Anda di halaman 1dari 9

JURNAL SAINS

TEKNO
ISSN 2089-6131 (print)
ISSN 2443-1311 (Online)
DOI 10.22146/teknosains.8162
https://jurnal.ugm.ac.id/teknosains

VOLUME 7 No. 2, 22 JUNI 2018 Halaman 83-154

UJI IRITASI MATERIAL COBALT CHROMIUM


SEBAGAI MATERIAL DASAR BONE PLATE
UNTUK REKONSTRUKSI MANDIBULA

Dian Permata Sari, Eti Nurwening S., dan M.K. Herliansyah*


Universitas Gadjah Mada
Email drg.dianpermatasari@gmail.com dan mkherliansyah@gmail.com*

ABSTRACT
The mandibular bone defect can cause speech disorder, mastication malfunction, and aesthetic
problems. The application of plate for mandibular reconstruction can improve the function disorder.
Plate material must be strong, resilient, able to adapt to the bone surface, and has good biocompatibility.
Cobalt chromium is a cobalt base alloys are often used for implant materials. It has good mechanical
properties, biocompatibility, and corrosion resistance. The aim of this study was to investigate the effect
of local irritation and tissue response on material cobalt chromium. This study used three albino rabbits
were injected by the material powder in polar and nonpolar solvents with intracutaneous injection
method, then the treatments were observed on the first, second, and third days. Erythema and edema
that occurs were scored based on grading system for intracutaneous (intradermal) reactions. Friedmann
test showed no significant difference between treatment groups (p> 0.05). The results showed that
erythema and edema arising from irritant reactions are still within normal limits. Irritation occurs
due to the release of cobalt chromium ions which trigger hypersensitivity reactions and result in
systemic immunity.

Keywords: Cobalt Chromium; Intracutaneous; Irritation; Mandibular Reconstruction.

ABSTRAK
Kerusakan pada tulang mandibula menyebabkan gangguan fungsi bicara, mastikasi, dan estetika.
Penggunaan plat untuk rekonstruksi mandibula dapat memperbaiki gangguan fungsi tersebut. Material
plat harus kuat, ulet, dapat beradaptasi dengan permukaan tulang, dan memiliki biokompatibilitas
yang baik. Cobalt chromium merupakan cobalt base alloy yang sering digunakan untuk material implant.
Material ini memiliki sifat mekanis dan biokompatibilitas yang baik serta tahan korosi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk melihat efek iritasi dan respon lokal jaringan terhadap material cobalt
chromium. Penelitian ini menggunakan 3 kelinci albino yang diinjeksi dengan serbuk material dalam
pelarut polar dan nonpolar dengan metode injeksi intrakutan, kemudian dilakukan pengamatan pada
hari pertama, kedua, dan ketiga. Eritema dan edema yang terjadi diberi skor berdasarkan tabel gradasi
reaksi pemberian bahan uji secara intrakutan. Uji Friedmann menunjukkan tidak adanya perbedaan
yang bermakna antar kelompok perlakuan (p>0,05). Kesimpulan penelitian ini adalah eritema dan
edema sebagai reaksi iritasi masih dalam ambang normal. Iritasi yang terjadi merupakan efek pelepasan
ion material cobalt chromium yang memicu terjadinya reaksi hipersensitivitas, yang dapat berakibat
pada imunitas sistemik.

Kata Kunci: Cobalt Chromium; Intrakutan; Iritasi; Rekonstruksi Mandibular.

*) Corresponding Author

128
DIAN PERMATA SARI, ETI NURWENING S., DAN M.K. HERLIANSYAH  UJI IRITASI MATERIAL
COBALT CHROMIUM SEBAGAI MATERIAL DASAR BONE PLATE UNTUK ...

