ABSTRAK
Diabetes melitus sering disebut dengan the silent killer karena penyakit ini bisa mengenai semua organ tubuh
dan menimbulkan beberapa macam keluhan. Kecamatan Tambaksari kota Surabaya pada tahun 2013 (DM
memiliki kasus DM yang tinggi dan menjadi masalah kesehatan karena mempunyai angka prevalensi DM
melebihi dari angka prevalensi Jawa Timur sebesar 2,1% dan lebih besar dari angka prevalensi rate DM di
Indonesia yaitu 1,5%. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis antara durasi penyakit dan kadar gula
darah dengan keluhan subjektif pada penderita DM Tipe 2 di Puskesmas Rangkah dan Pacarkeling Surabaya.
Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan metode cross sectional. Sampel dalam
penelitian ini yaitu penderita DM tipe 2 sebanyak 50 sampel. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
Simple Random Sampling, peneliti melakukan wawancara dengan bantuan instrumen kuesioner. Analisis data
menggunakan Uji Chi Square test. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu keluhan subyektif, sedangkan
variabel independen yaitu durasi penyakit dan kadar gula darah. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan antara durasi penyakit dengan keluhan subyektif pada penderita DM Tipe 2 (p = 0,049) dan kadar
gula darah dengan keluhan subyektif pada penderita DM tipe 2 (p = 0,004). Berdasarkan analisis tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara durasi penyakit dan kadar gula darah dengan keluhan
subyektif pada penderita DM Tipe 2. Saran penelitian yaitu, kepada puskesmas agar meningkatkan pengetahuan
dan informasi kepada penderita DM tipe 2 tentang bahaya yang ditimbulkan penyakit diabetes melitus berupa
komplikasi dan cara penanganannya.
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, durasi penyakit, kadar gula darah, keluhan subyektif
ABSTRACT
Diabetes mellitus is often called the silent killer because it can affect all the organs of the body and cause
several kinds of complaints. In 2013, Tambaksari Sub-district, Surabaya city has high DM case and become
health problem because it has DM prevalence rate exceeding East Java prevalence 2,1% and bigger than DM
prevalence rate in Indonesia that is 1.5%. The purpose of this study was to analyze the duration of disease
and blood sugar levels with subjective complaints in patients with type 2 diabetes in Puskesmas Rangkah and
Pacarkeling Surabaya. This research uses analytic observational with cross sectional method. The sample in
this research that is patient of type 2 DM as much as 50 sample. The sampling technique was done by Simple
Random Sampling, the researcher conducted the interview with the help of questionnaire. Data analysis using
Chi Square test. Dependent variable in this research is subjective complaint, while the independent variable is
disease duration and blood sugar level. Result of research indicate that there is correlation between duration
of disease with subjective complaint in patient Type 2 DM (p = 0.049) and blood sugar level with subjective
complaint In patients with type 2 diabetes (p = 0.004). Based on the analysis it can be concluded that there is a
relationship between the duration of the disease and blood sugar levels with subjective complaints in patients
with Type 2 diabetes. To the puskesmas in order to increase knowledge and information to patients with type 2
diabetes mellitus diabetes mellitus in the form of complications and how to handle it.
Keywords: type 2 diabetes mellitus, disease duration, glucose blood, subjective complaint
©2017 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC BY–SA license doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.231-239
Received 05 July 2017, Received in Revised Form 07 August 2107, Accepted 07 August 2017, Published online: 31 August 2017
232 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 231-239
Kecamatan Tambaksari kota Surabaya memiliki adalah pembengkakan pada kaki, sendi kaki, dan
kasus DM yang tinggi pada tahun 2013 dan menjadi tangan, sesak nafas, hipertensi, bingung atau sukar
masalah kesehatan karena mempunyai angka berkonsentrasi, nafsu makan menurun, kulit menjadi
prevalensi DM melebihi angka prevalensi Jawa Timur kering, dan gatal, capek (Tandra, 2008).
