total 3.354,96 100
Sumber: Kab. Nduga Dalam Angka, 2016

3.2. ASPEK DEMOGRAFI


Secara eksplisit demografi wilayah adalah uraian tentang dinamika
perkembangan penduduk pada suatu wilayah yang dijabarkan dalam
bentuk jenis dan struktur. Dinamika kependudukan merupakan hasil
interaksi fungsional dari kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan
mobilitas atau migrasi penduduk. Pembangunan kependudukan dan
keluarga kecil berkualitas merupakan langkah penting dalam mencapai
pembangunan berkelanjutan.

Jumlah penduduk yang terus meningkat memerlukan sumber daya yang


tidak sedikit untuk menunjang kehidupannya dan akan menjadi beban
daerah dalam pelaksanaan pembangunan. Dalam hubungannya dengan
penyelenggaraan pembangunan, kondisi penduduk seperti kuantitas
penduduk, kualitas penduduk, dan distribusi/persebaran penduduk
merupakan faktor yang mempengaruhi. Kaitannya dengan kualitas
penduduk, kekuatan Sumber Daya Manusia menempatkan faktor
ketenagakerjaan sebagai salah satu dimensi yang fital dilihat dari
angkatan kerja.

Dalam konteks di atas, dengan menempatkan penduduk sebagai bagian


integral dari faktor-faktor sosial yang selalu berubah-ubah baik kuantitas

LAPORAN PENDAHULUAN III- 10


maupun kualitasnya, serta merupakan pelaku sekaligus sasaran
pembangunan maka salah satu pendekatan kependudukan yang dapat
dilakukan pada wilayah perencanaan adalah memahami karakteristik
penduduk secara keseluruhan.

Uraian tentang demografi pada pembahasan ini yakni meliputi: jumlah


penduduk dan penyebarannya, penduduk menurut jenis kelamin, jumlah
kepala keluarga, kepadatan penduduk, pertumbuhan penduduk, penduduk
menurut mata pencaharian, penduduk menurut tingkat pendidikan,
penduduk menurut agama, penduduk menurut struktur pendapatan,
tingkat harapan hidup dan tingkat melek aksara.

3.2.1 Jumlah Penduduk dan Penyebarannya


Perubahan dalam angka perkembangan penduduk secara alami
tergantung perbedaan antara angka kelahiran dan angka kematian,
sejalan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam mengolah sumber daya alam yang ada sehingga
tingkat kehidupan manusia semakin baik. Hal ini sangat
mempengaruhi tingkat penurunan mortalitas manusia seperti banyak
dikemukakan oleh para ahli demografi, bahwa ledakan penduduk yang
terjadi terutama karena menurunnya tingkat kematian dengan cepat
dan sementara tingkat kelahiran belum dapat di kontrol dengan baik.
Selain karena faktor kelahiran dan kematian, pertumbuhan penduduk
di suatu daerah dipengaruhi oleh mobilitas penduduk. Peranan
mobilitas penduduk terhadap laju pertumbuhan penduduk antara
wilayah yang satu dengan wilayah yang lain berbeda-beda. Indonesia
secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduknya lebih
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat fertilitas dan mortalitas,
karena migrasi neto hampir tidak ada.

Sementara itu, Persebaran atau distribusi penduduk adalah


penempatan rumah tinggal atau kepadatan penduduk pada suatu
wilayah atau tempat-tempat tertentu yang membentuk pola yang

LAPORAN PENDAHULUAN III- 11


tertentu pula. Distribusi penduduk dalam suatu wilayah secara umum
tidak sama tergantung pada letak yang strategis dari daerah tersebut.
Misalnya daerah perkotaan persebaran penduduknya lebih tinggi dib
anding daerah pedesaan atau daerah perindustrian lebih tinggi tingkat
persebarannya dibanding daerah pertanian dan sebagainya.

Jumlah penduduk Kabupaten Nduga hingga akhir Tahun 2016


menunjukkan angka sebesar 105.393 jiwa, yang terdiri dari 56.320
jiwa penduduk laki laki dan 49.073 jiwa penduduk perempuan.

Sementara itu, dilihat dari penyebaran penduduknya terlihat bahwa


proporsi penduduk terbesar berada di Distrik Geselma yaitu sebesar
19.970 jiwa yang terdiri dari 11.390 jiwa penduduk laki-laki dan 8.580
jiwa penduduk perempuan. Sementara untuk proporsi penduduk
terkecil berada di Mugi dengan jumlah 10.625 jiwa yang terdiri dari
5.674 jiwa penduduk laki-laki dan 4.951 jiwa penduduk perempuan.
Secara lebih jelas, proporsi penduduk pada masing-masing distrik
diuraikan pada tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4
Proporsi Penduduk Berdasarkan Distrik dan Jenis Kelamin Di
Kabupaten Nduga Tahun 2017
Jumlah Persentase
No. Distrik
(Jiwa) (%)
1. Kenyam 6.018 5,71

