Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT

PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI RSUD Dr. A. DADI TJOKRODIPO


BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016

Resati Nando Panonsih1, Friska Al Lestari2


1
Dosen Fakultas kedokteran Universitas Malahayati
2
Mahasiswa Fakultas kedokteran Universitas Malahayati

ABSTRAK
Kusta merupakan penyakit infeksi mikobakterium yang bersifat kronik progresif,
yang menyerang saraf tepi dan terdapat manifestasi kulit. Penyakit kusta sampai saat ini
masih ditakuti oleh masyarakat, keluarga dan termasuk sebagian petugas kesehatan.
Hal ini disebabkan, masih kurangnya pengetahuan dan kepercayaan yang keliru
terhadap kusta serta cacat yang ditimbulkannya. Hal tersebut mempengaruhi kepatuhan
penderita menjalani pengobatan yang masih rendah, akibatnya banyak penderita yang
droup out dari pengobatan tersebut. Lamanya masa pengobatan mempengaruhi
kepatuhan minum obat pada penderita kusta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan keluarga
dengan kepatuhan berobat penderita kusta di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar
Lampung
Jenis penelitian ini adalah analitik korelasi, pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik total sampling berjumlah 32 orang meliputi keluarga penderita kusta dan pasien
penderita kusta di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung pada bulan April 2016.
Analisa pada penelitian di lakukan dengan menggunakan uji spearman’s.
Hasil analisis univariat didapatkan median (min-max) pengetahuan keluarga
sebesar 26.00 (19.00-30.00) dan median (min-max) kepatuhan pasien sebesar 5.00
(1.00-5.00). Hasil analisis bivariat didapatkan nilai (p=0.003) dengan korelasi (r=0.511)
Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan keluarga dengan
kepatuhan berobat penderita penyakit kusta dengan koefisien korelasi 0.511 dengan
kekuatan hubungan yang kuat.

Kata Kunci : Kusta, Pengetahuan, Kepatuhan, Terapi

Pada tahun 2007 kasus kusta yang


PENDAHULUAN terdaftar sebanyak 17.539 dan kasus
Penyakit kusta termasuk dalam baru sebanyak 14.697. Tingkat
salah satu daftar penyakit menular yang kecacatan sebanyak 1.231 dengan
angka kejadiannya masih tinggi. presentasi 8,38 % dan pada kasus anak
Menurut WHO pada tahun 2013 didapatkan sebanyak 1.499 dengan
diketahui sebanyak 219.075 penduduk di presentasi 10,20 %. Kasus MB sebanyak
dunia menderita kusta. Di region Asia 11.297 dengan presentasi 76,66 %. Dan
Tenggara (160.132) diikuti region pada tahun 2011 kasus kusta yang
Amerika (36.832), region Afrika terdaftar sebanyak 23.169 dan kasus
(12.673), dan sisanya berada di region baru sebanyak 20.023. tingkat
lain di dunia. Berdasarkan jumlah kecacatan sebanyak 2.025 dengan
tersebut, Indonesia menempati urutan presentasi 10,11 % dan pada kasus
ketiga terbanyak didunia yaitu sebanyak anak didapatkan sebanyak 2.452 dengan
16.856 kasus penduduk setelah India presentasi 12,25 %. Kasus MB
sebanyak 114.613 penduduk dan Brazil didapatkan sebanyak 16.099 dengan
sebanyak 33.234 penduduk. Jumlah presentasi 80,40 %.2
kasus baru kusta di Indonesia tahun Negara Indonesia merupakan negara
2010 adalah 17.260 kasus terdiri dari yang memiliki angka penyebaran
tipe Pauci Bauciller (PB) 2.589 kasus dan penyakit kusta yang cukup tinggi.
tipe Multi Baciller (MB) 14.671. jumlah Penyakit kusta merupakan masalah
kasuskusta nomor tiga di Indonesia yaitu nasional kesehatan masyarakat, dimana
1.584 kasus.1 beberapa daerah di Indonesia prevalens
rate masih tinggi. Salah satu provinsi di

