Anda di halaman 1dari 3

HIPOTONIK

Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih rendah
(tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke dalam sel.
Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik, tekanan osmotik menyebabkan
jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga menyebabkan sel pecah dan tidak
berfungsi.

ISOTONIK
Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat terlarut yang sama
(tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain, sehingga tidak ada pergerakan air.
Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak melibatkan pergerakan jaringan molekul
yang melewati membran biologis tidak sempurna. Larutan – larutan yang tersisa dalam
kesetimbangan osmotik yang berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut
isotonik. Ini berbeda dengan larutan – larutan iso-osmotik yang tidak melibatkan
pergerakan jaringan molekul ketika dipisahkan oleh membran semipermeabel. Sebuah
larutan yang mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang
normal dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan
hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan mineral
yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik.

HIPERTONIK
Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih tinggi
(tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air bergerak ke luar sel.
Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan air mengalir keluar sel. Jika
cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma akan mempunyai konsentrasi air yang
sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.

Larutan Hipotonik, Isotonik dan Hipertonik(Kesehatan/Keperawatan)


Tekanan osmotik dalam cairan tubuh dipertahankan dalam rentang sempit yaitu 285 - 5
mOsm/L. Larutan-larutan dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik.
Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik, dan yang tekanan
osmotiknya lebih tinggi dari cairan tunbuh disebut hipertonik. larutan cairan parenteral
semuanya memiliki tiga jenis tekanan osmotik, yaitu larutan fisiologis isotonik,
hipertonik dan hipotonik.
Tekanan Osmotik Plasma Darah 285 + 5 mOsm/L

Larutan isotonik : Infus dengan tekanan sama seperti cairan tubuh


normal.
Contoh : Normal Saline (Na Cl 0,9%), larutan Ringer
Laktat

Larutan hipotonik : Infus dengan ekanan osmotik lebih rendah dari cairan
tubuh.
Contoh : Dekstrosa 5% dan cairan rumatan (Seri KAEN) disebut
hipotonis karena kandungan glukosanya yang masuk kedalam tubuh akan cepat diserap
dan dimetabolisme dalam sel.
Larutan hipertonik : infus dengan tekanan osmotik lebih tiggi dari plasma darah.

Berbagai regimen yang kita kenal untuk penanganan resusitasi cairan yaitu
diantaranya adalah koloid, kristaloid, whole blood dan komponen-komponen darah.

a. Cairan Kristaloid
Larutan kristaloid adalah larutan air dengan elektrolit dan atau dextrosa, yang
tidak mengandung molekul besar. Dalam waktu yang singkat, kristaloid sebagian besar
akan keluar dari intravaskular . Sehingga volume yang diberikan harus lebih banyak ( 3:1
dengan volume darah yang hilang). Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstitial
berlangsung selama 30-60 menit, dan akan keluar sebagai urin dalam 24-48 jam. Secara
garis besar kristaloid bertujuan untuk meningkatkan volume ekstrasel, tanpa peningkatan
volume intra sel. Meskipun banyak jenis cairan kristaloid yang tersedia, namun NaCl
0,9% dan Ringer laktat adalah pilihan pertama yang paling masuk akal.

 NaCl 0,9%

Keuntungannya yaitu murah dan mudah didapat, cairan infus ini juga kompatibel
untuk dicampurkan dengan produk-produk darah dan merupakan pilihan yang terbaik
untuk resusitasi volume.
Kekurangannya. NaCl 0,9% dapat berkontribusi menyebabkan asidosis
hipercloremik ketika resusitasi cairan jumlah besar diperlukan. (untuk menggantikan
setiap liter volume darah, maka kita membutuhkan sekitar 3 liter Nacl 0,9% ) jadi
perbandingan cairan ini dengan volume darah yang hilang adalah 3 : 1.

 Ringer Laktat

Keuntungannya: murah dan mudah didapat, memiliki komposisi isotonis yang


lebih fisiologis dengan cairan tubuh, menghasilkan pergantian elemen kalsium dan
pottasium, ion sodium dan chlor yang dihasilkan juga lebih fisiologis.
Kekurangannya: Relatif tidak kompatibel terhadap produk-produk darah,
kandungan Ca pada Ringer laktat dapat mengaktifasi cascade koagulasi pada produk-
produk darah, serta kandungan laktat dalam infus ringer laktat ini juga dapat
memperburuk koreksi terhadap metabolik asidosis yang sedang berlangsung.

 Dextrose atau glukosa

Tidak di indikasikan untuk pasien trauma karena memilki potensi bahaya. Stress
sebagai respon yang dipicu oleh trauma mayor atau pembedahan sering menyebabkan
kadar gula darah meningkat. Pemberian dextrose secara cepat dalam jumlah banyak
selama resusitasi dapat menyebabkan diuresis osmotik dan menjadi faktor perancu
terhadap defisit intravaskular. Penggunaan dextrose dapat menyebabkan hiperglikemi
pada pasien trauma. Namun glukosa dapat digunakan sebagai cairan maintainance selama
fase post resusitasi.

b. Cairan Koloid

cairan koloid mengandung zat-zat dengan berat molekul tinggi seperti protein atau
polimer glukosa. Cairan koloid menjaga tekanan onkotik koloid plasma dan sebagian
besar tetap berada di intravascular.Penggunaan cairan koloid intra vena pada penanganan
trauma masih kontroversi. Pada jaman perang dulu, koloid yang digunakan hanyalah
albumin dan plasma. Namun sekarang, dikenal Dextran , haemacel, albumin, plasma dan
darah. Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam
plasma, tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu paruh koloid intravaskuler 3-6
jam), sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah.kekurangan dari
koloid yaitu mahal.koloid mempunyai kelebihan yaitu dapat menggantikan dengan cepat
dan dengan volume cairan yang lebih sedikit ,ekspansi volume plasma lebih panjang,dan
resiko odhem peripheral lebih kecil.secara umum koloid dipergunakan untuk :
 Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik) sebelum
transfusi tersedia
 Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.

Anda mungkin juga menyukai