Anda di halaman 1dari 41

[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG.

3] Aqidah dan Ubudiyah


Aqidah dan Ubudiyah

“ Iman, Islam, dan Ihsan (bag. 3) ”


Gilang Cahaya Irawan, M.Pd.I.

MANAJEMEN 1.A8

Kelompok 4

Disusun Oleh :

Cindy Wahyu V. 19130210388


Dandy Anugrah P.E.W. 19130210416
Ririen Novita Sari 19130210363
Syelfanda Putrifasari 19130210374

UNIVERSITAS ISLAM KADIRI


Jl. Sersan Suharmaji No. 38, Manisrenggo, Kec. Kota Kediri, Kediri,
Jawa Timur 64128
Tahun Ajaran 2019/2020
i
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul “ Iman, Islam, dan Ihsan (bag.3) ” tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang makna, peran serta dampak sains, dan
teknologi bagi kehidupan manusia. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua, khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi Universitas
Islam Kadiri, Kediri .
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapakan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta memberi dukungan berupa
moril maupun materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.

Kediri, 03 Oktober 2019

Penyusun

ii
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 2

1.3. Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4

2.1. Ma'rifat Kepada Rasul .............................................................................. 4

2.1.1. Pengertian Ma'rifat Kepada Rasul .................................................... 4

2.1.2. Perbedaan Antara Nabi dan Rasul .................................................... 7

2.1.3. Pentingnya Iman Kepada Rasul ..................................................... 12

2.1.4. Tugas dan Sifat-Sifat Rasul ............................................................ 12

2.1.5. Jumlah Nabi dan Rasul ................................................................... 13

2.1.6. Mengenai Rasulullah ...................................................................... 15

2.2. Ma'rifat Kepada Hari Akhir ................................................................... 18

2.2.1. Pengertian Ma'rifat Kepada Hari Akhir ......................................... 18

2.2.2. Tanda-Tanda Hari Akhir ................................................................ 19

2.2.3. Nama-Nama Hari Akhir ................................................................. 20

2.2.4. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir ............................................ 26

2.3. Ma'rifat Kepada Takdir ......................................................................... 26

2.3.1. Pengertian Ma'rifat Kepada Takdir ................................................ 26

2.3.2. Kaitan Antara Qadha dan Qadar .................................................... 27

2.3.3. Hubungan Antara Qadha dan Qadar .............................................. 28

2.3.4. Macam-Macam Takdir Allah ......................................................... 29

iii
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

2.3.5. Fungsi Iman Kepada Qadha dan Qadar ......................................... 30

2.3.6. Ciri-Ciri Orang yang Beriman Kepada Qadha dan Qadar ............. 32

2.3.5. Hikmah Beriman Kepada Qadha dan Qadar .................................. 33

BAB III KESIMPULAN ...................................................................................... 36

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 37

iv
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mengenal rasul merupakan sebuah bahasa yang sangat penting dalam


pembinaan keagamaan seorang muslim. Dalam kalimat syahadat kesaksiannya
yang pertama yang dilakukan seorang adalah keyakinan bahwa Allah itu Esa
dan yang kedua adalah keimanan terhadap kerasulan Muhammad SAW.
Mengenal rasul adalah sebuah keperluan yang asasi bagi muslim masa
kini karena mereka tidak hidup bersama nabi. Oleh karena itu, “Ibnu Qoyyim”
menerangkan bahwa kebutuhan manusia yang utama adalah mengenal para
rasul dan ajaran yang dibawanya.
Pada zaman sekarang ini manusia tidak lagi mempedulikan apa yang
dilarang Allah dalam al-Quran, akan tetapi banyak melakukan apa yang
dilarang tersebut serta mereka hanya mengikuti perkembangan dunia yang
dipengaruhi oleh globalisasi.
Hari kiamat adalah permulaan hancurnya alam ini, kemudian
dibangkitkan semua manusia dari kuburnya untuk dikumpulkan di padang
mahsyar, dan di sana mereka menunggu ketentuan tempat masing-masing
sorga atau neraka.
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat
warna-warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan
(tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak
satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah
terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Kematian, kelahiran, rizki,
nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan sesuai ketentuan-ketentuan
Ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia. eimanan seorang mukmin
yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman
terhadap takdir Allah, baik takdir yang baik maupun takdir yang buruk.

1
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

1.2. Rumusan Masalah

a. Ma’rifat Kepada Rasul


1. Apa yang dimaksud ma’rifat kepada rasul ?
2. Bagaimana perbedaan antara nabi dan rasul ?
3. Apa pentingnya iman kepada rasul ?
4. Bagaimana tugas dan sifat-sifat rasul ?
5. Berapa jumlah nabi dan rasul ?
6. Bagaimana mengenai rasulullah ?
b. Ma’rifat Kepada Hari Akhir
1. Apa pengertian ma’rifat kepada hari akhir ?
2. Bagaimana tanda-tanda hari akhir ?
3. Apa saja nama-nama hari akhir ?
4. Bagaimana hikmah beriman kepada hari akhir ?
c. Ma’rifat Kepada Takdir
1. Apa pengertian ma’rifat kepada takdir ?
2. Bagaimana kaitannya antara qadha dan qadar ?
3. Apa hubungan antara qadha dan qadar ?
4. Apa saja macam-macam takdir Allah SWT ?
5. Apa fungsi iman kepada qadha dan qadar ?
6. Bagaimana ciri-ciri orang yang beriman kepada qadha dan qadar ?
7. Bagaiamana hikmah beriman kepada qadha dan qadar ?

1.3. Tujuan

a. Ma’rifat Kepada Rasul


1. Untuk memahami ma’rifat kepada rasul.
2. Untuk memahami perbedaan antara nabi dan rasul.
3. Untuk memahami pentingnya iman kepada rasul.
4. Untuk memahami tugas dan sifat-sifat rasul.
5. Untuk memahami jumlah rasul dan nabi.
6. Untuk memahami mengenai rasulullah.

2
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

b. Ma’rifat Kepada Hari Akhir


1. Untuk memahami ma’rifat kepada hari akhir.
2. Untuk memahami tanda-tanda hari akhir.
3. Untuk memahami nama-nama hari akhir.
4. Untuk memahami hikmah beriman kepada hari akhir.
c. Ma’rifat Kepada Takdir
1. Untuk memahami ma’rifat kepada takdir.
2. Untuk memahami kaitan antara qadha dan qadar.
3. Untuk memahami hubungan antara qadha dan qadar.
4. Untuk memahami macam-macam takdir Allah SWT.
5. Untuk memahami fungsi iman kepada qadha dan qadar.
6. Untuk memahami ciri-ciri orang beriman kepada qadha dan qadar.
7. Untuk memahami hikmah beriman kepada qada dan qadar.

3
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ma’rifat Kepada Rasul

2.1.1. Pengertian Ma’rifat Kepada Rasul

Manusia sangat membutuhkan adanya seorang Rasul, karena


secara fitrah, manusia selalu ingin tahu keberadaan sang pencipta,
selalu menginginkan untuk dapat mengabdi secara benar kepada sang
pencipta (Allah SWT), dan selalu menginginkan kehidupan yang
teratur.

