Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH MICROTEACHING

RANCANGAN PENDIDIKAN KESEHATAN PADA INDIVIDU

Disusun Oleh:

1. Adelia pravista
2. Efif lula fidayanti
3. Fenny cahaya khaerani
4. Jaklin lita puspita sari
5. Khurimatur rizam
6. Lela wiwit umbar s
7. Puja mutiara anggraeni
8. Vernanda riftiani

KELAS 4A

SI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Alamat : Jl. Ganesha I, Purwosari, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59316

Website: http://www.stikesmuhkudus.ac.id

Email: secretariat@stikesmuhkudus.ac.id
KATA PENGANTAR

َّ ‫بِسۡ مِ ٱللَّ ِه‬


َّ ‫ٱلر ۡح َٰمن‬
ِ‫ِٱلرحِ ِيم‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi
mahasiswa/i Universitas Muhammadiyah Kudus maupun para pembaca untuk bidang
Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
microteachingTentang “Rancangan pendidikan kesehatan pada individu ”

Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang


sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan. oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan
membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini dan apabila ada salah kata penulis mohon
maaf.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kudus, 6 Desember2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 3

A. konsep-konsep rancangan pendidikan kesehatan pada individu .................. 3


B. pengkajian dari rancangan pendidikan kesehatan pada individu ................. 3
C. indentifikasi masalah dalam rancangan pendidikan kesehatan pada individu4
D. metode rancangan pendidikan kesehatan pada individu .............................. 4
E. media yang di gunakan dalam pendidikan kesehatan pada individu............ 6
F. strategi pembelajaran individu melalui proses keperawatan ....................... 6
G. perencanaan pendidikan kesehatan ............................................................ 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 19

A. Kesimpulan ................................................................................................ 19
B. Saran........................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat akan dihadapi pada berbagai
pertanyaan mengenai masalah kesehatan. Maka dari itu perawat harus bisa
memberikan penyuluhan kesehatan pada pasien.
Pendidikan kesehatan pada dasarnya untuk meningkatan derajat kesehatan
(kesejahteraan) menurunkan ketergantungan dan memberikan kesempatan pada
individu, keluarga, kelompok, dan komunitas untuk mengaktualisasikan dirinya dalam
mempertahankan keadaan sehat yang optimal.
Pendidikan kesehatan merupakan tindakan mandiri keperawatan dalam
membantu klien (individu, kelompok, masyarakat) dalam mengatasi masalah
kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat sebagai
pendidik.
Perawat mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pembentukan sikap
selama pembelajaran yang berfokus pada pasien.Pendidikan kesehatan bukan hanya
berhubungan dengan komunikasi informasi, tetapi juga berhubungan dengan adopsi
motivasi, keterampilan, dan kepercayaan diri untuk melakukan tindakan memperbaiki
kesehatan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep-konsep rancangan pendidikan kesehatan pada
individu
2. Bagaimana isi pengkajian darirancangan pendidikan kesehatan pada individu
3. Bagaimana indentifikasi masalah dalam rancangan pendidikan kesehatan pada
individu
4. Bagaimana metode rancangan pendidikan kesehatan pada individu
5. Apa saja media yang di gunakan dalam pendidikan kesehatan pada individu
6. Apa saja strategi pembelajaran individu melalui proses keperawatan
7. Apa saja isi perencanaan pendidikan kesehatan
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan konsep-konsep rancangan pendidikan
kesehatan pada individu
2. Untuk mengetahui isi pengkajian darirancangan pendidikan kesehatan pada
individu

1
3. Untuk mengetahui indentifikasi masalah dalam rancangan pendidikan kesehatan
pada individu
4. Untuk mengetahui metode rancangan pendidikan kesehatan pada individu
5. Untuk mengetahui Apa saja media yang di gunakan dalam pendidikan kesehatan
pada individu
6. Untuk mengetahui Apa saja strategi pembelajaran individu melalui proses
keperawatan
7. Untuk mengetahui Apa saja isi perencanaan pendidikan kesehatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan kesehatan merupakan tindakan mandiri keperawatan dalam membantu


klien (individu, kelompok, masyarakat) dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui
kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat sebagai pendidik.
A. KONSEP-KONSEP
Rancangan Pembelajaran dengan Sasaran Individu
1. Pendidikan kesehatan
a. Pengertian
b. Tujuan pendidikan kesehatan
c. Pengkajian
d. Identifikasi masalah
e. Metode pendidikan kesehatan individu
f. Media pendidikan kesehatan individu
g. Pilihan metode dan media menurut kelompok
2. Strategi pembelajaran individu melalui proses keperawatan
a. Pengkajian kebutuhan belajar
b. Penegakan diagnosis keperawatan
c. Perencanaan pendidikan kesehatan
B. PENGKAJIAN
1. Kebutuhan
Sasaran metode pendidikan kesehatan individu adalah satu orang klien dan 1
orang konselor, dimana tanggung jawab klien lebih banyak tergantung pada
konselor.Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda berhubungan dengan
penerimaan atau perilaku baru tersebut.
Dalam hal ini, para konselor berhubungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan sasaran secara perseorangan, antara lain: kunjungan rumah,
hubungan telepon dan lain-lain.
2. Kemampuan
Seorang konselor setidaknya sudah memahami cara yang baik untuk klien
dalam proses konseling. Sehingga nantinya pada saat proses konseling
berlangsung, konselor tidak mengalami kesulitan yang cukup berat dalam
memberikan jalan keluar atas permasalahan yang dialami klien. Apalagi dengan

