Anda di halaman 1dari 28

KONSEP MEDIS

A. Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan dialami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun
mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang
pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan
normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di
wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan
tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka
harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial,
serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai. Semua hal tersebut menuntut
kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak
(Soejono, 2000). Penuaan merupakan proses normal perubahan yang
berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan berlanjut sepanjang
hidup. Usia tua adalah fase akhir dari rentang kehidupan.
Pengertian lansia (Lanjut Usia) adalah fase menurunnya kemampuan akal dan
fisik, yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup berubah,
seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki selanjutnya, yaitu
usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal, siapa orangnya, tentu
telah siap menerima keadaan baru dalam setiap fase hidupnya dan mencoba
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkunganya (Darmojo, 2004).
Pengertian lansia (lanjut usia) menurut UU No. 4 Tahun 1965 adalah seseorang
yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi,
2000) sedangkan menurut UU No. 12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia
(lanjut usia) adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos,
1999). Usia lanjut adalah sesuatu yang harus diterima sebagai suatu kenyataan
dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian (Hutapea, 2005).
Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pengertian lansia
digolongkan menjadi 4, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4. Lansia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Lansia (lanjut usia) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994).
Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan
kronologis. Menurut Supardjo (1982) usia kronologis merupakan usia seseorang
ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan
lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan
usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir
selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan.
B. Ciri-ciri Lansia
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut
usia,yaitu:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia.
Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang
rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu
akan lama terjadi.
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari
sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan
diperkuat oleh pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-
pendapat klise itu seperti: lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya
dari pada mendengarkan pendapat orang lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami
kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya
dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari
lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih
memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk
itu membuat penyesuaian diri lansia menjadi buruk.
C. Teori Proses Menua
Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Teori Biologis
Teori genetic clock. Teori ini merupakan teori intrinsic yang menjelaskan
bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan
proses penuaan. Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetic untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya memiliki suatu
jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies mempunyai batas usia yang
berbeda-beda yang telah diputar menurut replikasi tertentu sehingga bila jenis ini
berhenti berputar, ia akan mati.
D. Perubahan Biologis Pada Lansia
Banyak kemampuan berkurang pada saat orang bertambah tua. Dari ujung
rambut sampai ujung kaki mengalami perubahan dengan makin bertambahnya
umur. Menurut Nugroho (2000) perubahan fisik yang terjadi pada lansia adalah
sebagai berikut:
a. Sel
1. Jumlah sel menurun/menjadi sedikit.
2. Ukuran sel lebih besar.
3. Berkurangnya cairan tubuh dan cairan intra seluler.
4. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati.
5. Jumlah sel otak menurun.
b. Sistem Respirasi
1. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan
kekuatan, dan menjadi kaku.
2. Aktivitas silia menurun.
3. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas
lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman
bernafas menurun.
4. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah
berkurang.
5. Berkurangnya elastisitas bronkus.
c. Sistem Kardiovaskuler
1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
2. Elastisitas dinding aorta menurun
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
(frekuensi denyut jantung maksimal= 200-umur)
4. Curah jantung menurun.
5. Kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi
dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah
menurun menjadi 65mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).