2. Mapenduma 4.046 3,84

3. Yigi 5.198 4,93

4. Wosak 2.325 2,21

5. Geselma 1.650 1,57

6. Mugi 7.208 6,84

7. Mbuwa 2593 2,46

8.. Gearek 1.926 1,83

9. Koroptak 2.053 1,95

LAPORAN PENDAHULUAN III- 12


10. Kegayem 4.452 4,22

11. Paro 1.624 1,54

12. Mebarok 4.672 4,43

13. Yenggelo 2.037 1,93

14. Kilmid 2.548 2,42

15. Alama 1.648 1,56

16. Yal 8.604 8,16

17. Mam 5.752 5,46

18. Dal 1.610 1,53

19. Nirkuri 4.903 4,65

20. Inikgal 2.623 2,49

21. Iniye 1.608 1,53

22. Mbulmu Yalma 2.834 2,69

23. Mbua Tengah 3.903 3,70

24. Embetpen 2.536 2,41

25. Kora 3.123 2,96

26. Wusi 2.058 1,95

27. Pua 2.474 2,35

28. Moba 2.977 2,82

29. Wutpaga 2.845 2,70

30. Nenggeagin 2.591 2,46

31. Krepkuri 2.598 2,47

32. Pasir Putih 2.356 2,24

Jumlah 105.393 100


Sumber : Kab. Nduga Dalam Angka , 2016

LAPORAN PENDAHULUAN III- 13


3.2.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Pengertian rasio jenis kelamin, adalah banyaknya penduduk laki-laki
per 100 orang penduduk perempuan. Struktur penduduk berdasarkan
jenis kelamin berimplikasi terhadap berbagai hal antara lain kebutuhan
penduduk akan pangan. Berdasarkan data pencatatan statistic tahun
2016, menunjukkan bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki
masih lebih besar dari penduduk berjenis kelamin perempuan, dimana
jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 69.518 jiwa sedangkan
perempuan hanya berjumlah 50.908 jiwa. Kondisi demikian terjadi
pada semua distrik di Kabupaten Nduga, dimana sex ratio terbesar
terjadi di Distrik Mapenduma yaitu sebesar 166,42. Dan Sex ratio
terkecil terdapat di Distrik Mugi yaitu hanya 114,60.

Tabel 3.5
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Nduga
Tahun 2017
No. Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Kenyam 3.257 2.761 6.018


2. Mapenduma 1.970 2.076 4.046
3. Yigi 2.822 2.376 5.198
4. Wosak 1.197 1.128 2.325
5. Geselma 941 709 1.650
6. Mugi 3.616 3.592 7.208
7. Mbuwa 1.295 1.298 2593
8.. Gearek 1.019 907 1.926
9. Koroptak 1.090 963 2.053
10. Kegayem 2.336 2.116 4.452
11. Paro 849 775 1.624
12. Mebarok 2.334 2.338 4.672
13. Yenggelo 1.057 980 2.037
14. Kilmid 1.682 866 2.548

LAPORAN PENDAHULUAN III- 14


No. Distrik Laki-Laki Perempuan Jumlah

15. Alama 990 658 1.648


16. Yal 4.416 8,16 8.604
17. Mam 3.237 4.188 5.752
18. Dal 925 2.515 1.610
19. Nirkuri 2.536 685 4.903
20. Inikgal 1.347 2.367 2.623
21. Iniye 900 1.276 1.608
22. Mbulmu Yalma 1.681 708 2.834
23. Mbua Tengah 1.987 1.153 3.903
24. Embetpen 1.357 1.916 2.536
25. Kora 1.688 1.179 3.123
26. Wusi 1.096 1.453 2.058
27. Pua 1.392 962 2.474
28. Moba 1.575 1.082 2.977
29. Wutpaga 1.513 1.042 2.845
30. Nenggeagin 1.403 1.332 2.591
31. Krepkuri 1.606 1.188 2.598
32. Pasir Putih 1.206 1.150 2.356
Jumlah 56.320 49.073 105.393
Sumber : Kab. Nduga Dalam Angka, 2016

3.2.3 Jumlah Kepala Keluarga


Berdasarkan data Kabupaten Nduga Dalam Angka 2016 bahwa jumlah
kepala keluarga yang ada di wilayah Kabupaten Nduga adalah 24.576
kepala keluarga dengan jumlah anggota keluarga rata-rata per kepala
keluarga adalah 4,90 atau 5 orang. Jumlah kepala keluarga tersebut
terdistribusi dalam 8 distrik.

Sesuai dengan besarnya jumlah penduduk pada masig-masing distrik,


maka Distrik Geselma menempati urutan tertinggi dengan jumlah

LAPORAN PENDAHULUAN III- 15


4.180 kepala keluarga. Distrik Kenyam menempati urutan kedua
dengan jumlah kepala keluarga adalah 3.485, sementara jumlah
kepala keluarga terendah berada di Distrik Mugi dengan jumlah 2.121
kepala keluarga. Data selengkapnya diuraikan pada tabel 3.6 berikut :

Tabel 3.6
Jumlah Kepala Keluarga di Kabupaten Nduga Tahun 2017
No. Distrik Jumlah

1. Kenyam 1.769
2. Mapenduma 862
3. Yigi 2.138
4. Wosak 779
5. Geselma 536
6. Mugi 2.750
7. Mbuwa 973
8.. Gearek 1.057
9. Koroptak 807
10. Kegayem 1.245
11. Paro 717
12. Mebarok 1.507
13. Yenggelo 528
14. Kilmid 854
15. Alama 494
16. Yal 3.041
17. Mam 2.286
18. Dal 824
19. Nirkuri 1.695
20. Inikgal 1.069
21. Iniye 887
22. Mbulmu Yalma 1.081
23. Mbua Tengah 1.326
24. Embetpen 688
25. Kora 931
26. Wusi 558
27. Pua 769
28. Moba 1.293
29. Wutpaga 882
30. Nenggeagin 938

LAPORAN PENDAHULUAN III- 16


No. Distrik Jumlah

31. Krepkuri 1.098


32. Pasir Putih 622
Jumlah 37.004
Sumber : Kab. Nduga Dalam Angka, 2016

3.2.4 Kepadatan Penduduk


Kepadatan penduduk erat kaitannya dengan kemampuan wilayah
dalam mendukung kehidupan penduduknya. Semakin tinggi tingkat
kepadatan penduduk pada suatu wilayah, maka daya tampung
wilayah tersebut akan semakin kecil. Pola penyebaran penduduk
dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu :
a. Faktor Fisiografis.
b. Faktor Biologis.
c. Faktor Kebudayaan dan Teknologi.
Berdasarkan data penyebaran penduduk dibandingkan dengan luas
wilayah pada masing-masing distrik di Kabupaten Nduga maka Distrik
Yal memiliki kepadatan tertinggi yaitu 178 jiwa per km2 yang
kemudian disusul oleh Distrik Mapenduma yaitu 75 jiwa per km2.
Sedangkan tingkat kepadatan terendah berada di Distrik Alama
dengan tingkat kepadatan 1 jiwa per km2. Data selengkapnya
diuraikan pada tabel 3.7 sebagai berikut :