3
klien yang introvert, tentunya konselor harus tanggap dengan keadaan ini dan
menemukan cara yang baik untuk permasalah klien. Dengan kata lain, konselor
harus mempunyai kemampuan yang memadai untuk klien dengan tidak membuat
klien merasa digurui oleh konselor.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Identifikasi Masalah
Masalah yang akan timbul pada metode pendidikan individu misalnya, klien
dalam penyampaian permasalahan tidak semuanya diutarakan kepada konselor.
Sehingga nantinya akan mempersulit proses konseling yang akan berlangsung jika
pada tahap awal klien tidak mau terbuka sepenuhnya kepda konselor. Dan konselor
juga akan mengalami kesulitan dalam memberikan saran atas permasalahan yang
dihadapi klien. Media oral yang digunakan juga mempunyai kekurangan terhadap
klien yang introvert.Tetapi, hanya media oral proses konseling dapat berlangsung.
2. Identifikasi Penyebab Masalah
Masalah yang timbul salah satu contohnya yaitu klien yang mempunyai sifat
introvert yang tidak sepenuhnya mengutarakan permasalahan yang dihadapi kepada
konselor. Mungkin tidak semua klien mempunyai sifat introvert hanya sebagian.
Disinilah, peranan konselor sangat penting agar klien yang introvert tersebut bisa
terbuka atas masalahnya. Metode konseling mempunyai tahapan yang mungkin
bisa membantu konselor dalam menghadapi klien yang introvert ataupun tidak.
D. METODE PENDIDIKAN KESEHATAN INDIVIDU
1. Bimbingan dan Konseling (guidance and counseling)
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah
pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk
pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap
merupakan tujuan tidak langsung. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan
memungkinkan konseli (peserta didik) mengenal dan menerima diri sendiri serta
realisatyis dalam proses penyelesaian dengan linglkungannya (nurihsan, 2009).
Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan, dan merupakan
tehnik standard dan tugas pokok seorang konselor dalam pusat pendidikan.
Konseling membantu konseli memecahkan masalah masalah pribadi (sosial atau
emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri sendiri
dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental,
perubahan sikap dan tingkah laku.

4
Proses konseling terdiri atas 3 tahap (cavaganah,1982),yaitu tahap awal,
tengah, dan akhir.
a. Tahap awal meliputi pengenalan (introduction), kunjungan (invitation), dan
dukungan lingkungan (environmental support).
b. Tahap pertangahan (action)
Berupa kegiatan penjelasan masalah klien, dan membantu apa yang akan di
berikam berdasarkan penilaian kembali masalah klien.
c. Tahap akhir (terminitation).
Ditandai penurunan kecemasan klien.Terdapat perubahan perilaku kea rah
positif, Sehat, dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang,
dan terjadi perubahan sikap.

Kelebihan metode Konseling antara lain sebagai berikut:

a. Klien dan konselor lebih intensif.


b. Pusat perhatian klien terfokus pada masa lalu dan masa yang akan datang.
c. Memberikan kesempatan bagi klien dan konselor untuk saling memberi dan
menerima umpan balik.
d. Klien dapat berlatih tentang perilakunya yang baru.
e. Dapat digunakan untuk menggali tiap masalah yang dialami klien; belajar untuk
meningkatkan kepercayaan kepada orang lain; dapat meningkatkan sistem
dukungan dengan cara berteman akrab.
Kekurangan metode Konseling antara lain sebagai berikut:
a. Solusi yang ditawarkan konselor tidak selalu sesuai dengan keinginan klien
disebabkan oleh ketidakakuratan data atau kurangnya kelengkapan data bahkan
mungkin karena kesalahan dalam analisis data.
b. Dalam proses konseling, klien bersifat pasif, kurang inisiatif dan lebih banyak
menjadi pendengar karena didominasikan oleh konselor
2. Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling.
Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk menggali informasi mengapa ia
tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap
perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi
memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