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017 18


Indonesia yang masih banyak ditemui Paradigma masyarakat yang
penderita kusta adalah di provinsi beranggapan bahwa penyakit kusta
Lampung. adalahpenyakit keturunan, penyakit
Dari data yang didapat di Bandar yang bisa menular lewat apapun, dan
lampung pada tahun 2014 terdapat 9 tidak bisa disembuhkan. Stigma
kasus dan meningkat di tahun 2013 masyarakat yang seperti itu akan
menjadi 18 kasus dengan presentasi 8 membuat penderita kusta mengalami
%. Di Provinsi Lampung sendiri depresi.Penyakit kusta akan berdampak
secara global kasus kusta mengalami pada kelangsungan hidup keluarga.
peningkatan di tiap tahunnya (laporan Dampak yang muncul dalam keluarga
P2 Kusta Dinkes provinsi Lampung, diantaranya: keluarga panik saat salah
2014). Hal ini dikarenakan masih satu anggota keluarga mendapat
minimnya informasi dan pengetahuan diagnosa kusta, berusaha untuk mencari
tentang ciri-ciri, penularan, dan gejala pertolongan ke dukun, keluarga takut
penyakit kusta, serta stigma masyarakt akan tertular penyakit kusta sehingga
tentang penyakit kusta yang sudah tidak jarang penderita kusta diusir dari
melekat erat dibenak pikiran rumah, keluarga takut diasingkan oleh
masyarakat.3 masyarakat dan jika anggota keluarga
Penyakit kusta sampai saat ini yang menderita kusta adalah kepala
masih ditakuti oleh masyarakat, keluarga, akan berdampak pada sosial
keluarga dan termasuk sebagian ekonomi keluarga tersebut. Dampak
petugas kesehatan. Hal ini disebabkan, yang diraskan oleh keluarga akan
masih kurangnya pengetahuan dan mempengaruhi keluarga dalam
kepercayaan yang keliru terhadap kusta memberikan perawatan kepada
serta cacat yang ditimbulkannya. Hal penderita kusta. Selain berdampak pada
inilah yang mendasari konsep perilaku keluarga, kusta juga berdampak pada
penerimaan penderita terhadap lingkungan masyarakat sekitar tempat
penyakitnya, dimana untuk kondisi ini tinggal penderita kusta. Dampak yang
penderita masih saja menganggap muncul yaitu masyarakat merasa jijik
bahwa penyakit kusta merupakan dan takut terhadap penderita kusta,
penyakit yang tidak dapat diobati, masyarakat menjauhi penderita kusta
penyakit keturunan, penyakit kutukan dan keluarganya dan masyarakat
tuhan, menyebabkan kecacatan merasa terganggu dengan adanya
sehingga penderita akan sangat merasa penderita kusta sehingga berusaha
marah, kecewa bahkan cenderung untuk mengisolasi penderita kusta.
menutup diri yang pada akhirnya Permasalahan penyakit kusta merupakan
mereka tidak tekun untuk berobat dan salah satu jenis penyakit yang sangat
merawat diri.2 kompleks, yang memberikan dampak
Hal tersebut mempengaruhi yang sangat besar terhadap kehidupan
kepatuhan penderita menjalani masyarakat.1,5
pengobatan yang masih rendah, Pamahaman keliru melahirkan
akibatnya banyak penderita yang droup tindakan keliru oleh masyarakat.
out dari pengobatan tersebut. Penderita kusta semakin malang.
Pengobatan kusta untuk tipe PB Ketakutan masyarakat tertular, membuat
membutuhkan waktu 6 – 9 bulan, mereka tega mengusir penderita kusta.
sedangkan tipe MB membutuhkan waktu Bahkan, yang sudah sembuh dan tidak
12 – 18 bulan, maka biasanya memiliki menular kesulitan untuk memulai
resiko tinggi dalam ketidakpatuhan hidupnya lagi. Berbagai faktor sosial
berobat dan meminum obat. Ketaatan seperti tingkat pendidikan, pekerjaan,
atau kepatuhan minum obat pada kepercayaan dan nilai-nilai kebiasaan
penderita kusta dipengaruhi oleh dari keluarga berpengaruh terhadap
lamanya masa pengobatan sehingga usaha penderita mencari kesembuhan
diperlukan keuletan dan ketekunan. sekaligus juga mempengaruhi
Timbul rasa bosan, adanya perasaan keteraturan berobat penderita kusta.2
sudah sembuh mengakibatkan penderita Hasil penelitian oleh Rini Kusumasari
menghentikan pengobatan sebelum terhadap penderita kusta, sebanyak
masa akhir pengobatan selesai.4 21,9% penderita tidak teratur minum

