Analisis Kadar Biuret dan Minyak (Oil) dalam Pupuk Urea Prill
Laporan Praktik Kerja Industri sebagai Syarat untuk Mengikuti Ujian Lisan
Semester Genap Tahun Ajaran 2018/2019
oleh
Bogor
2019
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Industri di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang oleh Annisah
Nur Affifah NIS 15.61.07988
Disetujui oleh,
Diketahui oleh,
Disahkan oleh,
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Industri dengan judul “Analisis Kadar Biuret dan Minyak dalam pupuk urea” di PT
Pupuk Sriwidjaja Palembang.
Praktik Kerja Industri ini merupakan bagian dari kurikulum yang ditetapkan oleh
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) – SMAK Bogor. Laporan ini disusun
berdasarkan hasil Praktik Kerja Industri di Laboratorium Pusat PT Pupuk
Sriwidjaja.
Selama Praktik Kerja Industri ini berlangsung Penulis telah mendapatkan
banyak pengetahuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini
sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan karunia-Nya selama
menjalani Praktik Kerja Industri.
2. Orang tua dan keluarga tercinta, Ayah, Mamah, Nenek, Mbah serta kedua adik
saya Alvian Nur Safendi dan Amarisa Nur Affifah
3. Ibu Dwika Riandari, M.Si , selaku Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
– SMAK Bogor.
4. Ibu Amilia Sari Ghani, S.S selaku Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan
Kerjasama Industri yang telah membantu dalam penempatan praktik kerja
industri.
5. Pimpinan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang yang telah memberikan kesempatan
dan fasilitas untuk melaksanakan praktik kerja industri.
6. Ibu Nurul Hasanah, S.Si. selaku pembimbing Prakerin di sekolah yang telah
memberikan pengarahan dan membantu dalam pembuatan laporan Prakerin
ini.
7. Bapak Viko Gita Buana selaku pembimbing Prakerin di PT Pupuk Sriwidjaja
Palembang yang telah membantu dalam kegiatan Prakerin
8. Bu Nanda selaku supervisior dan Bapak Mufty Hakim selaku foreman urea di
laboratorium pengujian produksi
9. Kak Suryandi Perdana selaku analis senior dan asisten pembimbing di
Laboratorium Pengujian Produksi di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang.
i
10. Kak Fajar Sidiq H, Kak Rado Prantiko, Kak Teguh Raspati, Kak Djajang
Firdaus, Kak Lucky Dharmawan, Kak Hendra, Kak Andre Kurnia, Kak Agus
selaku Analis di Lab. Pengujian Produksi
11. Irene, Zalfa, Kak Vina, Kak Sabila, Kak Dila, Kak Aci, Kak Rizka, Kak Bela,
Andin, dan Jane selaku rekan kerja di Laboratorium Pengujian Produksi
12. Kak Hadi, Kak Fajar, Kak Yayat, Kak Eki, Kak Hadi, Kak Aziz, Kak Hasan, Kak
Jani, Kak Ale, Kang Ocit, Kang Elan, Kak Bobby, Kak Endang, Kak Gume,
Kak Pandu, Kak Bagus, Kak Uyo, Kak Ferly, Kak Adit, Kak Ian, Kak Ramdan,
Kak Fahmi, Kak Ifa dan Kak Nafa selaku Alumni SMK – SMAK Bogor yang
berada di Palembang.
13. Irene, Goji, Citra, Zalfa, Retna, Rifkah, Vanny, Gia, Andin, Jane, Asep, Davin,
Adi, Kevin, Riko, Danny, Haykal, Fathur, Mamang, Rafipm, Maul, Titan, Ikur,
Wawan, Dicky, Fatih selaku teman teman seperjuangan prakerin yang
menjadi sumber kebahagiaan.
14. Rekan-rekan dari Universitas Sriwijaya Palembang, Universitas Islam
Indonesia Jogja, Politeknik ATIP Padang, dan SMK Kimia YTK Palembang
15. Rekan-rekan Imongskiw Devira, Dyah, Ima, Ayu, Melly, Delia, Muna, Ica, Lila,
Nadya, Lulu, Icen, Delia, Amel, Fadilah yang turut memberikan motivasi dalam
menyelesaikan laporan.
16. Rekan-rekan Prometheus Clavata yang selalu memberikan inspirasi.
17. Seluruh pihak yang telah mebantu dan tidak dapat sebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, sangat
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang berguna untuk
perbaikan laporan ini.
Akhir kata, Penulis berharap laporan ini berguna bagi Penulis khususnya dan
bagi para pembaca pada umumnya.
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pabrik PT Pupuk Sriwidjaja ................................................................ 4
Gambar 2. Skema Perjalanan PT Pupuk Sriwidjaja ............................................. 5
Gambar 3. Proses Pembuatan Urea .................................................................. 14
Gambar 4. Proses Pembuatan Ammonia ........................................................... 16
Gambar 5. Struktur Senyawa Biuret................................................................... 24
Gambar 6. Spektrofotometer UV-VIS ................................................................. 26
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Analisis dan Perhitungan Kadar Biuret dan Minyak ............... 42
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
PT Pupuk Sriwidjaja – Persero (Pusri) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dengan pemegang saham tunggal adalah pemerintah RI. Secara legal, PT Pupuk
Sriwidjaja didirikan tanggal 24 Desember 1959 dan diumumkan dalam lembaran
Berita Negara Republik Indonesia nomor 46 tanggal 7 Juni 1960 PT Pupuk Sriwidjaja
memiliki Kantor Pusat dan pusat Produksi berkedudukan di Palembang, Sumatera
Selatan. PT Pupuk Sriwidjaja merupakan pabrik urea pertama di Indonesia.