5
Data diperoleh melalui suatu komunikasi lisan antara pewawancara dan
klien.Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur; face-
to-face ataupun menggunakan telpon.
Kelebihan metode wawancara antara lain sebagai berikut:
a. Bebas menggali informasi dari klien.
b. Data yang diperoleh dari klien lebih akurat.
c. Dapat mengetahui langsung dari ekspresinya klien menjawab bohong/jujur.
Kekurangan metode wawancara antara lain sebagai berikut:
a. Pewawancara harus punya skill untuk mewawancarai.
b. Ada kesepakatan waktu/tempat antara pewawancara dengan klien.
E. MEDIA PENDIDIKAN KESEHATAN INDIVIDU
Media yang digunakan untuk pendidikan kesehatan individu lebih efektif jika
menggunakan media oral karena pada kegiatan konseling dan wawancara.
Kelebihan media oral antara lain sebagai berikut:
a. Keluhan yang disampaikan oleh klien dapat tersampaikan dengan baik dan jelas.
b. Pesan yang disampaikan konselor lebih dipahami dan diterima oleh klien
Kekurangan media oral antara lain sebagai berikut:
a. Kurangnya rasa percaya diri klien terhadap konselor
b. Terjadinya perbedaan pendapat yang tidak ada penyelesaiannya
F. STRATEGI PEMBELAJARAN INDIVIDU MELALUI PROSES
KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEBUTUHAN BELAJAR
Pengkajian yang komprehensif tentang kebutuhan belajar dapat digali dari
riwayat keperawatan dan hasil pengkajian fisik serta melalui informasi dari orang
yang dekat dengan klien. Pengkajian juga mencakup karakteristik klien yang
mungkin akanmempengaruhi proses belajar, misalnya kesiapan belajar, motivasi
untuk belajar, dan tingkat kemampuan membaca. Selain penggalian data melalui
wawancara, perawat juga harus melakukan observasi terhadap kemampuan dan
kebutuhan-kebutuhan klien.Kebutuhan belajar dapat juga diidentifikasi dari
pertanyaan klien terhadap perawat tentang sesuatu hal yang tidak mereka ketahui
atau tidak terampil dalam melakukannya.
a. Pengkajian Faktor Predisposisi
1) Pengkajian riwayat keperawatan
Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai status
perkembangan seseorang, sehingga dapat memberikan arah mengenai isi

6
pendidikan kesehatan dan pendekatan yang harus digunakan. Pertanyaan
yang diajukan hendaknya sederhana. Pada klien lanjut usia (lansia),
pertanyaan diajukan dengan perlahan dan diulang. Status perkembangan,
terutama pada klien anak, dapat dikaji melalui observasi ketika anak
melakukan aktivitas atau bermain, sehingga perawat mendapat data tentang
kemampuan motorik dan perkembangan intektualnya.
Persepsi klien tentang keadaan masalah kesehatannya saat ini dan
bagaimana mereka menaruh perhatian terhadap masalahnya dapat
memberikan informasi kepada perawat tentang seberapa jauh pengetahuan
mereka mengenai masalahnya dan pengaruhnya terhadap kebiasaan aktivitas
sehari-hari.Informasi ini dapat memberi petunjuk kepada perawat untuk
memberi arahan yang tepat serta sumber-sumber lain yang dapat digunakan
oleh klien.
Kepercayaan klien tentang kesehatan, kepercayaan tentang agama
yang dianut, dan peran gender merupakan faktor penting dalam
mengembangkan rencana pendidikan kesehatan.Kepercayaan yang penting
digali pada klien, contohnya adalah kepercayaan tidak boleh menerima
tranfusi darah, tidak boleh menjadi donor organ tubuh, dan tidak boleh
menggunakan alat kontrasepsi.
Berbagai daerah mempunyai kepercayaan dan praktik-praktik
tersendiri. Kepercayaan dalam budaya tersebut dapat berhubungan dengan
kebiasaan makan, kebiasaan mempertahankan kesehatan, kebiasaan
menangani keadaan sakit, serta gaya hidup. Perawat sangat penting
mengetahui hal tersebut, namun demikian tidak boleh menarik asumsi bahwa
setiap individu dalam suatu etnik dengan kultur tertentu mempunyai
kebiasaan yang sama, karena hal ini tidak selalu terjadi. Oleh karena itu,
perawat tetap harus mengkaji dan menilai klien secara individual.
Keadaan ekonomi klien dapat berpengaruh terhadap proses belajar
klien. Bagaimanapun, perawat harus mengkaji hal ini dengan baik, karena
perencanaan pendidikan kesehatan dirancang sesuai dengan sumber-sumber
yang ada pada klien agar tujuan tercapai. Jika tidak, rancangan tidak akan
sesuai dan sulit untuk dilaksanakan. Bagaimana cara klien belajar adalah hal
yang sangat penting untuk diketahui. Cara belajar yang terbaik bagi setiap
individu bervariasi.Cara terbaik seseorang dalam belajar mungkin dengan
melihat atau menonton untuk memahami sesuatu dengan baik. Dilain pihak,