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017 19


obat. Penderita yang berobat tidak
teratur disebabkan karena adanya efek Jenis penelitian ini adalah penelitian
samping obat, terjadinya reaksi kusta analitik dengan menggunakan
dan bosan minum obat. Hal ini terjadi pendekatan korelasi, pengambilan
karena penyuluhan dari petugas yang sampel dilakukan dengan teknik Total
kurang lengkap. Selain itu disebabkan Sampling yaitu berjumlah 32 responden
rasa malu dari penderita akibat penyakit di RSUD Dr. A. Dadi Tjokrodipo pada
kusta serta sikap masyarakat yang bulan April 2016. Identifikasi variabel
masih menjauhi penderita kusta.Maka pengetahuan dan kepatuhan berobat
dari itu untuk mengatasi permasalahan menggunakan kuesioner. Uji statistik
yang dihadapi penderita kusta, menggunakan uji Spearmans dengan α
dibutuhkan peran keluarga yang dapat < 0,05.
memberikan dukungan atau semangat
untuk lebih meningkatkan kesadaran Kriteria Inklusi
dan harga diri dalam menjalani hidup 1. Pasien penderita kusta di RSUD Dr.
tanpa rasa malu dan rendah diri A. Dadi Tjokrodipo Bandar
sehingga penderita kusta mau menjalani Lampung Tahun 2016
pengobatan secara tuntas.1,6 2. Keluarga yang tinggal satu rumah
Dari hasil penelitian Sri Dewi Ningsih dengan penderita kusta
di Rumah Sakit Pirngadi Medan dengan 3. Bersedia menjadi responden
sampel 54 orang, 48% penderita kusta
pernah berhenti berobat. Hal ini Kriteria Eksklusi
menunjukkan tingkat kesadaran 1. Tidak bersedia menjadi responden
penderita kusta belum sepenuhnya baik.
Untuk meningkatkan kesadaran Hasil Penelitian
penderita kusta dalam keteraturan Penelitian dilakukan di Rumah Sakit
berobat diperlukan pengetahuan dan Umum Daerah Dr. A.Dadi Tjokrodipo
motivasi pada penderita kusta dan Bandar Lampung pada bulan April 2016.
dukungan keluarganya, agar penderita Data diambil dengan memperhatikan
tidak berhenti berobat.7 kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan
jumlah sampel sebanyak 32 responden.
Metode Penelitian

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Keluarga Penderita Kusta di


RSUD Dr. A.Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2016
Karakteristik Jumlah Persentase
Umur
20-40 22 68.8
41-55 8 25.0
>55 2 6.2
Jenis Kelamin
Laki-Laki 21 65.6
Perempuan 11 34.4

Pendidikan 20 62.5
Rendah ( TS-SMP) 12 37.5
Tinggi ( SMA-PT)
Pekerjaan 12 37.5
Bekerja 20 62.5
Tidak Bekerja
Hub Keluarga 13 40.6
Anak 9 28.1
Suami 10 31.2
Istri

Dari tabel 1 di atas dapat dilihat 40 tahun sebanyak 22 orang (68.8%),


bahwa karakteristik umur keluarga jenis kelamin mayoritas laki-laki
penderita kusta mayoritas berumur 20- sebanyak 21 orang (65.%), tingkat

