Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS PERIOPERATIF

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF APENDISITIS


DENGAN TINDAKAN OPERASI APENDIKTOMI PADA Sdr. D
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS KEN SARAS

DWI PUJI LESTARI

NIM. P1337420919085

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2019
ABSTRAK

Perkembangan zaman saat ini mempengaruhi gaya hidup atau kebiasaan


sehari-hari. Misalnya kurangnya mengkonsumsi makanan berserat dalam menu
sehari-hari yang diduga sebagai salah satu penyebab apendisitis. Jumlah pasien
yang menderita penyakit apendiksitis di Indonesia berjumlah sekitar 27% dari
jumlah penduduk Indonesia. Komplikasi yang mungkin terjadi dapat dicegah
dengan pengobatan dan perawatan yang optimal, salah satunya dengan melakukan
tindakan apendiktomi.
Berdasarkan analisa pembahasan diperoleh hasil, tahap pengkajian
didapatkan bahwa klien sebelum operasi mengalami ansietas (cemas)
berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan saat ini. saat operasi
didapatkan diagnosa keperawatan risiko perdarahan berhubungan dengan cedera
vaskuler akibat insisi bedah dan resiko infeksi berhubungan dengan prosedur
pembedahan dan trauma jaringan dan setelah operasi didapatkan resiko cedera :
jatuh berhubungan dengan anastesi, proses pemindahan pasien.
Perencanaan didapatkan bahwa intervensi yang selama ini ada dalam teori
mampu mengatasi masalah keperawatan klien baik sebelum operasi, saat operasi
dan setelah operasi di kamar bedah sentral rumah sakit. Pelaksanaan dilakukan
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan pada evaluasi masalah klien
didapatkan bahwa pada kasus belum teratasi dalam waktu 1x24 jam saat klien
menjalani operasi di rumah sakit. Diharapkan bagi institusi kesehatan dapat terus
meningkatkan penyuluhan kepada klien mengenai persiapan operasi, sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan klien dalam persiapan menjalani perasi dan
setelah dilakukan operasi.

Kata Kunci: Apendisitis, Apendiktomi


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
ABSTRAK 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR LAMPIRAN 4
BAB I PENDAHULUAN 5
A. Latar Belakang 5
B. Web Of Causation -
BAB II LAPORAN KASUS KELOLAAN 6
A. Pengkajian 6
B. Diagnose Keperawatan 13
C. Intervensi Keperawatan 14
D. Implementasi 16
E. Evaluasi 19
BAB III PEMBAHASAN 20
A. Analisa Kasus 20
B. Analisa Intervensi Keperawatan 20
BAB III PENUTUP 21
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSATAKA 22
LAMPIRAN 23
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran WOC
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu keperawatan memiliki cakupan yang sangat luas, kajiannya meliputi
biopsikososiokultural. Praktek keperawatan sendiri ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia yang terganggu karena penyakit atau ketidakmampuan
yang disebabkan oleh faktor lain, baik dari segi fisik maupun psikologis.
Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol
dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kuadran kanan bawah. Strukturnya seperti
bagian usus lainnya.
Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C.,
2001).
Dari beberapa definisi maka dapat disimpulkan bahwa apendiksitis
adalah suatu radang yang terjadi pada apendiks, yang terletak pada kuadran
bawah kanan dari rongga abdomen, dan bagian inferior dari sekum.
Peran perawat dalam memberi askep pada klien post appendictomy yaitu
melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya promotif
meliputi pemberian pendidikan kesehatan tentang penyakit apendisitis, upaya
preventif yaitu mencegah infeksi pada luka post op dengan cara perawatan luka
dengan teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian
pengobatan dan menganjurkan klien untuk mematuhi terapi, serta upaya
rehabilitatif meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan klien
meneruskan terapi yang telah diberikan.
Teknik aseptik dan antiseptik, upaya kuratif meliputi pemberian
pengobatan dan menganjurkan klien untuk mematuhi terapi, serta upaya
rehabilitatif meliputi perawatan luka di rumah dan menganjurkan klien
meneruskan terapi yang telah diberikan.
BAB II
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF APENDISITIS