Untuk bisa mengetahui secara benar tentang keberadaan Allah,


bagaimana cara melakukan pengabdian kepada-Nya, dan bagaimana
bisa memahami aturan main hidup yang dibuat oleh Allah SWT sebagai
pencipta yang akan menjadikan kehidupan manusia menjadi teratur,
semuanya itu hanya bisa diperoleh melalui penjelasan atau petunjuk
dari seorang Rasul. Maka keberadaan seorang Rasul menjadi sangat
dibutuhkan oleh manusia.

Allah SWT berfirman:

‫سيَقُ اولُ اونَ ِّ ٰلِلِّؕ قُ ال اَفَ ََل‬ َ ﴾23:84﴿ َ‫ض َو َم ان فِّ اي َه ۤا ا اِّن ُك انت ُ ام ت َعا لَ ُم اون‬ُ ‫قُ ْل ِّل َم ِّن ااۡلَ ار‬
‫االعَ ار ِّش‬ ُّ‫َو َرب‬ ِّ‫س ابع‬
َّ ‫ت ال‬
ِّ ‫َّربُّ السَّمٰ ٰو‬ ‫َم ان‬ ‫﴾ قُ ال‬23:85﴿ َ‫تَذَ َّك ُر اون‬
‫﴾ قُ ال َم اۢۡن بِّيَد ِّٖه َملَ ُك اوتُ ُك ِّل‬23:87﴿ َ‫سيَقُ اولُ اونَ ِّ ٰلِلِّؕ قُ ال اَفَ ََل تَتَّقُ اون‬َ ﴾23:86﴿ ‫االعَ ِّظ اي ِّم‬
‫سيَقُ اولُ اونَ ِّ ٰلِلِّؕ قُ ال فَاَنٰى‬
َ ﴾23:88﴿ َ‫علَ اي ِّه ا اِّن ُك انت ُ ام ت َعا لَ ُم اون‬ ُ ‫ش اَىءٍ َّو ُه َو ي ُِّج اي ُر َو َۡل يُ َج‬
َ ‫ار‬
﴾23:89﴿ َ‫ت ُ اس َح ُر اون‬

4
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

Artinya:

“Katakanlah: Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang


ada padanya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab:
Kepunyaan Alloh.Katakanlah: Maka apakah kamu tidak ingat?
Katakanlah: Siapakah Yang mempunya langit yang tujuh dan Yang
mempunya 'Arsy yang besar? Mereka akan menjawab: Kepunyaan
Alloh. Katakanlah: Maka apakah kamu tidak bertakwa? Katakanlah:
Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu
sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari
(azab)-Nya, jika kamu mengetahui? Mereka akan menjawab:
Kepunyaan Alloh. Katakanlah: (Kalau demikian), maka dari jalan
manakah kamu ditipu?." (QS. Al-Mukminun: 84—89).

Ma’rifatul Rasul ini membincangkan bagaimana mengenal Rasul,


apa saja yang perlu dikenal dari Rasul dan bagaimana pula kita
mengamalkan Islam melalui petunjuk Rasul. Yang penting adalah kita
mengetahui, memahami, dan dapat mengamalkan Sunnah Nabi dan
menjalankan Ibadah dengan baik.

Mengenal Rasul tidak saja dalam bentuk fisikal atau


penampilannya tetapi segala aspek syari berupa sunnah yang
didedahkan Nabi kepada kita sama ada tingkah laku, perkataan ataupun
sikap. Pengenalan kepada Rasul dapat dilihat melalui syirah nabi yang
menggambarkan kehidupan Nabi serta latar belakangnya seperti nasab.
Kemudian melalui sunnah dan dakwah Nabi pun dapat memberikan
penjelasan siapa Nabi sebenarnya.

Dengan mengenal Rasul diharapkan kita dapat mencintai Rasul


dan mengikutinya, perkara ini sebagai cara bagaimana kita taat dan
mencintai Allah SWT. Oleh karena itu mengenal Rasul tidak saja dari
segi jasad, nasab, dan latar belakangnya, tetapi bagaimana beliau
beribadah dan beramal soleh. Setengah masyarakat mengetahui dan

5
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

mengamalkan sunnah Nabi dari segi ibadah saja bahkan dari segi
penampilan saja. Sangat jarang muslim yang mengambil contoh
kehidupan Nabi secara keseluruhannya sebagai contoh, misalnya
peranan Nabi dari segi politik, pemimpin, penjaga, dan juga Nabi
sebagai suami, ayah, dan ahli di masyarakat. Semua Peranan Nabi
ini perlu dicontoh dan diikuti sehingga kita dapat mengamalkan
Islam secara sempurna dan menyeluruh. Walaupun demikian, umat
Islam masih menjadikan Nabi sebagai Rasul adalah dari segi lafaz atau
kebiasaan umat Islam bersalawat ke atas Nabi. Bagaimana pun umat
lslam yang sholat akan selalu bersalawat ke atas Nabi dan selalu
menyebutnya.

Pengenalan kepada Rasul juga pengenalan kepada Allah dan


Islam. Memahami Rasul secara komprehensif adalah cara yang tepat
dalam mengenal Islam yang juga komprehensif. Rasul dikenal sebagai
pribadi teladan dan unggul dan lelaki terpilih di antara manusia yang
sangat layak dijadikan model bagi setiap muslim. Berarti Nabi adalah
ikutan bagi setiap tingkah laku, perkataan, dan sikap yang
disunnahkannya.

Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan fitrah, di


mana manusia bersih, suci, dan mempunyai kecenderungan yang baik
dan ke arah positif yaitu ke arah lslam. Fitrah manusia di antaranya
adalah mengakui kewujudan Allah sebagai pencipta, keinginan untuk
beribadah, dan menghendaki kehidupan yang teratur. Fitrah demikian
perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al
Quran (Firman-firman dan panduan dari Allah SWT) dan panduan
Sunnah (Sabda Nabi dan perbuatannya). Semua panduaan ini
memerlukan petunjuk dan Rasul khususnya dalam mengenal pencipta
dan sebagai panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti
panduan Rasul kita akan mendapati ibadah yang sohih.

6
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

2.1.2. Perbedaan Antara Nabi dan Rasul

Nabi dalam islam merupakan orang yang diberi wahyu oleh Allah
Swt sebagai panduan hidup. Al Quran menyebut beberapa orang
sebagai nabi. Nabi pertama adalah Adam, sedangkan nabi sekaligus
rasul terakhir ialah Nabi Muhammad. Percaya kepada para nabi dan
para rasul merupakan salah satu Rukun Iman dalam Islam. Risalah
adalah sesuatu yang diwahyukan A11ah SWT berupa prinsip hidup,
moral, ibadah, aqidah untuk mengatur kehidupan manusia agar
terwujud kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Perbedaan anatara nabi dan rasul adalah seorang nabi menerima


wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri, sedangkan rasul
menerima wahyu dari Allah SWT guna disampaikan kepada segenap
umatnya.