7
yang lain mungkin belajar tidak dengan cara melihat, tetapi dengan cara
melakukan secara actual dan menemukan bagaimana cara-cara mengerjakan
sesuatu hal. Yang lain mungkin dapat belajar dengan baik dengan membaca
sesuatu yang dipresentasikan oleh orang lain. Perawat perlu meluangkan
waktu dan memupuk keterampilan untuk mengkaji klien dan
mengidentifikasi gaya belajar, untuk kemudian mengadaptasi pendidikan
kesehatan yang sesuai dengan cara-cara klien belajar. Menggunakan variasi
teknik mengajar dan variasi aktivitas selama mengajar adalah jalan yang
baik untuk memenuhi kebutuhan gaya belajar klien. Sebuah teknik akan
sangat efektif untuk beberapa klien, sebaliknya teknik lain akan cocok untuk
klien dengan gaya belajar yang berbeda.
Perawat perlu mengkaji system pendukung klien untuk menentukan
siapa saja sasaran pendidikan yang mungkin dapat mempertinggi dan
mendorong proses belajar klien. Anggota keluarga atau teman dekat
mungkin dapat membantu klien dalam mengembangkan keterampilan di
rumah dan mempertahankan perubahan gaya hidup yang diperlukan klien.
2) Pengkajian fisik
Pengkajian fisik secara umum dapat memberikan petunjuk terhadap
kebutuhan belajar klien. Contohnya: status mental, kekuatan fisik, status
nutrisi. Hal lain yang mencakup pengkajian fisik adalah pernyataan klien
tentang kapasitas fisik untuk belajar dan untuk aktivitas perawatan diri
sendiri. Kemampuan melihat dan mendengar memberi pengaruh besar
terhadap pemilihan substansi dan pendekatan dalam mengajar.Fungsi system
muskuloskelet mempengaruhi kemampuan keterampilan psikomotor dan
perawatan diri.Toleransi aktivitas juga dapat mempengaruhi kapasitas klien
untuk melakukan aktivitas.
3) Pengkajian Kesiapan Klien untuk Belajar
Klien yang siap untuk belajar sering dapat dibedakan dengan klien
yang tidak siap.Seorang klien yang siap belajar mungkin mencari informasi,
misalnya melalui bertanya, membaca buku atau artikel, tukar pendapat
dengan sesama klien yang pada umumnya menunjukkan ketertarikan.Dilain
pihak, klien yang tidak siap belajar biasanya lebih suka untuk menghindari
masalah atau situasi.Kesiapan fisik penting di kaji oleh perawat apakah klien
dapat memfokuskan perhatian atau lebih berfokus status fisiknya, misalnya
terhadap nyeri, pusing, lelah, mengantuk, atau lain hal.

8
a) Kesiapan emosi. Apakah secara emosi klien siap untuk belajar? Klien
dalam keadaan cemas, depresi, atau dalam keadaan berduka karena
keadaan kesehatannya atau keadaan keluarganya biasanya tidak siap
untuk belajar. Perawat tidak dapat memaksakan, tetapi harus menunggu
sampai keadaan klien memungkinkan dapat menerima proses
pembelajaran.
b) Kesiapan kognitif. Dapatkah klien berpikirsecara jernih? apakah klien
dalam keadaan sadar penuh, apakah klien tidak dalam pengaruh zat yang
mengganggu tingkat kesadaran? Pertanyaan itu sangat penting untuk
dikaji.
c) Kesiapan berkomunikasi. Sudahkah klien dapat berhubungan dengan
rasa saling percaya dengan perawat? Ataukah klien belum mau menjalin
komunikasi karena masih belum menaruh rasa percaya. Hubungan saling
percaya antara perawat dank lien menentukan komunikasi dua arah yang
diperlukan dalam proses belajar mengajar.
4) Pengkajian Motivasi
Secara umum dapat diterima bahwa seseorang harus mempunyai
keinginan belajar demi keefektifan pembelajaran.Motivasi dan memberi
rangsangan atau jalan untuk belajar merupakan faktor penentu yang sangat
kuat untuk kesuksesan dalam mendidik klien dan berhubungan erat dengan
pemenuhan kebutuhan klien. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh
masalah keuangan, penolakan terhadao status kesehatan, kurangnya
dorongan dari lingkungan social, pengingkaran terhadap penyakit,
kecemasan, ketakutan,rasa malu atau adanya konsep diri yang negatif.
Motivasi juga dipengaruhi oleh sikap dan kepercayaan. Contohnya,
motivasi belajar seorang pria setengah baya yang dinyatakan hipertensi dan
mulai mendapat pengobatan anti hipertensi untuk mengendalikan tekanan
darahnya mungkin akan rendah jika teman dekatnya menceritakan bahwa ia
impotent setelah mendapat pengobatan yang sama.
Pengkajian tentang motivasi belajar sering merupakan bagian dari
pengkajian kesehatan secara umum atau diangkat sebagai msalah yang
spesifik.Seorang perawat ketika mengkaji motivasi dan kemampuan klien
harus betul-betul mengerti sepenuhnya tentang subjek belajar.Motivasi
memang sulit untuk dikaji, mungkin dapat ditunjukka secara verbal atau juga
secara nonverbal.