DENGAN TINDAKAN OPERASI APENDIKTOMI PADA Sdr. D
DI RUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL RS KEN SARAS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Sdr. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
No RM : 106123
Ruang/Kamar : IBS/II
Jenis Operasi : Mayor
Operator : dr. B
Dokter Anastesi : dr. R
Perawat Anastesi : Perawat T
Perawat Asisten : Perawat D
Perawat Scrub : Perawat E
Perawat Sirkuler : Perawat R
Diagnosa Pre Op : Apendisitis
Tindakan Operasi : Apendiktomi

II. PRE OPERASI

DS
Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan takut untuk menjalani tindakan
operasi. Pasien mengatakan sering sakit perut sebelah kanan bawah.
DO
Tekanan 110/69 Jantung Hb 17,0
Darah mmHg  Inspeksi g/dL
Nadi 97 Ictus cordis tidak Ht 48,5 %
x/menit nampak.
AL 14,7
 Palpasi 103/uL
Ictus cordis teraba di
RR 21 AT 213
x/menit intercosta V
103/uL
midklavikula.
GDS 113 g/dL
 Perkusi
Terdapat suara redup Golongan O Rh +
 Auskultasi Darah
Suhu 33 oC Terdengar bunyi HBsAG Negatif
jantung I dan II, tidak
SpO2 99% Anti HIV Non
ada murmur dan
Reaktif
gallop.
BB 50 kg Anti HCV Negatif

CATATAN LAIN Paru-paru EKG -


Klien mengatakan  Inspeksi
sakit perut sebelah Bentuk dada simetris,
CT 2 detik
kanan bagian bawah. frekuensi pernafasan
21 x/menit, tidak
terdapat otot bantu BT 11 detik
Klien mengatakan
cemas karena akan pernafasan. IV LINE RL 20
menjalani operasi yang  Palpasi tpm
pertama kalinya, muka Focal fremitus teraba NGT -
tegang, badan tegang. sama kuat, tidak ada
Tidak ada obat-obatan nyeri tekan, tidak ada KATETER -
khusus yang benjolan.
dikonsumsi rutin, tidak  Perkusi
ada riwayat HT, DM Suara sonor pada
dan penyakit jantung semua lapang paru
serta penyakit kuning.  Auskultasi
Suara nafas vesikuler.
ABDOMEN
 Inspeksi
Perut datar, tidak
mengkilap, tidak ada
spider navy
 Auskultasi
 Bising usus 8 x/menit.
 Palpasi
Tidak terdapat nyeri
tekan.
 Perkusi
Timpani

EKSTREMITAS :
 Ekstremitas atas
Tangan kanan
terpasang infus RL 20
tpm, tidak terdapat
kelemahan anggota
gerak atas. Tidak ada
edema
 Ekstremitas bawah
Kaki tidak terdapat
kelemahan anggota
gerak. Tidak ada
edema.

Pre Medikasi Inj IV Granisentron 3mg Diagnosa


Keperawatan
Produk Darah - 1. Ansietas (Cemas)
Riwayat Alergi - berhubungan
- Dilatasi loop usus dengan dengan ancaman
peristaltik meningkat pada status
USG Abdomen - Sonografi organ kesehatan saat ini
intraabdomen lainnya dalam (tindakan operasi)
batas normal
1. Persiapan Operasi
a. Identitas pasien dan prosedur telah dikonfirmasi.
b. Marking telah dilakukan pada lembar pemeriksaan fisik, marking pada
abdomen bawah kanan
c. Informed consent telah ditanda tangani oleh pasien sendiri.
d. Telah dikonfirmasi bahwa pasien tidak memiliki alergi.
e. Pasien telah berpuasa sejak pukul 02.00 sehingga puasa telah
dilakukan selama ± 7 jam.