PENGANTAR Stainless steel merupakan salah satu


Mandibula merupakan tulang yang material yang dapat digunakan sebagai
berbentuk menyerupai tapal kuda dan menjadi peralatan fiksasi karena memiliki sifat
perlekatan otot mastikasi yang berperan dalam mekanis yang baik, tahan terhadap korosi,
fungsi bicara, mastikasi, dan estetika. Oleh dan dalam produksinya membutuhkan biaya
karena itu apabila terjadi kerusakan pada yang lebih murah dibandingkan logam lain.
tulang, mandibula akan mengganggu fungsi- Jika dibandingkan dengan titanium, stainless
fungsi tersebut (Okoje dkk, 2012). Kerusakan steel memiliki kekakuan yang lebih, tetapi
pada tulang mandibula dapat disebabkan oleh hal itu berakibat stainless steel kurang fleksibel
banyak hal, seperti kondisi patologis, trauma, dalam hal adaptasi permukaan tulang (Disegi
infeksi, dan kelainan kongenital (Peterson dkk, dan Eschbach, 2000).
2003). Cobalt base alloys merupakan biomaterial
Prosedur rekonstruksi mandibula yang nonmagnetik, tahan lama dalam
telah dikembangkan sejak 50 tahun yang penggunaannya, dan tahan korosi. Material
lalu, dan masih terus dikembangkan untuk ini umum digunakan untuk implan gigi dan
mendapatkan hasil rekonstruksi yang terbaik. material pengganti lutut, bahu, serta panggul
Rekonstruksi mandibula dapat dilakukan (Marti, 2000). Cobalt chromium merupakan
dengan menggunakan bone graft sebagai cobalt base alloy yang memiliki stabilitas yang
filler material dan bone plate untuk proses tinggi, kekuatan yang baik (Beumer dkk, 1996),
fiksasinya. Shockley dkk, (1991) menyatakan selain itu merupakan alloy nonmagnetik yang
bahwa penggunaan bone plate memiliki tujuan memiliki ketahanan yang baik, tahan korosi,
agar mandibula tetap dapat berfungsi dengan dan biokompatibilitas yang baik (Marti, 2000).
baik setelah proses rekonstruksi karena Bila dibandingkan dengan stainless steel,
diharapkan bone plate dapat mengembalikan Titanium memiliki kemampuan adaptasi
kontur mandibula seperti semula, selain itu terhadap bermacam kontur tulang yang lebih
penggunaan bone plate menjadi salah satu solusi baik. Selain itu infeksi yang akan timbul pada
untuk mengatasi keterbatasan donor tulang jaringan yang berinteraksi dengan Titanium
yang dapat digunakan untuk rekonstruksi. lebih rendah bila dibandingakan dengan
Material yang digunakan untuk stainless steel (Deepak dan Manjula, 2011).
pembuatan plat harus memiliki kriteria kuat, Sedangkan cobalt chromium, memiliki kekuatan
ulet, dapat beradaptasi dengan permukaan yang lebih baik, fleksibilitas yang lebih tinggi,
tulang, dan memiliki biokompatibilitas yang dan ketahanan terhadap abrasi serta korosi
baik (Prein, 1998). Plat berbahan dasar logam yang lebih baik bila dibandingkan dengan
sering digunakan sebagai penyokong tulang stainless steel. Titanium memiliki modulus
maupun pengganti tulang yang digunakan elastisitas yang lebih rendah dan paling
untuk mempercepat pertumbuhan tulang dan mendekati dengan modulus elastisitas tulang,
membantu tulang berfungsi secara normal jika dibandingkan dengan material stainless steel
(Ionescu dkk, 2014). Sejumlah plat logam yang dan alloy CoCr, tetapi pada penggunaan seperti
digunakan sebagai penyokong diantaranya persendian buatan dan plat tulang, seringkali
titanium, stainless steel, dan cobalt based alloys rusak karena fatique (Manivasagam et al.,
(Park dan Bronzino, 2003). 2010). Pada beberapa kasus disebutkan bahwa
Titanium digunakan sebagai implan penggunaan stainless steel dan titanium berefek
untuk penggantian persendian, fiksasi tulang, negatif pada tulang dan penyembuhannya.
implan gigi, alat pacu jantung, katup jantung, Plat akan dianggap tubuh sebagai benda
stent, dan beberapa komponen dalam sistem asing, sehingga selama terjadi kontak antara
peredaran darah. Penggunaannya karena tulang dan plat, terdapat kemungkinan
memiliki kekuatan yang baik dan stabilitas terjadinya reaksi iritasi (Erdmann dkk, 2010).
struktur kimia (Manivasagam dkk, 2010). Cobalt chromium sudah biasa digunakan, tetapi
mekanisme interaksi antara logam implan