d. Sistem Persarafan
1. Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun.
2. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya).
3. Mengecilnya saraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya
respon penglihatan dan pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan
perasa, lebih sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin
rendah.
4. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
5. Defisit memori.
e. Sistem Pencernaan
1. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi
setelah umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi
yang buruk.
2. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi
indra pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah,
terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap
terhadap rasa asin, asam, dan pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung
menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Sistem Genitourinaria
1. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di gromerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai
50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya, kemampuan
mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elektrolit
dan asam lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda.
Renal plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau
klirens kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun. Jumlah darah
yang difiltrasi oleh ginjal berkurang.
2. Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria
lanjut usia, vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan
retensi urine meningkat.
3. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65
tahun.
g. Sistem Muskuloskeletal
1. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
2. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
3. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata,
pergelangan, dan paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada
area tulang tersebut.
4. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan
aus.
5. Kifosis.
h. Sistem Penglihatan
1. Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang.
2. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas
menyebabkan gangguan penglihatan.
4. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap.
5. Penurunan/hilangnya daya akomodasi, dengan manifestasi presbiopia,
seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas
lensa.
i. Sistem Pendengaran
1. Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65
tahun.
2. Membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.
3. Terjadi pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
j. Sistem pengaturan suhu tubuh
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
thermostat yaitu menetapkan suatu suhu tertentu. Kemunduran terjadi karena
beberapa faktor yang mempengaruhinya yang sering ditemukan antara lain:
1. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis ±350C ini
akibat metabolisme yang menurun.
2. Pada kondisi ini, lanjut usia akan merasa kedinginan dan dapat pula
menggigil, pucat, dan gelisah.
3. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.
k. Sistem Reproduksi
Wanita
1. Vagina mengalami kontraktur dan mengecil.
2. Ovarium menciut, uterus mengalami atrofi.
3. Atrofi payudara.
4. Atrofi vulva.
5. Selaput lender vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi
berkurang, sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan warna.
Pria
1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun ada penurunan
secara berangsur-angsur.
2. Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun, asal kondisi
kesehatannya baik.
l. Sistem Endokrin
kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolisme organ
tubuh. Yang termasuk hormon kelamin adalah:
 Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat reproduksi
dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
 Kelenjar pankreas (yang memproduksi insulin dan sangat penting dalam
pengaturan gula darah).
m. Sistem Integumen
1. Kulit menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak.
2. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
3. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak berbintik-bintik atau noda cokelat.
4. Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus di
ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
5. Respons terhadap trauma menurun.
2.5 Penyakit-Penyakit Pada Lansia
1. Sistem Pernapasan
a. Emfisema
Emfisema dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan struktur paru-paru dalam
bentuk pelebaran saluran napas di ujung akhir bronkus disertai dengan kerusakan
dinding alveolus. Penyakit ini termasuk dalam penyakit paru obstruktif kronik
yang menimbulkan kesulitan pengeluaran udara pernapasan. Penyakit ini bersifat
progresif dan biasanya diawali dengan sesak napas. Gejala emfisema dapat berupa
batuk yang disertai dahak berwarna putih atau mukoid, dan jika terdapat infeksi,
sputum tersebut menjadi purulen. Badan terlihat lelah, nafsu makan berkurang,
dan berat badan pasien menurun.
b. Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan yang menyebabkan
hiperresponsivitas jalan napas. Penyakit asma ditandai dengan 3 hal, antara lain