Tabel 3.7
Tingkat Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Distrik Di
Kabupaten Nduga Tahun 2017
No. Distrik Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
(Km )
2 Penduduk Penduduk
(Jiwa) (Jiwa/Km2)
1. Kenyam 222,9 6.018 27
2. Mapenduma 54,0 4.046 75
3. Yigi 86,9 5.198 60
4. Wosak 196,7 2.325 12
5. Geselma 220,1 1.650 7
6. Mugi 92,4 7.208 78
7. Mbuwa 470,4 2593 6

LAPORAN PENDAHULUAN III- 17


No. Distrik Luas Wilayah Jumlah Kepadatan
(Km2) Penduduk Penduduk
(Jiwa) (Jiwa/Km2)
8.. Gearek 200,3 1.926 10
9. Koroptak 167,7 2.053 12
10. Kegayem 87,3 4.452 51
11. Paro 868,6 1.624 2
12. Mebarok 393,7 4.672 12
13. Yenggelo 431,9 2.037 5
14. Kilmid 376,3 2.548 7
15. Alama 3788,5 1.648 1
16. Yal 48,4 8.604 178
17. Mam 106,0 5.752 54
18. Dal 88,3 1.610 18
19. Nirkuri 189,2 4.903 26
20. Inikgal 51,2 2.623 51
21. Iniye 301,8 1.608 5
22. Mbulmu Yalma 190,1 2.834 15
23. Mbua Tengah 323,2 3.903 12
24. Embetpen 334,8 2.536 8
25. Kora 651,6 3.141 5
26. Wusi 269,2 2.058 8
27. Pua 153,0 2.474 16
28. Moba 274,5 2.617 10
29. Wutpaga 236,5 2.845 12
30. Nenggeagin 108,8 2.591 24
31. Krepkuri 1518,8 2.598 2
32. Pasir Putih 437,7 2.356 5
Jumlah 12.941 105.051 8
Sumber : Kab. Nduga Dalam , 2016

3.2.5 Pertumbuhan Penduduk


Pertumbuhan penduduk dapat diartikan sebagai peningkatan jumlah
penduduk yang berada dalam suatu wilayah pada periode tertentu
dibandingkan dengan jumlah penduduk pada periode sebelumnya.
Pertumbuhan penduduk suatu wilayah secara umum dipengaruhi oleh
dua factor yaitu :pertama : pertambahan secara alamiah (angka
kelahiran lebih tinggi dibandingkan angka kematian). Kedua :migrasi
penduduk dimana jumlah penduduk yang datang lebih besar
jumlahnya dibandingkan dengan jumlah penduduk yang meninggalkan
suatu wilayah.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 18


Berdasarkan RTRW Provinsi Papua menunjukkan bahwa
kependudukan di Kabupaten Nduga mengalami pertumbuhan rata-rata
sekitar 1.5% pertahun selama periode 2004-2008 sehingga pada
tahun 2016 jumlah penduduk Kabupaten Nduga sudah mencapai
105.393 jiwa.

3.2.6 Penduduk Menurut Mata Pencaharian


Kecenderungan masyarakat dalam mencari mata pencaharian adalah
memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Dengan
demikian maka faktor sumber daya alam dan dukungan teknologi
akan sangat menentukan jenis mata pencaharian penduduk. Hal
demikianpun berlaku untuk masyarakat di Kabupaten Nduga. Oleh
karena kondisi wilayah Kabupaten Nduga yang merupakan dataran
tinggi, maka mata pencaharian penduduk masih didominasi oleh mata
pencaharian pada sektor pertanian dan peternakan sebagai mata
pencaharian pelengkap.

Sementara itu ditinjau dari segi teknologi, masih minimnya sentuhan


teknologi yang ada di wilayah ini tidak memungkinkan masyarakatnya
untuk melakukan aktivitas ekonomi selain pertanian, mengingat untuk
sektor-sektor lain yang tidak mengandalkan sumber daya alam perlu
ditunjang oleh teknologi, baik teknologi komunikasi maupun
transportasi yang dapat memberikan kemudahan untuk melakukan
aktivitas.

3.2.7 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas
pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari akan
pentingnya pendidikan, maka pemerintah dan swasta secara bersama-
sama telah dan terus berupaya untuk mewujudkan sumberdaya

LAPORAN PENDAHULUAN III- 19


manusia yang berkualitas melalui peningkatan kualitas pendidikan baik
secara formal maupun non formal.

Disamping itu, pendidikan dan kualitas sumber daya manusia memiliki


hubungan erat dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dimana
kedua factor diatas merupakan landasan berpijak untuk meningkatkan
taraf hidup dan social ekonomi masyarakat.

Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten


Nduga Tahun 2009 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
masyarakatnya masih sangat rendah dimana ditinjau dari rata-rata
lama sekolah hanya sebesar 2,78 tahun artinya bahwa tingkat
pendidikan rata-rata masyarakat Kabupaten nduga hanya mencapai
bangku kelas 2 tingkat sekolah dasar. Hal demikian dapat dipahami
mengingat fasilitas pendidikan yang ada di wilayah ini khususnya di
daerah pedalaman masih sangat rendah baik secara kualitas maupun
kuantitasnya sehingga anak-anak usia sekolah harus menempuh
perjalanan yang cukup jauh untuk mendapatkan fasilitas pendidikan.
Kondisi demikian menyebabkan anak-anak usia sekolah sulit untuk
melanjutkan pendidikannya sehingga berdampak pada rendahnya
tingkat pendidikan masyarakatnya.

