Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab sebelumnya kita telah mempelajari salah satu bagian dari
statistika inferensia, yaitu pendugaan parameter dengan memakai statistik yang di
hitung dari sampel. Kini kita akan mempelajari bagian yang sangat penting dari
statistik inferensia yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yaitu pengujian
hipotesis. Dalam percakapan sehari-hari, sesungguhnya kita sudah banyak
berkenalan dengan kata hipotesis. Hipotesis merupakan suatu asumsi atau
anggapan yang bisa benar atau bisa salah mengenai sesuatu hal dan dibuat untuk
menjelaskan suatu hal tersebut sehingga memerlukan pengecekan lebih lanjut.
Asumsi atau anggapan itu sering kali dipakai sebagai dasar dalam memutuskan
atau menetapkan sesuatu dalam rangka menyusun perencanaan atau kepentingan
lainnya baik dalm bidang ekonomi, bisnis, pendidikan, bahkan politik.
Sebagai gambaran, perhatikanlah beberapa contoh asumsi berikut ini.

Dalam penyusunan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara


(RAPBN) pemerintah menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
a. pertembuhan ekonomi 4,5 persen per tahun
b. harga minyak mintah di pasran dunia sebesar 20 000 dolar per barel
c. tingkat inflasimencapai 8 % per tahun
d. nilai tukar rupiah adalah Rp 7.500,00 per dolar Amerika
e. penerimaan negara dari sektor pajak sebesar 170 triliun rupiah.

Bila hipotesis yang dibuat itu secara khusus berkaitan dengan parameter
populasi, maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HIPOTESIS
Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo yang
artinya sementara, atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. dan
thesis yang artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah pernyataan
sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu di uji kebenarannya,
sehingga istilah hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu di uji
kebenarannya. Untuk menguji kebenaran suatu hipotesis di gunakan pengujian
yang di sebut pengujian hipotesis. Maka pengujian hipotesis adalah suatu
prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima
atau menolak hipotesis itu.

B. JENIS-JENIS HIPOTESIS
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.

Rumusan hipotesis kerja:


a. Jika ....................maka...................
Contoh:
Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik.

b. Ada perbedaan antara ..........dan.........


Contoh:
Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam cara
berpakaian.

2
c. Ada pengaruh..................terhadap..............
Contoh:
Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.

2. Hipotesis nol (nuul hypotheses ) disingkat Ho.


Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel,
atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Pemberian nama “hipotesis nol” atau “hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan
mudah karena tidak ada perbedaan antara dua variabel.
Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua adalah nol atau
nihil.
Rumusan hipotesis nol:
a) Tidak ada perbedaan antara.................dengan....................
Contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswa tingkat II
dalam disiplin kuliah.

b) Tidak ada pengaruh.......................terhadap................


Contoh:
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap kerajinan
mengikuti kuliah.

C. SYARAT MERUMUSKAN HIPOTESIS


a. Menentukan formulasi hipotesis
1. Hipotesis nol atau hipotesis nihil
Hipotesis nol, disimbolkan Ho adalah hipotesis yang dirumuskan
sebagai suatu pernyataan yang akan diuji. Disebut hipotesis nol karena
hipotesis tersebut tidak memiliki perbedaan atau perbedaannya nol dengan
hipotesis sebenarnya.
2. Hipotesis alternatif atau hipotesis tandingan

3
Hipotesis alternatif disimbolkan H1 atau Ha adalah hipotesis yang
dirumuskan sebagai lawan atau tandingan dari hipotesis nol. Dalam menyusun
hipotesis alternatif, timbul 3 keadaan berikut.
a. H1 menyatakan bahwa harga parameter lebih besar dari pada harga yang
dihipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah,
yaitu pengujian sisi atau arah kanan.
b. H1 menyatakan bahwa harga parameter lebih kecil daripada harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian satu sisi atau satu arah, yaitu
pengujian satu sisi atau arah kiri.
c. H1 menyatakan bahwa harga parameter tidak sama dengan harga yang di
hipotesiskan. Pengujian itu disebut pengujian dua sisi atau dua arah, yaitu
pengujian sisi atau arah kanan dan kiri sekaligus. .

Secara umum, formulasi hipotesis dapat dituliskan:

H0 :  = 0
H1 :   0
H1 :   0
H1 :  = 0

Apabila hipotesis nol diterima (benar) maka hipotesis alternatif ditolak.