4
5
4. Pabrik Pupuk Sriwidjaja IV yang didirikan pada tahun 1977 dengan kapasitas
terpasang sebesar 570.000 ton/tahun.
PT Pupuk Sriwidjaja mempunyai pengalaman yang baik dalam bidang
perekayasaan Pabrik dan pengaturan manajemen. Pengalaman ini berguna dalam
membantu pembangunan dan perbaikan tahunan pada beberapa pabrik pupuk
antara lain:
1. PT Pupuk Kujang di Cikampek Jawa Barat.
2. PT Pupuk Kaltim di Kalimantan Timur.
3. PT Pupuk Iskandar Muda di Aceh.
4. PT Petrokimia Gresik.
Berikut skema singkat tentang perjalanan PT Pupuk Sriwidjaja:
Tahun 1959
Tahun 2010
Tahun 1959
Tahun 1959
D. Tata Nilai
1. Integritas
Perilaku yang mencerminkan kesesuaian antara pikiran, perkataan dan
perbuatan.
a. Berkata dan bertindak jujur tanpa menyembunyikan fakta yang ada.
b. Berani melaporkan kesalahan dan kecurangan yang terjadi sesuai data dan
fakta yang sebenarnya.
c. Konsisten bertindak sesuai perkataan.
d. Bekerja dengan ikhlas.
e. Bekerja bertanggung-jawab sebagai ibadah.
f. Profesional.
Sigap melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan serta pengetahuan
dengan bertanggung jawab dan kreatifitas tinggi.
a. Berani bertindak secara benar, tepat dan cepat untuk kepentingan perusahaan.
b. Melaksanakan tugas hingga tuntas dengan bertanggungjawab.
c. Senantiasa meningkatkan kompetensi dan pengetahuan.
d. Berpikir kreatif dan menyampaikan gagasan inovatif.
e. Bekerja efektif dan efisien mengelola waktu.
3. Loyalitas
Taat peraturan, patuh pada pimpinan, serta menjaga kesatuan hati antara
pimpinan dengan karyawan demi melindungi nilai dan mencapai visi.
a. Mengutamakan kepentingan perusahaan diatas kepentingan pribadi, golongan
dan kelompok.
b. Taat peraturan dan prosedur yang ada serta konsisten menjalankannya.
c. Patuh pada pimpinan dan lini manajemen eksekutif perusahaan.
d. Menjaga kerahasiaan dan citra baik perusahaan dengan penuh tanggung
jawab.
e. Menjunjung tinggi kehormatan dan nilai-nilai perusahaan.
4. Baik sangka
Selalu bersikap atau menanggapi segala hal dari perspektif positif.
a. Mengedepankan asas percaya.
b. Bersedia mendengarkan pendapat dengan obyektif dan sepenuhnya.
c. Memiliki empati saat berinteraksi dengan orang lain.
d. Menempatkan diri untuk memahami secara utuh sebelum menyimpulkan
pendapat.
A. Tinjauan Umum
13
14
1. Unit Sintesis
Pada unit ini bahan baku NH3 dan CO2 akan bereaksi dan menghasilkan
urea, berikut reaksinya:
2 NH3 + CO2 NH2COONH4 + Q1...............(1)
NH2COONH4 NH2CONH2 + H2O – Q2.......(2)
Reaksi (1) membentuk ammonium karbamat, mengeluarkan panas Q1
yang besar. Reaksi ini berlangsung sampai selesai jika panas yang
dihasilkan segera dapat dipindahkan sehingga temperatur yang seimbang
dengan tekanan disosiasi yang terdapat di dalam reaktor.
Reaksi (2) amonium karbamat terhidrasi menjadi urea, menyerap panas
Q2 dalam jumlah yang lebih kecil dari Q1. Sintesis urea ini berlangsung di
dalam bejana tegak bertekanan 250 kg/cm2 dan temperatur 200 oC yang
disebut reaktor urea.
15
2. Unit Purifikasi
Amonium karbamat yang tidak terkonversi dan kelebihan amonia di unit
sintesis diuraikan dan dipisahkan dengan cara penurunan tekanan dan
pemanasan dengan dua langkah, penurunan tekanan yaitu pada 17
kg/cm2Hg dan 2,3 kg/cm2Hg. Hasil penguraian berupa gas CO2 dan NH3
dikirim ke bagian recovery sedangkan larutan ureanya dikirim ke bagian
kristaliser.
3. Unit Kristalisasi
Larutan urea dari unit purifikasi dikristalisasi pada unit ini secara
vaccum, kemudian kristal ureanya dipisahkan di alat centrifuge. Panas
yang diperlukan untuk menguapkan air diambil dari panas kristalisasi urea.