3.2.8 Penduduk Menurut Agama


Agama merupakan sarana untuk mendekatkan manusia kepada sang
pencipta (Tuhan) dengan cara yang berbeda-beda berdasarkan agama
yang dianutnya. Agama yang diakui di Indonesia secara umum adalah
terdiri dari Agama Islam, Agama Protestan, Agama Katolik, Agama
Hindu, Agama Budha, dan Konghuchu, serta beberapa aliran
kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat.
Berdasarkan data Kabupaten Nduga Dalam Angka tahun 2017
menunjukkan bahwa jenis kepercayaan penduduk di Kabupaten
Nduga didominasi oleh Agama Protestan. Hal ini ditandai dengan jenis
bangunan peribadatan yang ada di wilayah ini yaitu hanya terdapat

LAPORAN PENDAHULUAN III- 20


gereja sebanyak 81 unit serta jumlah rohaniawan yang ada yaitu 198
orang.

3.2.9 Penduduk Menurut Struktur Pendapatan


Pendapatan penduduk dapat diartikan sebagai hasil yang diperoleh
dari kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tinggi
rendahnya pendapatan yang dihasilkan akan sangat berpengaruh
terhadap kondisi social ekonomi masyarakat.
Berdasarkan data Indeks Pembangunan Manusia tahun 2009
menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran riil penduduk Kabupaten
Nduga tahun 2009 yaitu sekitar Rp. 570.210,- per tahun. Pengeluaran
riil ini masih jauh lebih rendah dari pengeluaran riil ideal yaitu sekitar
737.720,- per tahun serta rata-rata pengeluaran riil Propinsi Papua
yang mencapai Rp.599.650,-. Hal ini mengindikasikan bahwa
pendapatan masyarakat Kabupaten Nduga masih sangat rendah.

3.2.10 Tingkat Harapan Hidup


Salah satu indikator kesehatan masyarakat adalah tingkat harapan
hidup masyarakat. Semakin tinggi tingkat kesehatan masyarakat maka
tingkat harapan hidup masyarakat semakin tinggi dan begitupun
sebaliknya rendahnya tingkat kesehatan masyarakat berpengaruh
terhadap rendahnya harapan hidup masyarakat.

Berdasarkan hasil pencatatan BPS tahun 2017, maka tingkat harapan


hidup masyarakat Kabupaten Nduga adalah 65,36 tahun. Angka
harapan hidup ini jauh lebih rendah dari pencapaian actual harapan
hidup bagi Propinsi Papua dan lebih jauh lebih rendah lagi jika
dibandingkan dengan pencapaian actual angka harapan hidup ideal
yaitu 85 tahun.

Mengacu pada data di atas serta indicator kesehatan masyarakat,


terlihat bahwa kualitas kesehatan masyarakat di wilayah ini masih

LAPORAN PENDAHULUAN III- 21


sangat rendah, sehingga diperlukan upaya yang lebih kongkrit untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3.2.11 Tingkat Melek Aksara


Melek Aksara diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan
menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang
lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya
dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi
bagian dari masyarakat tersebut.

Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan


pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut
dapat mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung
bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali
potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih
luas.

Bahkan dapat dikatakan bahwa melek aksara dapat dijadikan sebagai


Indicator utama dalam menilai kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki oleh suatu daerah, mengingat kemampuan untuk membaca
dan menulis adalah merupakan kemampuan dasar dalam memahami
ilmu pengetahuan dan teknologi (akses yang lebih luas terhadap
pendidikan yang lebih tinggi). Semakin tinggi angka buta huruf
masyarakat maka semakin rendah kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki.
Jika ditinjau dari angka buta huruf penduduk yang berusia 15 (lima
belas) tahun ke atas di Kabupaten Nduga, maka persentase
berdasarkan angka pencatatan BPS tahun 2017 baru mencapai 69,48
persen atau baru sekitar 30,52 persen penduduk yang mampu
mambaca dan menulis. Angka tersebut jauh lebih rendah jika
dibandingkan dengan angka rata-rata yang dicapai oleh Propinsi
Papua yaitu 75,41 persen, dan lebih rendah lagi jika dibandingkan
dengan angka ideal yaitu 100 persen.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 22


Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa kualitas sumber daya
manusia di Kabupaten Nduga masih sangat rendah dan perlu lebih
ditingkatkan melalui pendidikan formal. Hal ini dimaksudkan untuk
meningkatkan daya saing Kabupaten Nduga di masa mendatang.

3.3. ASPEK SOSIAL MASYARAKAT


Kabupaten Nduga adalah satu satu Kabupaten yang terletak di bagian
selatan Provinsi Papua yang hanya memiliki wilayah daratan. Mayoritas
penduduknya adalah berprofesi sebagai petani yang berorientasi pada
sector perkebunan dan perternakan dan hanya sebagian kecil yang
menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Sebagai kabupaten baru yang
merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Jayawijaya, system social
masyarakatnya dikategorikan cukup terbuka, hal ini dilihat dari
keterbukaan akses dan pembaharuan penduduk dapat berjalan dengan
baik.

Masyarakat Kabupaten Nduga mayoritas masih memiliki adat istiadat yang


sampai sekarang tetap ditaati guna memelihara kebersamaan dan
kerukunan hidup. Masyarakat Nduga dibedakan atas masyarakat yang
berdiam di daerah panas seperti di Mapnduma, daerah pertengahan
seperti di Mbua, dan masyarakat di daerah dingin sepert di Yigi. Pada
masyarakat Nduga memiliki kebun tersendiri, daerah perburuan dan lahan
pandan sendiri.

3.4. ASPEK KELEMBAGAAN


Kelembagaan merupakan salah satu perangkat dalam menjalankan
pemerintahan dan program pembangunan di Kabupaten Nduga. Secara
umum pemerintahan di Kabupaten Nduga dipimpin oleh bupati dan wakil
bupati dengan status sebagai karateker, yang dalam melaksanakan tugas
pemerintahan dibantu oleh beberapa staf pemerintahan dan lembaga
pemerintahan distrik yaitu sebanyak 32 distrik hingga kepala kampung.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 23


Sedangkan untuk melaksanakan program kegiatan teknis dijalankan oleh
instansi vertical dan instansi horizontal.