sebesar 2,1% dan lebih tinggi dari angka prevalensi Menurut Kariadi (2009), neuropati adalah
rate DM di Indonesia yaitu 1,5%. komplikasi yang terdapat pada syaraf. Kadar gula
Penderita DM penting untuk mematuhi darah yang tinggi mengakibatkan serat saraf hancur
serangkaian pemeriksaan seperti pengontrolan gula sehingga sinyal ke otak dan dari otak tidak terkirim
darah. Bila kepatuhan dalam pengontrolan gula darah dengan benar, akibat dari tidak terkirimnya sinyal
pada penderita DM rendah maka bisa menyebabkan tersebut maka hilangnya indera perasa, meningkatnya
tidak terkontrolnya kadar gula darah yang akan rasa nyeri di bagian yang terganggu. Kerusakan
menyebabkan komplikasi. Mematuhi pengontrolan saraf tepi yang umum terjadi biasanya dimulai dari
gula darah pada DM merupakan tantangan yang besar jempol kaki hingga seluruh kaki dan akan timbul
supaya tidak terjadi keluhan subyektif yang mengarah mati rasa. Keluhan yang paling sering dirasakan
pada kejadian komplikasi. adalah kesemutan. Munculnya berbagai keluhan pada
Diabetes melitus apabila tidak tertangani secara penderita DM memperbesar risiko penderita tersebut
benar, maka dapat mengakibatkan berbagai macam mengalami komplikasi. Penelitian ini perlu dilakukan
komplikasi. Ada dua komplikasi pada DM yaitu sebagai salah satu upaya preventif munculnya
komplikasi akut dan komplikasi kronik. Komplikasi komplikasi yang lebih berbahaya pada penderita
kronik terdiri dari komplikasi makrovaskuler DM.
dan komplikasi mikrovaskuler. Penyakit jantung
koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit
METODE
pembuluh darah perifer merupakan jenis komplikasi
makrovaskular, retinopati, nefropati, dan neuropati Penelitian observasional analitik digunakan
merupakan jenis komplikasi mikrovaskuler. dalam penelitian ini karena peneliti tidak melakukan
Retinopati adalah terganggunya retina mata intervensi kepada penderita DM hanya observasi
sehingga terjadi kebutaan secara parsial maupun kemudian menganalisis hasil pengamatan.
permanen (Fox, dkk, 2010). Apabila retina terganggu, Penelitian ini menggunakan cross sectional karena
maka otak tidak dapat memproses gambar yang penelitian dilakukan serentak satu waktu tanpa adanya
dilihat oleh mata. Retinopati sulit dideteksi karena follow up. Populasi dalam penelitian ini merupakan
gejalanya berjalan lambat. Keluhan yang timbul penderita DM tipe 2 yang terdaftar di PROLANIS
akibat kerusakan mata adalah sebagai berikut: pada (Program Pengendalian Penyakit Kronis) Puskesmas
penglihatan mata terlihat bayang jaring laba-laba, Rangkah dan Puskesmas Pacarkeling Surabaya pada
bayangan ke abu-abuan, pandangan kabur, tidak periode bulan Januari tahun 2017 yang berjumlah
dapat membaca karena pandangan kabur, di tengah 50 orang. Penentuan jumlah sampel penelitian ini
lapangan pandang terdapat titik gelap atau kosong, dilakukan melalui teknik sampling simple random
pada penglihatan seperti ada selaput merah, mata sampling. Pengambilan sampel secara acak sederhana
terasa nyeri, lingkaran terang mengelilingi obyek adalah sampel dari populasi yang diambil memiliki
yang dilihat, terdapat perubahan garis vertikal yang kesempatan yang sama untuk diseleksi (Notoatmodjo,
terlihat, dan kebutaan (Tandra, 2008). 2012).
Nefropati diabetik merupakan komplikasi yang Besar sampel pada penelitian ini didapatkan
terjadi pada penderita DM pada ginjal yang memiliki dengan menghitung rumus dari Sugiyono (2012).
risiko akhir yaitu sebagai gagal ginjal. Nefropati Hasil perhitungan besar sampel didapatkan sampel
diabetik ditandai dengan adanya albuminuria (mikro/ sebanyak 50 orang. Lokasi penelitian ini dilaksanakan
makroalbuminuria). Diabetes yang menyerang di Puskesmas Rangkah dan Puskesmas Pacarkeling
pembuluh darah kecil ginjal berakibat pada efisiensi Surabaya. Penelitian dilaksanakan mulai bulan
ginjal sehingga penyaringan darah terganggu. Maret–Juni 2017. Pengambilan data primer diambil
Keadaan normal ginjal tidak dapat ditembus oleh pada bulan Maret–Mei 2017.