Demikian pula sebaliknya, jika hipotesis alternatif diterima (benar) maka hipotesis
nol ditolak.

b. Menentukan taraf nyata

Taraf nyata adalah besarnya batas toleransi dalam menerima kesalahan


hasil hipotesis terhadap nilai parameter populasinya. Taraf nyata dilambangkan
dengan  (baca alpha). Semakin tinggi taraf nyata yang digunakan, semakin tinggi

4
pula penolakan hipotesis nol atau hipotesis yang diuji, padahal hipotesis nol
benar.

Besaran yang sering digunakan untuk menentukan taraf nyata dinyatakan


dalam , yaitu : 1% (0,01), 5% (0,05), 10% (0,1), sehingga secara umum taraf
nyata dituliskan sebagai 0,01, 0,05, 0,1. Besarnya nilai  bergantung pada
keberanian pembuat keputusan yang dalam hal ini berapa besarnya kesalahan
(yang menyebabkan resiko) yang akan ditolerin. Besarnya kesalahan tersebut
disebut sebagai daerah kritis pengujian atau daerah penolakan.

c. Menentukan kriteria pengujian


Kriteria pengujian adalah bentuk pembuatan keputusan dalam menerima
atau menolak hipotesis nol (H0) dengan cara membandingkan nilai  tabel
distribusinya (nilai kritis) dengan nilai uji statistiknya, sesuai dengan bentuk
pengujiannya. Yang dimaksud dengan bentuk pengujian adalah sisi atau arah
pengujian.

1. Penerimaan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih besar
dari pada nilai positif atau negatif dari  tabel. Atau nilai uji statistik
berada diluar nilai kritis.
2. Penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistiknya lebih besar atau lebih kecil
daripada nilai positif atau negatif dari  tabel. Atau nilai uji statistik
berada di dalam nilai kritis.
Gambar

5
d. Menentukan nilai uji statistik

Uji statistik merupakan rumus-rumus yang berhubungan dengan distribusi


tertentu dalam pengujian hipotesis. Uji statistik merupakan perhitungan untuk
menduga parameter data sampel yang diambil secara random dari sebuah
populasi.

e. Membuat kesimpulan

Pembuatan kesimpulan merupakan penetapan keputusan dalam hal


penerimaan atau penolakan hipotesis nol (H0), sesuai dengan kriteria
pengujiannya.

Pembuatan kesimpulan dilakukan setelah membandingkan nilai uji


statistik dengan nilai  tabel atau nilai kritis.

1. Penerimaan H0 terjadi jika nilai uji statistik berada di luar nilai kritisnya.
2. Penolakan H0 terjadi jika nilai uji statistik berada di dalam nilai kritisnya.

Berdasarkan atas arah atau bentuk formulasi hipotesisnya, pengujian


hipotesis dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

a. Pengujian hipotesis dua pihak


Pengujian hipotesis dua pihak adalah pengujian hipotesis di mana
hipotesis nol (H0) berbunyi “sama dengan” dan hipotesis alternatifnya
(H1) berbunyi “tidak sama dengan” (H0 = dan H1 ≠)

b. Pengujian hipotesis pihak kiri atau sisi kiri


Pengujian hipotesis pihak kiri adalah pengujian hipotesis di mana
hipotesis nol (H0) berbunyi “sama dengan” atau “lebih besar atau sama
dengan” dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih kecil” atau “lebih
kecil atau sama dengan” (H0 = atau H0 ≥ dan H1  atau H1 ≤). Kalimat

6
“lebih kecil atau sama dengan” sinonim dengan kata “paling sedikit
atau paling kecil”.

c. Pengujian hipotesis pihak kanan atau sisi kanan


Pengujian hipotesis pihak kanan adalah pengujian hipotesis dimana
hipotesis nol (H0) berbunyi “sama dengan” atau “lebih kecil atau sama
dengan” dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih besar atau sama
dengan ” (H0 atau = H0 ≤ dan H1  atau H1 ≥). Kalimat “lebih besar
atau sama dengan” sinonim dengan kata “paling banyak atau paling
besar”.

1. Sampel besar ( n  30 )

Contoh soal

Pimpinan bagian pengendalian mutu barang pabrik susu merek AKU SEHAT
ingin mengetahui apakah rata-rata berat bersih satu kaleng susu bubuk yang
diproduksikan dan dipasarkan masih tetap 400 gram atau sudah lebih kecil
dari itu. Dan data sebelumnya diketahui bahwa simpangan baku bersih per
kaleng sama dengan 125 gram. Dari sampel 50 kaleng yang diteliti, diperoleh
rata-rata berat bersih 375 gram. Dapatkah diterima bahwa berat bersih rata-
rata yang dipasarkan tetap 400 gram? Ujilah dengan taraf nyata 5%!