129
JURNAL SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 128-136

dengan jaringan di sekitarnya dan respon yang dianjurkan dalam uji iritasi dengan
jaringan lokal terhadap material cobalt chromium metode intrakutan (intradermal). Penggunaan
belum sepenuhnya dipahami. Sehingga pene­ kelinci dalam penelitian, telah melalui tahapan
litian terkait hal tersebut masih terbuka lebar persetujuan Komite Etik. Kelinci umum
dan perlu dilakukan. Dalam penelitian ini akan digunakan sebagai hewan coba dalam uji
dipelajari potensi terjadinya iritasi jaringan iritasi karena struktur dan susunan anatomi
sebagai akibat interaksi antara material cobalt kelinci mirip dengan manusia (Samuelson,
chromium dengan jaringan di sekitarnya. 2007), selain itu kelinci jenis albino memiliki
Iritasi merupakan respon fisiologis tubuh daya tahan tubuh yang lebih tinggi, sehingga
terhadap adanya stimulus atau rangsang cukup kuat terhadap serangan penyakit dan
kimia (Vinardell dan Mitjans, 2008). Salah satu dapat hidup dalam kondisi di bawah normal
penyebab terjadinya iritasi adalah pelepasan ion (Handayani, 2011) dan mempunyai respon
dari material cobalt chromium. Reaksi pelepasan immunologis dan patologis terhadap stress dan
ion terkait dengan proses korosi (Geurtsen, patogen yang mirip dengan manusia (Melillo,
2002). Reaksi jaringan terhadap lepasnya ion 2007).
bervariasi, mulai respon yang ringan hingga Persiapan hewan coba dilakukan 4-18
yang mengganggu homeostasis. Peningkatan jam sebelum perlakuan. Bulu pada punggung
pelepasan ion logam memperparah komplikasi kelinci dicukur sekitar 10cmx15cm hingga
dan berujung pada kegagalan implan (Virtanen kulit kelinci terlihat jelas. Menjelang perlakuan
dkk, 2008). terhadap hewan coba, material cobalt chromium
Uji iritasi merupakan salah satu uji bio­ dalam sediaan serbuk disterilisasi dengan
kompatibilitas. Uji biokompatibilitas dilaku­ autoclave. Kemudian dengan perbandingan
kan untuk melihat kemampuan suatu material konsentrasi 0,2gr/mL, material cobalt chromium
untuk dapat berinteraksi, beradaptasi, dan disiapkan pada masing-masing spuit. Spuit
memberikan respon terhadap jaringan. Uji pertama berisi serbuk material cobalt chromium
iritasi yang dianjurkan untuk peralatan medis dalam air salin fisiologis, spuit kedua berisi
yang akan digunakan sebagai implan adalah serbuk material cobalt chromium dalam minyak
uji iritasi intrakutan (intradermal). Uji ini sayur, spuit ketiga berisi air salin fisiologis, dan
dilakukan untuk melihat potensi material spuit keempat berisi minyak sayur.
dalam menyebabkan iritasi melalui injeksi Injeksi 0,2 mL pada tiap titik suntik sesuai
material secara intradermal. area pada punggung kelinci (ISO 10993:10,
Permasalahan yang timbul dalam pene­ 2010). Pada area A diinjeksi dengan serbuk
litian ini adalah apakah cobalt chromium sebagai material cobalt chromium dalam air salin. Area B
material dasar bone plate berpotensi menye­ diinjeksi dengan serbuk material cobalt chromium
babkan iritasi pada jaringan? Penelitian ini dalam minyak sayur. Area C diinjeksi dengan
bertujuan untuk menguji efek iritasi cobalt air salin fisiologis. Sedangkan pada area D
chromium sebagai material dasar bone plate diinjeksi dengan minyak sayur. Posisi area
dan menguji respon lokal jaringan terhadap injeksi tersebut ditunjukkan pada Gambar 1.
material cobalt chromium.