Islam tidak lagi mengenal nabi setelah nabi Muhammad SAW,


walaupun demikian ternyata adapula orang-orang yang pernah
mengaku sebagai nabi. Mereka ini dianggap sebagai nabi palsu.

Para ulama menyebutkan banyak perbedaan antara nabi dan rasul,


tapi di sini kami hanya akan menyebutkan sebahagian di antaranya:

1. Jenjang kerasulan lebih tinggi daripada jenjang kenabian.


Karena tidak mungkin seorang itu menjadi rasul kecuali
setelah menjadi nabi. Oleh karena itulah, para ulama
menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi
nabi dengan 5 ayat pertama dari surah Al-‘Alaq dan diangkat
menjadi rasul dengan dengan 7 ayat pertama dari surah Al-
Mudatstsir. Telah berlalu keterangan bahwa setiap rasul
adalah nabi, tidak sebaliknya. Imam As-Saffariny –
rahimahullah berkata, “Rasul lebih utama daripada nabi
berdasarkan ijma’, karena rasul diistimewakan dengan

7
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

risalah, yang mana (jenjang) ini lebih ringgi daripada jenjang


kenabian.”(Lawami’ Al-Anwar: 1/50).

Al-Hafizh Ibnu Katsir juga menyatakan dalam Tafsirnya


(3/47), “Tidak ada perbedaan (di kalangan ulama)
bahwasanya para rasul lebih utama daripada seluruh nabi dan
bahwa ulul ‘azmi merupakan yang paling utama di antara
mereka (para rasul)”.

2. Rasul diutus kepada kaum yang kafir, sedangkan nabi diutus


kepada kaum yang telah beriman. Allah SWT menyatakan
bahwa yang didustakan oleh manusia adalah para rasul dan
bukan para nabi, di dalam firman-Nya:

‫سولُ َها َكذَّبُوهُ ؕ فَأَتْبَ ْعنَا‬ ُ ‫سلَنَا تَتْ َرا ؕ ُك َّل َما َجا َء أ ُ َّمةً َّر‬ ُ ‫س ْلنَا ُر‬
َ ‫ث ُ َّم أ َ ْر‬
َ ‫ضا َو َج َع ْل ٰنَ ُه ْم أ َ َحاد‬
َ‫ِّيث ؕ فَبُ ْعدًا ِّلقَ ْو ٍم َّۡل يُؤْ ِّمنُون‬ ً ‫ض ُهم بَ ْع‬ َ ‫بَ ْع‬
“ Kemudian Kami utus (kepada umat-umat itu) rasul-
rasul Kami berturut-turut. Tiap-tiap seorang rasul datang
kepada umatnya, umat itu mendustakannya, maka Kami
perikutkan sebagian mereka dengan sebagian yang lain.
Dan Kami jadikan mereka buah tutur (manusia), maka
kebinasaanlah bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-
Mu’minun 23:44).

Dan dalam surah Asy-Syu’ara` ayat 105, Allah


menyatakan:

َ ‫ت قَ ْو ُم نُوحٍ ْٱل ُم ْر‬


َ‫سلِّين‬ ْ َ‫َكذَّب‬

“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.”

8
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

Allah tidak mengatakan “Kaum Nuh telah mendustakan


para nabi”, karena para nabi hanya diutus kepada kaum yang
sudah beriman dan membenarkan rasul sebelumnya. Hal ini
sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi SAW

ٌّ ِّ‫س ُه ُم ْاْل َ ْنبِّيَا ُء ُكلَّ َما َهلَكَ نَب‬


‫ي َخلَفَهُ نَبِّي‬ ُ َ ‫َت بَنُ ْو إِّس َْرائِّ ْي َل ت‬
ُ ‫س ْو‬ ْ ‫َكان‬
“Dulu bani Isra`il diurus (dipimpin) oleh banyak nabi.
Setiap kali seorang nabi wafat, maka digantikan oleh nabi
setelahnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah).

Allah mengabarkan tentang ‘Isa bahwa risalahnya berbeda


dari risalah sebelumnya di dalam firman-Nya:

َ ‫ى ِّمنَ ٱلت َّ ْو َر ٰى ِّة َو ِّْل ُ ِّح َّل لَ ُكم بَ ْع‬


‫ض ٱلَّذِّى ُح ِّر َم‬ َّ َ‫ص ِّدقًا ِّل َما بَيْنَ يَد‬
َ ‫َو ُم‬
ِّ ُ‫ٱلِلَ َوأ َ ِّطيع‬
‫ون‬ َّ ‫علَ ْي ُك ْم ؕ َو ِّجئْت ُ ُكم بِّـَٔايَ ٍة ِّمن َّربِّ ُك ْم فَٱتَّقُوا‬َ
“ Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat
yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu
sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang
kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat)
daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah
dan taatlah kepadaku.” (Ali 'Imran 3:50).

Nabi Muhammad SAW menyebutkan perkara yang


dihalalkan untuk umat beliau, yang mana perkara ini telah
diharamkan atas umat-umat sebelum beliau:

ُ ‫ي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض َمس ِّْجدًا َو‬
‫ط ُه ْو ًرا‬ ْ َ‫ي ْالغَنَائِّ َم َو ُج ِّعل‬
َ ‫ت ِّل‬ ْ َّ‫َوأ ُ ِّحل‬
َ ‫ت ِّل‬
“ Dihalalkan untukku ghonimah dan dijadikan untukku
bumi sebagai mesjid (tempat sholat) dan alat bersuci
(tayammum).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Jabir).

9
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

Adapun para nabi, mereka datang bukan dengan syari’at


baru, akan tetapi hanya menjalankan syari’at rasul
sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada nabi-
nabi Bani Isra`il, kebanyakan mereka menjalankan syari’at
Nabi Musa A.S.

3. Rasul pertama adalah Nuh A.S, sedangkan nabi yang pertama


adalah Adam A.S Allah SWT menyatakan:

‫ِّإنَّا أ َ ْو َح ْينَا ِّإلَيْكَ َك َما أ َ ْو َح ْينَا ِّإلَ ٰى نُوحٍ َوٱلنَّ ِّبي ِّۦنَ ِّمن َب ْع ِّدِّۦه ؕ َوأ َ ْو َح ْينَا ِّإ َل ٰى‬
‫س‬َ ُ‫ُّوب َويُون‬ َ ‫س ٰى َوأَي‬ ِّ َ‫وب َو ْٱْل َ ْسب‬
َ ‫اط َو ِّعي‬ َ ُ‫ِّيم َو ِّإ ْس ٰ َم ِّعي َل َو ِّإ ْس ٰ َحقَ َويَ ْعق‬َ ‫ِّإب ٰ َْره‬
ً ‫اودَ زَ ب‬
‫ُورا‬ ُ ‫َو ٰ َه ُرونَ َو‬
‫سلَ ْي ٰ َمنَ ؕ َو َءات َ ْينَا دَ ُۥ‬
“ Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu
kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu
kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami
telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il,
Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun
dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur kepada
Daud.” (An-Nisa' 4:163).