4. Unit Pembutiran
Kristal urea keluaran centrifuge dikeringkan sampai 99,8 % berat dengan
udara panas, kemudian dikirimkan ke bagian atas prilling tower untuk
dilelehkan dan didistribusikan merata oleh distributor, dan dari distributor
dijatuhkan ke bawah dan menghasilkan produk urea butiran (prill). Produk
urea dikirim ke Bulk Storage dengan Belt Conveyor.
5. Recovery Unit
Recovery unit berfungsi untuk menyerap sisa gas CO2 dan NH3 yang
keluar dari unit purifikasi dengan menggunakan air dan larutan urea di
dalam absorber untuk kemudian di daur ulang ke reaktor urea.
Feed
Reforming Purifikasi
G Treating
Amonia Sintesis
Adapun jenis proses yang digunakan tergantung dari jenis bahan baku dan
jenis teknologi. Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan ammonia
adalah gas bumi, air dan udara. Unit pabrik ammonia ini mengahasilkan
ammonia cair dengan gas CO2 yang merupakan bahan baku untuk
pembuatan pupuk urea.
Gas bumi dari Pertamina dengan komposisi CO2, H2S, C2-C6, RSH dan
RSR dialirkan ke knock out drum untuk memisahkan gas-gas ringan CO2, C2-
C6 dan hidrokarbon rantai panjang yang berupa cairan pada temperatur
kamar, lalu masuk ke filter (202-L) untuk menghilangkan kotoran atau debu
yang ikut masuk ke dalam gas tersebut. Kemudian untuk menyerap H2S
digunakan katalis ZnO dengan reaksi.
ZnO (g) + H2S (g) → ZnS (g) + H2O (g)
Keluar separator, gas dialirkan ke dalam CO2 absorber (201-E) yang mana
sebagai penyerapnya adalah larutan Benfield yang terdiri dari larutan K2CO3 ±
30%, V2O5 0,5-0,8%, DEA 3-5% dan larutan Defoamer (anti foaming) UCON.
17
Pada absorber ini yang diserap hanya gas CO2 saja, setelah melalui proses
stripping dan pemisahan dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan pupuk
urea. Gas-gas lainnya dialirkan ke desulfurizer (101-D dan 108-D). Pada 101-
D gas yang mengandung organik sulfur (RSP) dan mercaptan (RSH) dengan
H2. Pada 108-D gas H2S yang terbentuk diserap oleh penyerap ZnO.
Gas bumi yang telah bebas kandungan sulfur selanjutnya dicampur steam
dengan perbandingan tertentu masuk ke dalam primary reformer (101-B)
dimana dengan katalis Ni akan terbentuk gas-gas CO2 dan H2. Kemudian
dialirkan ke dalam secondary reformer (103-D) dengan tambahan udara
temperatur ± 1000oC dan katalis nikel - alumina akan terbentuk CO2, CO, Ar,
CH4 dan H2 atau disebut gas sintesis. Gas sintesis tersebut lalu diproses
hingga dihasilkan gas CO2, N2 dan H2. Antara gas nitrogen dan hidrogen
dengan perbandingan tertentu di dalam ammonia converter akan dihasilkan
ammonia. Selanjutnya CO2 dan NH3 dalam reaktor urea menghasilkan larutan
urea.
2NH3 (g) + CO2 (g) → (NH2)2CO (s) + H2O (g)
18
3. Proses Utilitas
Unit utilitas merupakan unit penunjang yang bertugas mempersiapkan
kebutuhan operasional pabrik ammonia dan urea. Khususnya yang berkaitan
dengan penyediaan bahan baku dan bahan pembantu lainnya. Diantaranya
berupa water treatment yang merupakan unit pengolahan air untuk mendapatkan
air bersih (filter water) dengan bahan baku air sungai musi. Unit ini bertugas
memenuhi kebutuhan pokok air bersih untuk perumahan maupun pabrik, dengan
mengolah air baku menjadi air bersih dengan proses kimia. Di pabrik air
digunakan untuk keperluan sanitasi, cooling water, dan bahan baku air demin.
Selain itu utilitas juga mengolah limbah keluaran pabrik urea dan ammonia dari
pabrik ammonia dan urea untuk diolah kembali ataupun dibuang agar tidak
mengganggu lingkungan.
Analisa yang dilakukan pada utilitas terdiri dari beberapa unit yaitu:
a. water treatment : filtered water (air bersih)
b. demin plant : demineralized water
c. cooling water : air pendingin
d. steam system : steam (uap air)
a. Water Treatment
Air sungai musi diolah menjadi air bersih yang akan digunakan sebagai bahan
baku (steam) dan bahan baku pembantu (air minum/air pendingin). Di
perusahaan PT Pupuk Sriwidjaja. Bahan baku air sungai musi kemudian diolah
dengan tahapan: penyaringan zat padat terapung, premix tank, floctreater, clear
well, sand filter, filtered water storage tank. Hasil proses penyaringan filtered
water storage tank berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih untuk
dikirim ke unit yang memerlukan yaitu: Cooling tower sebagai make-up cooling
water, demineralized plant sebagai bahan baku air demin, dan portable housing
water.