9
a) Pengkajian Kemampuan Membaca
Ketidakmampuan membaca dan menulis dapat ditemukan pada
setiap langkah kehidupan, pada semua suku dan pada setiap tingkat sosial
ekonomi. Penampilan seseorang dan penggunaan bahasa tidak
mengindikasikan bahwa ia mampu membaca dan menulis.
Banyak orang dengan kemampuan membaca dan menulis rendah
memiliki intelegensi rata-rata dan berbicara dengan baik.
Bagaimana seorang perawat dapat menentukan tingkat kemampuan
membaca klien? Melakukan pengujian secara langsung adalah cara yang
terbaik, tetapi sering sulit dipraktikkan. Berikut ini dijelaskan cara
mengkaji tingkat kemampuan membaca klien.
(1) Mengkaji tingkat kesenangan membaca klien; Berikan sesuatu untuk
dibaca dan kemudian minta klien menjelaskan apa yang dibacanya
dengan menggunakan bahasanya sendiri. Jika memungkinkan,
tawarkan kepada klien beberapa pilihan cara belajar (membaca,
menonton/melihat atau mendengarkan). Jika ragu-ragu, gunakan
materi bacaan yang mudah dan jika seseorang dalam keadaan stress
sebaiknya dimulai dengan materi sederhana, baru kemudian
ditambahkan yang lebih kompleks.
(2) Menggunakan indeks SMOG untuk mengkaji tingkat kemampuan
membaca klien terhadap materi pendidikan kesehatan sehingga
kemudian dapat ditentukan kesesuaian materi untuk populasi yang
akan membacanya. Berikut ini disajikan cara menentukan Tingkat
Kesiapan dari pada Materi Tertulis dengan menggunakan indeks
SMOG.
“Untuk menentukan tingkat materi bacaan, untuk belajar klien,
pilihlah 30 kalimat dalam bacaan.Ambillah 10 kalimat dari bagian awal,
10 kalimat dari tengah dan 10 kalimat dari bagian akhir bacaan.Hitunglah
semua kata yang mengandung 3 atau lebih suku kata (Syllabes),
kemudian jumlahkan.Kemudian temukan jumlah tersebut didalam daftar
dibawah ini dan baca menyilang untuk menemukan tingkat/grade
bacaan/materi belajar.”

Untuk menurunkan tingkat bacaan dan menyederhanakan materi


pendidikan kesehatan untuk klien, maka lakukanlah:

10
(1) Gunakanlah kata-kata yang lebih pendek
(2) Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata
(3) Tulis kalimat-kalimat pendek
(4) Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan
(5) Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan
2. PERENCANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
Mengembangkan perencanaan pengajaran adalah menyelesaikan sejumlah
langkah.Melibatkan klien saat perencanaan dapat meningkatkan terciptanya
perencanaan yang berguna dan merangsang motivasi klien. Klien yang membantu
merumuskan perencanaan pengajaran akan lebih mudah untuk mencapai tujuan
yang ditetapkan.
a. Menentukan Prioritas Pengajaran
Kebutuhan belajar klien harus diurut berdasarkan prioritas.Perawat dan
klien hendaknya melakukannya secara bersama-sama. Salah satu yang menjadi
criteria yang diprioritaskan adalah motivasi klien untuk berkonsentrasi pada
kebutuhan belajar kebutuhan belajar yang telah diidentifikasikan sebagai contoh
seseorang yang ingin mengetahui segala sesuatu tentang penyakit jantung
koroner mungkin tidak siap untuk memepelajari bagaimana mengubah gaya
hidupnya sampai pada saat ia menemukan kebutuhannya untuk belajar tentang
penyakit tersebut: atau, contoh lain, seseorang yang baru dinyatakan mengidap
penyakit Diabetes Mellitus akan mau mengatur diet sesuai dengan yang
dianjurkan sebelum ia tahu bagaimana pengaruh diet tersebut terhadap status
gula darah dan kesehatannya.
Perawat juga dapat menggunakan kerangka pikir lain, seperti hierarki
kebutuhan menurut teori Maslow untuk menetapkan prioritas belajar. Jika klien
adalah sebuah keluarga, kelompok, atau komunitas yang lebih besar, penentuan
prioritas belajar hendaknya secara lebih luas mempertimbangkan faktor lain
yang telah dikaji yakni, faktor predisposisi, pemungkin, dan penguat. Khusus
untuk memprioritaskan pengajaran dikeluarga, skala prioritas yang
dikembangkan oleh Bailon dan Maglaya (1988) dapat dipergunakan. Kriteria
untuk memprioritaskan pengajaran di dalam komunitas antara lain adalah:
kesadaran komunitas terhadap masalah; motivasi komunitas memecahkan
masalah; kemampuan perawat untuk mempengaruhi pemecahan masalah; berat
serta konsekwensi jika masalah tidak terpecahkan (Goeppinger and Shuster,
1988).