Dan Nabi Adam berkata kepada manusia ketika mereka


meminta syafa’at kepada beliau di padang mahsyar:

ِّ ‫س ْو ٍل بَعَثَهُ هللاُ ِّإلَى أ َ ْه ِّل ْاْل َ ْر‬


‫ض‬ ُ ‫َولَ ِّك ِّن ائْت ُ ْوا نُ ْو ًحا فَإِّنَّهُ أ َ َّو ُل َر‬
“ Akan tetapi kalian datangilah Nuh, karena
sesungguhnya dia adalah rasul pertama yang Allah utus
kepada penduduk bumi.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari
Anas bin Malik).

Jarak waktu antara Adam dan Nuh adalah 10 abad


sebagaimana dalam hadits shohih yang diriwayatkah

10
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

oleh Ibnu Hibban (14/69), Al-Hakim (2/262), dan Ath-


Thobarony (8/140).

4. Seluruh rasul yang diutus, Allah selamatkan dari percobaan


pembunuhan yang dilancarkan oleh kaumnya. Adapun nabi,
ada di antara mereka yang berhasil dibunuh oleh kaumnya,
sebagaimana yang Allah nyatakan dalam surah Al-Baqarah
ayat 91:

َ‫علَ ْينَا َو َي ْكفُ ُرون‬


َ ‫نز َل‬ِّ ُ ‫ٱلِلُ قَالُوا نُؤْ ِّم ُن ِّب َما أ‬
َّ ‫َو ِّإذَا قِّي َل لَ ُه ْم َء ِّامنُوا ِّب َما أَنزَ َل‬
َ ‫ِّب َما َو َرا َء ۥهُ َو ُه َو ْٱل َح ُّق ُم‬
َّ ‫ص ِّدقًا ِّل َما َم َع ُه ْم ؕ قُ ْل فَ ِّل َم ت َ ْقتُلُونَ أَنبِّ َيا َء‬
‫ٱلِلِّ ِّمن‬
َ‫قَ ْب ُل ِّإن ُكنتُم ُّمؤْ ِّمنِّين‬
“ Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah
kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata:
"Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada
kami". Dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan
sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak;
yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi
Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?." (Al-
Baqarah 2:91).

“Mengapa kalian dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika


benar kalian orang-orang yang beriman?”.

Juga dalam firman-Nya:

‫ٱلِلِّ َو َي ْقتُلُونَ ٱلنَّبِّيِّۦنَ ِّبغَي ِّْر‬


َّ ‫ت‬ِّ ‫ٰذَلِّكَ ِّبأَنَّ ُه ْم َكانُوا َي ْكفُ ُرونَ ِّبـَٔا ٰ َي‬

َ‫صوا َّو َكانُوا يَ ْعتَدُون‬ َ ‫ق ؕ ٰذَلِّكَ بِّ َما‬


َ ‫ع‬ ِّ ‫ْٱل َح‬
“ Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari
ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang
tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka

11
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.” (Al-


Baqarah 2:61).

Allah menyebutkan dalam surah-surah yang lain bahwa


yang terbunuh adalah nabi, bukan rasul.

2.1.3. Pentingnya Iman Kepada Rasul

Iman kepada Rasul adalah salah satu rukun iman yaitu ke empat.
Seseorang tidak dianggap muslim dan mukmin kecuali ia beriman
bahwa Allah mengutus para rasul yang menyampaikan hakikat yang
sebenarnya dari agama Islam, yaitu Tauhidullah. Juga tidak dianggap
beriman atau muslim kecuali ia beriman kepada seluruh rasul, dan tidak
membedakan antara satu dengan yang lainnya (QS.2:285).

2.1.4. Tugas dan Sifat-Sifat Rasul

A. Tugas-tugas Rasul

1. Menyampaikan (tabligh) (QS.5:67, 33:39).Yang disampaikan


mereka berupa :
- Ma'rifatullah (QS.6:102) (Mengenal hakikat Allah).
- Tauhidullah (QS.21:25) (Mengesakan Allah).
- Basyir wa Nadzir (QS.6:48) (Memberi kabar gembira dan
peringatan).
2. Mendidik dan membimbing (QS.62:2) :
- Memperbaiki jiwa dan membersihkan serta meluruskan dari
hawa nafsu dan sifat-sifat tercela (QS.62:2).
- Meluruskan aqidah serta fiqrah yang menyimpang dari
Islam (QS.2:213.)
- Memimpin umat dengan menjalankan metode
Robbani (QS.38:26.).

12
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

B. Sifat-sifat Rasul

1. Jujur
Hadits Rasulullah:
“Sesungguhnya kejujuran itu akan mengantarkan kepada
kebajikan dan sesungguhnya kebajikan itu akan mengantarkan
ke surga. Dan seseorang senatiasa berkata benar dan jujur
hingga tercatat di sisi Allah sebagai orang yang benar dan jujur.
Dan sesungguhnya dusta membawa kepada kejahatan, yang
akhirnya akan mengantarkan ke dalam neraka. Dan seseorang
senantiasa berdusta hingga dicatat di sisi Allah sebagai
pendusta.” (H.R. Bukhori—Muslim).
2. Siddiq, artinya benar, mustahil bersifat kizib, arinya bohong atau
dusta.
3. Amanah, artinya dapat dipercaya, mustahil bersifat khiyaanah,
artinya khianat.
4. Tabligh, artinya menyampaikan, mustahil bersifat kitmaan,
artinya menyembunyikan.
5. Fathanah, artinya cerdas, mustahil bersifat balaadah, artinya
bodoh.
6. Dermawan
“Tidaklah seorang hamba berada pada suatu pagi kecuali dua
malaikat turun menemaninya. Satu malaikat berkata: Ya Allah
berilah kanuniaMu, sebagai ganti apa yang ia infakkan.
Malaikat lainnya berkata: Ya Allah, berilah ia kebinasaan
karena telah mempertahankan hartanya yang tidak
dinafkahkannya.“ (H.R. Muttafaq’alaih).
7. Malu

2.1.5. Jumlah Nabi dan Rasul

Berdasarkan hadits yang shohih, jumlah Nabi adalah 124 ribu,


sedangkan jumlah Rasul adalah 315 orang. Syaikh al-Albany

13
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

menjelaskan bahwa hadits yang menunjukkan jumlah Rasul


tersebut shahih li dzaatihi (tanpa penguat dari jalur lain), sedangkan
hadits yang menunjukkan jumlah Nabi adalah shohih li
ghoirihi(masing-masing jalur memiliki kelemahan, namun jika
dipadukan menjadi shahih).

Hadits tentang jumlah Rosul :

“ Adam adalah Nabi yang diajak bicara. Antara ia dengan


Nuh terdapat 10 abad. Jumlah Rasul adalah 315 orang.” (H.R
Abu Ja’far ar-Rozzaaz dan selainnya, dishahihkan Syaikh al-
Albany dalam Silsilah al-Ahaadiits as-Shohiihah).