Metode
Penelitian yang dilakukan adalah pene­
liti­
an eksperimen kuasi dengan rancangan
per­cobaan post test control design, menggunakan
tiga ekor kelinci albino dengan ketentuan single
strain, berat ≤ 2kg, dewasa, dan sehat. Kelinci
dilakukan aklimatisasi selama 7 hari. Jumlah Gambar 1
hewan coba ditentukan berdasarkan ISO Area dan Titik Suntik pada Punggung
10993:10 tahun 2010, yaitu jumlah minimum Kelinci

130
DIAN PERMATA SARI, ETI NURWENING S., DAN M.K. HERLIANSYAH  UJI IRITASI MATERIAL
COBALT CHROMIUM SEBAGAI MATERIAL DASAR BONE PLATE UNTUK ...

Pengamatan dilakukan selama tiga hari dan edema yang diperoleh, selanjutnya diambil
untuk melihat eritema dan edema yang terjadi, reratanya sebagaimana ditampilkan pada Tabel
kemudian dilakukan penentuan skor dengan 1. Untuk menghindari subjektivitas, proses
menggunakan tabel gradasi reaksi pemberian pengamatan dan skoring dilakukan dibawah
bahan uji secara intrakutan sesuai dengan supervisi tenaga teknisi yang telah terlatih.
standart ISO 10993:10 tahun 2010. Nilai eritema
Tabel 1
Gradasi Reaksi Pemberian Bahan Uji Secara Intrakutan (ISO 10993:10, 2010)
Reaksi
Nilai
Pembentukan Eritema
Tidak ada eritema 0
Sangat sedikit eritema (nyaris tak terlihat) 1
Eritema terlihat jelas 2
Eritema sedang 3
Eritema berat 4
Pembentukan Edema
Tidak ada edema 0
Sangat sedikit edema (nyaris tak terlihat) 1
Edema terlihat jelas (disertai peninggian jaringan) 2
Edema sedang (peninggian jaringan ±1mm) 3
Edema berat (peninggian <1mm, dan disertai perluasan edema) 4
Nilai iritasi maksimum 8

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil penelitian pada masing-masing
kelompok perlakuan diberikan skor
berdasarkan kriteria tabel gradasi reaksi
pemberian bahan uji secara intrakutan
(ISO 10993:10, 2010) seperti ditunjukkan
pada Tabel 1. Pada hari pertama (24±2 jam
setelah perlakuan) keseluruhan sampel tidak
menunjukkan adanya eritema dan edema,
yang ditandai dengan diberikannya nilai nol
berdasarkan kriteria tabel. Jika dibandingkan
keadaan sebelum perlakuan, sesudah
perlakuan dan pengamatan hari pertama tidak
terjadi perubahan warna dan dimensi pada
kulit kelinci (Gambar 2a, b).
Pada hari kedua (48±2 jam setelah Gambar 2
perlakuan) keseluruhan sampel pun tidak Perbandingan perubahan warna kulit kelinci
sesaat setelah perlakuan hingga pengamatan.
menunjukkan adanya eritema dan edema,
(a) kulit kelinci yang agak menggembung
sehingga diberikan pula nilai nol. Kulit kelinci setelah diinjeksi dengan material coba; (b)
tidak mengalami perubahan warna dan dimensi pengamatan hari pertama tidak menunjukkan
pada semua kelompok perlakuan (Gambar 2c). adanya eritema dan edema; (c) pengamatan hari
Akan tetapi, pada hari ketiga (72±2 jam setelah kedua tidak menunjukkan adanya eritema dan
perlakuan) terdapat beberapa sampel yang edema; (d) pengamatan hari ketiga terjadi sedikit
menunjukkan adanya eritema yang sangat tipis kemerahan yang sangat tipis, ditunjukkan
(Gambar 2d). Eritema yang terjadi tidak diikuti dengan daerah yang dilingkari.
terjadinya edema.