Selain kelembagaan pemerintahan dan instansi horisontal lainnya,


kelembagaan yang memiliki peranan dalam membina dan mengelolah
pembangunan di Kabupaten Nduga adalah terdapat beberapa
kelembagaan masyarakat (adat), dan swasta. Eksistensi kelembagaan
masyarakat dan swasta di Kabupaten Nduga, sebagian besar memberikan
kontribusi pada sektor perekonomian baik pada kegiatan usaha ekonomi
maupun kegiatan usaha sosial.

3.5. ASPEK EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN


Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi
(economic growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan
ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses
pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi
adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan. Suatu daerah dikatakan
mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan PDRB di
daerah tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah
pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu
adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi
yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada
berbagai sektor perekonomian.

3.5.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)


Salah satu indikator untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu
wilayah dalam suatu periode tertentu adalah dengan melihat Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah yang bersangkutan. PDRB

LAPORAN PENDAHULUAN III- 24


adalah nilai tambah yang dihasilkan seluruh unit ekonomi/sektor
dalam suatu wilayah atau daerah tertentu atau dapat didefinisikan
pula sebagai jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi. Nilai PDRB disajikan berdasarkan harga konstan
dan harga berlaku disesuaikan dengan tujuan penggunaannya.

Peningkatan yang signifikan terjadi pada periode tahun 2006-2007


dimana PDRB-ADHB pada periode ini mengalami peningkatan sekitar
6399.36 (juta) sedangkan peningkatan terkecil terjadi pada periode
2004-2005 yang hanya mencapai 2,113.52 (juta). Sementara itu,
ditinjau dari PDRB atas dasar harga konstan Periode 2004-2008
menunjukkan bahwa peningkatan terus terjadi selama periode ini,
yaitu pada Periode 2004-2005 mengalami peningkatan sebesar 824.15
(juta) dan periode selanjutnya yaitu tahun 2006 juga mengalami
peningkatan sebesar 1,143.06 (juta). Peningkatan tertinggi terjadi
pada periode 2007-2008 yang mencapai angka 2,305.45 (juta). Data
selengkapnya diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 3.8
PDRB Kabupaten Nduga Atas Dasar Harga Konstan Dan Harga
Berlaku Periode Tahun 2004-2008 (Jutaan Rupiah)
No. Tahun PDRB adh Berlaku PDRB adh Konstan
1 2004 50,147.83 36,339.63
2 2005 52,261.35 37,163.78
3 2006 56,554.40 38,306.84
4 2007 62,953.76 39,866.33
5 2008 71,049.14 42,171.78
Rata-rata
Sumber: PDRB Kabupaten Nduga, 2009

Sementara itu, ditinjau dari PDRB perkapita Kabupaten Nduga selama


periode 2004-2008 juga terus menunjukkan peningkatan secara
perlahan-lahan. Pencapaian angka PDRB perkapita tahun 2004
sebesar 1,742,053.32 rupiah menjadi 2,276,552.60 rupiah pada tahun
2008. Peningkatan tertinggi terjadi pada periode 2007-2008 yang
mencapai angka 226,930.74 rupiah dan peningkatan terendah terjadi

LAPORAN PENDAHULUAN III- 25


pada periode 2004-2005 yang hanya mencapai angka 16,318.46
rupiah. Data selengkapnya disajikan pada tabel 3.9 berikut :

Tabel 3.9
PDRB Perkapita Kabupaten Nduga Periode Tahun 2004-2008
(Rupiah)
No. Tahun PDRB Perkapita
1 2004 1,742,053.32
2 2005 1,758,371.78
3 2006 1,871,577.86
4 2007 2,049,631.86
5 2008 2,276,552.60
Sumber: PDRB Kabupaten Nduga, 2009

3.5.2. Struktur Ekonomi


Struktur perekonomian suatu wilayah sangat tergantung dari
sumbangan/peranan semua sektor ekonomi dalam pembentukan
PDRB. Pengetahuan akan persentase sumbangan masing-masing
sektor akan memberikan deskripsi tentang ragam dan struktur
perekonomian suatu wilayah.

Dengan melihat perkembangan perekonomian Kabupaten Nduga dari


tahun ke tahun selama periode 2004-2008, tampak bahwa kontribusi
sektor pertanian terhadap total PDRB Kabupaten Nduga terus
mengalami penurunan sementara sektor lainnya terus mengalami
peningkatan kecuali sektor industri pengolahan dan sektor listrik, air
bersih. Hal demikian menunjukkan bahwa pada beberapa tahun
mendatang peranan sektor pertanian bukan lagi merupakan sektor
utama dalam pembentukan PDRB Kabupaten Nduga.

Pada tahun 2004 kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB


Kabupaten Nduga adalah sebesar 85.17 persen, tahun 2005
mengalami penurunan menjadi 84.73 persen. Kondisi demikian terus
terjadi sehingga pada tahun 2008 hanya memberikan kontribusi
sebesar 77.77 persen.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 26


Ada beberapa factor yang menyebabkan kontribusi sektor pertanian
terus mengalami penurunan diantaranya adalah tidak berkembangnya
teknologi pertanian yang mendorong meningkatnya produksi sektor
tersebut, lemahnya sumber daya manusia petani dalam mengelolah
lahan pertanian serta beberapa factor lainnya yang berpengaruh
terhadap proses produksi pertanian.

Sektor ekonomi yang kontribusinya mengalami peningkatan tertinggi


terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Nduga selama periode tahun
2004-2008 adalah sektor jasa-jasa dimana pada tahun 2004,
kontribusinya hanya mencapai 10.62 persen menjadi 16.25 persen
pada tahun 2008. Demikian juga sektor bangunan dimana pada tahun
2004 kontribusinya hanya 2.59 persen mengalami peningkatan
menjadi 3.68 pada tahun 2008.