Yang wajib diimani oleh umat Muslim ada 25 orang Nabi, yang
mereka di antaranya:

1. Adam 14. Musa

2. Idris 15. Harun

3. Nuh 16. Zulkifli

4. Hud 17. Daud

5. Shalih 18. Sulaiman

6. Ibrahim 19. Ilyas

7. Luth 20. Ilyasa

8. Ismail 21. Yusuf

9. Ishaq 22. Zakaria

10. Ya'kub 23. Yahya

11. Yusuf 24. Isa

14
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

12.Ayyub 25. Muhammad SAW

13.Syu'aib

Di dalam Al Quran, juga disebutkan beberapa identitas lainnya,


namun tidak ada dasar/petunjuk sehingga mereka dapat dikatakan
sebagai nabi. Begitu pula sekali pun Al Quran menyebutkan istilah
"nabi-nabi" atau "para nabi", namun tidak disebutkan jelas identitas
orang yang dimaksud.

Di antara sejumlah Nabi dan Rasul ada lima orang yang dikenal
memilliki kesabaran dan ketabahan yang luar biasa dalam menghadapi
penderitaan dan gangguan untuk menjalankan tugasnya. Kelimanya
disebut sebagai Rasul ulul azmi.

Nama Nama Rasul Allah mendapat julukan Ulul Azmi:

1. Nuh a.s.,

2. Ibrahim a.s.,

3. Musa a.s.,

4. Isa a.s.,

5. Muhammad saw.

2.1.6. Mengenai Rasulullah

A. Keteladanan Rasulullah

Banyak sekali keteladan yang ada pada diri Rasulullah yang


dapat kita teladani dalam kehidupan sehari hari. Di antaranya iman
dan takwanya yang kuat dalam kondisi apa pun para Rasul tetap
teguh dan tabah dalam menjalankan ajaran-ajaran Allah, akhlaknya
yang mulia, terpuji selalu menjaga diri dari perbuatan maksiat dan
dosa. Sebagai serorang muslim sudah sepantasnya kita meneladani

15
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

sifat-sifat Rasulullah karena semua yang diajarkan Rasulullah


mengandung kemaslahatan bagi kita semua baik di dunia maupun di
akhirat.

16
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

B. Kewajiban Kita Kepada Rasulullah

1. Membenarkan apa yang disampaikannya Apa yang beliau


katakan bukanlah hawa nafsunya, melainkan wahyu Allah.
Maka seorang muslim wajib membenarkan apa yang beliau
sampaikan itu.

2. Mentaati perintahnya, apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-


Nya dilaksanakan semaksimal kemampuan kita.

3. Menjauhi apa yang dilarangnya.

4. Tidak beribadah kecuali dengan apa yang disyariatkannya.

5. Mengimaninya. Beriman kepada Allah berarti harus beriman


kepada Rasul.

6. Mencintainya. Lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya disbanding


cinta kepada yang lain bahkan kepada dirinya sendiri adalah
tanda kesempurnaan iman.

7. Mengagungkannya. Sudah semestinya beliau diagungkan karena


kemuliaannya. Namun pengagungan ini tidak boleh sampai
mengkultuskannya.

8. Menolong dan membelanya.

9. Mencintai para pecintanya.

10. Menghidupkan sunnahnya. Baik dalam ibadah umum maupun


khusus yang diajarkan beliau, hendaknya dihidupkan dan
dibudayakan agar hidup kita diberkahi Allah.

11. Memperbanyak shalawat kepadanya. Tanda cinta dan bangga


kepada Rosululloh antara lain dibuktikan dengan
memperbanyak shalawat atas beliau. Bahkan ketika kita
mendengar nama beliau disebut kita mestimenyahutnya dengan
bacaan shalawat.

17
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

12. Mengikuti manhajnya. Ajaran beliau adalah bagian dari sistem


Islam untuk mengatur segala aspek kehidupan.

13. Mewarisi risalahnya. Mewarisi risalahnya adalah dengan


menjaga, membela, dan memperjuangkan risalah beliau.

2.2. Ma’rifat Kepada Hari Akhir

2.2.1. Pengertian Ma’rifat Kepada Hari Akhir

Ma’rifatul Ma’ad atau mengenal hari akhir merupakan bagian


dari ruang lingkup yang membahas hari kemudian, tanda-tanda hari
kemudian, nama-nama harinya dan hikmah beriman kepada hari
kemudian tersebut.

Hari kiamat adalah permulaan hancurnya alam ini, kemudian


dibangkitkan semua manusia dari kuburnya untuk dikumpulkan di
padang mahsyar, dan di sana mereka menunggu ketentuan tempat
masing-masing sorga atau neraka.

Yang dimaksud dengan hari kiamat (hari akhir) ialah hari


kehancuran alam semesta. Segala yang ada di dunia ini akan musnah
dan semua makhluk hidup akan mati. Selanjutnya alam berganti dengan
yang baru disebut dengan alam akhirat.

Hal-hal yang berhubungan dengan hari kiamat ini antara lain


adalah al-ba’ts (kebangkitan dari kubur), hisab (perhitungan amal baik
dan buruk manusia yang dilakukan selama ia berada di dunia), al-
shirath (jalan yang terbentang di atas punggung neraka), surga, dan
neraka.

Beriman kepada hari akhir adalah dipercayai dengan sepenuhya


bahwa setelah alam dan segala isinya dihancurkn oleh allah SWT, dan
semua makhluk akan mati, kemudian dibangkitkan dari alam

18
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

kuburnya untuk diperhitungkan segala amal kebaikan dan kejahatan


seseorang.

Hari akhirat merupakan hari pengadilan Tuhan di sanalah umat


manusia merasakan kelezatan dari hasil usaha beramal shaleh dan
menderita kepahitan akibat perbuatan jahatnya. Hari akhirat adalah hari
yang dasyat dan penuh huru-hara.

Beriman kepada hari kiamat makudnya setiap mukmin wajib


percaya (iman) dengan sebenar benarnya bahwa hari kiamat akan tiba.

2.2.2. Tanda- tanda Hari Akhir

Tanda-tanda hari kiamat atau hari akhir terbagi menjadi dua yaitu
tanda-tanda kiamat kecil (sugra) dan tanda-tanda kiamat besar (kubra).

Tanda-tanda kiamat kecil (sugra) :

1. Ilmu agama diangkat maksudnya ilmu agama tidak


diperhatikan lagi sebab dianggap tidak penting.

2. Kebodohan mewabah di mana-mana dengan nyata.

3. Perzinahan merajalela.

4. Semua jenis minuman keras dijual secara bebas dan para


konsumennya tidak lagi merasa berdosa.

5. Jumlah laki-laki lebih sedikit dibanding perempuan.

6. Dibangkitkannya para dajal dan pendusta.

7. Banyaknya terjadi gempa bumi.

8. Pembunuhan merajalela.

Tanda-tanda kiamat besar (kubra) :

1. Munculnya binatang aneh.

19
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

2. Keluarga iman mahdi.

3. Munculnya al-Masih dajjal (pengembala yang banyak


dustanya) dajjal ini akan berusaha agar manusia berpaling
dari agama yang benar .

4. Turunya Nabi a.s seperti telah kami kemukakan dimuka, Nabi


Ia akan memimpin kaum mukmin membunuh dajjal.

5. Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj hidup di zaman Raja


Zulkarnain. Mereka yang gemar berbuat kerusakan dan
membuat keributan mengakibatkan morat-
marit pemerintahan pada waktu itu.