131
JURNAL SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 128-136

Tabel 2
Rerata nilai eritema dan edema berdasarkan gradasi reaksi pemberian bahan uji secara
intrakutan pada pengamatan hari pertama (24±2jam setelah perlakuan), hari kedua (48±2jam
setelah perlakuan), dan hari ketiga (72±2jam setelah perlakuan)
Sampel
Hari Perlakuan Rerata P*
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,261
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 A 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
B 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 A 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,5 0 0 0,067
B 0 0 0 0 0,5 0 0 0,5 0 0 0 0 0 0 0 0,067
C 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
D 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Keterangan:
A : injeksi serbuk material cobalt chromium dalam salin
B : injeksi serbuk material cobalt chromium dalam minyak sayur
C : injeksi salin fisiologis
D : injeksi minyak sayur
* Uji Friedman

Tabel 2 menunjukkan nilai eritema dan Pada hari ketiga, beberapa sampel mengalami
edema selama pengamatan pada hari pertama, reaksi iritasi yang ditandai warna kemerahan
kedua, dan ketiga. Selain itu terdapat hasil yang terlihat samar. Kemerahan tersebut
analisis uji Friedman yang menunjukkan masuk dalam kategori skor 1 berdasarkan
tidak adanya perbedaan yang bermakna tabel gradasi reaksi pemberian bahan uji secara
antar kelompok perlakuan. Walaupun terjadi intrakutan. Skor 1 diberikan pada kondisi
perubahan nilai eritema dan edema antara hari klinis kemerahan yang nyaris tidak terlihat
pertama dan kedua dengan hari ketiga, tetapi (ISO 10993:10, 2010). Skor yang didapat saat
secara statistik tidak ada perbedaan bermakna. penelitian kemudian dihitung reratanya.
Cobalt chromium dalam penelitian ini Rerata yang diperoleh adalah 0 dan 0,067
diinjeksikan ke dalam subkutan kelinci. (Tabel 2). nilai tersebut kurang dari 1. Menurut
Masuk­ nya material ke dalam tubuh akan ISO 10993:10 tahun 2010, angka tersebut masih
diang­gap sebagai benda asing dan menim­ dalam ambang normal, sehingga material
bul­kan berbagai respon biologis. Respon dapat digunakan dalam tubuh.
jaringan meliputi perlukaan, reaksi inflamasi, Hasil uji Friedman menunjukkan antar
penyembuhan luka, reaksi penolakan terhadap kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan
benda asing dan pembentukan jaringan yang bermakna sehingga penggunaan serbuk
fibrous (Anderson, 2001). Cobalt chromium material cobalt chromium yang dihantarkan
yang digunakan sebagai material bone plate dengan larutan polar dan nonpolar meng­
seharusnya dapat berkontak baik dengan hasilkan efek yang sama dengan kelompok
jaringan dan tidak menimbulkan penolakan kontrol yang hanya menggunakan larutan
dari tubuh. Penolakan tubuh terhadap material polar dan nonpolar tanpa serbuk material.
asing merupakan tanda bahwa tubuh tidak Kemerahan yang terjadi pada kulit
kompatibel dengan material yang digunakan. kelinci (Gambar 2a, 2b, 2c, dan 2d) tersebut
Berdasarkan hasil yang diperoleh, hari merupakan suatu kondisi yang disebut
pertama dan kedua tidak terjadi reaksi iritasi. eritema. Respon eritema dan edema disebut

132
DIAN PERMATA SARI, ETI NURWENING S., DAN M.K. HERLIANSYAH  UJI IRITASI MATERIAL
COBALT CHROMIUM SEBAGAI MATERIAL DASAR BONE PLATE UNTUK ...