11
b. Menetapkan Tujuan Belajar
Tujuan belajar yang ditetapkan dapat disamakan dengan tujuan pada
proses asuhan keperawatan. Ketika menetapkan hal ini baik sekali diingat
mengenai tiga ranah belajar yaitu kognitif; afektif; dan psikomotor. Tujuan
belajar yang dirancang dengan baik akan menuntun perencanaan tentang isi atau
substansi, metode, strategi, aktivitas, dan perencanaan metode evaluasi belajar.
Beberapa ketentuan umum dalam merumuskan tujuan belajar adalah
sebagai berikut:
1) Tujuan belajar dinyatakan di dalam perilaku atau penampilan yang
dikehendaki, contohnya: klien dapat menunjukkan atau mendemonstrasikan
teknik pemberian ASI dengan benar (psikomotor), klien dapat menjelaskan
alas an ia harus makan dalam porsi sedikit, tetapi frekuensinya sering
(kognitif), klien dapat menguraikan perasaan meningkatnya rasa nyaman
setelah pemberian obat (afektif). Tujuan tidak dinyatakan dalam perilaku
perawat, misalnya: perawat tidak mengajari klien tentang diet.
2) Tujuan belajar dapat diobservasi, sementara aktivitasnya dapat diukur.
Misalnya, hal yang dapat dilihat, klien dapat berjalan di sekitar tempat tidur.
Perhatikan kata-kata yang digunakan dalam membuat tujuan pada tabel
berikut.
3) Dalam tujuan harus terkandung kondisi yang diinginkan untuk
mengklarifikasi dimana, kapan, atau bagaimana perilaku ditampilkan.
Contohnya klien dapat berjalan dari ujung tempat tidur ke ujung lainnya
tanpa menggunakan tongkat pembantu.
4) Dalam tujuan harus tercakup criteria waktu yang spesifik. Contohnya: Klien
akan menyebutkan tiga hal yang mempengaruhi kadar gula darah. Pada akhir
diskusi kedua, klien dapat mendemonstrasikan injeksi insulin sendiri dalam
dosis dan cara yang benar sebelum pasien dipulangkan.
c. Memilih Substansi (Isi Materi)
Isi pembelajaran sangat ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak
dicapai, atau dengan kata lain, informasi yang dibutuhkan mencapai tujuan
dengan baik harus diseleksi dari berbagai sumber informasi. Pengetahuan yang
dibutuhkan perawat dapat diperoleh melalui pendidikan, buku, jurnal
keperawatan, dan perawat lain atau dokter atau anggota tim pelayanan
kesehatan lain. Sumber yang dipilih hendaknya: akurat, terbaru, didasarkan atas
tujuan belajar, disesuaikan dengan usia klien, budaya, dan kemampuan,

12
konsistensi, serta dipilih dengan mempertimbangkan waktu dan sumber daya
yang kungkin untuk mengajar.
d. Memilih Strategi Belajar
Memilih metode mengajar hendaknya cocok untuk individu, cocok
dengan materi yang dipelajari, dan cocok dengan pengajar dan berbagai faktor
lain perlu dipertimbangkan. Beberapa tujuan belajar mungkin dapat dicapai
dengan mudah melalui tatap muka satu persatu antara perawat dengan klien,
tetapi yang lain dapat dengan mudah dicapai dengan diskusi kelompok. Sebagai
contoh, jika tujuan belajarnya adalah: “Klien dapat mengganti balutan pada
kakinya dengan teknik steril”, diskusi kelompok tidak mungkin diadakan.
Metode yang cocok untuk itu adalah metode privat yang disarankan oleh
perawat. Di lain pihak jika tujuan belajarnya adalah “Klien dapat
mendiskusikan perasaannya tentang bagaimana kembali ke rumah sesudah
mengalami serangan jantung”, tujuan akan lebih mudah dicapai dengan diskusi
kelompok dengan klien lain yang mempunyai perasaan yang sama.

e. Memilih Alat Bantu Mengajar


Alat bantu mengajar telah dibahas pada bab sebelumnya. Alat Bantu
mengajar membantu belajar, tetapi bukan suatu pengganti untuk berhubungan
dengan manusia.Alat ini baik sekali digunakan untuk menambah atau
menguatkan mengajar dengan strategi tatap muka.Alat Bantu mengajar sangat
ditentukan oleh tujuan belajar yang hendak dicapai. Oleh karena itu, itu pilihlah
alat Bantu secara hati-hati, lihat kembali kegunaan dan kecocokan penggunaan
alat bantu pada pembahasan sebelumnya.
f. Membuat Rencana Evaluasi
Rencana evaluasi harus disebutkan dalam perencanaan kegiatan
pendidikan kesehatan, misalnya waktu dan sasaran yang akan dievaluasi, dan
indikator apa yang akan dipakai dalam evaluasi itu. Evaluasi dapat dibedakan:
1) Evaluasi pendidikan kesehatan, yakni menilai langkah-langkah yang telah
dijadwalkan dalam perencanaan, apakah sesuai atau terjadi perubahan dalam
pelaksanaannya. Misalnya tentang jadwal waktu, tempat, dan alat bantu
peraga.