Sektor ekonomi lain yang juga menjalami peningkatan yang cukup


baik terhadap total PDRB Kabupaten Nduga adalah sektor
perdagangan, hotel, dan restaurant dari 0.42 persen pada tahun 2004
menjadi 0.73 pada tahun 2008. Begitupun dengan sektor keuangan
persewaan, dan jasa perusahaan memperlihatkan peningkatan yang
cukup baik dalam memberikan kontribusinya terhadap PDRB
Kabupaten Nduga dimana pada tahun 2004 hanya mampu
berkontribusi sebesar 0.57 persen meningkat menjadi 0.82 persen
pada tahun 2008.

Sementara itu, untuk sektor pertambangan dan penggalian juga


mengalami peningkatan dalam memberikan kontribusinya terhadap
PDRB Kabupaten Nduga dimana pada tahun 2004 mampu
berkontribusi sebesar 0.31 persen meningkat menjadi 0.35 persen
pada tahun 2008. Hal yang sama juga terjadi pada sektor
pengangkutan dan komunikasi, meskipun peningkatan tidak terjadi
secara signifikan tetapi tetap memperlihatkan peningkatan secara
perlahan dari 0.32 persen pada tahun 2004 menjadi 0.41 persen pada

LAPORAN PENDAHULUAN III- 27


tahun 2008. Dua sektor yang hingga saat ini belum memberikan
kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Nduga yaitu
sektor industry pengolahan serta sektor listrik dan air bersih. Kondisi
demikian dapat terjadi karena di wilayah perencanaan belum
terjangkau oleh jaringan listrik dan air bersih sedangkan untuk
industry pengolahan juga belum digalakkkan di wilayah ini. Untuk
lebih jelasnya mengenai struktur ekonomi wilayah Kabupaten Nduga
dapat diuraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.10
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Nduga Atas Dasar Harga Berlaku Dirinci Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2004-2008 (%)
No. Lap. Usaha 2004 2005 2006 2007 2008
1 Pertanian 85.17 84.73 82.68 80.76 77.77
2 Pertambangan dan 0.31 0.33 0.34 0.37 0.35
Penggalian
3 Industri 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Pengolahan
4 Listrik dan Air 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Bersih
5 Bangunan 2.59 2.80 3.07 3.26 3.68
6 Perdagangan, 0.42 0.47 0.52 0.61 0.73
Hotel dan
Restauran
7 Pengangkutan dan 0.32 0.35 0.37 0.39 0.41
Komunikasi
8 Keuangan, 0.57 0.65 0.74 0.75 0.82
Persewaan dan
Jasa Perusahaan
9 Jasa-jasa 10.62 10.67 12.27 13.86 16.25
PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : PDRB Kab. Nduga, 2008

Khususnya untuk tahun 2008, kontribusi sektor-sektor ekonomi


terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Nduga secara berurutan
dapat dijelaskan sebagai berikut, yaitu urutan pertama ditempati oleh
sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 77.77 persen, urutan
kedua adalah sektor jasa-jasa yaitu 16.25 persen, urutan ketiga
adalah sektor bangunan dengan kontribusi 3.68 persen, urutan

LAPORAN PENDAHULUAN III- 28


keempat adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
dengan kontribusi 0.82 persen, urutan kelima adalah sektor
perdagangan, hotel dan restaurant dengan jumlah kontribusi 0.73
persen, urutan keenam ditempati oleh sektor pengangkutan dan
komunikasi, urutan ketujuh adalah sektor pertambangan dan
penggalian dengan persentase kontribusi 0.35 persen.

3.6. INFRASTRUKTUR
3.6.1. Sistem Prasarana Transportasi
Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dalam
menunjang keberhasilan pembangunan terutama dalam mendukung
kegiatan perekonomian masyarakat dan perkembangan wilayah baik
itu daerah perdesaan maupun perkotaan. Transportasi sebagai urat
nadi pertumbuhan ekonomi dan interaksi antar pelaku ekonomi
menjadi sangat penting dalam menciptakan suasana yang aman,
nyaman, dan lancar. Pembangunan prasarana transportasi
dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan mobilitas penduduk dan
sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan
ekonomi wilayah. Selain itu, transportasi juga untuk membuka
peluang kegiatan perdagangan antar wilayah dan mengurangi
kesenjangan pembangunan wilayah sehingga mendorong terjadinya
pembangunan yang berimbang. Dengan adanya transportasi
diharapkan dapat menghilangkan isolasi dan memberi stimulan ke
arah perkembangan di semua bidang kehidupan, baik perdagangan,
industri maupun sektor lainnya secara merata di semua wilayah.
Kondisi system prasarana transportasi yang ada di Kabupaten Nduga
saat ini dapat dibedakan atas :
 Transportasi darat.
 Transportasi udara.
 transportasi sungai.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 29


a. Prasarana Jalan (Transportasi Darat)
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan bahwa jalan adalah adalah seluruh bagian Jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi Lalu Lintas umum, yang berada pada permukaan
tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan rel dan jalan
kabel.

Prasarana jalan merupakan urat nadi kelancaran lalu lintas di darat.


Lancarnya arus lalu lintas akan sangat menunjang perkembangan
perekonomian suatu daerah. Semakin panjang jalan yang memiliki
kondisi baik maka akan mempermudah dan mempercepat arus
mobilitas orang, barang dan jasa. Jalan sebagai jaringan transportasi
yang paling dominan digunakan oleh penduduk untuk beraktivitas
memegang peranan penting dalam pembangunan wilayah. Oleh
karena itu, pembangunan jalan harus kompatibel dengan potensi
sumberdaya dimana penentuan jaringan jalan dan prioritas
pengembangan akan menjadi penentu efektivitas pembangunan
prasarana jalan dari segi dampak terhadap pembangunan ekonomi
dan sosial.

Prasarana jalan yang ada di wilayah Kabupaten Nduga saat ini masih
terbatas pada jalan-jalan lingkungan yang merupakan akses internal
pada masing-masing kampung dengan kondisi jalan secara umum
masih berupa jalan tanah. Sedangkan untuk jaringan jalan yang
menghubungkan antar kampung hanya berupa jalan setapak dengan
melalui hutan dan hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki. Hal demikian
menyebabkan aksesibilitas di wilayah ini masih sangat rendah yang
menyebabkan sebagian besar kampung masih terisolir.