protein, namun jika sel ginjal mengalami kerusakan Terdapat dua variabel yang diteliti dalam penelitian
maka pembuluh darah dapat dilewati oleh protein ini, diantaranya variabel dependen dan variabel
dan masuk ke saluran urin (Kariadi, 2009). Keluhan independen. Variabel dependen atau tergantung yaitu,
yang timbul pada penderita komplikasi nefropati keluhan subyektif pada penderita DM tipe 2 yaitu
234 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 231-239
keluhan yang dialami responden bukan berdasarkan crosstabs antara dua variabel. Sedangkan untuk
diagnosis dokter melainkan keluhan yang dirasakan menguji korelasi antara durasi penyakit dengan
oleh responden. Variabel independen atau bebas keluhan subyektif penderita DM dan hubungan kadar
meliputi: durasi penyakit yaitu periode waktu sejak gula darah dengan keluhan subyektif penderita DM
penderita didiagnosis DM Tipe 2 hingga saat penderita menggunakan uji chi square. Nilai 0,05 merupakan
diikutsertakan dalam penelitian dan kadar gula darah nilai p yang digunakan.
yaitu kadar gula darah acak terakhir penderita DM Penelitian ini telah memperoleh persetujuan dari
tipe 2 selama 1 tahun terakhir . komisi etik penelitian kesehatan Fakultas Kesehatan
Data primer didapat dari hasil interview pada Masyarakat Universitas Airlangga pada tanggal 17
responden dengan menggunakan lembar kuesioner. Mei 2017 dengan No: 228-KEPK.
Kuesioner tersebut meliputi: karakteristik responden
(umur, jenis kelamin, dan pendidikan), durasi penyakit
HASIL
dan kadar gula darah. Data sekunder merupakan data
jumlah penderita DM yang didapatkan dari Puskesmas Karakteristik Responden
Rangkah dan Puskesmas Pacarkeling Surabaya.
Lembar kuesioner digunakan sebagai proses untuk Pada penelitian ini karakteristik yang diteliti
mengambil data. Data primer dan sekunder yang meliputi umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
diperoleh kemudian dicek kelengkapan dan ketepatan Karakteristik umur responden penderita DM Tipe 2
jawaban. Data tersebut kemudian diolah dengan cara yang berada di Puskesmas Rangkah dan Pacarkeling
manual dan diolah dengan komputer. Data yang Surabaya terbagi menjadi 2 kategori, yaitu umur < 58
sudah diolah, kemudian dianalisis untuk dinarasikan tahun dan > 58 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan bahwa sebagian besar penderita DM Tipe 2 berumur
> 58 tahun berjumlah 26 responden (52%). Pada tabel tinggi dibandingkan dengan penderita yang teratur
karakteristik jenis kelamin responden dapat diperoleh periksa.
informasi bahwa hampir setengah lebih responden
memiliki jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 26 Hubungan antara Kadar Gula Darah dengan
responden atau sebesar 52%. Dilihat dari tingkat keluhan Subyektif pada Penderita Diabetes
pendidikan responden dapat didapatkan informasi Melitus Tipe 2
bahwa setengah lebih responden mempunyai tingkat
pendidikan yang rendah (tidak sekolah, SD, SMP) Kadar gula darah dapat memengaruhi keluhan
yaitu 33 responden atau sebesar 66%. subyektif. Hasil analisis didapatkan rata-rata kadar
gula darah responden adalah 254,4 sehingga kadar
Hubungan antara Durasi Penyakit dengan gula darah dibagi menjadi dua kategori yaitu > rata-
Keluhan Subyektif pada Penderita Diabetes rata dan < rata-rata. Tabel dibawah ini merupakan
Melitus Tipe 2 frekuensi dari kadar gula darah penderita DM dengan
keluhan subyektif.
Durasi penyakit sangat memengaruhi keluhan
Tabel 3. Hubungan Kadar Gula Darah Dengan
subyektif pada penderita DM Tipe 2.
Keluhan Subjektif Pada Penderita DM
Tabel 2. Hubungan Durasi Penyakit Dengan Keluhan Tipe 2.