6. Mengepulnya asap hingga memenuhi jagad raya ini, dan asap


itu singgah di bumi selama empat puluh hari.

7. Rusaknya ka’bah, yang marusakkan adalah seorang laki-laki


dari habsyi (Etiopia).

8. Raibnya al-Quran dan mushaf.

9. Seluruh manusia di dunia menjadi kafir.


2.2.3. Nama-nama Hari Akhir

Adapun nama-nama hari akhir sebegai berikut:

a. Yaumul akhir

Adalah hari yang terakhir dimana ditetapkan padanya nasib


seluruh makhluk, maka ada yang kesurga dan ke neraka.

Q.S Al-Baqarah : 8

ٰ ۡ ‫اّٰللِ َوبِ ۡاليَ ۡو ِم‬


ۘ َ‫اۡل ِخ ِر َو َما ُه ۡم بِ ُم ۡؤ ِمنِ ۡين‬ ‫اس َم ۡن يَّقُ ۡو ُل ٰا َمنَّا بِ ه‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬

Artinya: Di antara manusia ada yang mengatakan:


“Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22],” pada

20
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang


beriman.

b. Yaumul Qiyamah

Adalah hari ketika seluruh umat manusia berdiri menghadap


Allah SWT.

Q.S Al-Baqarah: 82

ٰٰۤ ُ
َ‫ب ْال َجنَّ ِة ۚ ُه ْم فِ ْي َها ٰخ ِلد ُْون‬ ْ َ ‫ول ِٕىكَ ا‬
ُ ٰ‫صح‬ ِ ٰ‫ص ِلح‬
‫تا‬ َ ‫َوالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا َو‬
‫ع ِملُوا ال ه‬

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman serta beramal


saleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.”

c. Yaumul Hasroh (hari penyesalan)

Adalah di hari itu mereka menyesali kelalaiannya dalam


melaksanakanhak Allah dan hak diri mereka maupun hak orang
lain.

Q.S Maryam: 39

َ ‫ي ْاۡلَ ْم ُر َو ُه ْم ِف ْي‬
َ‫غ ْفلَ ٍة َّو ُه ْم َۡل يُؤْ ِمنُ ْون‬ ِ ُ‫َوا َ ْنذ ِْر ُه ْم يَ ْو َم ْال َحس َْر ِة اِ ْذ ق‬
َ ‫ض‬

Artinya: "Dan berilah mereka peringatan tentang hari


penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara Telah diputus. dan
mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman."

d. Yaumul Ba’ats (hari berbangkit)

Allah membangkitkan seluruh manusia, untuk di mintai


pertanggung jawaban tentang amal perbuatannya selama mereka
hidup di dunia.

Q.S ar-rum: 56

21
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

‫ّٰللاِ ا ِٰلى يَ ْو ِم‬


‫ب ه‬ ِ ‫اۡل ْي َمانَ لَقَ ْد لَ ِبثْت ُ ْم فِ ْي ِك ٰت‬ ِ ْ ‫َوقَا َل الَّ ِذيْنَ ا ُ ْوتُوا ْال ِع ْل َم َو‬
َ‫ث َو ٰل ِكنَّ ُك ْم ُك ْنت ُ ْم َۡل ت َ ْع َل ُم ْون‬
ِ ‫ث فَهٰ ذَا يَ ْو ُم ْالبَ ْع‬ ِ ِۖ ‫ْالبَ ْع‬

Artinya: “Dan Berkata orang-orang yang diberi ilmu


pengetahuan dan keimanan (kepada orang-orang yang kafir):
“Sesungguhnya kamu Telah berdiam (dalam kubur) menurut
ketetapan Allah, sampai hari berbangkit; Maka inilah hari
berbangkit itu akan tetapi kamu selalu tidak meyakini(nya).”

e. Yaumul Hisab (hari perhitungan)

Adalah hari dimana segala amal perbuatan manusia


diperhitungkan.

Q.S As-Shaad : 16

‫ب‬ َ ‫طنَا قَ ْب َل يَ ْو ِم ْال ِح‬


ِ ‫سا‬ َّ ِ‫ع ِج ْل لَّنَا ق‬
َ ‫َوقَالُ ْوا َربَّنَا‬

Artinya: Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami


cepatkanlah untuk kami azab yang diperuntukkan bagi kami
sebelum hari berhisab.”

f. Yaumul Din (hari pembalasan)

Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang
diusahakannya.

Q.S al-Fathihah : 4

‫الدي ِْن‬
ِ ‫مٰ ِل ِك يَ ْو ِم‬

Artinya:“ Yang menguasai di hari Pembalasan.”

22
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

g. Yaumul Haq (hari pasti terjadi)

Karena dia pasti terjadi dengan sebenarnya dan pada hari itu
segala persoalan akan diselesaikan dan dipertanggung jawabkan
dengan sebenarnya.

Q.S Al-haqqah : 1-3

ُ‫ ا َ ْل َح ٰۤاقَّة‬.1

ُ‫ۚ َما ْال َح ٰۤاقَّة‬.2

ُ‫ َو َما ٓ اَد ْٰرىكَ َما ْال َح ٰۤاقَّة‬.3

Artinya:

1. Hari kiamat,

2. Apakah hari kiamat itu?

3. Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu?

Al Haaqaah menurut bahasa berarti yang pasti terjadi. hari


kiamat dinamai Al Haaqqah Karena dia pasti terjadi.

h. Yaumul Jami’i (hari berkumpul)

Dimana seluruh manusia yang terdahulu dan yang terakhir


akan berkumpul, yang siapa pun tidak dapat menghidar.

Q.S Asy-Syuraa: 7

‫ض َك ْم ا َ ْۢ ْنبَتْنَا فِ ْي َها ِم ْن ُك ِل زَ ْوجٍ َك ِري ٍْم‬


ِ ‫ا َ َولَ ْم يَ َر ْوا اِلَى ْاۡلَ ْر‬

Artinya: “Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi,


berapakah banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai
macam tumbuh-tumbuhan yang baik?.”

23
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

i. Yaumul Khulud (hari kekekalan)

Q.S Qaaf: 34

‫س ٰل ٍم ٰذلِكَ َي ْو ُم ْال ُخلُ ْو ِد‬


َ ‫ا ْد ُخلُ ْوهَا ِب‬

Artinya: “Masukilah syurga itu dengan aman, Itulah hari


kekekalan.”

j. Yaumul Fasli (hari keputusan)

Q.S Ad-Dukhan : 40

ْ َ‫ا َِّن يَ ْو َم ْالف‬


َ‫ص ِل ِم ْيقَات ُ ُه ْم اَجْ َم ِعيْن‬

Artinya: “Sesungguhnya hari Keputusan (hari kiamat) itu


adalah waktu yang dijanjikan bagi mereka semuanya.”

k. Yaumul Fathi( hari kemenangan)

Hari dimana orang-orang mukmin memperoleh keberuntungan


yang nyata, jelas dan juga Allh memberikan pertolongan kepada
orang-orang yang beriman.