2. Daftar Masalah
No Tgl . jam Data focus Diagnosa Tgl Ttd
keperawatan teratasi
1 16 Oktober 2019 DS : pasien Ansietas 16 Okt
08.45 WIB mengatakan takut (Cemas) 2019
saat akan menjalani berhubungan
tindakan operasi dengan
untuk pertam ancaman pada
kalinya status
kesehatan
DO : saat ini
 Pasien tegang, (tindakan
wajah pasien operasi)
tampak cemas
dan gelisah
 TD : 110/69
mmHg
Nadi : 197
x/menit
RR : 21 x/menit
3. Rencana Keperawatan

Tgl /
No Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd
jam
1. 16 Ansietas Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
Oktober Cemas) tindakan kecemasan pasien
2019/ berhubung keperawatan 2. Dorong klien untuk
08.45 an dengan selama 15 menit mengekspresikan
WIB ancaman diharapkan cemas ketakutan atau
pada status berkurang kekhawatiran yang
kesehatan dengan kriteria dialami
saat ini hasil : 3. Berikan informasi
(tindakan yang membantu
 Terbina
operasi) menyingkirkan
hubungan
kekhawatiran klien
saling percaya
(menjelaskan
antara pasien
prosedur
dan perawat
pembedahan)
 Pasien dapat
4. Pertahankan
mengekspresik
komunikasi terbuka
an ketakutan
dengan klien
atau
5. Libatkan peran dari
kekhawatiran
keluarga atau
tentang
sahabat klien,
pembedahan
sepanjang
yang akan
memungkinkan
dihadapinya
6. Ajarkan teknik
 Pasien dapat
relaksasi
Menggunakan
7. Kolaborasi dengan
teknik
tim medis untuk
relaksasi
pemberian
untuk medikasi pre-
D menurunkan anesthesi
cemas 8. Kaji tekanan darah,
 Pasien status pernapasan,
I mengungkapk nadi dan status
m an bahwa psikologis pasien
p tingkat
l kecemasannya
e sudah hilang
m atau berkurang
 Pasien
mengatakan
siap untuk
menjalani
operasi.
4. Implementasi
Tgl /
No Tindakan keperawatan Respon Ttd
jam
1. 16 1. Mengkaji tingkat 1.
Oktober kecemasan pasien dan S: Pasien mengatakan
2019/ 2. mendorong klien untuk cemas
08.45 mengekspresikan O:
WIB ketakutan atau  Pasien mengalami
kekhawatiran yang tingkat kecemasan
dialami sedang
3. Memberikan informasi  Pasien
yang membantu mengekspresikan
menyingkirkan kecemasan dengan
kekhawatiran klien mengatakan secara
(menjelaskan prosedur) verbal
4. Mempertahankan 2, 3, 4
komunikasi terbuka S: pasien mengatakn
dengan klien cemas sedikit
5. Mengajarkan teknik berkurang
relaksasi O: Pasien mengontrol
6. Mengkaji tekanan cemas dengan beridoa
darah, status dan napas dalam
pernapasan, nadi dan 5, 6
status psikologis pasien S: pasien mengatakan
sedikit takut
O: Pasien tampak
tegang, raut wajah
gelisah dan cemas
TD : 110/69 mmHg
Nadi : 97 x/menit
RR : 21 x/menit
4. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
16 Oktober Ansietas (Cemas) S
2019 2019/ berhubungan dengan Pasien mengatakan cemasnya
09.00 WIB ancaman pada status terhadap tindakan operasi sudah
kesehatan saat ini berkurang
(Tindakan operasi) O
 Pasien lebih tenang, namun
ada raut wajah cemas dan
gelisah
 TD. 110/88 mHg
N. 97 x/mnt
RR. 21 x/mnt
A
Masalah teratasi
P:
Hentikan intervensi
III. INTRA OPERASI

TGL OPERASI : 16 Oktober 2019 TEKNIK ANASTESI JENIS OBAT

WAKTU : 09.10 WIB General Anestesi Inj IV Lidocain 20 mg/ml 1 cc


Teknik Fask Mask Inj IV Bunascan 5mg/ml 5 cc
POSISI : Supinasi

JUMLAH INSTRUMEN : 42 OKSIGEN : Nasal O2 dewasa


OBAT LAIN :