Air sungai mempunyai komposisi rata-rata sebagai berikut :
1) pH : 6,9
2) Turbidity : 49 NTU
3) Ca hardness sebagai CaCO3, mg/L : 5,5
4) Iron sebagai Fe, mg/L : 20,6
5) Silica sebagai SiO2, mg/L : 64
19
2) Clarifying / Penjernihan
a) Clarifier
Air yang telah bereaksi dengan bahan kimia di floculator dengan membentuk
floc-floc yang siap untuk mengendap, selanjutnya dikirim ke clarifier untuk
dipisahkan dari flok-floknya yaitu dengan cara pengendapan. Air bersih tersebut
dipisahkan melalui over low dan yang terbentuk secara otomatis dibuang
melalui bagian bawah clarifier ke sewer. Di area clarifier ini dianalisis pH,
turbidity, dan Cl2 . Pembentukkan flok untuk air Sungai Musi paling baik terjadi
pada pH 5,5-6,2 , maka pH air dijaga pada kisaran 5,5-6,2. Sedangkan untuk
turbidity dijaga 3,5 NTU dan Cl2 dijaga <0,5 mg/L.
b) Clear well
Air bersih yang keluar dari clarifier selanjutnya dikirim ke dalam clear well,
dimana pada alat ini pH dinetralkan. Fungsi dari Clear well adalah untuk
20
menampung air bersih sebelum disaring di-sand filter supaya alirannya dapat
dijaga konstan. Di laboratorium ini hanya menganalisis pH saja.
c) Filtering/penyaringan
Air dari clear well mengalir ke sand filter yang berfungsi untuk
memisahkan/menyaring kotoran ataupun endapan yang masih terdapat di
dalam air bersih. Reaksi :
Al2(SO4)3(aq) + 6H2O(l) 2 Al(OH)3(aq) + 3 H2SO4(aq)
H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + 2 H2O(l)
2 Cl(aq)+ H2O(l) HOCl(aq) + HCl(aq)
HOCl(aq) HCl(aq) + On
B. TINJAUAN KHUSUS
1. Sifat Kimia dan Fisika Pupuk Urea
Pupuk Urea merupakan pupuk kimia yang mengandung 46% w
⁄w
Nitrogen. Pupuk urea dalam industri dibuat melalui proses Haberbosch.
Amoniak hasil reaksi tersebut dialirkan pada tabung yang berisi gas CO 2.
Pada reaksi ini, amoniak yang ditambahkan harus berlebih supaya reaksi
bergeser kearah kanan, sehingga didapatkan hasil yang maksimum.
N2 + 3H2 → 2NH3
2NH3 + CO2 → (NH2)2CO + H2O
Larutan yang terbentuk dialirkan kedalam suatu bejana dengan
pemanasan vakum, larutan dipekatkan menjadi hablur urea. Selanjutnya,
urea tersebut diolah menjadi butiran sehingga diperoleh pupuk urea yang
siap untuk diperdagangkan.
Adapun sifat fisika dari pupuk urea, ialah:
a. Butiran berwarna putih
b. Sedikit berbau NH3
c. Larut dalam air dan larutan alkohol
d. Tidak larut dalam klorofom
e. Akan mengurai apabila dipanaskan
Sifat Kimia:
a. Sebagai amin, akan bereaksi dengan asam dan membentuk garam
b. Pada suhu tinggi dapat membentuk biuret yang bersifat racun bagi
tanaman
Secara umum, manfaat dari pupuk urea adalah sebagai nutrisi dalam
proses pertumbuhan tanaman seperti daun, akar, batang, tunas dan lain
sebagainya. Pupuk urea sangat diminati oleh para petani dikarenakan
harganya yang relatif murah dan efisien dalam menyuburkan tanaman.
Akan tetapi kehadiran pupuk urea tidak akan pernah bisa lepas dengan
keberadan biuret yang merupakan racun didalamnya, biuret memiliki
kemampuan yang cukup merugikan tanaman. Selain bersifat racun, biuret
juga dapat merusak struktur dari kualitas tanah disekitar tanaman yang
diberi pupuk. Maka dari itu diperlukan cek kualitas pupuk dan pemberian
pupuk yang sesuai dengan porsinya kepada tanaman.
24
Uji biuret digunakan untuk menunjukan adanya ikatan peptida dalam suatu
zat yang akan diuji. Ikatan peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika
atom karbon dari gugus karboksil suatu molekul berikatan dengan atom
nitrogen dari gugus amina molekul lain. Reaksi biuret merupakan reaksi
warna yang umum untuk gugus peptida (-CO-NH-) dan protein. Reaksi
positif ditandai dengan terbentuknya senyawa kompleks antara Cu2+ dan N
dari molekul ikatan peptida. Banyaknya asam amino yang terikat pada
ikatan peptida mempengaruhi warna reaksi ini. Dua molekul urea pada
suhu tinggi bergabung atau bepolimerisasi membentuk senyawa biuret.
25
4 .Spektrofotometri UV-Visible
Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi
cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar
ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan
sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-800 nm.