penyempitan saluran napas, pembengkakan, dan sekresi lendir yang berlebih di
saluran napas. Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan
suara napas yang berbunyi wheezing, yang biasanya timbul secara episodic pada
pagi hari menjelang waktu subuh karena pengaruh keseimbangan hormone
kortisol yang kadarnya rendah saat pagi hari dan berbagai faktor lainnya.
c. Pneumonia
Pneumonia merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting pada lansia.
Penyakit ini menduduki peringkat keempat penyebab kematian dan infeksi paru
dan sering merupakan penyakit terminal yang dialami lansia. Pneumonia pada
lansia dapat bersifat akut atau kronis. Gejala pneumonia bermacam-macam
bergantung pada kondisi tubuh dan jenis kuman penyebab infeksi. Beberapa tanda
dan gejala pneumonia meliputi demam, batuk, napas pendek, berkeringat,
menggigil, dada terasa berat dan nyeri saat bernapas (pleuritis), nyeri kepala,
nyeri otot dan lesu. Pada lansia, gejala dan tanda-tanda ini lebih ringan, bahkan
suhu tubuh dapat lebih rendah dari nilai normal.
d. Bronkitis
Bronkitis merupakan peradangan membran mukosa yang melapisi bronkus
dan/atau bronkiolus, yaitu jalan napas dari trakea ke paru-paru. Bronkitis dapat
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronis. Bronkitis akut ditandai dengan
batuk dengan atau tanpa sputum, terdiri atas mucus yang diproduksi di saluran
napas. Sedangkan bronkitis kronis merupakan satu dari penyakit paru obstruktif
kronis dengan batuk produktif yang berlangsung sampai 3 bulan atau lebih setiap
tahunnya selama 2 tahun.
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan
darah baik secara lambat atau mendadak (akut). Hipertensi menetap (tekanan
darah yang tinggi yang tidak menurun) merupakan faktor risiko terjadinya stroke,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan aneurisma. Meskipun
peningkatan tekanan darah relative kecil, hal tersebut dapat menurunkan angka
harapan hidup. Biasanya penyakit ini tidak memperlihatkan gejala, meskipun
beberapa pasien melaporkan nyeri kepala, lesu, pusing, pandangan kabur, muka
yang terasa panas atau telinga mendenging.
b. Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Serangan jantung biasanya terjadi jika bekuan darah menutup aliran darah di
arteri coronaria, yaitu pembuluh darah yang menyalurkan makanan ke otot
jantung. Penghentian suplai darah ke jantung akan merusak atau mematikan
sebagian jaringan otot jantung. Gejala yang sering muncul pada serangan jantung
dapat berupa rasa tertekan, rasa penuh atau nyeri yang menusuk di dada dan
berlangsung selama beberapa menit. Nyeri tersebut juga dapat menjalar dari dada
ke bahu, lengan, punggung dan bahkan dapat juga ke gigi dan rahang. Episode ini
dapat semakin sering dan semakin lama. Kadang-kadang, gejala yang timbul
berupa sesak napas, berkeringat (dingin), rasa cemas, pusing, atau mual sampai
muntah. Pada perempuan, gejala-gejala tersebut dirasa kurang menonjol. Namun,
gejala tambahan dapat timbul, berupa nyeri perut seperti terbakar, kulit dingin,
pusing, rasa ringan di kepala, dan terkadang disertai rasa lesu yang luar biasa
tanpa sebab yang jelas.
c. Gagal Jantung
Gagal jantung sering terjadi pada umur 65 tahun atau lebih, dan insiden
meningkat pada lansia yang berumur lebih dari 70 tahun. Keadaan ini merupakan
ketidakmampuan jantung memompa darah sesuai kebutuhan fisiologis. Angka
rawat inap gagal jantung pada pasien lansia semakin bertambah dalam 20 tahun
terakhir. Gagal jantung pada usia tua biasanya disebabkan hipertensi arterial yang
memengaruhi pemompaan darah yang akhirnya menyebabkan gagal jantung atau
terjadi akibat PJK. Hipertensi dan PJK juga mengganggu curah jantung. Kelainan
katup menyebabkan gangguan ejeksi, pengisisan dan preload kronis yang diakhiri
dengan gagal jantung.
3. Sistem Persarafan
a. Penyakit Alzheimer
Penyakit ini merupakan bagian dari demensia. 50-60% demensia ditimbulkan
penyakit Alzheimer. Istilah demensia digunakan untuk menggambarkan sindrom
klinis dengan gejala penurunan daya ingat dan kemunduran fungsi intelektual
lainnya. Pasien mengalami kemunduran fungsi intelektual yang bersifat menetap,
yakni adanya gangguan pada sedikitnya 3 dari 5 komponen fungsi neurologis,
yang mencakup fungsi berbahasa, mengingat, melihat, emosi, dan memahami.
b. Stroke
Stroke terjadi bila aliran darah ke otak mendadak terganggu atau jika pembuluh
darah di otak pecah sehingga darah mengalir keluar ke jaringan otak disekitarnya.
Sel-sel otak akan mati jika tidak mendapatkan oksigen dan makanan atau akan
mati akibat perdarahan yang menekan jaringan otak sekitar. Stroke dapat dibagi
atas 2 kategori besar, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Yang pertama
terjadi akibat penyumbatan aliran darah sedangkan yang kedua karena pecahnya
pembuluh darah. Delapan puluh persen kasus stroke disebabkan oleh iskemia dan
sisanya akibat perdarahan.
c. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson merupakan suatu penyakit saraf dengan gejala utama berupa
tremor, kekakuan otot, dan postur tubuh yang tidak stabil. Penyakit ini terjadi
akibat sel saraf (neuron) yang mengatur gerakan mengalami kematian. Ciri