INSTRUMEN PRE INTRA POST Inj IV Ketorolac 30 mg/ml 1 cc


1. Ioderm 1 1 1
2. Duk klem 6 6 6
3. Scalpel blades no 3 1 1
4. Scalpel blades no 4 1 1 1
5. Pinset anatomis 2 2 2
6. Pinset cirurgis 2 2 2
7. Pean 6,5 inch 4 4 4
8. Pean 7 inch 2 2 2
9. Gunting jaringan 2 2 2
10. Gunting benang 1 1 1
11. Koker 7 inch 1 1 1
12. Koker 8 inch 2 2 2
13. Koker 9,5 inch 1 1 1
14. Ovarium klem 6 6 6
15. Alis klem 1 1
16. Langen back 2 2 2
17. Nalpudel 2 2 2
18. Spatel 1 1
19. Jarum jahit set 1 1 1
20. Kom 2 2
21. Bengkok 1 1
BAHAN HABIS PAKAI
ALAT PRE INTRA POST

Handscoon steril 4 psg - -


Povidon iodine 300 cc - -
Spuit 3bh - -
Benang 3 pc - -
Nasal O2 dewasa 1bh - -
Spinocan 25 1bh - -
Mess no 23 1bh - -
Benang Vicryl 1 pc - -
Monocryl 1 pc - -
Catgut 1 pc - -

BALANCE CAIRAN MASUK RL dan obat 500 cc TOTAL MASUK 500 cc

KELUAR Perdarahan 150 cc TOTAL KELUAR 150 cc

PENYULIT Tidak ada


1. Daftar Masalah
Diagnosa Tgl
No Tgl/jam Data Fokus Ttd
keperawatan Teratasi
1. 16 DS : - Risiko 16
Oktober DO : perdarahan Oktober
2019  adanya luka insisi pada berhubungan 2019
2019 abdomen bawah kanan dengan cedera
09.10  TD : 110/88 mmHg vaskuler akibat
WIB Nadi : 97 x/menit insisi bedah.
RR : 21 x/menit
Suhu : 36 C
 Terdapat darah sebanyak
150 cc dalam
penampung suction
2 16 DS : - Resiko infeksi 16
Oktober DO : berhubungan Oktober
2019  Adanya luka insisi pada dengan 2019
09.10 abdomen bawah kanan prosedur
WIB pembedahan
dan trauma
jaringan

2. Rencana Keperawatan
Tgl /
No Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd
jam
1. 16 Risiko Setelah dilakukan 1. Monitor tanda-
Oktober perdaraha tindakan tanda perdarahan
2019 n keperawatan 2. Monitor TTV
09.10 berhubung selama 90 menit 3. Beri cairan sesuai
WIB an dengan diharapkan klien kebutuhan
cedera tidak mengalami 4. Monitor input dan
vaskuler perdarahan, output
akibat dengan kriteria 5. Kolaborasi
insisi hasil : pemberian obat
bedah.  TTV dalam anti perdarahan
batas normal 6. Dep perdarahan
TD 120/80 dengan kassa
mmHg 7. Hentikan
 Tidak terjadi perdarahan dengan
perdarahan cutter
yang berlebih
pada saat
operasi
berlangsung
perdarahan <
500 cc
2. 16 Resiko Setelah dilakukan 1. Lakukan teknik
Oktober infeksi b.d tindakan steril pada setiap
2019 prosedur keperawatan tindakan
09.10 pembedah selama 90 menit 2. Lakukan drapping
WIB an dan jam diharapkan 3. Batasi personil
trauma klien terhindar operasi (maks 10
jaringan dari infeksi, orang)
dengan kriteria 4. Desinfeksi lokasi
hasil : operasi
 TTV dalam 5. Monitor tanda-
batas normal tanda infeksi pada
 TD : 120/80 klien
mmHg, HR : 6. Lakukan prosedure
80x/m, RR : operasi
22 x/m, suhu :
36,5 – 37,5 oC
 Tidak ada
instrument
atau kassa
yang tertinggal
di lokasi
pembedahan
 Prinsip steril
tetap terjaga