Pengukuran spektrofotometri menggunakan alat spektrofotometer yang
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang
dianalisis, sehingga spektrofotometer UV-Vis lebih banyak dipakai untuk
analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrum UV-Vis sangat
berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di
dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang
gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
26
b. Sel Sampel
Sel sampel berfungsi sebagai tempat untuk meletakan sampel pada
spektrofotometer UV-VIS menggunakan kuvet sebagai tempat sampel.
Kuvet biasanya terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa
yang terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini
disebabkan yang terbuat dari kaca dan plastik dapat menyerap UV
sehingga penggunaannya hanya pada spektrofotometer sinar tampak
(VIS). Kuvet biasanya berbentuk persegi panjang dengan lebar 1 cm.
c. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis
menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang
gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
1. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin
supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
2. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan yang lebih bagi proses spektroskopi.
Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama,
hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat diperuntukkan
dalam seluruh jangkauan spektrum.
3. Celah optis
` Berfungsi untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan
dari sumber radiasi. Apabila berada pada posisi yang tepat, maka radiasi
akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang.
28
4. Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang
diteruskan itu merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang
gelombang yang dipilih.
d. Detektor
Detektor berfungsi menangkap cahaya yang diteruskan dari sampel dan
mengubahnya menjadi arus listrik. Syarat-syarat sebuah detektor :
1. Kepekaan yang tinggi
2. Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
3. Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
4. Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
Sinyal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Macam-macam detektor:
Detektor foto (Photo detector)
Photocell, misalnya CdS.
Phototube
Hantaran foto
Dioda foto
Detektor panas
e. Visual display/recorder
Merupakan out merupakan suatu sistem baca yang menangkap
besarnya isyarat listrik yang berasal dari detektor.
Prinsip Kerja
Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang
bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator
pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator
kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu
kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat
dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang
diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang
dilewatkan ini kemudian di terima oleh detektor. Detektor kemudian akan
menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap
29
6. Gravimetri
Gravimetri adalah salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau
komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen
dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Metode
gravimetri memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada
konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan.
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat
dalam sampel relatif besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang.
Sampel yang dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa
sampel padat maupun cair.
7. Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan
proses pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu campuran
homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai separating agent.
Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen-komponen dalam campuran. Contoh ekstraksi: pemisahan oil
dalam amoniak cair dengan pelarut heksan.
Ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan komponen kimia di antara
2 fase pelarut yang saling bercampur dimana sebagian komponen larut
pada fase pertama dan sebagian larut pada fase kedua, kedua fase yang
mengandung zat terdispersi dikocok, lalu didiamkan sampai terjadi
pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase cair, dan komponen
kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai dengan tingkat
kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap. Ekstraksi cair
cair ini dapat dilakukan dengan menggunakan corong pemisah.
31
2. Metodologi Analisis
A. Kadar Biuret dalam Pupuk Urea
1. Tujuan
Untuk menentukan kandungan biuret dalam contoh pupuk
urea prill.
2. Ruang Lingkup
Metode ini digunakan untuk mengetahui dan menentukan
kandungan biuret dalam contoh pupuk urea prill dengan
menggunakan prinsip pembentukan senyawa berwarna yang
selanjutnya diukur konsentrasinya dengan alat spektrofotometer.
3. Definisi / Ringkasan Metode
Tuangkan larutan garam kompleks tembaga ke dalam
larutan contoh untuk pembentukan warna, dan ukur absorbansi
larutan ini pada ± 540 nm adalah pengesetan di pabrik yang
mengatur alat tersebut ke absorbans nol untuk larutan garam
kompleks tembaga encerkan dengan volume yang sama.
Kandungan biuret dihitung dari kurva kalibrasi.
32
4. Acuan/Metoda
SNI 02-2801-2010 Butir 6.3.2 tentang syarat mutu pupuk urea.
5. Peralatan
Spektrofotometer sinar tampak
Labu ukur bervolume 50 mL, 200 mL, dan 1000 mL
Botol timbang
Neraca analitik
Pipet Volumetri 10 mL dan 20 mL
Kertas saring
Corong kaca
6. Bahan pereaksi:
Larutan Tembaga (II) Sulfat
6 (enam) gram tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
dilarut lanjutkan pada point selanjutnya dalam sebuah labu ukur
satu liter, diencerkan sampai tanda batas dan dikocok.
Larutan Kalium Natrium Tartrat
32 gram Kalium Hidroksida (85%b/b) dan 20 gram Kalium
Natrium Tartrat Tetrahidrat (KNaC4H4O6.4H2O) dilarutkan dalam
air suling bebas CO2 dalam sebuah labu ukur satu liter,
diencerkan sampai tanda batas dan dikocok. Simpan larutan
selama 2 hari sebelum digunakan.
7. Penyiapan Kurva Kalibrasi
Pembuatan larutan standar
0.8 gram biuret murni dilarutkan didalam 1000 mL air bebas
mineral (sebelum ditimbang dikeringkan lebih dahulu pada suhu
105⁰C selama 3 jam). Larutan ini mengandung 0.8 mg/mL.