penyakit Parkinson merupakan kelompok gejala yang tergabung dalam kelainan
gerakan. Empat gejala utama Parkinson adalah tremor atau gemetar di tangan,
lengan, rahang, atau kepala; kekakuan di otot atau ekstremitas; bradikinesia, atau
perlambatan gerakan; postur tubuh yang tidak stabil atau gangguan
keseimbangan. Gejala biasanya timbul secara perlahan dan semakin lama semakin
parah. Pada taraf gejala maksimal, pasien tidak dapat berjalan, berbicara, atau
bahkan melakukan suatu pekerjaan yang sederhana. Penyakit ini bersifat
menahun, progresif, tidak menular, dan tidak diturunkan.
4. Sistem Pencernaan
a. Inkontinensia Alvi
Keadaan ketika seseorang kehilangan kontrolnya dalam mengeluarkan tinja, yaitu
pasien mengeluarkan tinja tidak pada waktunya, tidak dapat menahannya atau
terjadi kebocoran produk ekskresi tersebut. Mereka dengan keluhan ini dalam
pergaulan merasa tersisihkan dan rendah diri yang akhirnya dapat menimbulkan
gangguan jiwa.
b. Diare
Keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan frekuensi BAB lebih dari 3
kali dalam sehari dengan konsistensi feses yang cair, terkadang terdapat ampas
dan lendir. Hal ini terjadi karena fungsi fisiologis sistem pencernaan lansia yang
sudah mulai menurun dan juga disebabkan oleh bakteri dan faktor psikologis.
5. Sistem Perkemihan
a. Gagal Ginjal Akut
Terjadi penurunan mendadak fungsi ginjal dalam membuang cairan dan ampas
darah ke luar tubuh. Jika ginjal tidak mampu menyaring darah, cairan dan ampas
tersebut akan menumpuk dalam tubuh. Keadaan ini dapat pulih kembali dan jika
kondisi pasien cukup baik fungsi ginjal dapat kembali normal dalam beberapa
minggu, misalnya akibat penyakit kronis seperti PJK, stroke, infeksi berat
ataupun penyakit penyerta lainnya. Tanda dan gejalanya dapat berupa penurunan
jumlah pengeluaran urine meskipun sesekali pengeluaran masih dapat terjadi,
retensi air yang dapat menimbulkan edema tungkai, mengantuk, sesak napas, lesu,
bingung, kejang atau koma pada kasus berat, dan nyeri dada akibat perikarditis.
Biasanya pasien tidak memperhatikan tanda/gejala awal ini tetapi lebih terfokus
pada keluhan penyakit penyerta.
b. Gagal Ginjal Kronis
Terjadi penurunan fungsi ginjal yang lambat dengan tanda/gejala yang minimal.
Banyak pasien yang tidak menyadari timbulnya keadaan tersebut sampai fungsi
ginjal hanya tinggal 25%. Penyebabnya adalah diabetes dan hipertensi. Beberapa
tanda dan gejala yang mungkin dapat diketahui adalah hipertensi, penurunan berat
badan tanpa sebab yang jelas, anemia, mual dan muntah, lesu dan gelisah,
kelelahan, nyeri kepala tanpa sebab yang jelas, penurunan daya ingat, kedutan dan
kram otot, BAB berdarah, kulit kekuningan, dan rasa gatal.
c. BPH (Benign Prostat Hiperplasia/Hipertropi)
BPH adalah pembesaran jinak kelenjar prostat, disebabkan oleh karena
hiperplasia beberapa atau semua komponen prostat, meliputi antara lain: jaringan
kelenjar dan jaringan fibromuskular yang menyebabkan penyumbatan uretra pars
prostatika. Gejala klinik terjadi oleh karena 2 hal, yaitu penyempitan uretra yang
menyebabkan kesulitan berkemih dan Retensi air kemih dalam kandung kemih
yang menyebabkan dilatasi kandung kemih, hipertrofi kandung kemih dan
cystitis. Gejala klinik dapat berupa frekuensi berkemih bertambah, berkemih pada
malam hari, kesulitan dalam hal memulai dan menghentikan berkemih, air kemih
masih tetap menetes setelah selesai berkemih, rasa nyeri pada waktu berkemih.
d. Inkontinensia Urine
Terjadinya pengeluaran urine secara spontan pada sembarang waktu di luar
kehendak. Keadaan ini umum dijumpai pada lansia. Dari segi medis,
inkontinensia mempermudah timbulnya ulkus dekubitus, infeksi saluran kemih,
sepsis, gagal ginjal, dan peningkatan angka kematian.
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Osteoartritis
Pada penyakit ini, rasa kaku biasanya timbul pada pagi hari setelah tidur, dan
sendi terasa nyeri jika digerakkan, tetapi dapat menghilang beberapa saat setelah
digerak-gerakan. Rasa nyeri dan kaku dapat timbul secara bergantian selama
beberapa bulan atau tahun. Peradangan ini paling bersifat asimetris. Osteoartritis
terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi
karena penggunaan sendi yang berulang-ulang. Tulang yang berdekatan akan
saling bergeser sehingga menimbulkan rasa nyeri. Penyakit ini biasanya mengenai
daerah lutut dan punggung.
b. Artritis rheumatoid (arthritis simetris)
Pada penyakit ini, kaku pada pagi hari tidak mereda setelah 1 atau 2 jam. Kadang-
kadang kaku merupakan tanda awal penyakit ini. Peradangan sendi lain dapat
berupa nyeri dan keletihan yang semakin berat. Pembengkakan sendi pada
beberapa bagian tubuh seperti tangan, kaki, siku, pergelangan kanan-kiri yang
terpapar secara simetris juga dimasukkan dalam criteria arthritis rheumatoid.
c. Ankylosing spondylitis
Penyakit ini paling sering mengenai tulang belakang atau bagian lain, seperti
bahu, tangan, dan kaki, biasanya secara asimetris.
d. Psoriatic arthritis
Hingga 30% pengidap psoriasis juga akan mengalami psoriatic arthritis. Kelainan
ini biasanya bersifat asimetris, tetapi juga dapat timbul secara simetris,
menyerupai arthritis rheumatoid.
e. Pirai (gout)
Jenis arthritis ini menimbulkan nyeri yang cukup hebat dengan terjadinya