3. Implementasi Keperawatan
Tgl /
No Tindakan keperawatan Respon Ttd
jam
1. 16 1. Memonitor tanda- 1. S:-
Oktober tanda perdarahan O: Klien tidak
2019/ mengalami perdarahan,
09.10 2. Memonitor TTV darah yang keluar
WIB 150cc
3. Memonitor input dan 2. S:-
output O: TD : 110/88 mmHg
4. Memberikan obat asam Nadi : 80 x/menit
tranexamat 500mg RR : 21x/menit
5. Dep perdarahan Suhu : 36º C
dengan kassa SaO2 : 100 %
3. S:-
O: Tidak terjadi
gangguan
keseimbangan cairan
Balance cairan +350 cc
4. S:-
O: Obat masuk melalui
IV
5. S:-
O: Perdarahan dapat
diminimalisir
2. 16 1. Melakukan teknik 1, 2, 3, 4
Oktober steril pada setiap S: -
2019/ tindakan O: Teknik aseptic telah
09.10 2. Melakukan drapping dilakukan, membatasi
WIB 3. Batasi personil operasi mobilisasi keluar
(maks 10 orang) masuk ruangan saat
4. Desinfeksi lokasi operasi sedang
operasi berlangsung. Drapping
5. Memonitor tanda- telah dilakukan dengan
tanda infeksi pada menggunakan 5 duk
klien operasi, untuk :
7. Lakukan manajemen
1. Menutupi bagian
prosedure operasi
atas, secara
horizontal
2. Menutupi bagian
bawah, secara
horizontal
3. Menutupi bagian
samping secara
vertical
5.
S:-
O: Suhu 36 C
Tidak terdapat tanda-
tanda infeksi
Insisi pada payudara
kanan
6.
S:-
O: Telah dilakukan
sign in, time out, sign
out selama tindakan
operasi.
Sign out: Jumlah alat
dipakai:
Jumlah alat selesai:

4. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
16 Oktober Risiko perdarahan S:-

2019/ berhubungan dengan O:

09.45 WIB cedera vaskuler akibat  Tidak ada tanda-tanda

insisi bedah. perdarahan

 Darah keluar 150 cc

TD : 110/88 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 36º C
SpO2 : 100 %
A :Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi

23 Januari Resiko infeksi S:-

2019/ berhubungan dengan O:

09.10 WIB prosedur pembedahan  Tidak ada tanda-tanda infeksi


dan trauma jaringan  Suhu 36 C

 Jumlah alat dipakai:

Jumlah alat selesai op:

A: Masalah teratasi

P: Pertahankan intervensi
IV. POST OPERASI
Pengkajian
DS
Pasien mengatakan takut terjatuh dari tempat tidur karena tidak
mampu merasakan anggota gerak bawah.

DS
Sdr. D dipindahkan ke recovery room pada pukul 10.10 post tindakan
apendiktomi masih tampak lemah, terdapat luka post tindakan yang
dibalut dengan kassa dan hepavic
Tanda-tanda Vital :
Tekanan Darah : 110/88 mmHg
HR : 87 x/menit
RR : 21 x/menit
SaO2 : 99%
Jam Masuk Recovery Room : 10.10
Bromage Score
No. Kriteria Skala

1. Gerakan dari tungkai 0


2. Tidak mampu ekstensi tungkai 1
3. Tidak mampu flexi lutut 2
4. Tidak mampu flexi pergelangan kaki 3

SKOR 3

Jam Keluar Recovery Room : 11.00


Bromage Score
No. Kriteria Skala

1. Gerakan dari tungkai 0


2. Tidak mampu ekstensi tungkai 1
3. Tidak mampu flexi lutut 2
4. Tidak mampu flexi pergelangan kaki 3

SKOR 2
Catatan Lain Pasien tidur terlentang selama 1x24 jam
Perawatan di Ruang GB setelah 3 hari
Kesakitan diberi Ketorolac 3 x 1 (IV)
Mual Muntah diberi Ondansentron 2 x 1 (IV)
Diagnosa Keperawatan Resiko cedera : jatuh berhubungan dengan
anastesi, proses pemindahan pasien

5. Daftar Masalah
No Tgl . Data focus Diagnosa Tgl Ttd
jam keperawatan teratasi
1 16 DS : - Resiko cedera : 16
Oktober DO : jatuh Oktober
2019  Klien tampak lemah berhubungan 2019
10.40  Klien masih mengalami dengan anastesi,
WIB efek anestesi proses
pemindahan
pasien