13
2) Evaluasi hasil kegiatan, yakni sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dengan pendidikan kesehatan yang dimaksud. Misalnya terjadinya
perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakannya.
G. CONTOH STRATEGI PEMBELAJARAN INDIVIDU
Contoh dari strategi pembelajaran dengan sasaran individu yang terlebih dahulu
melalui proses keperawatan :
1. Pengkajian
Seorang perawat di puskesmas Sipayung Rengat melakukan pengkajian
terhadap seorang wanita yang memeriksakan kondisinya yang sudah parah.
Dibawah ini disajikan hasil pengkajian yang didapatkan, hasil pengkajian itu
mendukung adanya masalah tentang prilaku.
a. Riwayat Keperawatan
Tn. M dibawa oleh istrinya ke Puskesmas Sipayung Rengat dengan
keluhan : sering pusing pada bagian belakang kepala, pandangn yang
berkunang-kunang, telinga sering berdenging dan sulit tidur pada malam hari.
Tn. M terpaksa di bawa ke Puskesmas Sipayung karena kondisinya sudah parah.
istri Tn. M mengatakan bahwa Tn. M tidak dapat mengontrol makananny
seperti sering memakan santan dan makanan tinggi lemak lainnya. Tn. M
suadah lama mengalami keadaan seperti ini, bahkan TD Tn. M pernah mencapai
190/110 mmHg, tapi setiap kali Tn, M diajak ke pelayanan kesehatan, Tn. M
selalu menolak dengan alasan hanya pusing biasa.
b. Keadaan Fisik
Pasien tampak sedikit pucat, mata merah dan tampak meringis sambil
memegang bagian belakang kepala. TB : 156 cm, BB : 75 Kg, TD: 200/110
mmHg, S : 37, 5 °C.
c.Kesiapan Belajar
Tn. M mengatakan bahwa ia tetarik untuk mempelajari mengapa ia sering
pusing pada bagian belakang kepala, pandangn yang berkunang-kunang, telinga
sering berdenging dan sulit tidur pada malam hari. Beliau mengatakan ingin
cepat sembuh. Pengetahuan Tn. M tentang Hipertensi sangat rendah karena
kurangnya informasi yang di dapat. Tn. M mampu berbahasa Indonesia dengan
baik.
Pada saat datang ke Puskesmas Siapayung Tn. M tampak sangat pusing
sehingga menolak untuk diberikan penyuluhan, akan tetapi jika keadaan Tn.M
sudah membaik maka ia bersedia untuk diberikan penyuluhan.

14
d. Motivasi Belajar
Tn. M sangat bersemangat untuk dapat mempelajari tentang kondisi
dirinya. Ia mengatakan bersedia melakukan apapun yang dianjurkan kepadanya
asalkan ia dapat sembuh dari keadaan pusing pada bagian belakang kepala,
pandangn yang berkunang-kunang, telinga sering berdenging dan sulit tidur
pada malam hari.
e. Kemampuan Membaca
Tn. M mampu untuk membaca dan menulis serta mendengar apa yang
disampaikan oleh perawat. Tn. M akan diberikan Leaflet yang berisikan
informasi tentang penyakit Hipertensi dan memberikan kesempatan untuk Tn.
M bertanya apa yang tidak dimengerti serta menanyakan kembali tentang apa
yang sudah dipahami oleh Tn M.
f. Pengkajian Faktor Pemungkin
Di Puskesmas Sipayung Rengat terdapat beberapa perawat yang dapat
memberikan penyuluhan atau memberikan informasi kepada klien tentang
penyakit yang sedang dialaminya. Perawat tersebut telah mempelajari tentang
konsep serta cara penanganan pada penderita penyakit tersebut. Sehingga Tn. M
dapat lebih mengerti dengan apa yang disampaikan karena perawat tersebut
telah mempelajari penyakit tersebut
g. Pengkajian Faktkr Penguat
Tn. M sangat ingin mengetahui tentang apa penyakit nya dan hal apa saja
yang dapat dilakukan agar penyakitnya dapat sembuh. Keinginan ini dapar
dilihat karena Tn. M antusias segera ingin mendapatkan informasi tentang
Hipertensi.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data hasil pengkajian diatas, perawat berusaha merumuskan
diagnosa keperawatan. Adapun diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit Hipertensi b. d kurangnya terpapar
informasi.
b. Kurangnya pengetahuan tentang penyebab Hipertensi b. d kurangnya terpapar
informasi.
c. Kurangnya pengetahuan tentang tanda dan gejala Hipertensi b. d kurangnya
terpapar informasi.
d. Kurangnya pengetahuan tentang penanganan pada Hipertensi b. d kurangnya
terpapar informasi.