Subyektif Pada Penderita DM Tipe 2 Keluhan Subyektif
Kadar Tidak PR
Keluhan Subyektif Ada p
Gula Ada (95%
PR Keluhan value
Tidak p Darah Keluhan CI)
Durasi Ada (95%
Ada value
n % n %
Keluhan CI) > rata-rata 20 57,1 2 13,3 1,697
Keluhan
0,004 (1,173-
n % n % < rata-rata 15 42,9 13 86,7
2,455)
> 6,5 th 27 77,1 7 46,7 1,588 Total 35 100 15 100
0,049 (0,945-
< 6,5 th 8 22,9 8 53,3 Hasil dari penelitian yang sudah dilaksanakan di
2,669)
Total 35 100 15 100 Puskesmas Rangkah dan Pacarkeling Surabaya dapat
diketahui bahwa responden yang memiliki kadar
gula darah kurang dari rata-rata mengalami keluhan
Hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas subyektif sebesar 53,6% atau 15 responden dan
Rangkah dan Pacarkeling Surabaya dapat diketahui yang tanpa keluhan subyektif sebesar 46,4% atau 13
bahwa responden yang menderita DM Tipe 2 selama responden. Responden dengan kadar gula darah lebih
> 6,5 tahun mengalami keluhan subyektif sebesar dari rata-rata yang mengalami keluhan subyektif
79,4% atau 27 responden. Hasil analisis statistik sebesar 90,9% atau 20 responden dan yang tanpa
dengan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,049. Nilai keluhan subyektif sebesar 9,1% atau 2 responden.
p kurang dari α ( 0,049 < 0,005), maka H1 diterima Dari hasil analisis yang menggunakan uji Chi-Square
atau terdapat hubungan antara durasi penyakit dengan diperoleh nilai p = 0,004.
keluhan subyektif. Angka risiko relatif dihitung untuk Nilai p kurang dari α ( 0,004 < 0,005), maka H1
melihat kemungkinan berkembangnya suatu perilaku diterima atau terdapat hubungan antara kadar gula
yang berkaitan dengan faktor risiko. darah dengan keluhan subyektif. Hasil perhitungan
Pada rancangan cross sectional penghitungan rumus rasio prevalensi dari faktor kadar gula darah
rr atau risiko relatif dicerminkan dengan angka didapatkan nilai 1,697 (95% CI = 1,173 < RP <
prevalence ratio/PR. Hasil perhitungan rumus rasio 2,455). Hal ini berarti bahwa kadar gula darah
prevalensi dari faktor durasi penyakit didapatkan lebih dari rata-rata merupakan faktor risiko keluhan
nilai 1,588 (95% CI = 0,945 < RP < 2,669). Hal ini subyektif pada penderita DM tipe 2. Prevalensi
berarti bahwa durasi penyakit > 6,5 tahun merupakan terjadinya keluhan subyektif pada penderita dengan
faktor risiko keluhan subyektif pada penderita DM kadar gula darah lebih dari rata-rata 1,697 kali lebih
tipe 2. Prevalensi terjadinya keluhan subyektif pada tinggi dibandingkan dengan kadar gula darah kurang
penderita yang tidak teratur periksa 1,588 kali lebih dari rata-rata.
236 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 231-239
Tingkat patogenitas penyakit dapat dilihat dari Penyakit kardiovaskuler, buta, luka anggota badan
berapa lama penyakit DM diderita. Faktor herediter, bagian bawah, dan penyakit gagal ginjal merupakan
gaya hidup dan faktor lingkungan merupakan faktor penyakit yang sebagian besar dialami oleh penderita
penyebab tingginya angka morbiditas DM dari waktu DM (International Diabetes Federation, 2014).
ke waktu. Semakin lama seseorang menderita DM Adanya penurunan kualitas hidup ditunjukkan
maka semakin mudah penderita DM mengalami dengan terjadinya komplikasi baik akut maupun kronis
komplikasi. Pola hidup sehat seperti rajin berolahraga, pada penderita DM. Pada hakikatnya, diabetes melitus
makan-makanan bergizi, dan menghindari rokok adalah penyakit seumur hidup dan merupakan penyakit
maka orang dengan diabetes melitus tipe 2 dapat yang tak tersembuhkan, tapi dapat dikendalikan
meningkatkan kualitas hidupnya karena kadar gula dengan menjaga kualitas hidup agar tetap baik (PB
darah dapat terkontrol sehingga tidak ada keluhan Perkeni, 2006). Kadar glukosa darah harus tetap
subyektif yang diderita. Orang tanpa keluhan dijaga pada batas normal untuk bisa menjaga kualitas
subyektif maka kualitas hidupnya menjadi baik dan hidup penderita DM (Centers for Disease Control
produktif. and Prevention, 2014). Keluhan subyektif dikaitkan
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebanyak dengan kadar gula darah menunjukkan bahwa
34 responden (68%) telah menderita DM selama dengan tingginya kadar gula darah maka semakin
> 6,5 tahun. Pada penelitian Purnamasari (2008) berisiko penderita DM mengalami keluhan subyektif.