6. Rencana Keperawatan

Tgl /
No Dx. Kep Tujuan Intervensi Ttd
jam
1. 16 Resiko Setelah dilakukan 1. Pindahkan klien
Oktober cedera : tindakan dengan aman.
2019/ jatuh keperawatan 2. Sediakan
10.40 berhubung selama 15 menit lingkungan yang
WIB an dengan diaharapkan aman untuk klien
anastesi, cedera jatuh tidak 3. Pasang side rail
proses terjadi, dengan tempat tidur.
pemindaha kriteria hasil : 4. Pasang lebel
n pasien  Klien terbebas kuning pada bed
dari cedera klien
jatuh 5. Posisikan klien
 Tidak terjadi sesuai dengan jenis
I abserasi kulit anastesi yang
m diberikan
p
lementasi KImplementasi keperawatan
Tgl /
No Tindakan keperawatan Respon Ttd
jam
1. 16 1. Memindahkan klien 1. S: -
Oktober dengan aman. O: klien berhasil
2019/ 2. Menyediakan dipindahkan ke bed
10.45 lingkungan yang aman dengan aman
WIB untuk klien 2. S:-
3. Mengatur posisi pada O: Klien berada di
klien ruang pemulihan, side
rell terpasang
3. S:-
O: Diposisikan supine

7. Catatan Perkembangan
Diagnosa
Tgl/ jam Catatan perkembangan Ttd
keperawatan
16 Oktober Resiko cedera : jatuh S:
2019/ 11.10 berhubungan dengan Pasien mengatakan sudah tidak
WIB anastesi, proses lagi merasa pusing atau
pemindahan pasien mengantuk.
O:
 Klien di pindahkan dengan
aman, side rile terpasang
 Skor bromage :1
A
Masalah teratasi
P:
 TD: 110/88 mmHg
 Suhu : 36 oC, SpO2 = 100%
 RR: 20 kali/menit, HR: 80
x/menit
 Posisi tidur terlentang
 Advis dokter anastesi:
Program cairan RL 20 tpm
Injeksi ketorolac 3x1 ampul
per IV
Jika mual beri ondansentron
1 ampul IV
BAB III
PEMBAHASAN

1. Analisa Kasus
Klien Sdr. D dengan keluhan abdominal pain (nyeri perut bagian bawah
kanan), melakukan operasi apendiktomi. Klien cemas karena ini pengalaman
pertama klien, klien mengatakan masih kurang mengerti gambaran proses
operasi, klien takut apabila saat operasi terjadi hal yang tidak diinginkan.
Berdasar pengkajian, ditemukan diagnosa keperawatan sebagi berikut:
PRE OPERASI
Ansietas (Cemas) berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan saat ini
(tindakan operasi)
INTRA OPERASI
Risiko perdarahan berhubungan dengan cedera vaskuler akibat insisi bedah.
Resiko infeksi b.d prosedur pembedahan dan trauma jaringan
POST OPERASI
Resiko cedera : jatuh berhubungan dengan anastesi, proses pemindahan pasien

2. Analisa Intervensi Keperawatan


PRA OPERASI
Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana perawatan.
Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan bedah, risiko pembedahan, dan komplikasi pascaoperatif dapat
diminimalkan. Misalnya, riset keperawatan menunjukkan bahwa penyuluhan
praoperatif yang diberikan secara terstruktur dapat mempersingkat waktu rawat
pasien di rumah sakit (Dalayon(1994) dalam Potter (2006)).
Rasa takut pasien yang telah diinformasikan tentang pembedahan akan
menurun dan pasien akan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam tahap
pemulihan pascaoperatif sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai (Potter,
2006). Keluarga juga merupakan elemen penting dalam memahami hasil akhir
yang telah ditetapkan untuk mencapai pemulihan. Pada setiap diagnosis,
perawat menetapkan tujuan perawatan dan hasil akhir yang harus dicapai untuk
memastikan pemulihan atau mempertahankan status praoperatif pasien.
Dengan menjelaskan prosdur pembedahan diharapkan pasien yang
teradapatasi dengan prosedur pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa
lebih nyaman. Kemudian dengan memberikan dukungan emosional pra bedah
diharapkan hubungan emosional yang baik antara perawat dan pasien akan
mememgaruhi peneriamaan pasien terhadap pembedahan. Aktif mendengar
semua kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah bagain penting dari
evaluasi praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau kejadian pascaoperatif yang
diharapkan akan menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap
anestesi. Orientasi dapat menurunkan kecemasan

Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah suatu peristiwa hidup


yang bermakna. Kemampuan perawat dan dokter untuk memandang
pasien dan keluarganya sebagai manusia yang layak untuk didengarkan dan
diminta pendapat ikut menentukan hasil pembedahan. Egbert et al. (1963)
dalam Gruendemann (2006) memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang
dikunjungi dan diminta pendapat sebelum operasi akan berkurang saat tiba di
kamar operasi dibandingkan mereka yang hanya sekedar diberi premedikasi
dengan fenobarbital. Kelompok yang mendapat premedikasi melaporkan rasa
mengantuk, tetapi tetap cemas.

INTRA OPERASI
Pasien yang sudah mendapat prosedur anestesi akan memasuki fase
intrabedah. Fokus tujuan pada fase ini adalah optimalisasi hasil pembedahan
dan penurunan risiko cedera. Ruang lingkup keperawatan intrabedah yang
dilaksanakan perawat perioperatif meliputi manajemen pengaturan posisi,
optimalisasi peran asisten pertama beah (pada beberapa kondisi di rumah sakit
di Indonesia memberlakukan perawat sebagai asisten pertama/ first assistance),
optimalisasi peran perawat instrumen, dan optimalisasi peran perawat sirkulasi.
Perawat instrumen mempunyai peran agar proses pembedahan dapat
dilakukan secara efektif dan efesien (lihat modalitas peran perawat instrumen
pada bab sebelumnya). Pada pelaksanaannya, perawat instrumen harus
memiliki keterampilan psikomotor, keterampilan manual, dan keterampilan
interpersonal yang kuat, yang diperlukan untuk mengikuti setiap jensi
pembedahan yang berbeda-beda dan mengadaptasikan antara keterampilan
yang dimiliki dengan keinginan dari operator bedah pada setiap tindakan yang
dilakukan dokter bedah dan asisten bedah. Tanggung jawab yang penting dari
perawat instrumen adalah menjaga kesterilan lingkungan bedah agar tidak
meningkatkan risiko infeksi intraoperatif. Perawat sirkulasi merupakan
penghubung antara zona steril dengan zona di luarnya. Peran lainnya adalah
menurunkan risiko cedera intraoperatif dimulai dari pengaturan posisi bedah
sampai selesai pembedahan.
Dengan melaksanakan proseduroperasi dengan benar mulai dari sign in-
time out- sign out dapat mengurangi risiko cedera intra operatif. Dengan
melaksankan manajemen aseptik diharapkan mapu menurunkan kejadian
infeksi.
POST OPERASI
Dengan melakukan pemindahan pasien dengan amn yaitu perawat
memindahkan pasien ke dengan menggunakan brankar dengan pagar
terpasang, pasien biasanya sadar namun masih lemah diharapkan mampu
mencegah terjadinya cidera.
DAFTAR PUSTAKA

Bullechek, Gloria M,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). St.


Loui: Mosby.

Moorhead S,Jhonson M,dkk. 2013. Nursing Outcames Classification (NOC).


St. Loui: Mosby.

NANDA. (2015). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017.


Jakarta: EGC
Hasil Laboratorium

Nama : Sdr. D
RM : 10.61.23
Tgl pemeriksaan : 15 Oktober 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan

Hematologi

Darah rutin

Hemoglobin 17.0 g/dL 12.0-16.0 H

Leukosit 14.87 ribu/mm3 4.0-10.0 H

Hematokrit 48.3 % 40-54

Eritrosit 5.61 Juta/mm3 4.0-5.5 H

Trhombosit 213 Ribu/mm3 100-400

Indeks Eritrosit

MCV 86.1 fL 80-100

MCH 30.4 pg 27-34

MCHC 35.3 mmol/lt 32-36

Gol darah ABO-


RH O
Golongan darah Positif
Rhesus

Kimia 4.9 g/dL 3.5-5-2


Albumin

Fungsi Ginjal 20 mg/dL 17-43


Ureum darah 0.77 mg/dL 07-1.2
Creatinin darah

Anda mungkin juga menyukai