Pembuatan Kurva Standar
Pipet 0.5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, dan 25 mL larutan
standar ke dalam labu ukur 50 mL, tambahkan masing – masing
10ml Natrium Kalium Tartrat dan 10 mL Tembaga (II) Sulfat,
encerkan sampai tanda batas dengan air suling, diamkan 30
menit, ukur absorbansi pada panjang gelombang 550 nm.
Selanjutnya buat kurva standar mg biuret dengan absorbansi
atau tentukan faktor kalibrasi pereaksi.
33
8. Prosedur
Ditimbang kurang lebih 10 gram contoh urea dengan teliti dan
masukkan ke dalam labu ukur 200 mL, dan encerkan sampai
tanda batas, kemudian kocok, saring dengan kertas saring
(Larutan A).
Dengan sebuah pipet volumetrik, pindahkan 20mL dari larutan
A ke dalam sebuah labu ukur 50mL, kemudian tambahkan
10mL Kalium Natrium Tartrat dan 10 mL Tembaga (II) Sulfat,
encerkan sampai tanda batas dan kocok (Larutan B).
Dengan sebuah pipet volumetrik, pindahkan 20 mL Larutan A
ke dalam sebuah labu ukur 50 mL yang kedua, kemudian
tambahkan 10 mL Kalium Natrium Tartrat dan 10 mL Tembaga
(II) Sulfat, encerkan sampai tanda batas dan kocok (Larutan
C).
Ke dalam labu ukur 50 mL yang ketiga, pindahkan 10 mL
larutan Kalium Natrium Tartrat kemudian tambahkan 10 mL
larutan tembaga (II) sulfat, encerkan sampai tanda batas dan
kocok (Larutan D).
Kedalam labu ukur 50 ml yang keempat, pindahkan 10 mL
larutan kalium natrium tartrat encerkan sampai tanda batas
dan kocok (Larutan F).
Diamkan masing-masing larutan B,C,D dan F selama 30 menit.
Lakukan pengukuran pada panjang gelombang 550 nm
dengan spektrofotometer.
9. Perhitungan
Perhitungan kadar biuret %(b/b) dengan menggunakan rumus:
𝑎𝑥𝑓
Kadar biuret (%) = 𝑊 𝑥 1000 𝑥 100
Dengan :
W = bobot contoh (gram)
a = konsentrasi biuret (mg)
f = faktor pengenceran
34
B. Kadar Oil
1. Tujuan
Untuk mengetahui dan menentukan kadar minyak yang
terkandung dalam contoh urea prill.
2. Ruang Lingkup
Metode ini dikhususkan untuk penentuan kadar minyak
dalam contoh urea prill dengan metode gravimetri.
3. Definisi/Ringkasan Metoda
Minyak yang terdapat dalam contoh urea diekstraksi
dengan pelarut organik (Heksan). Heksan yang telah mengikat
minyak diuapkan pada temperature ± 105°C. Kemudian sisa
penguapan diukur sebagai kandungan minyak.
4. Acuan
DL-Pusri-069.02 tentang parameter minyak didalam pupuk urea
5. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan, yaitu :
Corong pemisah 250 mL 500mL
Cawan porselein atau Evaporator Dish
Neraca analisis
Water bath
Desikator
Oven pengering
Shaker
Corong
Bahan yang digunakan, yaitu:
HCl ( 1: 1 )
N-Hexane
Larutan Metil jingga ( 0,1% )
Kertas saring Whatman No.40 atau yang setara
6. Prosedur
Ditimbang 200 gram urea dalam piala gelas 600 mL, larutkan
dengan air demin sampai 400 mL
Ditambahkan 3 – 4 tetes Indikator metil jingga 0.1% dan HCl 1:1
hingga larutan menjadi merah
35
A. Hasil
Berdasarkan analisis kadar biuret dan minyak pada sampel urea prill dari
pabrik pusri IB, IIB, III, IV.
1. Hasil analisa kadar biuret pada pupuk urea prill dengan acuan SNI 02-
2801-2010
Tabel 3. Hasil analisis tanggal 07 Maret 2019
36
37
2. Hasil analisa kadar minyak dalam pupuk urea prill dengan acuan DL-
PUSRI-069.02
Tabel 6. Hasil analisis tanggal 07 Maret 2019
B. Pembahasan
Pupuk urea merupakan pupuk yang berkadar Nitrogen (N) tinggi, yang sangat
diperlukan sebagai nutrisi bagi tanaman. Pupuk urea dengan rumus kimia
NH2CONH2 merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan sifatnya sangat
mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya disimpan di tempat yang
kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung unsur hara N sebesar 46% w⁄w
dengan pengertian setiap 100 kg mengandung 46 Kg Nitrogen, Moisture 0,5% w⁄w,
Kadar Biuret 1% w⁄w, ukuran 1-3,35 mm 90% w⁄w Min serta berbentuk Prill.
Adapun ketetapan besarnya kadar biuret ditetapkan berdasarkan pada SNI 02-
2801-2010 Tentang Analisis Mutu Pupuk Urea. Hasil produksi dari PT. Pupuk
Sriwidjaja ini sudah memiliki sertifikat SNI 02-2801-2010 yang berarti hasil
produksinya sudah memenuhi standar dan dapat beredar di industri.