penumpukan asam urat di sendi-sendi. Keadaan ini biasanya pertama kali
mengenai ibu jari kaki sampai berwarna kemerahan dan bengkak, tetapi juga
dapat mengenai sendi lainnya. Rasa nyeri tersebut dapat cepat berkembang.
f. Artritis pada lupus
Artritis dapat terjadi pada lupus eritematosus, yaitu penyakit peradangan kronis
jaringan ikat yang terjadi karena sistem imunitas tubuh menyerang jaringan atau
organ pasien sendiri. Inflamasi terlihat pada berbagai sistem tubuh yang berbeda,
mencakup sendi, kulit, ginjal, sel darah, jantung, dan paru.
g. Peradangan sendi
Keparahan penyakit ini dinilai berdasarkan derajat ketidakmampuan pergerakan
yang ditimbulkannya. Bagi seseorang dengan fisik yang aktif, gangguan arthritis
ringan sudah dianggap sebagai suatu bencana.
h. Osteoporosis
Keadaan ini merupakan kondisi tulang yang keropos, rapuh, atau mudah patah.
Penyebabnya adalah perubahan kadar hormon, kekurangan kalsium dan vitamin
D, dan/atau kurangnya aktivitas fisik. Osteoporosis merupakan penyebab utama
fraktur orang dewasa terutama pada kaum perempuan.
7. Sistem Penglihatan
a. Katarak
Katarak merupakan suatu keadaan dimana terjadi kekeruhan pada lensa mata.
Katarak yang tidak mendapatkan penanganan dapat menyebabkan glaucoma
fakomorfik. Lensa mata yang menua pada katarak dengan zonula siliaris yang
lemah dapat tergeser ke depan atau ke belakang sehingga persepsi cahaya yang
memasuki mata menjadi terganggu dan mengaburkan penglihatan seseorang.
Katarak pada lansia ditandai dengan kekeruhan lensa mata, pembengkakan lensa
yang berakhir dengan pengerutan dan kehilangan sifat transparansinya. Pada
keadaan lain katarak akibat usia lanjut ini, kapsul lensa akan mencair membentuk
cairan kental putih yang menimbulkan peradangan hebat jika kapsul lensa
mengalami rupture dan cairan tersebut keluar, yang disebut katarak Morgagni.
8. Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis
Presbiakusis merupakan istilah kedokteran untuk gangguan pendengaran pada
lansia. Keadaan ini biasanya terjadi pada usia 55 tahun atau lebih. Penyebab
gangguan pendengaran lainnya pada orang berusia tua antara lain karena infeksi
atau kerusakan di telinga dalam. Kemunduran pendengaran ini muncul bertahap
dalam beberapa tahun, yang mungkin tidak disadari pada awalnya. Gangguan
tersebut baru diketahui ketika pasien mengalami kesulitan mendengar suara orang
menelepon atau mengikuti pembicaraan pada kumpulan orang ramai. Teman atau
anggota family dapat terkejut karena pasien menyetel televisi terlalu keras atau
meminta pengulangan pertanyaan berkali-kali. Gangguan pendengaran ini dapat
menimbulkan keterasingan dan ketidakmampuan mendengar tanda bahaya.
9. Sistem Endokrin
a. Diabetes
Seseorang disebut mengidap diabetes jika terdapat kenaikan kadar gula darah
yang menetap. Penyakit ini terjadi pada segala umur, walaupun umumnya lebih
sering dijumpai pada lansia sebagai suatu penyakit kronis, yaitu sekitar 18% pada
kelompok individu berumur 65 tahun dan 25% di atas 85 tahun. Umumnya
terdapat 5 tanda gejala awal, yaitu peningkatan frekuensi berkemih, rasa haus,
bertambahnya nafsu makan, infeksi atau luka yang sukar sembuh, dan lesu.
Kadang-kadang gejala terawal berupa penglihatan yang kabur.
10. Sistem Reproduksi
a. Disfungsi Ereksi
Disfungsi ereksi berarti kegagalan terjadinya dan ketidakmampuan
mempertahankan ereksi pada 50% usaha penetrasi pada persetubuhan. Disfungsi
ereksi dapat terjadi dari waktu ke waktu pada berbagai tingkat umur setelah
dewasa. Walaupun insiden disfungsi ereksi meningkat seiring pertambahan usia,
prevalensinya mencapai sekitar 52% pada umur antara 40-70 tahun dan
meningkat pada orang yang lebih tua, yaitu hampir mencapai 95% pada pria
berumur >70 tahun, terutama dengan penyakit penyerta seperti diabetes.
Disfungsi ereksi dapat timbul akibat gangguan vascular, neurogenik, endokrin,
kelainan struktur penis, efek samping obat, dan stress psikologis.
Asuhan Keperawatan Lansia dengan Gangguan Biologis
A. Pengkajian Data :
Proses pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah keperawatan meliputi
aspek :
1. DATA UMUM
Terdiri dari nama kepala keluarga dalam KK, usia, pendidikan, pekerjaan,
alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa, agama,
aktifitas rekreasi keluarga, status sosial ekonomi keluarga.
2. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA :
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
3. Riwayat keluarga inti
4. Riwayat keluarga sebelumnya
3. DATA LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah
2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3. Mobilitas geografis keluarga
4. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
5. Sistem pendukung keluarga
4. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
2. Struktur kekuatan keluarga
3. Struktur peran
4. Nilai dan norma dan budaya keluarga
5. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif
2. Fungsi sosial
3. Fungsi perawatan kesehatan
4. Fungsi reproduksi
5. Fungsi ekonomi
6. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Stressor jangka pendek
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
3. Strategi koping yang digunakan
7. HARAPAN KELUARGA