15
e. Kurangnya pengetahuan tentang pencegahan Hipertensi b. d kurangnya terpapar
informasi.
3. Perencanaan Tindakan Keperawatan
Perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang telah ditentukan diatas maka dapat dilakukan tindakan sesuai dengan satuan
pembelajaran berikut yang dapat dilaksanakan sebagai mana seharusnya sesuai
dengan rancangan yang telah dibuat dan dapat dikembangkan sesuai dengan
keadaan saat implementasi keperawatan.
4. TUGAS DAN LATIHAN
a. Pengkajian secara kebutuhan, sasaran metode pendidikan kesehatan individu
meliputi:
1) 1 klien & 2 konselor
2) 1 klien & 1 konselor
3) 2 klien & 1 konselor
4) 2 klien & 2 konselor
5) 2 klien & 1 konselor
b. Kelebihan metode konseling antara lain, kecuali :
1) Klien dan konselor lebih intensif
2) Klien dapat berlatih tentang perilakunya yang baru
3) Klien memperoleh kesulitan baru tentang berkomunikasi
4) Pusat perhatian klien terfokus pada masa lalu dan masa yang akan datang
5) Dapat digunakan untuk menggali tiap masalah yang dialami klien
c. Kesiapan yang harus dikaji berhubungan dengan kesiapan belajar pasien adalah:
1) Kesiapan berteriak
2) Kesiapan kognitif
3) Kesiapan motivasi
4) Kesiapan diam
5) Kesiapan menunggu
d. Diagnosis keperawatan yang dikemukakan oleh NANDA yaitu :
1) Kurang pengetahuan: diet rendah kalori berhubungan dengan tidak punya
pengalaman
2) Risiko tinggi terjadinya gangguan proses menjadi orang tua berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan dalam merawat bayi dan menyusui
3) Kurangnya pengetahuan: penyalahgunaan zat berhubungan dengan
kurangnya ketertarikan dalam mempelajari informasi

16
4) A dan B benar
5) Semua benar
e. Definisi dari kurang pengetahuan adalah :
1) pernyataan pada saat individu, keluarga, atau komunitas tidak dapat
memahami, tidak dapat belajar, dan tidak dapat menyebutkkan
pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan kesehatan
2) pernyataan pada saat individu, keluarga, atau komunitas tidak dapat
memahami, tidak dapat membaca, dan tidak dapat menunjukkan
pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan kesehatan
3) pernyataan pada saat individu, keluarga, atau komunitas tidak dapat
mendengar, tidak dapat belajar, dan tidak dapat menunjukkan
pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan kesehatan
4) pernyataan pada saat individu, keluarga, atau komunitas tidak dapat
memahami, tidak dapat belajar, dan tidak dapat menunjukkan
pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan kesehatan
5) pernyataan pada saat individu, keluarga, atau komunitas tidak dapat
memahami, tidak dapat menulis, dan tidak dapat menunjukkan
pengetahuannya tentang tindakan-tindakan keperawatan kesehatan
f. Untuk menyederhanakan materi pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan,
kecuali :
1) Gunakanlah kata-kata yang memiliki arti ganda
2) Hindari kata-kata dengan beberapa suku kata
3) Tulis kalimat-kalimat pendek
4) Jelaskan peristilahan-peristilahan yang digunakan
5) Gunakan kata-kata yang mudah dan sering digunakan
g. Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh masalah keuangan, penolakan
terhadap status kesehatan, kurangnya dorongan dari lingkungan social, dan
sebagainya. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh :
1) Kesenangan
2) Kekayaan atau kemiskinan
3) Sikap dan kepercayaan
4) Ketidakmampuan membaca
5) Ketidakmampuan mengungkapkan hal-hal yang diinginkan
h. Syarat-syarat dalam memilih isi substansi materi yaitu :
1) akurat, terbaru

17
2) terkenal dan mahal
3) cakupan luas dan membingungkan
4) terseleksi hanya dari beberapa sumber
5) hanya diperoleh dari buku saja
i. Tujuan pendidikan kesehatan menurut Notoatmojo 1997 adalah :
1) Menjadikan kesehatan sebagai sarana penyajian produk
2) Menjadikan kesehatan sebagai sentral kegiatan
3) Menjadikan kesehatan sebagai lambang kesejahteraan
4) Menjadikan kesehatan sebagai sebuah tuntutan masa depan
5) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai di masyarakat
j. “Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang
yang dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan
masyarakat...” adalah pernyataan dari :
1) Wood (1926)
2) Stuart (1968)
3) Nyswander (1947)
4) Committee President on Health Education (1977)
5) Craven dan Hirnle (1996)

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi atau rancangan pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian
kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber
daya/kekuatan dalam pembelajaran.strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu,
artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan.
Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai
fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Di
dalam suatu strategi pembelajaran terdapat pengkajian keperawatan,diagnosis dan
perencanaan tindakan keperawatan.
Pendidikan kesehatan adalah merupan proses perubahan perilaku secara
terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat untuk dapat lebih mandiri
dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar
pada individu, kelompok, atau masyarakat dari tidak tahu tentang nilai kesehatan
menjadi tahu, dan dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi
mandiri.
B. Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan adalah bahwa pendidikan kesehatan itu
perlu untuk diterapkan dalam masyarakat di Indonesia. Dengan adanya pendidikan
kesehatan terutama pada individu, masyarakat Indonesia dapat bertindak sesuai
dengan ketentuan dalam kesehatan sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit yang
membahayakan diri sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanti, Yulia. 2012. Metode dan Media Pendidikan Kesehatan Individu.

Maulana, Heri D.J. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC

NANDA. 2012. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Wahit Iqbal Mubarak, dkk. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

20

Anda mungkin juga menyukai