menunjukkan bahwa risiko terjadinya komplikasi Keluhan subyektif yang mengarah pada komplikasi
akan meningkat seiring dengan semakin lama neuropati yaitu kesemutan. Jika kadar gula darah
seseorang menderita DM. dikontrol dengan rutin dan baik maka dapat mencegah
Diabetes melitus menyebabkan komplikasi yang keluhan yang mengarah pada komplikasi neuropati
berakhir pada kematian. Durasi penyakit berhubungan sehingga keluhan subyektif seperti kesemutan dapat
dengan keluhan subyektif . Tingkat keparahan dilihat dikendalikan dan kejadian komplikasi khususnya
dari lamanya penyakit tersebut diderita, risiko komplikasi neuropati dapat dihindari.
terjadinya keluhan subyektif bisa bertambah seiring Kejadian komplikasi pada penderita DM seringkali
dengan lama penyakit DM. Jika keluhan subyektif tidak diketahui. Deteksi dini dengan pengontrolan gula
tidak dikendalikan atau tidak diketahui penyebabnya darah secara teratur oleh dokter merupakan hal yang
maka keluhan tersebut dapat mengarah pada kejadian harus dilakukan agar tidak terjadi komplikasi diabetes.
komplikasi. Faktor-faktor risiko tersebut adalah faktor kegemukan,
faktor genetik, metabolik sindrom termasuk tekanan
Hubungan antara Kadar Gula Darah dengan darah tinggi, serta menurunnya aktivitas fisik (Tandra,
Keluhan Subjektif pada Penderita Diabetes 2008). Jika upaya untuk mengontrol kadar gula darah
Melitus Tipe 2 dilakukan, maka keluhan subyektif tidak akan terjadi
Kadar gula darah merupakan tingkat glukosa dan komplikasi dapat dicegah.
dalam darah. Tubuh mengatur konsentrasi gula darah Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil
(Adrian, 2017). Sel-sel dalam tubuh memiliki sumber rerata kadar gula darah acak pada penderita DM
energi yang paling utama yaitu glukosa darah. Gejala yaitu 254,40 mg/dl. Pada responden dengan kadar
klinis DM biasanya ringan atau bahkan tidak ada gula darah acak kurang dari rata-rata lebih besar
gejala, perjalanan penyakit DM berkembang kronis (56%) daripada kadar gula darah acak lebih dari rata-
dan cenderung mengalami peningkatan. Respons rata. Responden yang mengalami keluhan subyektif
tubuh seseorang terhadap penyakit sangat bergantung sebagian besar memiliki kadar gula darah acak lebih
pada adanya penyakit DM dalam tubuh seseorang dari rata-rata (90,9%).
sehingga setiap penderita diabetes melitus berbeda Menurut Smeltzer dan Bare (2008), Perilaku
kejadian komplikasinya (Wulandari, 2013). Perbedaan preventif yaitu perilaku pencegahan dapat
komplikasi yang dialami pada penderita DM juga memengaruhi kejadian komplikasi berjalan cepat
bergantung pada keluhan subyektif yang dirasakan. atau lambat. Keluhan subyektif merupakan keluhan
Penderita DM memiliki risiko yang tinggi dalam yang dirasakan oleh penderita DM bukan berdasarkan
kejadian masalah kesehatan lainnya, karena kadar diagnosis dokter. Salah satu upaya preventif dari DM
gula yang tinggi secara konsisten bisa memengaruhi yaitu mengetahui keluhan subyektif penderita DM,
penyakit baru yang timbul. Penyakit yang timbul akan karena biasanya komplikasi terjadi diawali dengan
memengaruhi organ yang ada ditubuh kita seperti keluhan sehingga apabila keluhan pada penderita
jantung, pembuluh darah, mata, saraf, dan ginjal. ditangani dengan cepat, maka kejadian komplikasi
238 Jurnal Berkala Epidemiologi, Volume 5 Nomor 2, Mei 2017, hlm. 231-239
dapat diminimalisir dan angka kematian akibat keteraturan pemeriksaan gula darah di puskesmas.
