Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan hujan yang terjadi hanya
pada satu tempat atau titik saja. Untuk kawasan yang luas, satu alat penakar hujan belum dapat
menggambarkan hujan wilayah tersebut. Diperlukan penentuan hujan kawasan yang diperoleh
dari rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di dalam dan di sekitar
kawasan tersebut.
Menurut Suripin (2004), ada tiga macam metode yang umum digunakan untuk
mengetahui besarnya curah hujan kawasan pada suatu DAS, yaitu metode rata-rata aljabar,
metode poligon Thiessen, dan metode isohyet, yang dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor pada Tabel (Error! No text of specified style in
document..1), Tabel (Error! No text of specified style in document..2), dan Tabel (Error!
No text of specified style in document..3).
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Penggunaan Metode Berdasarkan
Jumlah Pos Penakar Hujan
Metode Isohyet, Thiessen atau Rata-rata
Jumlah pos penakar hujan cukup
Aljabar dapat dipakai.
Jumlah pos penakar hujan terbatas Metode Rata-rata Aljabar atau Thiessen.
Pos penakar hujan tunggal Metode hujan titik.
Tabel Error! No text of specified style in document..2 Penggunaan Metode Berdasarkan
Luas DAS
DAS besar (> 5.000 km2) Metode Isohyet
DAS sedang (500 s/d 5.000 km2) Metode Thiessen
DAS kecil (<500 km2) Metode Rata-rata Aljabar
Tabel Error! No text of specified style in document..3 Penggunaan Metode Berdasarkan
Topografi DAS
Pegunungan Metode Rata-rata Aljabar
Dataran Metode Thiessen
Berbukit dan tidak beraturan Metode Isohyet
(Sumber: Suripin, 2004)
Merupakan metode yang paling sederhana dalam perhitungan hujan kawasan. Metode ini
didasarkan pada asumsi bahwa semua penakar hujan mempunyai pengaruh setara. Cara ini baik
untuk kawasan dengan topografi rata atau datar, alat penakar tersebar merata atau hampir
merata dan harga individual curah hujan tidak terlalu jauh dari harga rata-ratanya. Hujan
kawasan rata-rata dengan metode rata-rata aljabar dapat dihitung dengan persamaan (Error!
No text of specified style in document..1).
P +P +…+Pn
P̅ = 1 2 n ...................................................................................... (2.1)
dimana:
P1, P2, ….., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2,…, n, sedangkan n
adalah banyaknya pos penakar hujan.
Hasil metode poligon Thiessen akan lebih akurat dibandingkan dengan metode rata-rata
aljabar. Metode ini dikenal juga sebagai metode rata-rata timbang. Memberikan proporsi luasan
daerah pengaruh pos penakar hujan untuk mengakomodasi ketidakseragaman jarak. Daerah
pengaruh dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus terhadap garis
penghubung antara dua pos penakar terdekat. Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos yang
satu dengan lainnya adalah linier dan bahwa sembarang pos dianggap dapat mewakili kawasan
terdekat. Hujan kawasan rata-rata dengan metode poligon Thiessen dapat dihitung dengan
persamaan (Error! No text of specified style in document..2).
P ×A +P ×A +…+Pn×An
P̅ = 1 1 2 2 .......................................................................... (2.2)
A1 +A2 +…+An
dimana:
P1, P2, ….., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2,…, n. Parameter A1,
A2, ….., An adalah luas areal poligon 1, 2,…, n, sedangkan n adalah banyaknya pos penakar
hujan.
Untuk lebih jelasnya, sketsa penerapan metode poligon Thiessen dapat dilihat pada
Gambar (Error! No text of specified style in document..1).
P61
A61
= Batas DAS
A51
= Stasiun Hujan
P71
P51 = Garis Thiessen
A71
P11
A11
A21
P31 P41
P21 A31
Outlet DAS
Gambar Error! No text of specified style in document..1 Metode Poligon Thiessen
Metode ini merupakan metode yang paling akurat untuk menentukan hujan rata-rata,
namun diperlukan keahlian dan pengalaman. Cara ini memperhitungkan secara aktual
pengaruh tiap-tiap pos penakar hujan. Dengan kata lain, asumsi metode Thiessen yang
menganggap bahwa tiap-tiap pos penakar mencatat kedalaman yang sama untuk daerah
sekitarnya dapat dikoreksi. Hujan kawasan rata-rata dengan metode isohyet dihitung dengan
persamaan (Error! No text of specified style in document..3).
P1 +P2 P +P P +P
×A2 + 2 3 ×A3 +…+ n-1 n ×An
P̅ = 2 2 2
............................................................ (2.3)
A1 +A2 +…+An
dimana:
P1, P2, ….., Pn adalah curah hujan yang tercatat di pos penakar hujan 1, 2,…, n. Parameter A1,
A2, ….., An adalah luas areal poligon 1, 2,…, n, sedangkan n adalah banyaknya pos penakar
hujan.
Untuk lebih jelasnya, sketsa penerapan metode isohyet dapat dilihat pada Gambar
(Error! No text of specified style in document..2).
110
110
Stasiun hujan
90 Garis isohyet
A4
105 Batas DAS
90 100
100
A2 A3
95
80 80
75 A1
Outlet DAS
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan hujan maksimum rerata, untuk selanjutnya analisa
dilakukan dengan data hujan hasil analisa Thiessen.
Tabel Error! No text of specified style in document.-6. Data hujan maksimum hasil analisa
Thiessen
Tahun Rmax
2009 66.24
2010 48.36
2011 49.51
2012 48.48
2013 62.94
2014 71.68
2015 58.08
2016 54.79
2017 68.42
2018 64.35