Penetapan kadar minyak / pelumas juga digunakan untuk memantau hasil
kualitas dari pupuk urea itu sendiri, selain itu juga dapat digunakan sebagai acuan
untuk memantau proses produksi urea. Adanya kandungan Minyak (Oil) pada
produk urea mengindikasikan adanya kebocoran minyak / pelumas dari pompa
dan kompresor di pabrik pada proses pembuatan urea. Penetapan ini mengacu
pada DL-PUSRI-069.02, yang merupakan standar acuan yang dibuat oleh PT.
Pupuk Sriwidjaja untuk menjaga kepuasan konsumen di seluruh Indonesia dan
kawasan di Asia Tenggara.
Demi menjaga kualitas produksi pupuk, PT. Pupuk Sriwidjaja ini melakukan
kontrol produksi terhadap pupuk urea yang akan dipasarkan ke berbagai negara
di kawasan Asia Tenggara dengan berbagai parameter yang dilakukan secara
rutin, berikut adalah pembahasan mengenai parameter biuret dan minyak yang
telah dikerjakan.
1. Biuret
Untuk mengetahui kadar biuret yang terkandung di dalam pupuk urea, diambil
sebanyak 20 gram sampel, lalu di larutkan dengan air demin dalam labu ukur
berukuran 250 ml dan himpitkan serta homogenkan. Kemudian dipipet masing –
masing sebanyak 20 ml dengan pipet volumetrik, kedalam dua buah labu ukur
berukuran 50 ml. Untuk labu ukur yang pertama (sebagai blanko sampel)
ditambahkan 10 ml Kalium Natrium Tartrat, sedangkan untuk labu ukur kedua
(sebagai sampel) ditambahkan 10 ml Kalium Natrium Tartrat dan Tembaga (II)
Sulfat. Setelah itu dihimpitkan, dan dihomogenkan. Dibaca abosrbansi nya pada
panjang gelombang 540 nm.
39
Hasil analisis kadar biuret dalam pupuk urea yang dilakukan pada tanggal 7,
18 dan 21 Maret 2019 dinyatakan memenuhi standar SNI 02-2801-2010, diperoleh
hasil dibawah 1.2% dari semua pabrik.
2. Minyak
Pada proses pembuatan pupuk urea yang dilakukan oleh PT Pusri Palembang
digunakan mesin-mesin seperti pompa dan kompresor yang membutuhkan minyak
sebagai pelumas agar dapat bekerja secara optimum. Kebocoran pada sealing
pompa atau kompresor akan menyebabkan minyak mengalir di dalamnya dan
masuk ke dalam sistem, sehingga berpengaruh terhadap kualitas pupuk urea yang
dapat mengakibatkan turunnya kualitas produk yang dihasilkan.
Untuk mengetahui kadar minyak dalam suatu pupuk urea, dapat dilakukan
dengan cara menimbang sampel, lalu dipanaskan, dan diekstraksi. Kemudian,
dipanasakan dan ditimbang sesuai dengan prosedur kerja. Penetapan ini
dilakukan dengan metoda gravimetri yang didasarkan pada berat.
Hasil analisis kadar minyak dalam pupuk urea yang dilakukan pada tanggal 7,
18 dan 21 Maret 2019 dinyatakan layak dan memenuhi standar yang telah
ditetapkan oleh PT. Pupuk Sriwidjaja yakni DL-PUSRI-069.02. Untuk Pabrik Pusri
IB & II B diperoleh hasil berkisar pada rentang 1 – 10 ppm, dan Pabrik Pusri III &
IV juga diperoleh hasil yang berkisar pada rentang 10 -40 ppm.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data produk pupuk urea prill dari
PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dengan parameter kadar biuret dan kadar minyak
yang dilakukan pada tanggal 07,18 dan 21 Maret 2019 maka dapat disimpulkan
bahwa pupuk urea yang diproduksi oleh PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang
memenuhi syarat yang telah ditetapkan perusahaan yaitu berdasarkan SNI 2801-
2010 dan DL-PUSRI-069.2 dan dapat dipertanggungjawabkan.
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan setelah pelaksanaan Praktik Kerja Industri
(Prakerin) di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang sebagai bahan masukan bagi
institusi tempat Prakerin dan bagi pembaca adalah sebagai berikut :
1. Diharapkan menggunakan alat keselamatan kerja di laboratorium maupun
lapangan kerja dikarenakan tingginya resiko bahaya.
2. Penambahan pereaksi dengan konsentrasi yang pekat seharusnya dilakukan
di ruang asam dengan penggunaan alat pelindung diri yang lebih mumpuni
3. Ketelitian analis dalam pembacaan analisa,kebersihan dan pemeliharan
alat,serta kalibrasi peralatan yang harus dilakukan secara rutin dan
berkesinambungan agar didapatkan hasil analisa yang akurat.