Sementara itu, untuk jaringan jalan yang berfungsi secara eksternal


yang menghubungkan Kabupaten Nduga dengan wilayah-wilayah

LAPORAN PENDAHULUAN III- 30


sekitarnya (Kabupaten Asmat), saat ini masih dalam tahap
pelaksanaan. Adapun ruas jalan yang dimaksud adalah :
1) Ruas jalan Pasir Putih – Gearek – Kenyam dengan panjang jalan
sekitar 29 km, yang pada tahap selanjutnya direncanakan untuk
ditembuskan ke Kota Kenyam sebagai Ibukota Kabupaten Nduga
dengan total panjang jalan kurang lebih 33 km.
2) Ruang jalan Ujung Batu - Kota Kenyam dengan panjang jalan
sekitar 33 km dan lebar badan jalannya 8 meter dari sisi kanan
dan kiri jalan.
3) Untuk sementara ini telah dikerjakan jalan sepanjang 9 km, yang
telah teralisasikan dari 33 km yang direncanakan.

b. Prasarana Transportasi Udara


Transportasi udara adalah merupakan bagian dari system
transportasi baik dalam fungsinya sebagai “servicing function”
maupun “promoting function”. Perkembangan ekonomi global yang
terjadi menyebabkan transportasi udara memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi
masyarakat.

Pada tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah dengan tingkat


pergerakan manusia/masyarakat yang rendah pula, maka
penyelenggaraan transportasi udara bukan merupakan kegiatan
usaha yang menguntungkan, tetapi harus tetap dilaksanakan untuk
menjamin adanya pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pada
kondisi seperti ini peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk
menjamin tersedianya fasilitas transportasi yang memadai.

Dilihat dari kondisi wilayah Kabupaten Nduga yang merupakan


daerah pegunungan, maka keberadaan transportasi udara sangat
dibutuhkan mengingat tidak semua wilayah bisa dihubungkan
dengan jalan darat maka sebagian wilayah hanya dapat melakukan
interaksi melalui transportasi udara (transportasi utama).

LAPORAN PENDAHULUAN III- 31


Prasarana transportasi udara yang ada di wilayah Kabupaten Nduga
yaitu berupa bandara perintis yang tersebar di beberapa distrik dan
kampung diantaranya di Distrik Kenyam, Mapenduma, Yigi, Mugi,
Gearek, Wosak dan Distrik Mbua. dengan status kepemilikan swasta
yaitu MAF dan beberapa diantaranya dibangun melalui swadaya
masyarakat melaui program Respek Propinsi Papua.

Sementara untuk sarana transportasi udara dilayani oleh beberapa


maskapai penerbangan yaitu Susi Air, MAF, Trigana Air dan lainnya
dengan rute penerbangan asal Wamena Kabupaten Jayawijaya dan
Timika Kabupaten Mimika dan tujuan tergantung permintaan.
Penerbangan reguler hanya terjadi pada rute Timika-Kenyam dan
Wamena-Kenyam dengan frekuensi sekali seminggu yaitu hari
Jumat.

c. Prasarana Transportasi Sungai


1) Jaringan Pelayanan
Sungai adalah merupakan prasarana transportasi yang dapat
digunakan untuk mobilisasi barang dan penumpang baik
disepanjang sungai maupun penyeberangan sungai. Kondisi fisik
alamiah Kabupaten Nduga yang banyak dialiri oleh sungai dan
cabang-cabangnya adalah merupakan suatu potensi yang dapat
dimanfaatkan sebagai jaringan transportasi. Kemampuan sungai
untuk dijadikan sebagai prasarana transportasi sangat ditentukan
oleh kedalaman air (dipengaruhi oleh pasang surut), lebar sungai,
serta kecepatan arusnya.

Jaringan sungai yang digunakan untuk Prasarana transportasi di


Kabupaten Nduga yaitu sungai yang menghubungkan antara
Distrik Agas (Kabupaten Asmat) - Pasir Putih Distrik Gearek
(Kabupaten Nduga) serta Distrik Agas (Kabupaten Asmat) – Batas
Batu Distrik Kenyam (Kabupaten Nduga). Sedangkan untuk sarana
transportasi sungai yang banyak digunakan oleh masyarakat

LAPORAN PENDAHULUAN III- 32


untuk melakukan pergerakan adalah jenis speed boat atau long
boat dan kapal motor kayu. Speed boat lebih diutamakan untuk
melayani pergerakan penumpang (manusia) karena bobot
angkutanya sangat terbatas. Sedangkan untuk kapal motor kayu
melayani pergerakan campuran (penumpang dan barang) karena
bobotnya lebih besar namun tidak dapat melakukan pergerakan
secara cepat.

2) Jaringan Prasarana
Jaringan prasarana transportasi sungai yang ada saat ini adalah
berupa dermaga pelabuhan yang berfungsi sebagai alih moda
transportasi. Adapun dermaga yang dimaksud adalah dermaga
Pasir Putih dan dermaga Batas Batu.

3.6.2. Sistem Prasarana Pengairan


Jaringan irigasi merupakan salah satu prasarana yang dibutuhkan
dalam upaya peningkatan kualitas dan kuantitas produksi
pertanian.Dalam kaitan tersebut jaringan irigasi sangat membantu
dalam mengatur tata air dan kebutuhan bagi petani untuk pengairan
areal pertanian. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan
produksi pertanian yang mengarah pada peningkatan taraf hidup
masyarakat petani.