 ASPEK PENGKAJIAN
1) Fisik
 Wawancara
1. Pandangan lansia tentang kesehatnannya
2. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia
3. Kegiatan lansia merawat diri sendiri
4. Kekuatan fisik lansia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran
5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil
6. Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam lansia
7. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
8. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat
9. Masalah-masalah seksual yang dirasakan
2) Psikologis
1. Apakah mengenal masalah-masalah utamanya.
2. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
3. Apakah dirinya merasa dibutuhkan atau tidak
4. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
5. Bagaimana mangatasi stres yang dialami
6. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
7. Apakah lansia sering mengalami kegagalan
8. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang
9. Perlu dikaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses piki, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaian masalah.
3) Sosial ekonomi
1. Darimana sumber keuangan lansia
2. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
3. Dengan siapa dia tinggal
4. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5. Bagaimana pandangan lansia thd lingkungannya
6. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
7. Siapa saja yang biasa mengunjungi
8. Seberapa besar ketergantungannya
9. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada
4) Spiritual
1. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya
2. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
3. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa
4. Apakah lansia terlihat sabar dan tawakal

 Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan dilakukan dengan cara ispeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dengan pendekatan head to toe dan per sistem
B1 (Respiration) : Sistem Respirasi
1. Otot pernafasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan, dan
menjadi kaku.
2. Aktivitas silia menurun.
3. Paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih
berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun dengan kedalaman bernafas
menurun.
4. Ukuran alveoli melebar (membesar secara progresif) dan jumlah berkurang.
5. Berkurangnya elastisitas bronkus.
6. Oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
7. Karbondioksida pada arteri tidak berganti. Pertukaran gas terganggu.
8. Refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang.
9. Sensitivitas terhadap hipoksia dan hiperkarbia menurun.
10. Sering terjadi emfisema senilis.
11. Kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot pernafasan menurun
seiring pertambahan usia.