komplikasi dapat menurun. Responden kurang sadar akan perilaku preventif,
Rerata kadar gula darah acak pada responden mereka cenderung ke puskesmas hanya untuk tahu
DM pada penelitian kadar gula darah responden tentang penyakit diabetes yang dialami dan obat
dikategorikan dalam kadar gula darah acak yang yang diberikan tanpa ingin mengetahui pengendalian
melebihi batas normal (> 200 mg/dl), perlunya upaya penyakit DM tipe 2 ataupun keluhan subyektif yang
untuk manajemen penyakit DM pada setiap responden diderita agar tidak bertambah parah. Peningkatan
perlu diperhatikan karena keluhan subyektif yang pengetahuan terhadap penderita DM tentang keluhan
dialami memengaruhi perbedaan kondisi akhir juga, subyektif yang mengarah pada kejadian komplikasi
misalnya orang dengan keluhan subyektif kesemutan juga perlu dilakukan oleh pihak puskesmas agar
disarankan untuk mengontrol kadar gula darahnya penderita rutin memeriksakan kadar gula darah
sehingga komplikasi pada penderita diabetes melitus sehingga dapat menghindari keluhan subyektif dan
dapat dihindari. Diperlukan upaya manajemen memperkecil angka kejadian komplikasi.
yang baik untuk penderita yang belum mengalami
komplikasi diabetes melitus agar tetap sehat tanpa
REFERENSI
komplikasi dengan mengetahui keluhan yang
dirasakan dan melakukan pencegahan yang sesuai Adib, M. 2011. Pengetahuan Praktis Ragam Penyakit
dengan kondisi keluhan subyektif tersebut. Mematikan yang Paling Sering Menyerang Kita.
Jogjakarta: Buku Biru.
Adrian, A.K., Fathonah, S., Amatiria, G. 2017.
SIMPULAN DAN SARAN
Pengaruh Ultra Filtration Rate (UFR) Terhadap
Kadar Gula Darah Dan Tekanan Darah Pada
Simpulan
Pasien DM (Diabetes Melitus) Dengan Komplikasi
Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan, Cronic Kidney Disease (CKD) Yang Menjalani
kesimpulan dalam penelitian ini yaitu: responden Hemodialisis. Jurnal Keperawatan, 10(1), pp.81-
penderita Diabetes Melitus Tipe 2 sebagian besar 89. [Sitasi pada 11Juli 2017]
berasal dari kelompok umur > 58 tahun, berjenis Arisman. 2011. Obesitas, Diabetes Mellitus, &
kelamin laki-laki dan dengan pendidikan terakhir Dislipidemia: Konsep, Teori, dan Penangan
SLTA. Penderita diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Aplikatif. Jakarta: EGC.
Rangkah dan Puskesmas Pacarkeling sebagian besar Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak
memiliki durasi penyakit > 6,5 tahun. Durasi penyakit Menular. Jakarta: Rineka Cipta.
dan kadar gula darah mempunyai hubungan dengan Centers for Disease Control and Prevention. 2014.
keluhan subjektif pada penderita Diabetes Melitus Translating Research Into Action for Diabetes
Tipe 2. Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang (TRIAD) Fact Sheet, 2009. [Online] Available
memiliki durasi penyakit > 6,5 tahun lebih berisiko at:http://www.cdc.gov/diabetes/programs/
mengalami keluhan subyektif daripada penderita research/triad.html [Sitasi 11 Juli 2017].
Diabetes Melitus Tipe 2 dengan durasi penyakit < 6,5 Depkes. RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk
tahun. Penderita Diabetes Melitus tipe 2 dengan kadar Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat
gula darah lebih dari rata-rata memiliki risiko lebih Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
tinggi untuk mengalami keluhan subjektif daripada Halaman. 1, 7, 11-12, 25 27, 32.
penderita dengan kadar gula darah kurang dari rata- Fox, Charles dan Kilvert, Anne. 2010. Bersahabat
rata. dengan diabetes tipe 2. Diterjemahkan oleh: Joko
Saran Suranto. Jakarta: Penebar Plus.
International Diabetes Federation. 2011. Diabetes
Saran pada penelitian ini yaitu, kepada penderita Evidence Demands Real Action from the Un Summit
DM tipe 2 yang memiliki durasi penyakit > 6,5 on Non-Communicable Diseases. [http://www.idf.
tahun supaya teratur dalam melakukan pemeriksaan org/diabetes-evidence-demands-realaction-un-
sehingga kadar gula darah dapat terkontrol dan summit-non-communicable-diseases] [Diunduh
terhindar dari keluhan subyektif. Kepada penderita pada 11Juli 2017 pukul 17.20 WIB].
DM tipe 2 dengan umur > 58 tahun agar teratur International Diabetes Federation. 2011. One Adult in
periksa agar tidak terjadi keluhan subyektif. Upaya Ten Will Have Diabetes By 2030. Tersedia di: http://
deteksi dini pada kejadian komplikasi yaitu dengan www.idf.org/mediaevents /press-releases/2011/
Nur Lailatul L., Hubungan Durasi Penyakit dan Kadar Gula Darah dengan … 239