4. Sebaiknya, dilakukan pengulangan minimal duplo untuk sampel yang sama
agar diperoleh data yang akurat dan presisi
5. Semoga PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang dapat terus menjalin kerjasama
dengan SMK - SMAK Bogor
40
DAFTAR PUSTAKA
Day, R A, dan Underwood, A L.. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam,
Jakarta : Erlangga
Dinas Teknik Proses. 1993. Poses Pembuatan Urea, Palembang: PT. Pupuk
Sriwidjaja
Djalil, Latifah Abdul. Marliana,Nina. 2014. Praktikum Kimia Terpadu, Bogor: SMK
– SMAK Bogor
Pusri. 2017. Diktat PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang. Palembang: PT. Pupuk
Sriwidjaja Palembang
Pusri. 2011. Mengenal Pupuk Urea. Diakses dari www.pusri.co.id pada tanggal
29 Januari 2019 pukul 22.30 WIB
Tanpa nama. 2003. Fasilitas Utama Pabrik. Palembang: Dinas Teknik Produksi
PT PUSRI
41
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil analisis kadar biuret dan minyak dalam pupuk urea
= 1.09 %
4.6855 X 10
% 𝐵𝑖𝑢𝑟𝑒𝑡 = × 100%
10.0051 gram X 1000
= 0.47 %
42
Tabel hasil analisis tanggal 18 Maret 2019
Berat Contoh
Pabrik Absorbansi sampel Absorbansi Blanko Kadar (%)
(gram)
IB 10.0037 0.0476 0.0261 0.49
II B 10.0851 0.0730 0.0261 1.10
III 10.0165 0.0465 0.0261 0.46
IV 10.0697 0.0443 0.0261 0.41
Pabrik Pusri I:
4.9288 X 10
% 𝐵𝑖𝑢𝑟𝑒𝑡 = × 100%
10.0037 X 1000
= 0.49 %
Pabrik Pusri II B :
11.1087 X 10
% 𝐵𝑖𝑢𝑟𝑒𝑡 = × 100%
10.0851 gram X 1000
= 1.10 %
43
Tabel hasil analisis tanggal 21 Maret 2019
Berat Contoh
Pabrik Absorbansi sampel Absorbansi Blanko Kadar (%)
(gram)
IB 10.0026 0.0457 0.0250 0.47
II B 10.0010 0.0678 0.0250 1.01
III 10.0138 0.0514 0.0250 0.61
IV 10.0085 0.0433 0.0250 0.41
Pabrik Pusri I :
4.7342 X 10
% 𝐵𝑖𝑢𝑟𝑒𝑡 = × 100%
10.0026 gram X 1000
= 0.47 %
Pabrik Pusri II B:
10.1112 X 10
% 𝐵𝑖𝑢𝑟𝑒𝑡 = × 100%
10.0010 gram X 1000
= 1.01 %
6.1209 X 10
% 𝐵𝑖𝑢𝑟𝑒𝑡 = × 100%
10.0138 gram X 1000
= 0.61 %
Pabrik Pusri IV :
4.1502 X 10
% 𝐵𝑖𝑢𝑟𝑒𝑡 = × 100%
10.0085 gram X 1000
= 0.41 %
44
Analisis Kadar Minyak
Tabel hasil analisis tanggal 07 Maret 2019
Berat Contoh Berat cawan kosong Berat cawan + minyak Berat minyak
Pabrik
(gram) (gram) (gram) (gram)
IB 200.15 55.1436 55.1442 0.0006
II B 200.10 57.6577 57.6581 0.0004
III 200.12 55.9178 55.9238 0.0060
IV 200.14 55.6945 55.6986 0.0041
Pabrik Pusri I:
0.0006
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.15
= 2.99
Pabrik Pusri II B:
0.0004
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.10
= 1.99
0.0060
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.12
= 29.98
Pabrik Pusri IV :
0.0041
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.14
= 20.49
45
Tabel hasil analisis tanggal 18 Maret 2019
Berat Contoh Berat cawan kosong Berat cawan + minyak Berat minyak
Pabrik
(gram) (gram) (gram) (gram)
IB 200.16 56.9000 56.9005 0.0005
II B 200.12 57.0142 57.0145 0.0003
III 200.10 57.6811 57.6856 0.0045
IV 200.00 55.1200 55.1229 0.0029
Pabrik Pusri I :
0.0005
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.16
= 2.49 ppm
Pabrik Pusri II B :
0.0003
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.12
= 1.49 ppm
0.0045
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.10
= 22.49
Pabrik Pusri IV :
0.0029
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.00
= 14.50 ppm
46
Tabel hasil analisis tanggal 21 Maret 2019
Berat Contoh Berat cawan kosong Berat cawan + minyak Berat minyak
Pabrik
(gram) (gram) (gram) (gram)
IB 200.80 54.5661 54.5670 0.0009
II B 200.37 55.9176 55.9187 0.0011
III 201.09 58.6156 58.6197 0.0041
IV 200.16 57.9910 57.9939 0.0029
Pabrik Pusri I :
0.0009
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.80
= 4.48 ppm
Pabrik Pusri II B:
0.0011
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.37
= 5.50 ppm
0.0041
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
201.09
= 20.39 ppm
Pabrik Pusri IV :
0.0029
𝑝𝑝𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 = × 106
200.16
= 14.49 ppm
47