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017 20


pendidikan mayoritas rendah sebanyak (62.5%) dan hubungan keluarga
20 orang (62.5%), pekerjaan mayoritas mayoritas adalah anak sebanyak 13
tidak bekerja sebanyak 20 orang orang (40.6).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Penderita Penyakit Kusta di


RSUD Dr. A.Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun 2016
Karakteristik Jumlah Persentase
Umur
4 -20 13 40.6
21- 40 17 53.1
41 - 55 2 6.2

Jenis Kelamin
Laki-Laki 13 40.6
Perempuan 19 59.4

Pendidikan
Rendah ( TS-SMP) 23 71.9
Tinggi ( SMA-PT) 9 28.1

Pekerjaan
Bekerja 11 65.6
Tidak Bekerja 21 34.4

Dari tabel 2 di atas dapat dilihat 19 orang (59.4%), tingkat pendidikan


bahwa karakteristik umur penderita mayoritas rendah sebanyak 23 orang
kusta mayoritas berumur 21-40 tahun (71.9%) dan pekerjaan mayoritas tidak
sebanyak 17 orang (53.1%), jenis bekerja sebanyak 21 orang (34.4%).
kelamin mayoritas perempuan sebanyak

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan KeluargaPenderita


Penyakit Kusta di RSUDDr. A.DadiTjokrodipo Bandar Lampung
Tahun 2016
Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase
Kurang Baik 2 6.2
Cukup 10 31.2
Baik 20 62.5
Jumlah 32 100

Dari tabel 3 dapat dilihat anggota cukup sebanyak 10 orang (31.2%) dan
keluarga yang memiliki tingkat yang memiliki tingkat pengetahuan baik
pengetahuan kurang baik sebanyak 2 sebanyak 20 orang (62.5%).
orang (6.2 %), tingkat pengetahuan

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita


Penyakit Kusta di RSUD Dr. A.DadiTjokrodipo Bandar Lampung
Tahun 2016
Tingkat Kepatuhan Jumlah Persentase
Tidak Patuh 1 3.1
Sedang 7 21.9
Patuh 24 75
Jumlah 32 100

Dari tabel 4 dapat dilihat tingkat cukup sebanyak 7 orang (21.9%) dan
kepatuhan berobat penderita kusta yang tingkat kepatuhan baik sebanyak 24
kurang baik sebanyak 1 orang (3.1%), orang (75%).

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017 21


Tabel 5 Analisis Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat
Penderita Penyakit Kusta Di RSUD Dr. A.Dadi Tjokrodipo Bandar
Lampung Tahun 2016
Minimum- Uji
Variabel Median Mean
Maksimum Spearman’s
Pengetahuan
26.00 25.84 19 - 30 p= 0.003
Keluarga
Kepatuhan
berobat 5.00 4.25 1-5 r= 0.511
pasien

Berdasarkan tabel 5 diatas, kusta adalah bermakna. Nilai korelasi


didapatkan rata-rata pengetahuan spearman’s sebesar 0,003 menunjukan
keluarga sebesar 25.84 dengan median bahwa arah korelasi positif dengan
26.00. Sedangkan rata-rata kepatuhan kekuatan korelasi yang kuat( r= 0,511).
berobat pasien sebesar 4.25 dengan Artinya setiap kenaikan 1 % rasio
median 5.00. Dari data diatas diperoleh pengetahuan keluarga akan
nilai significancy 0,003yang menunjukan meningkatkan kepatuhan berobat
bahwa hubungan antara tingkat penderita penyakit kusta sebesar 0.511
pengetahuan keluarga dengan kali.
kepatuhan berobat penderita penyakit