Penyelesaian :

n = 50; 𝑋̅ = 375;  = 125; 0 = 400

a. Formulasi hipotesisnya:
H0 :  = 400
H1 :  < 400

b. Taraf nyata dan nilai Z tabelnya:


 = 5% = 0,05
Z0,05 = -1,64 ( pengujian sisi kiri)

7
c. kriteria pengujian:

H0 diterima apabila Z0 ≥ -1,64


H0 ditolak apabila Z0 < -1,64

d. Uji statistik :

𝑋̅ −0
Z= 
√𝑛

375−400
= 125
√100

= -0,22

e. Kesimpulan :
Karena Z0 = -0,22 ≥ -Z0,05 = -1,64 maka H0 diterima. Jadi, berat bersih
rata-rata susu bubuk merek AKU SEHAT per kaleng yang dipasarkan
sama dengan400 gram.

2. Sampel kecil ( n  30 )

Contoh soal

Sebuah sampel terdiri atas 15 kaleng cat, memiliki isi berat kotor seperti
yang diberikan berikut ini

( isi berat kotor dalam kg/kaleng).

8
1,21 1,21 1,23 1,20 1,21

1,24 1,22 1,24 1,21 1,19

1,19 1,18 1,19 1,23 1,18

Jika digunakan taraf nyata 1%, dapatkah kita meyakini bahwa populasi cat
dalam kaleng rata-rata memiliki berat kotor 1,2 kg/kaleng? Dengan alternatif
tidak sama dengan). Berikan evaluasi anda!

Penyelesaian :

n = 15; ; =1% =0,01; 0 = 1,2

 X = 18,13

 X2 = 21,9189
18,13
̅
X = 15

= 1,208

21,9189 (18,13)2
S =√ −
14 210

= 0,02

a. Formulasi hipotesis :
H0 : 𝜇 = 1,2
H1 : 𝜇  1,2

b. Taraf nyata dan nilai t table :


 = 1%= 0,01; /2 = 0,005 dengan db = 15 – 1 = 14
t0,005;14= 2,977

9
c. Kriteria pengujian :

H0 diterima apabila : -2,977 ≤ t0 ≤ 2,977


H0 ditolak apabila : t0 > 2,977 atau t0 < -2,977

d. Uji statistic :
𝑋̅ −0
t0 = s
√𝑛

1,208−1,2
= 0,02
√15

=1,52

e. Kesimpulan:
Karena –t0,005;14 = -2,977 ≤ t0 = 1,52 ≤ t0,0015;14 = 2,977, maka H0 diterima.
Jadi, populasi cat dalam kaleng secara rata-rata berisi berat kotor 1,2
kg/kaleng

10
 Kekeliruan dalam Pengujian Hipotesis

Telah berkali-kali disebutkan bahwa perumusan hipotesis dilakukan secara


hati-hati setelah peneliti memperoleh bahan yang lengkap berdasarkan landasan
teori yang kuat. Namun demikian rumusan hipotesis tersebut tidak selamanya
benar.

Benar tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan


tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis
isinya benar, tetapi setelah datanya terkumpul dan dianalisis ternyata bahwa
hipotesis tersebut ditolak. Atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seirang
peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah dicocokkan
dengan datanya, hipotesis yang salah tersebut terbukti. Keadaan ini akan
berbahaya, apabila mengenai hipotesis tentang sesuatu yang berbahaya.

Contoh :

Belajar tidak mempengaruhi prestasi. Dari data yang terkumpul,


memang ternyata anak-anak yang tidak belajar dapat lulus. Maka
ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tersebut terbukti.

Tentu saja kesimpulan ini salah menurut norma umum. Pembuktian


hipotesis memang benar. Akibatnya bisa berbahaya apabila disimpulkan oelh
siswa ataupun mahasiswa bahwa tidak ada gunanya mereka belajar. Yang salah
adalah perumudan hipotesisnya. Dalam hal lain dapat terjadi perumusan
hipotesisnya benar tetapi ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Apabila
terjadi hal yang demikian kita tidak boleh menyalahkan hipotesisnya.

Untuk mempelajari keterangan, berikut akan disampaikan matriks macam


kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis pada umumnya.