Q.S As-Sajadah : 29

َ ‫قُ ْل يَ ْو َم ْالفَتْحِ َۡل يَ ْنفَ ُع الَّ ِذيْنَ َكفَ ُر ْٓوا اِ ْي َمانُ ُه ْم َو َۡل ُه ْم يُ ْن‬
َ‫ظ ُر ْون‬

Artinya: Katakanlah: “Pada hari kemenangan itu tidak


berguna bagi orang-orang kafir, iman mereka dan tidak pula
mereka.”

24
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

l. Yaumul Kabir (hari yang besar)

Karena lama waktunya, luar ukurannya dan peristiwa-


peristiwa yang terkandung paanya, akan tetapi pengumpulan,
perhitungan amal, siksanya adalah besar dan pahalanya pun besar.

Q.S Huud : 3

‫سنًا ا ِٰلٓى ا َ َج ٍل‬ ً ‫َّوا َ ِن ا ْست َ ْغ ِف ُر ْوا َربَّ ُك ْم ث ُ َّم ت ُ ْوب ُْٓوا اِلَ ْي ِه يُ َمتِ ْع ُك ْم َّمت َا‬
َ ‫عا َح‬
‫علَ ْي ُك ْم‬ ُ ‫ضلَهٗ َوا ِْن ت ََولَّ ْوا فَاِنِ ْٓي اَخ‬
َ ‫َاف‬ ْ َ‫ض ٍل ف‬ ْ َ‫ِي ف‬ ْ ‫ت ُك َّل ذ‬ ِ ْ‫س ًّمى َّويُؤ‬ َ ‫ُّم‬
َ َ‫عذ‬
‫اب يَ ْو ٍم َك ِبي ٍْر‬ َ

Artinya: “Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada


Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan
yang demikian), niscaya dia akan memberi kenikmatan yang
baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang
Telah ditentukan dan dia akan memberikan kepada tiap-tiap
orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.
jika kamu berpaling, Maka Sesungguhnya Aku takut kamu
akan ditimpa siksa hari kiamat.”

m. Yaumul Atsir (hari yang sulit)

Bagi orang-orang kafir, dihari itu tiada kebajikan bagi mereka,


tiada rahmat, tiada kasih dan iba terhadap merka, mak bagi mereka
hari itu adalah hari yang sia-sia.

Q.S Al-Mudatsir : 9

َ ‫فَ ٰذلِكَ َي ْو َم ِٕى ٍذ ي َّْو ٌم‬


‫ع ِسي ٌْر‬

Artinya: “Maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari


yang sulit.”

25
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

2.2.4. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir

Adapun hikmah beriman kepada hari akhir adalah:

1. Menyadarkan manusia bahwa hari akhir sebagai kehidupan yang


hakiki bagi manusia.
2. Menyadarkan manusia bahwa kehidupan di hari akhir merupakan
tujuan setiap manusia yang hidup di dunia.
3. Menjadikan manusia bersikap hati-hati dalam hidup di dunia
sehingga akan selalu taat kepada petunjuk-petunjuk agama dan
membatasi diri terhadap keenangan hidup di dunia.
4. Mendorong manusiah untuk sebanyak mungkin berbuat baik dan
meninggalkan perbuatan manusia.
5. Berusaha menjadi manusia yang baik selama hidup yaitu bebakti
kepada Allah SWT, kepada kedua orang tua dan berbuat baik
terhadap sesama manusia.
6. Dapat menambah keyakinan kita terhadap kekuasaan Allah.
7. Menambah motivasi seseorang untuk lebih giat dalam
meningkatkan amal sholeh dan meninggalkan perbuatan maksiat
dan tetap bertindak sesuai dengan ajaran Allah dan mencari
keridhoan-Nya.

2.3. Ma’rifat Kepada Takdir

2.3.1. Pengertian Ma’rifat Kepada Takdir

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam


rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah, baik takdir
yang baik maupun takdir yang buruk. Dalam pembahasan takdir, kita
sering mendengar istilah qadha’ dan qadar. Dua istilah yang serupa tapi
tak sama. Mempunyai makna yang sama jika disebut salah satunya,
namun memiliki makna yang berbeda tatkala disebutkan bersamaan.
Jika disebutkan qadha’ saja maka mencakup makna qadar, demikian
pula sebaliknya. Namun jika disebutkan bersamaan, maka qadha’

26
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

maknanya adalah sesuatu yang telah ditetapkan Allah pada makhluk-


Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, maupun perubahan terhadap
sesuatu. Sedangkan qadar maknanya adalah sesuatu yang telah
ditentukan Allah sejak zaman azali, dengan demikian qadar ada lebih
dulu kemudian disusul dengan qadha’.

Pengertian Qadha dan Qadar, menurut bahasa Qadha memiliki


beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan, kehendak,
pemberitahuan, penciptaan. Sedangkan menurut istilah Islam, yang
dimaksud dengan Qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali
sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan
makhluk. Sedangkan Qadar, arti Qadar menurut bahasa adalah
kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut istilah Islam Qadar
perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk
dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan ridah-Nya. Artinya:
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan
(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan
ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (QS .Al-Furqan ayat 2).

2.3.2. Kaitan Antara Qadha dan Qadar

Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan


yang dimaksud dengan qadha’ ialah penciptaan, sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala, yakni menciptakan semua itu dalam ayat
berikut :

‫ضى ُه َّن‬
ٰ َ‫س ْب َع فَق‬
َ ‫ت‬ ٍ ‫سمٰ ٰو‬َ ‫س َم ٰۤاءٍ ُك ِل فِ ْي َوا َ ْوحٰ ى يَ ْو َمي ِْن فِ ْي‬ َ ‫َوزَ يَّنَّا ا َ ْم َرهَا‬
‫س َم ٰۤا َء‬
َّ ‫صا ِب ْي ِۖ َح الدُّ ْنيَا ال‬ ً ‫ْال َع ِلي ِْم ْال َع ِزي ِْز ت َ ْق ِدي ُْر ٰذلِكَ َو ِح ْف‬
َ ‫ظا ِب َم‬

“Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada


setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit
yang dekat (dengan bumi), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan

27
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

(Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah)


Yang Maha perkasa, Maha Mengetahui.” [Q.S Fushshilat: 12].

Qadha’ dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah


satunya tidak terpisah dari yang lainnya, karena salah satunya
berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang lainnya
berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa
bermaksud untuk memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud
menghancurkan dan merobohkan bangunan tersebut.

Dikatakan pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang


terdahulu, yang dengannya Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan
qadar ialah terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah
ditentukan sebelumnya. Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka,
yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah ketentuan yang bersifat
umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah bagian-
bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut.”

Dikatakan, jika keduanya berhimpun, maka keduanya berbeda, di


mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian
sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya,
dimana jika salah satu dari kedunya disebutkan sendirian, maka yang
lainnya masuk di dalam (pengertian)nya.

2.3.3. Hubungan Antara Qadha dan Qadar

Pada uraian tentang pengertian qadha’ dan qadar dijelaskan


bahwa antara qadha’ dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha’ adalah
ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah
kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara
qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.

Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan


ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, :

28
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

ْ ‫َّم ْعلُ ْو ٍم ِبقَدَ ٍر ا َِّۡل نُن َِزلُهٗ ٓ َو َما خَزَ ٰۤا ِٕىنُهٗ ِع ْندَنَا ا َِّۡل ش‬
‫َيءٍ ِم ْن َوا ِْن‬

yang artinya sebagai berikut:

Artinya: ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah


khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu.”

2.3.4. Macam-macam Takdir Allah

A. Takdir Muallaq

Yaitu qada dan qadarnya Allah yang masih digantungkan


pada usaha atau ikhtiar manusia. Suatu contoh seseorang ingin
kaya, pintar, sehat dan lain-lain ini harus melalui proses usaha
untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak mungkin
semuanya itu diperoleh tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :

َ ‫ل لَّي‬
‫ْس َوا َ ْن‬ ِ ‫ان ِل‬
ِ ‫س‬َ ‫سعَى اِۡلَّ ْن‬
َ ‫( َما‬۳۹) ‫س ْعيَهُ َوا َ َّن‬
َ ‫ف‬
َ ‫س ْو‬
َ ‫يُرى‬

Artinya : “Dan bahwasannya seseorang itu tidak


memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan bahwasannya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan
diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. An- Najm : 53/39-40).

‫بِأَنـْفُ ِس ِه ْمط َما يُغَيِ ُر ْوا َحتَّى بِقَ ْو ٍم َما ۡلَيـُغَيِ ُر للاَ ا َِّن‬

Artinya:“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan


(nasib) suatu bangsa sehingga bangsa itu mau mengubah keadaan
(nasib) yang ada pada mereka sendiri”. (QS. Ar- Ra’du : 13/11).

29
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

B. Takdir Mubrom

Yaitu qada dan qadarnya Allah swt yang sudah tidak dapat
diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal.
Sebagaimana firman Allah swt berikut :

‫عةً يَ ْست َأ ْ ِخ ُر ْونَ ۡلَ فَ ِاذَا َجا َءا َ َجلـ ُ ُه ْم ا َ َج ٌل ا ُ َّم ٍة َو ِل ُك ِل‬َ ‫سا‬ َ َ‫َوۡل‬
َ‫يَ ْست َ ْق ِد ُم ْون‬

Artinya : “Dan tiap-tiap umat memiliki. Maka apabila telah


datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang
sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”. (QS. Surat Al-
A’raf : 7/34).

Semua yang kamu lakukan selanjutnya harus dipasrahkan


kepada Allah swt, karena Allah swt adalah zat yang mengatur dan
menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana firman Allah swt
berikut :

‫لى‬
َ ‫ع‬َ ‫ُمؤْ ِمنِيْنَ ُك ْنت ُ ْم ا ِْن فـَت ََو َّكلُ ْوا للاِ َو‬

Artinya : “Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu


bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”. (QS.
Al- Maidah : 5/23).

2.3.5. Fungsi Iman Kepada Qadha dan Qadar

Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada


qada dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi
(hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :

a. Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam


semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha
adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat
mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan

30
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa)


yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan
kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya
secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan
bersama di dunia dan di akhirat.
b. Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala
isinya berjalan sesuai dengan ketentuan–ketentuan Allah
SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang
demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam)
untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya
masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha
penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia,
hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas.
Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih
tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11).
c. Meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman kepada
takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang
ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan,
angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan
berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus,
serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan
keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan
keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat
manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan
hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika
di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur
dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang
ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat
dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan

31
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran,


3 : 131 – 133).
d. Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta
menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-
betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa )
tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar,
tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu
memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti:
sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam
hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan
jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24).
e. Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar
kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik
dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat
manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir,
tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan
berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja
dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing,
sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara
maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling
bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat
kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).

2.3.6. Ciri-ciri Orang yang Beriman Kepada Qadha dan Qadar

Seorang muslim yang percaya akan adanya ketentuan Allah swt


pastinya memiliki tingkat ketaatan yang tinggi. Karena ketentuan Allah
swt menyangkut hidup di dunia dan di akhirat. Adapun ciri-ciri orang
yang beriman kepada qada dan qadarnya Allah swt adalah :

a. Mentaati perintah Allah swt dan menjauhi serta


meninggalkan segala larangan Allah swt.

32
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

b. Berusaha dan bekerja secara maksimal.


c. Tawakkal kepada Allah swt secara menyeluruh dan berdoa.
d. Mengisi kehidupan di dunia dengan hal-hal positif untuk
mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
e. Memperhatikan dan merenungkan kekuasaan dan kebesaran
Allah swt.
f. Bersabar dalam menghadapi cobaan.

2.3.7. Hikmah Beriman Kepada Qadha dan Qadar

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang


amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan
mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara
lain:

a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar


Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila
mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena
keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan
sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah :
Artinya:”Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu,
maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh
kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan.”( QS. An-Nahl ayat 53).
b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar,
apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap
keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya
sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami
kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena

33
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah


ketentuan Allah.
Firman Allah SWT :
Artinya: “Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah
berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir.”(QS.Yusuf ayat 87).
Sabda Rasulullah: yang artinya
” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya
ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim).
c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada
dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan
beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi
harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada
qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk
meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firman Allah:
Artinya:“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (QS Al- Qashas ayat 77).
d. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa
mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu
merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya.

34
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena


musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.

35
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

BAB III
KESIMPULAN

Rasul adalah seseorang yang penting bagi manusia, khususnya umat islam,
karena tanpa Rasul kita tidak bisa melaksanakan syariat islam dengan baik. Selain
itu kita juga harus mengetahui berapa jumlah Rasul, kita juga harus mengimani
Rasul, karena telah dijelaskan dalam Al-Quran dan hadist serta Rasulullah adalah
panutan yang baik untuk kita contoh baik secara batin dan fisik.
Selain itu, hari kiamat adalah permulaan hancurnya alam ini, kemudian
dibangkitkan semua manusia dari kuburnya untuk dikumpulkan di padang mahsyar,
dan di sana mereka menunggu ketentuan tempat masing-masing sorga atau neraka.
Sedangkan, beriman kepada qada’ dan qadar akan melahirkan sikap
optimis,tidak mudah putus asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan
yang telah Allah takdirkan kepadanya dan Allah SWT akan memberikan yang
terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan sifatnya yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang. Oleh karena itu, jika kita tertimpa musibah maka ia akan
bersabar, sebab buruk menurut kita belum tentu buruk menurut Allah SWT,
sebaliknya baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah SWT.

36
[IMAN, ISLAM, DAN IHSAN (BAG. 3] Aqidah dan Ubudiyah

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet

http://pujek2.blogspot.com/2017/12/makala-tentang-marifatul-rasul.html?m=1

https://fzil.wordpress.com/2011/04/27/ma%E2%80%99rifatul-
ma%E2%80%99ad-mengenal-hari-akhir/

https://zarmiislam.blogspot.com/2014/06/makalah-iman-kepada-qada-dan-qadar-
allah.html?m=1

37

Anda mungkin juga menyukai