Pembahasan pengetahuan atau informasi khususnya


Tingkat Pengetahuan tentang penyakit kusta dan proses
Hasil penelitian menunjukan bahwa penyembuhannya hanya diperoleh dari
sebagian besar responden memiliki penyuluhan dan media informasi lain
tingkat pengetahuan yang baik sebanyak yang diberikan oleh petugas
62.5 % (20 orang), responden memiliki kesehatan.27
tingkat pengetahuan cukup sebanyak Hasil penelitian Komaria juga
31.2 % (10 orang), dan responden yang menyatakan mereka yang sakit dalam
memiliki tingkat pengetahuan kurang mencari pelayanan kesehatan terlebih
baik sebanyak 6.2 % (2 orang). dahulu mendiskusikan sakitnya kepada
Salah satu domain perilaku adalah seseorang terutama keluarga dan
pengetahuan yang merupakan hasil tahu saudaranya. Baik tidaknya peran
dan ini terjadi setelah seseorang anggota keluarga terhadap kepatuhan
melakukan penginderaan terhadap suatu berobat tidak lepas dari tingkat
objek tertentu. Penginderaan terjadi pengetahuan.26 Semakin tinggi tingkat
melalui panca indera manusia yakni pengetahuan seseorang maka semakin
melalui indera penglihatan, tinggi kemauan seseorang untuk
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. membawa anggota keluarganya
Pengetahuan merupakan domain yang melakukan pengobatan penyakit kusta.
sangat penting untuk terbentuknya
tingkah laku seseorang.23 Kepatuhan Berobat
Baik buruknya tingkat pengetahuan Hasil penelitian menunjukanbahwa
seseorang bisa dikarenakan banyak hal, sebagian besar responden memiliki
salah satunya adalah faktor pendidikan. tingkat kepatuhan baik sebanyak 75 %
Tingkat pengetahuan seseorang tentang (24 orang), responden memiliki tingkat
sesuatu yang bersifat umum memang kepatuhan cukup sebanyak 21.9 % (7
ditentukan oleh pendidikan. Namun tidak orang), dan responden yang memiliki
sama halnya dengan pengatahuan tingkat kepatuhan kurang baik sebanyak
khusus tentang penyakit kusta dan 3.1 % (1 orang).
proses penyembuhannya. Pengetahuan Patuh adalah suka menurut
umum diperoleh dari lembaga perintah, taat pada perintah, sedangkan
pendidikan sekolah biasa. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017 22