Suatu kesimpulan dianggap benar atau diterima apabila hipotesisnya (H0)


benar dan dapat diterima atau hipotesisnya (H0) salah dan ditolak. Kesalahan
dapat terjadi apabila hipotesisnya (H0) benar kemudian ditolak atau sebaliknya
hipotesisnya (H0) salah kemudian diterima, maka dalam pengujian hipotesis ada
yang disebut dengan kesalahan jenis I dan kesalahan jenis ke II.

11
a. Kesalahan jenis I
Kesalahan jenis adalah karena H0 ditolak padahal kenyataan benar.
Artinya kita menolak hipotesis tersebut (H0) yang seharusnya diterima.
b. Keslahan jenis II
Kesalahan jenis II adalah kesalahan karena H0, diterima kenyataanya
salah. Artinya kita menrima hipotesis tersebut (H0) yang seharusnya
ditolak.

Contoh :

Suatu eksperimen pupuk A diberikan pada 100 pohon tertentu dan


setelah sebulan ternyata 50 dari pohon tersebut tidak menunjukkan reaksi dari
pemupukan itu. Kemudian pupuk B diberikan pula kepada 100 pohon tertentu
laianya ternyata hanya 40 pohon yang tidak menunjukkan reaksi(berbuah).

Berdasarkan data diatas, maka biasanya orang menarik kesimpulan bahwa


pupuk A tidak lebih efektif dari pupuk B, kecuali lebih dari 50 pohon telah
berbuah.:”berapakah yang lebih dari 50 pohon itu?”, jadi berapakan jumlah
pohon yang berbuah untuk mengatakan pupuk A lebih efektif?, sayangnya
metode statistic belu berhasil menjawab hal ini. Dalam setiap keadaan yang
diketahui tidaklah mungkin membuat kesimpulan sebagai sebagai kebeanaran,
kecuali suatu kesimpulan yang agakanya benar dapat diputuskan. Dan jika
keputusan dibua. Maka kemungkinan besar akan terjadi kesalahan.

Misalnya 75 dari 100 pohon tadi berbuah dengan pemberian pupuk A,


maka peneliti dihadapkan dengan 2 keputusan:

1. Pupuk A, nyatanya tidak lebih baik dari pupuk B, meskipun 75


dari pohon telah berbuah. Karena kemungkinan saja hanya
disebabkan kebetulan semata. Saya percaya bahwa pupuk A tidak
lebih baik dari pupuk B walaupun 75 dari pohon itu telah berbuah.
2. Walaupun saya percaya bahwa 75 dari 100 poho telah berbuah
sebagai reaksi dari pupuk A hanyalah suatu kebetulan belaka,
kiranya cukup beralasan kalau saya percaya bahwa pupuk A lebih
efektif dari pada pupuk B.

12
Jika peneliti memilih keputusan I diatas, maka ia telah melakukan
kesalahan tipe I, dan jika peniliti memilih keputusan 2, maka ia telah
melakukan kesalahan tipe II

Table Jenis Kekeliruan Dalam Pengujian Hipotesis

Keadaan sebenarnya
Kesimpulan
H0 benar H0 salah
Menerima H0 benar Kesalahan I
Menolak H0 Kesalahan II benar

Ketika merencanakan pengujian hipotesis, kedua tipe kesalahan tersebut,


hendaklah dibuat sekecil mungkin. Kedua tipe kesalahan tersebut
dinyatakan dalam peluang. Supaya penilaian dapat dilakukan. Peluang
juga sekaligus merupakan besarnya resiko kesalahan yang ingin kita
hadapi. Peluang membuat kesalahan tipe I biasanya dinyatakan dengan .
Dan peluang membuat tipe II biasanya dinyatakan dengan lambang .
Oleh karena itu kelasalahan tipe I disebut juga dengan kesalahan , dan
kesalahan tipe II disebut dengan kesalahan .  dapat disebut pula taraf
signifikansi, taraf arti, taraf nyata, atau probility, taraf kesalahan, dan taraf
kekeliruan.

Taraf signifikansi dinyatakan dalam dua atau tiga decimal atau


dalam%. Lawan dari taraf signifikansi ialah taraf kepercayaan. Jika taraf
signifikansi = 5%, maka dengan kata lain dapat disebut taraf kepercayaan
= 95%, demikain seterusnya. Dalam penelitian biasanya besarnya 
diambil 5% atau 1%. Penentuan besarnya  tergantung pada keinginan
peneliti sebelum analisi statistic dilakukan.