Pengelolaan tata air untuk kebutuhan pertanian di Kabupaten Nduga


dalam bentuk jaringan irigasi belum tersedia, sehingga pengelolaan air
yang dilakukan oleh masyarakat masih mengandalkan bentang alam.
Hal demikian menyebabkan pola pertanian lahan basah di Kabupaten
Nduga akan mengikuti pola aliran sungai.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 33


3.6.3. Sistem Prasarana Wilayah
a. Energi
Program pembangkitan energi listrik secara besar-besaran sangat
erat kaitannya dengan upaya menunjang peradaban manusia di
zaman modern sekarang ini. Program pembangunan nasional yang
bertujuan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat
melalui program industrialisasi dan modernisasi tidak akan terlepas
dari program pembangkitan energi listrik. Tingkat pemakaian energi
listrik merupakan salah satu tolak ukur yang sangat korelatif dengan
tingkat peradaban manusia modern. Makin maju suatu bangsa,
makin tinggi tingkat kesejahteraannya, akan makin tinggi pula
tingkat konsumsi energi listriknya. Sebaliknya, makin terbelakang
suatu bangsa, juga makin rendah tingkat kesejahteraannya, akan
makin rendah pula tingkat konsumsi listriknya.
Sumber energy listrik yang ada di wilayah perencanaan adalah listrik
tenaga diesel yang dikembangkan secara swadaya oleh masyarakat
dengan system berkelompok. Hal ini pun hanya dapat dinikmati oleh
sebagian kecil masyarakat mengingat kemampuan masyarakat untuk
pengadaan pembangkit listrik jenis ini masih sangat terbatas.
Disamping itu, berdasarkan program Provinsi Papua melalui
penyaluran dana Respek juga telah disiapkan pembangkit listrik
tenaga surya dengan kapasitas yang sangat terbatas (Solar Cell).
Jenis pembangkit ini telah dibagikan pada tiap-tiap kampung, namun
berdasarkan pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian
besar kampung belum bisa menikmatinya karena hanya digunakan
untuk penerangan tertentu seperti di perkantoran dan sarana umum
serta untuk menonton televisi. Jenis pembangkit ini telah dibagikan
pada tiap-tiap kampung, meski keterbatasan sumber daya manusia
untuk mengoperasikannya. Mengacu pada kondisi demikian, maka
untuk memenuhi kebutuhan penerangan bagi masyarakat mayoritas
masih menggunakan system tradisional yaitu pelita. Untuk rencana

LAPORAN PENDAHULUAN III- 34


kedepan akan di bangun PLTMH sebagai sarana kelistrikan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Kabupaten Nduga.

b. Telekomunikasi
Telekomunikasi diyakini merangsang pertumbuhan ekonomi secara
signifikan, dan menjadi salah satu faktor keberhasilan pembangunan
suatu wilayah. Peran telekomunikasi menjadi sangat dominan dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat modern. Berbagai kemudahan
begitu saja muncul dan telekomunikasi menjadi faktor utama lalu
lintas informasi, sementara informasi menjadi unsur penunjang
terbesar dalam upaya pengembangan wilayah. Ketersediaan akses
infrastruktur telekomunikasi merupakan persyaratan paling mendasar
yang harus disediakan terlebih dahulu agar masyarakat dapat
memanfaatkan berbagai layanan aplikasi informasi bagi pencapaian
pembentukan masyarakat informasi.

Untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat di Kabupaten


Nduga, maka Pemerintah Provinsi Papua telah menyalurkan bantuan
televisi pada masing-masing kampung melalui program Respek.
Namun demikian, pemanfaatan siaran televise hingga saat ini masih
terkendala oleh keterbatasan sumber energy listrik sehingga
masyarakat hanya bisa menikmatinya dalam waktu yang sangat
singkat (sumber energy yang digunakan adalah solar cell) dan
bahkan di beberapa kampung justru belum bisa menikmatinya
karena keterbatasan sumber daya manusia dalam pengoperasiannya.

Disamping informasi dalam bentuk tayangan dan siaran dengan sifat


komunikasi satu arah, maka system informasi yang lebih penting lagi
adalah system komunikasi dua arah dimana kedua belah pihak dapat
bertukar informasi.System seperti ini dapat dilakukan melalui tata
muka atau melalui media komunikasi seperti telepon. Untuk
memenuhi kebutuhan komunikasi masyarakat Kabupaten Nduga

LAPORAN PENDAHULUAN III- 35


melalui media komunikasi, hingga saat ini belum ditunjang oleh
jaringan telepon, baik melalui jaringan kabel maupun non kabel.

3.7. PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN


Untuk menjalankan roda pemerintahan dengan baik, faktor utama yang
harus tersedia adalah disamping ketersediaan sumber daya manusia juga
adanya keuangan yang cukup. Ada dua aspek yang selalu diperhatikan
dalam membahas masalah keuangan daerah, yaitu besarnya penerimaan
dan pengeluaran. Pada aspek penerimaan pemerintah, umumnya berupa
pendapatan asli daerah, bagi hasil pajak/bukan pajak, sumbangan dan
bantuan. Sementara pengeluaran pemerintah dibedakan atas dua bagian
(i) Pengeluaran rutin pemerintah terdiri dari pengeluaran untuk
pemeliharaan dan penyelenggaraan pemerintah sehari-hari. Meliputi
belanja pegawai, belanja barang, sumbangan pada daerah bawahan,
pembayaran pinjaman, bunga dan lain-lain; (ii) Pengeluaran
pembangunan meliputi pengeluaran untuk pembangunan baik fisik seperti
jalan, jembatan, gedung dan pembelian kendaraan maupun kegiatan non
fisik seperti kegiatan keagamaan, ilmu pengetahuan dan teknologi serta
penelitian. Kabupaten Nduga sebagai Kabupaten yang baru terbentuk
maka pembiayaan pembangunannya masih sangat tergantung pada
sumber pembiayaan Otonomi Khusus Propinsi Papua (APBN) dan sumber-
sumber pembiayaan lainnya.

Sedangkan untuk penerimaan terhadap PAD dan bagi hasil pajak/bukan


pajak hingga kita sumbangannya masih sangat kecil sehingga belum dapat
diharapkan untuk berkontribusi terhadap pembiayaan pembangunan di
Kabupaten Nduga.

LAPORAN PENDAHULUAN III- 36

Anda mungkin juga menyukai