iritasi yang merupakan respon fisiologis tubuh ketebalan, dan defek pada permukaan material
terhadap adanya stimulus atau rangsang kimia implan (Virtanen dkk, 2008).
(Vinardell dan Mitjans, 2008). Ion logam yang terlepas akan bebas
Iritasi yang terjadi pada hari ketiga dan dapat menimbulkan toksisitas melalui
kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yang berpengaruh terhadap sistem
hal, yang pertama teknik injeksi. Injeksi sub- enzimatik sel atau toksis secara langsung
kutan memerlukan teknik dan keahlian melalui infiltrasi membran. Ion logam dalam
sehingga tidak terlalu sakit dan terhindar dari cobalt based alloy yang terlepas akan terikat
komplikasi salah satunya adalah iritasi. Pada pada protein sel dan menyebabkan terjadinya
teknik ini jarum dimasukkan 5,1± mm dengan koagulasi. Infiltrasi membran biasanya terjadi
sudut 5o-15o (Hunter, 2008). pada ukuran nano-partikel, sehingga partikel
Pelepasan ion dari material cobalt chromium dapat menembus membran sel dan merusak
juga dapat menyebabkan terjadinya iritasi. dari dalam sel (Okazakia dan Gotoh, 2008;
Reaksi pelepasan ion terkait dengan proses Behl et al., 2013). Cobalt chromium dalam salin
korosi material (Geurtsen, 2002). Proses korosi fisiologis akan melepaskan 30µg/cm2 metal ke
pada sebuah material implan dipengaruhi jaringan sekitar (Nicholson, 2002). Kadar ion
oleh banyak faktor, termasuk dari material logam Fe, Co, Ni, Cr yang terlepas dan terlarut
itu sendiri, seperti komposisi kimia, struktur dari logam cobalt chromium sekitar 0,176; 1,41;
mikro material, dan kondisi permukaan 0,295; 0 ppm (Prasetyo, 2010). Penggunaan
material. Selain itu pH, suhu, dan kadar O2 pelarut polar dan nonpolar dimaksudkan untuk
dari lingkungan juga berperan dalam proses melihat pengaruhnya terhadap pelepasan ion
ini. Perubahan variabel-variabel tersebut pada cobalt chromium.
berpengaruh pada pelepasan ion logam Efek toksik dapat berupa toksisitas
material. Reaksi jaringan terhadap lepasnya ion jaringan lokal, terjadinya inflamasi, kehilangan
bervariasi, mulai respon yang ringan hingga tulang, gangguan fungi ginjal, gangguan imun,
yang mengganggu homeostasis. Peningkatan reaksi hipersensitivitas, kerusakan kromosom,
pelepasan ion logam memperparah komplikasi transformasi seluler, dan nekrosis jaringan
dan berujung pada kegagalan implan (Virtanen (Jantzen dkk, 2013). Ambang batas toksisitas
dkk, 2008). dari ion logam Fe, Co, Ni, dan Cr berturut
Cobalt-based alloy dengan campuran turut (dalam satuan ppm) adalah 59; 3,5; 1,1
chromium, cobalt chromium, akan membentuk dan 0,06 (Frazier dan Andrews, 1979).
lapisan oksida berupa chromium oxide ketika Eritema yang terjadi juga merupakan efek
berinteraksi dengan oksigen. Hal ini akan dari reaksi hipersensitivitas akibat penggunaan
menciptakan lapisan inert pada permukaan cobalt chromium dalam tubuh. Berdasarkan
luar yang disebut dengan passive layer dengan Coombs dan Gell (1975; Baldo dan Pham,
ketebalan 1-4 nm yang akan memisahkan 2013) mengenai klasifikasi hipersensitivitas
logam cobalt chromium dengan lingkungan penggunaan obat, menunjukkan bahwa reaksi
sekitarnya. Dalam lapisan oksida tersebut hipersensitivitas terbagi menjadi empat tipe
terjadi reaksi transport ion yang dipengaruhi reaksi, yaitu tipe I, II, III, dan IV (Tabel 3).
oleh komposisi kimia lapisan oksida, struktur,
Tabel 3.
Klasifikasi Tipe Hipersensitivitas Berdasarkan Coombs Dan Gell (Baldo dan Pham, 2013)
Tipe I II III IV
hipersensitivitas Immediate, sitotoksisitas Imun Kompleks Delayed, Cell Mediated, Tcell
anafilaksis Mediated
Waktu Beberapa detik-30 Beberapa jam-1 3-10 jam 24-72 jam
menit hari
Yang terlibat pada IgE IgG (dan IgM) IgG (dan IgM) Th1, Th2, Th17, limfosit
sistem imun