 Hubungan Antara , dan n


Antara kedua jenis kesalahan tersebut, yaitu kesalahan  dan  saling
berkaitan. Jika kesalahan  kecil maka kesalahan  besar. Demikian pula
sebaliknya. Untuk mendapatkan suatu kesimpulan yang baik maka kedua
kesalahan tersebut harus dibuat seminimal mungkin.

13
Contoh soal :
Berdasarkan pengalaman masa lalu, tinggi badan calon mahasiswa sebuah
akademi didistribusikan secara normal dengan rata-rata 160 cm dan
simpangan baku 20 cm. instruktur ingin menguji pada taraf nyatanya 5%,
apakah rata-rata tinggi calon mahasiswa tahun ini diatas 160 cm. untuk
melakukan itu, dipilih sampel sebanyak 36 calon siswa dan diperoleh rata-
rata tinggi badan 163 cm. Berapa nilai  dan 1- tersebut?

Penyelesaian :
untuk menjawab pertnyaan tersebut, terlebih dahulu menentukan daerah
kritisnya dalam hal itu adalah penerimaan atau penolakan H0.
Dari soal diperoleh nilai kritis (Z0,05)=1,64 sehingga kesimpulanny adalah
1. Terima H0 ( =160) apabila Z0 <1,64
2. Tolak H0 ( =160) apabila Z0 >1,64
Atau :
𝑋̅−𝜇
1. Terima H0 ( =160) apabila Z0 = 𝜎 < 1,64
√𝑛
𝑋̅−𝜇
2. Tolak H0 ( =160) apabila Z0 = = 𝜎 > 1,64
√𝑛
Untuk menentukan nilai  dan 1-, aturan pengambilan keputusan
diubah dalam skala 𝑋̅. Dari rumus :

𝑋̅−𝜇 𝜎
Z0 = 𝜎 diperoleh 𝑋̅ =  + Z0 ( )
√𝑛
√𝑛
Nilai Z0 = 1,64 ditransfer kedalam skala 𝑋̅ tersebut, didapatkan:

20
𝑋̅ = 160 + 1,64 ( ) = 165,46
√36

Dengan demikian,aturan pengambilan keputusan untuk soal tersebut


menjadi:

1. Terima H0 ( =160) apabila 𝑋̅ < 165,46


2. Tolak H0 ( =160) apabila 𝑋̅ > 165,46

Apabila nilai   160, misalkan  = 165 maka nilai  dan 1- dihitung
sebagai berikut:

14
𝑋̅ = 165, 46

 = 165

165,46−165
Z0 = 20 = 0,14
√36

Dari table Z diperoleh :0,14 = 0,0557

Jadi besarnya  = 0,5 + 0,0557 = 0,5557

Besarnya 1- = 1- 0,557 = 0,4443

Nilai  = 0,5557 memberikan pengertian bahwa probilitas menerima


H0 yaitu rata-rata tinggi calon mahasiswa 160 cm, padahal sebenarnya
165 cm adalah 0,5557

Nilai 1- = 0,4443 memberikan pengertian bahwa probabilitas


menolak H0 bahwa rata-rata tinggi calon mahasiswa 160 cm, padahal
sebenarnya 165 cm adalah 0,443.

15
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

1. hipotesis ialah pernyataan sementara yang perlu di uji kebenarannya. Untuk


menguji kebenaran suatu hipotesis di gunakan pengujian yang di sebut
pengujian hipotesis. Maka pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan
menghasilkan suatu keputusan, yaitu keputusan menerima atau menolak
hipotesis itu.

2. Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:


 Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif, disingkat Ha.
 Hipotesis nol (nuul hypotheses ) disingkat Ho.

3. syarat merumuskan hipotesis


 Menentukan formulasi hipotesis
 Menentukan taraf nyata
 Menentukan kriteria pengujian
 Menentukan nilai uji statistik
 Membuat kesimpulan

4. Dalam pengujian hipotesis ada yang disebut dengan kesalahan jenis I dan
kesalahan jenis ke II.

5. Kesalahan jenis I
Kesalahan jenis adalah karena H0 ditolak padahal kenyataan benar. Artinya kita
menolak hipotesis tersebut (H0) yang seharusnya diterima.

6. Kesalahan jenis II
Kesalahan jenis II adalah kesalahan karena H0, diterima kenyataanya salah.
Artinya kita menrima hipotesis tersebut (H0) yang seharusnya ditolak.

16

Anda mungkin juga menyukai