B2 ( Bledding) : Sistem Kardiovaskuler


1. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
2. Elastisitas dinding aorta menurun
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan kontraksi dan volume menurun
4. Curah jantung menurun.
5. Kehilangan sensitivitas dan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk
(duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65mmHg
(mengakibatkan pusing mendadak).
6. Kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan.
7. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistol normal ±170 mmHg, diastol normal ± 95 mmHg.

B3 ( Brain) : Sistem Persarafan


1. Respon menjadi lambat dan hubungan antara persyarafan menurun.
2. Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak setiap orang berkurang setiap
harinya).
3. Mengecilnya saraf panca indra sehingga mengakibatkan berkurangnya respon
penglihatan dan pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa, lebih
sensitif terhadap suhu, ketahanan tubuh terhadap dingin rendah.
4. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
5. Defisit memori.

B4 ( Bladder ) : Sistem Genitourinaria


1. Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, melalui
urine darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan (unit) terkecil dari ginjal
yang disebut nefron (tepatnya di gromerulus). Mengecilnya nefron akibat atrofi,
aliran darah ke ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang.
Akibatnya, kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine
menurun, proteinuria (biasanya +1), BUN (blood urea nitrogen) meningkat
sampai 21 mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan
elektrolit dan asam lebih mudah terganggu bila dibandingkan dengan usia muda.
Renal plasma flow (RPF) dan glomerular filtration rate (GFR) atau klirens
kreatinin menurun secara linier sejak usia 30 tahun. Jumlah darah yang difiltrasi
oleh ginjal berkurang.
2. Vesika urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml
atau menyebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Pada pria lanjut usia,
vesika urinaria sulit dikosongkan sehingga mengakibatkan retensi urine
meningkat.
3. Pembesaran prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria usia di atas 65 tahun.

B5 ( Bowel ) : Sistem Pencernaan


1. Kehilangan gigi, penyebab utama periodontal disease yang biasa terjadi setelah
umur 30 tahun. Penyebab lain meliputi kesehatan gigi dan gizi yang buruk.
2. Indra pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra
pengecap (±80%), hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa
manis dan asin, hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam,
dan pahit.
3. Esofagus melebar.
4. Rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam lambung menurun,
motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun.
5. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
6. Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu, terutama karbohidrat).
7. Hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun, aliran darah
berkurang.

B6 ( Bone ) : Tulang , Otot , dan Integumen


a. Sistem Muskuloskeletal
1. Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh.
2. Gangguan tulang, yakni mudah mengalami demineralisasi.
3. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebrata, pergelangan, dan
paha. Insiden osteoporosis dan fraktur meningkat pada area tulang tersebut.
4. Kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus.
5. Kifosis.
6. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
7. Gangguan gaya berjalan.
8. Kekakuan jaringan penghubung.
9. Diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya berkurang).
10. Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
11. Atrofi serabut otot, serabut otot mengecil sehingga gerakan menjadi lamban,
otot kram, dan menjadi tremor (perubahan pada otot cukup rumit dan sulit
dipahami).
12. Komposisi otot berubah sepanjang waktu (myofibril digantikan oleh lemak,
kolagen, dan jaringan parut).
13. Aliran darah ke otot berkurang sejalan dengan proses menua.
15. Otot polos tidak begitu berpengaruh.
b. Sistem Integumen
1. Kulit menjadi keriput dan mengkerut akibat kehilangan jaringan lemak.
2. Permukaan kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan
proses keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis).
3. Timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak berbintik-bintik atau noda cokelat.
4. Terjadi perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerut halus di
ujung mata akibat lapisan kulit menipis.
5. Respons terhadap trauma menurun.
6. Mekanisme proteksi kulit menurun: produksi serum menurun, produksi
vitamin D menurun, pigmentasi kulit terganggu.
7. Kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu.
8. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
9. Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi.
10. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
11. Kuku jari menjadi keras dan rapuh.
12. Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya.
13. Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.
14. Jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