133
JURNAL SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 128-136

Lanjutan Tabel 3

Tipe I II III IV
hipersensitivitas Immediate, sitotoksisitas Imun Kompleks Delayed, Cell Mediated, Tcell
anafilaksis Mediated
Mekanisme Aktivasi sel mast Fagosit, sel NK Komplemen, Aktivasi makrofag, limfosit,
efektor fagosit aktivasi eosinofil
Respon Kemerahan dan Lisis dan Eritema dan Eritema dan penebalan
intradermal pembengkakan nekrosis edema pembuluh darah
terhadap antigen
Histologi Terjadi Terdapat Reaksi Inflamasi perivaskular, ada sel
degranulasi sel komplemen, inflamasi akut, mononuklear
mast, ada infiltrasi neutrofil, ada infiltrasi
neutrofil dan pada neutrofil
imunoflouresens
menunjukkan
adanya antibodi
Contoh penyakit Eritema, urtikaria, Anemia Vasculatis Dermatitis kontak alergika,
yang terjadi angioedema, hemolitik, psoriasis, maculopapular
gangguan trombositopenia,
pernapasan, agranulositosis
anafilaksis

Jika dibandingkan antara tipe-tipe Baldo, B.A., dan N.H. Pham. 2013. “Drug
hipersensitivitas pada Tabel 3, berdasarkan Allergy: Clinical Aspects, Diagnosis,
reaksi intradermalnya, kemungkinan reaksi Mechanisms.” Structure-Activity Rela­
eritema dan edema yang terjadi pada hewan tion­ships, DOI 10.1007/978-1-4614-
coba termasuk dalam hipersensitivitas tipe 7261-2_2.
I, III, dan IV karena pada ketiga tipe reaksi Behl, B., I. Papageorgiou, C. Browna, R.
hiper­sensitivitas tersebut masing-masing me­ Hall, J.L. Tipper, J. Fisher, dan E.
nunjuk­kan gejala klinis eritema dan edema. Ingham. 2013. “ Biological Effects
Akan tetapi, jika ditinjau dari waktu terjadi­ of Cobalt-Chromium Nanoparticles
nya, eritema pada hewan coba ter­masuk dalam and Ions on Dural Fibroblasts and
hipersensitivitas tipe IV. Untuk memastikan Dural Epithelial Cells.” Biomaterials,
reaksi eritema dan edema yang terjadi 34: 3547-58.
diperlukan pengamatan terhadap antigen
dan antibodi, serta pengamatan secara his­ Beumer, J., T. A. Curtis, dan D. N. Firtell. 1996.
tologis untuk melihat sel yang terlibat. Akan Maxillofacial Rehabilitation Prostho­
tetapi, di dalam penelitian ini tidak dilakukan dontic and Surgical Considerations.
pengamatan tersebut. C.V. Mosby Company.
Deepak, M. 2011. “Comparison of Titanium
SIMPULAN Bone Plates and Screws vs. Stainless
Eritema dan edema yang terjadi sebagai Steel Bone Plates and Screws in
reaksi iritasi masih dalam ambang normal. the Management of Mandibular
Iritasi yang terjadi merupakan efek pelepasan Fractures-A Long Term Clinical
ion material cobalt chromium yang memicu Study.” International Journal of
terjadinya reaksi hipersensitivitas yang dapat Clinical Dental Science.
berakibat pada imunitas sistemik Disegi, J. A. dan L. Eschbach. 2000. “Stainless
steel in Bone Surgery.” Injury, 2-6.
DAFTAR PUSTAKA Erdmann, N., A. Bondarenko, M. Hewicker-
Anderson, J. M. 2001. “Biological response Trautwein, N. Angrisani, J. Reifen­
to materials.” Annu. Rev. Matter. Res, rath, A. Lucas, dan A. Meyer-Linden­
31(1):81-110.

134
DIAN PERMATA SARI, ETI NURWENING S., DAN M.K. HERLIANSYAH  UJI IRITASI MATERIAL
COBALT CHROMIUM SEBAGAI MATERIAL DASAR BONE PLATE UNTUK ...