dan berdisiplin. Penderita melaksanakan penyakit kusta akan semakin lama.
cara pengobatan dan prilaku yang Semakin tinggi tingkat pengetahuan
disarankan oleh dokter atau orang lain keluarga tentang penyakit kusta maka
merupakan contoh kepatuhan. keluarga akan semakin termotivasi
Kepatuhan sebagai perilaku positif untuk membawa anggota keluarganya
penderita dalam mencapai tujuan melakukan pengobatan. Dengan adanya
terapi.18 dukungan dari anggota keluarga maka
Pengobatan kusta sangat seseorang merasa bahwa hidupnya
memerlukan peran keluarga dalam masih memiliki arti, masih dibutuhkan,
memberikan motivasi dan pengawasan masih disayangi. Hal ini akan menjadi
kepada penderita untuk minum obat sumber motivasi internal dari diri pasien
secara teratur. Hal ini disebabkan karena untuk bangkit kembali. Adanya motivasi
proses pengobatan kusta adalah 2 tahun ini pada akhirnya akan timbul dorongan
dan masa pengawasan sampai dengan 5 dari dalam diri penderita kusta bahwa
tahun. Panjangnya proses pengobatan saya harus sembuh dari penyakit yang
kusta inilah yang seringkali mendorong dideritanya. Oleh karenanya akan timbul
pasien untuk tidak patuh minum obat pola pikir yang positif yang akhirnya
kusta. menggerakkan dirinya untuk selalu
Penelitian di atas sejalan dengan minum obat sesuai dengan anjuran
penelitian yang dilakukan oleh Basaria di petugas kesehatan.
Kabupaten Asahan tahun 2007. Dimana Hasil penelitian di atas sejalan juga
dari hasil penelitian didapatkan hasil ada dengan penelitian Maria di Rumah Sakit
hubungan yang bermakna antara peran Khusus Kusta Kota Kediri. Dimana dari
keluarga dengan kepatuhan minum obat hasil penelitian terdapat hubungan yang
dimana didapatkan nilai p- bermakna antara pengetahuan dengan
value=0.031.24 motivasi kepada penderita kusta untuk
minum obat kusta dimana didapatkan
Hubungan Tingkat Pengetahuan nilai p-value=0.000.25
Keluarga Penderita Penyakit Kusta
Dengan Kepatuhan Berobat Pada Kesimpulan
Penderita Penyakit Kusta Di Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. A.Dadi Berdasarkan hasil penelitian, dapat
Tjokrodipo Bandar Lampung Tahun disimpulkan bahwa :
2016 1. Sebagian besar tingkat
pengetahuan anggota keluarga
Pada penelitian di atas dengan uji adalah baik, yaitu sebanyak 20
Spearman’s didapatkan hasil ada orang (62.5 %)
hubungan antara tingkat pengetahuan 2. Sebagian besar tingkat
keluarga dengan kepatuhan berobat kepatuhan berobat penderita
penderita penyakit kusta dengan nilai p- kusta adalah patuh, yaitu
value=0.003 (α<0.05). Koefisien sebanyak 24 orang (75 %)
korelasi sebesar r=0.511 dengan 3. Dengan uji Spearman’s
kekuatan korelasi yang kuat, didapatkan hasil ada hubungan
menunjukkan hubungan antara dua antara tingkat pengetahuan
variabel tersebut terbukti bermakna, keluarga dengan kepatuhan
artinya semakin tinggi tingkat berobat penderita penyakit kusta
pengetahuan keluarga maka semakin dengan nilai p-value=0.003
baik tingkat kepatuhan berobat pasien (α<0.05). Koefisien korelasi
kusta. sebesar r=0.511 menunjukkan
Keluarga merupakan faktor yang hubungan antara dua variabel
sangat penting dalam proses tersebut terbukti bermakna,
penyembuhan suatu penyakit. Keluarga artinya semakin tinggi tingkat
merupakan lingkungan terdekat pasien, pengetahuan keluarga maka
dengan keluarga dan mendukung semakin baik tingkat kepatuhan
pasien. Sebaliknya jika keluarga kurang berobat pasien kusta.
mendukung, maka angka kesembuhan

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017 23


DAFTAR PUSTAKA Kesehatan. Cetakan Kedua.
Jakarta:Rineka Cipta,2014 hal.27
1. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Stigma dan Diskriminasi 9. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan
Kusta. Jakarta : Departemen dan Perilaku Kesehatan. Konsep
Kesehatan RI, 2015. Diakses pada Perilaku dan Perilaku Kesehatan.
tanggal 23Agustus 2016 dari Cetakan Pertama. Jakarta:Rineka
http://www.depkes.go.id/article/vie Cipta,2012 hal.138
w/15012700001/menkes-
canangkan-resolusi-jakarta-guna- 10. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
hilangkan-stigma-dan-diskriminasi- Pengetahuan. Diakses pada tanggal
kusta.html 12 Januari 2016 dari
http://kbbi.web.id/
2. DepartemenKesehatanRepublik
Indonesia. Pedoman Nasional 11. Undang-Undang Republik Indonesia
Program Pengendalian Penyakit Nomor 52 Tahun 2009.
Kusta. Epidemiologi Penyakit Kusta. Perkembangan Kependudukan dan
Jakarta:DepartemenKesehatan RI, Pembangunan Keluarga. Diakses
2012 hal. 5 pada tanggal 12 Januari 2016 dari
http://data.kemenkopmk.go.id/conte
3. DinasKesehatanProvinsi Lampung. nt/uu-no-52-tahun-2009-tentang-
ProfilKesehatanProvinsi Lampung. perkembangan-kependudukan-dan-
Bandar Lampung pembangunan-keluarga
:DinasKesehatanProvinsi Lampung,
2014. Diakses pada tanggal 5 12. Siregar R.S. Atlas
Desember 2015 dari BerwarnaSaripatiPenyakitKulit.
http://dinkes.lampungprov.go.id/prof PenyakitKulitKarenaInfeksiBakteri.
il-kesehatan-lampung-2015/ Edisi2. Jakarta:EGC, 2004 hal.154