B. Diagnosa keperawatan aspek fisik atau biologis


Berikut ini adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul dalam
penatalaksanaan untuk menanggulangi gangguan biologis pada lansia:
1. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak mampu
dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karna faktor
biologis.
2. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuscular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
3. Kelemahan mobilitas fisik b/d kerusakan musculoskeletal dan
neuromuscular

C. intervensi
1) Ketidak seimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak
mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karna
faktor biologis.
NOC 1 : Status nutrisi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama ..X24 jam diharapkan pasien
dapat :
1. Asupan nutrisi tidak bermasalah.
2. Asupan makanan dan cairan tidak bermasalah.
3. Energy tidak bermasalah.
4. Berat badan ideal.
NIC 1 : Manajemen ketidakteraturan makan (eating disorder manajement )
1. Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.
Rasional/ mengidentifikasi nutrisi yang diberikan dan juga untuk intervensi
selanjutnya.
2. Observasi dan catat masukan makanan klien.
Rasional/ mengawasi masukan kalori.
3. Ajarkan dan kuatkan konsep nutrisi yang baik pada pasien.
Rasional/ agar pasien mengetahui bagaimana konsep nutrisi yang baik.
4. Dorong pasien untuk memonitor diri sendiri terhadap asupan makanan dan
kenaikan atau pemeliharaan berat badan.
Rasional/ nutrisi pasien dapat terpenuhi.
5. Berikan makan sedikit tapi sering.
Rasional/ meningkatkan pemasukan kalori secara total.
6. Diskusikan dengan ahli gizi untuk menentukan asupan kalori setiap hari.
Rasional/ supaya mencapai dan atau mempertahankan berat badan sesuai target.
7.Berikan pujian atas peningkatan berat badan dan tingkah laku yang mendukung
peningkatan berat badan.
Rasional/ agar pasien senang dan bersemangat untuk berusaha meningkatkan
berat badannya.

2) Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan


neuromuscular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
NOC : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
pasien mampu:
1. Kontinensia urin
2. Merespon dengan cepat keinginan buang air kecil (BAK).
3. Mampu mencapai toilet dan mengeluarkan urin secara tepat waktu.
4. Mengkosongkan bladde dengan lengkap.
5. Mampu memprediksi pengeluaran urin.
NIC : perawatan inkontinensia urin
1. Monitor eliminasi urin
R/ untuk mengetahui jumlah urin yang keluar.
2. Bantu klien mengembangkan sensasi keinginan BAK.
R/ dengan membantu klien, diharapkan klien akan mampu memprediksi
pengeluaran urinnya.
3. Modifikasi baju dan lingkungan untuk memudahkan klien ke toilet.
R/ membantu klien untuk mencapai toilet dan mengeluarkan urin tepat waktu.
4. Instruksikan pasien untuk mengkonsumsi air minum sebanyak 1500 cc/hari.
R/ minum air yang cukup dapat mengganti cairan yang hilang.

3) Kelemahan mobilitas fisik b/d kerusakan musculoskeletal dan


neuromuscular
Yang ditandai dengan :
1. Perubahan gaya berjalan
2. Gerak lambat
3. Gerak menyebabkan tremor
4. Usaha yang kuat untuk perubahan gerak
NOC : Level mobilitas (mobility level )
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien
dapat :
1. Memposisikan penampilan tubuh
2. Ambulasi : berjalan
3. Menggerakkan otot
4. Menyambung gerakan/mengkolaborasikan gerakan
NIC : Latihan dengan terapi gerakan ( Exercise Therapy Ambulation )
1. Dorong untuk bergerak secara bebas namun masih dalam batas yang aman
R/ diharapkan otot klien tidak kaku karena kurang bergerak
2. Gunakan alat bantu untuk bergerak, jika tidak kuat untuk berdiri ( mudah
goyah/tidak kokoh)
R/ meskipun dengan menggunakan alat bantu, klien masih bisa menggerakkan
otot-ototnya agar tidak kaku.
3. Konsultasi kepada pemberi terapi fisik mengenai rencana gerakan yang sesuai
dengan kebutuhan
R/ membantu dalam ambulasi dan memposisikan penampilan tubuhnya.

Anda mungkin juga menyukai