berg. 2010. “Evaluation of the soft Marti, A. 2000. “ Cobalt-base alloys used in
tissue biocompatibility of MgCa0.8 bone surgery.” International Journal
and surgical steel 316L in vivo: of the Care of the Injured, Elsevier, 31.
a comparative study in rabbits.” Melillo, A. 2007. “Rabbit Clinical Pathology”
BioMedical Engineering Online, 9:63. Journal of Exotic Pet Medicine, 16 (3):
Geurtsen, W. (2002), “Biocompatibility 135-145.
of dental casting alloys.” Critical Nicholson, JW. 2002. The Chemistry of Medical
Reviews in Oral Biology & Medicine, and Dental Materials. Cambridge:
13(1):74-84. Royal Society of Chemistry.
Frazier ME, dan TK. Andrews. 1979. In vitro Okazakia, Y., dan E. Gotoh. 2008. “Metal
Clonal Growth Assay for Evaluating Release from Stainless steel, Co–
Toxicity of Metal Salts. Dalam Trace Cr–Mo–Ni– Fe and Ni–Ti alloys in
Metals in Health and Disease (ed. N. Vascular Implans.” J Cor Sci. 50(12):
Karash). New York: Raven Press. 3429-38.
Handayani, F., 2011, “Kelinci Sebagai Tema Okoje, V. N., O. S. Obimakinde, J. T. Arotiba,
Dalam Meningkatkan Karya Seni A. O. Fasola, S. O. Ogunlade, dan A. E.
Grafis.” Tugas Akhir. Surakarta: Obiechina. 2012. “Mandibular defect
Universitas Sebelas Maret. reconstruction with nonvascularized
Hunter, J. 2008. “Subcutaneous Injection iliac crest bone graft.” Nigerian
Techniques.” Nursing Standard, 22(21). Journal of Clinical Practice, 15.
International Organization for Standar­di­ Park, J. B., dan J. D. Bronzino. 2003. Metalis
zation. 2010. International Standard Biomaterials in Biomaterials: Principle
10993 Biological evaluation of medical and Applications, editors: Joon B Park
devices - Part 10: Tests for irritation and Joseph D Bronzino. New York:
and skin sensitization. Switzerland. CRC Press.
Ionescu, R., M. Mardare, A. Dorobantu, S. Peterson, L. Minas, T. Brittberg, M, dan
Vermesan, E. Marinescu, R. Saban, Lindahl, A. 2003. “Treatment of
I. Antoniac, D. N. Ciocan, dan M. osteochondritis dissecans of the
Ceausu. 2014. “Correlation Between knee with autologous chondrocyte
Materials, Design and Clinical Issues transplantation: results at two to ten
in the Case of Associated Use of years.” J Bone Joint Surg Am, 85:17-24.
Different Stainles Steels as Implan Prein, J., 1998, Manual of Internal Fixation in
Materials.” Key Engineering Materials, the Cranio-Facial Skeleton. Springer
583: 41-44. Science & Business Media.
Jantzen C, Jorgensen H L, Duus B R, Sporring Prasetyo A. 2010. “Pengaruh Variasi Kan­
S L, Lauritzen J B. 2013. “Chromium dungan Silikon terhadap Korosi
and cobalt ion concentrations in blood Paduan Kobalt (ASTM F 75) Hasil
and serum following various types Metalurgi Serbuk dalam Larutan
of metal-on-metal hip arthroplasties: Artificial Blood Plasma dengan
a literature overview.” Acta Orthop, Teknik Polarisasi Potensiodinamik
84 (3): 229-36. dan Teknik Exposure.” Tesis, Jakarta:
Manivasagam, G., D. Dhinasekaran, dan A. Universitas Indonesia.
Rajamanickam. 2010. “Biomedical Samuelson, D. A. 2007. Textbook of Veterinary
Implans: Corrosion and its Preven­ Histology. St. Louis: Saunders
tion.” Recent Patents on Corrosion Elsevier.
Science, 2: 40-54.

135
JURNAL SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 128-136

Shockley, WW., MC. Weissler, dan HC. Skin Irritation Tests: An Overview.”
Pillsbury. 1991. Immediate mandi­ Journal of Pharmaceutical Science, 97
bular replacement using recons­ (1):46- 59.
truction plates. Arch Otolaryngol Virtanen, S., I. Milosev, E. Gomez-Barrena, R.
Head Neck Surgery. 117(7):745-9. Trebse, J. Salo, dan Y. T. Konttinen.
Vinardell, M.P., dan M. Mitjans. 2008. 2008. “Special Modes of Corrossion
“Alternative Methods for Eye and Under Physiological and Simulated
Physiological Conditions.” Acta
Biomaterial, 4(3):468-76.

136

Anda mungkin juga menyukai