4. Wiyarni, Sri, dkk. Hubungan 13. Leprosy. World Health Organization


Kepatuhan Minum Obat Kusta dan 2012;77:259. Diaksespadatanggal
Dukungan Keluarga Dengan 12 Januari 2016 dari
Kecacatan Pada Penderita Kusta di http://www.who.int/leprosy/en/
Kabupaten Kudus. Jurnal JIKK
Vol.4,No 2. Januari: hal.32-37. 14. Syamsunir, Adam. Dasar-Dasar
Mikrobiologi Parasitologi. Uraian
5. Widoyono. PenyakitTropik, Singkat Mikroba. Cetakan Kedua.
Epidemologi, Penularan, Jakarta:EGC,2006 hal.54
PencegahandanPemberantasannya.
Jakarta :Erlangga, 2008 hal.273. 15. Indanah, Suwarto Tri. Upaya
Menurunkan Kecacatan Pada
6. Kusumasari, Rini. Penderita Kusta Melalui Kepatuhan
GambaranKarakteristikKusta, Terhadap Pengobatan Dan Dukungan
PerilakuPenderitadanPelayananPetug Keluarga. Jurnal JIKK Vol.5. No.3
as di RumahSakitPekalongan. Jurnal Agustus 2014 : 69-80. Diakses pada
AKK, Vol 2,No 3.November 2015 tanggal 8 Maret 2016

7. Ningsih, Sri Dewi. 16. Departemen Kesehatan Republik


HubunganDukunganKeluargaTerhada Indonesia. Data dan Informasi Kusta.
pKeteraturanBerobatPenderitaKusta Diakses pada tanggal 10 Maret 2016
di RumahSakitPirngadi Medan. dari
Jurnalkepatuhanberobatpenderitaku http://perpustakaan.depkes.go.id/
sta, Vol 02,No 4.Februari 2015
17. Andareto, Obi. Penyakit Menular
8. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kulit. Penyakit Kulit akibat Bakteri.
Kesehatan. Konsep Perilaku CetakanPertama. Jakarta;Pustaka
Ilmu Semesta,2015 hal.185

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017 24


Cetakan Pertama. Jakarta:Rineka
18. Degresi. Ilmu Perilaku Manusia. Cipta,2010 hal.37,85-90,130
Konsep Perilaku. Cetakan Pertama.
Jakarta:EGC,2006 hal.81 23. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan
dan ilmu perilaku, Perilaku
19. Niven. Psikologi Kesehatan: Kesehatan. Rineka Cipta.
Pengantar Untuk Perawat dan Jakarta.2007 hal.53
Profesional. Cetakan Pertama.
Jakarta:EGC,2008 hal.79 24. Basaria.Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Terhadap Kepatuhan
20. Khotimah, M. Hubungan Antara Minum Obat Penderita Kusta di
Dukungan Keluarga Dan Peran Kabupaten Asahan Tahun
Petugas Kesehatan Dengan 2007.USU.2008.
Kepatuhan Minum Obat Kusta. Jurnal
UJPH 3 2 .Juli 2014 25. Maria. Hubungan Motivasi Keluarga
Dengan Tingkat Kepatuhan Minum
21. Sastroasmoro, S. Dasar- Obat Pada Penderita Kusta Di Rumah
DasarMetodologiPenelitianKlinis. Sakit Khusus Kusta Kota Kediri.2013
Pengumpulan Data. EdisiKeempat.
CetakanKedua. Jakarta:Sagung 26. Komariah. Faktor-Faktor Yang
Seto,2011: hal.44-48 Mempengaruhi Prilaku Kepatuhan
Berobat Penderita Kusta Di
22. Notoatmodjo, S. Metodologi Kabupaten Aceh Besar Tahun
Penelitian Kesehatan. Pengolahan 1996-1998, Tesis Program Pasca
Data, Uji Statistik. Edisi Revisi. Sarjana Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Ui. Jakarta.1998

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Januari 2017 25

Anda mungkin juga menyukai