Bab I-Iv PDF
Bab I-Iv PDF
Sampai saat ini, pemerintah terus melakukan perubahan dan perkembangan terkait jenis
objek pajak yang akan dikenakan PPnBM, hal tersebut dapat kita lihat melalui perubahan-
perubahan peraturan terkait dengan penentuan objek PPnBM. Salah satu yang menjadi
perhatian penulis adalah perubahan yang terjadi pada tahun 2015. Menteri Keuangan
Bambang P.S. Brodjonegoro mengeluarkan peraturan baru terkait PPnBM yaitu PMK
Nomor 106/PMK.010/2015 Tentang Jenis Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah
Selain Kendaraan Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. PMK
Nomor 106/PMK.010/2015 ini mencabut aturan PMK Nomor 121/PMK.011/2013 dan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.011/2013.
1
BAB II FAKTA EMPIRIS
Peraturan terbaru yang dikeluarkan oleh Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro
pada tahun 2015 terkait PPnBM yaitu PMK Nomor 106/PMK.010/2015 Tentang Jenis
Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor Yang Dikenai
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah telah mendorong penulis untuk membahas tentang
pertimbangan dan pendekatan apa yang digunakan pemerintah dalam menggolongkan
suatu benda menjadi barang mewah terutama pemilihan langkah dalam melakukan
penghapusan barang elektronik khususnya mesin cuci dari pengenaan PPnBM. Berikut
akan dipaparkan penjelasan dan fakta empiris yang dapat menjadi dasar mengapa
barang mesin cuci tidak lagi bisa disebut sebagai barang mewah di Indonesia.
Pada era ini, teknologi mengalami perubahan dan perkembangan yang sangat pesat.
Perkembangan teknologi tersebut juga telah membuat banyak orang mengalami
ketergantungan pada sebuah teknologi. Banyak masyarakat yang menjadikan teknologi
sebagai jawaban dalam memberikan kemudahan dalam menyelesaikan berbagai urusan,
mulai dari hal yang simpel sampai pada urusan yang kompleks.
Masyarakat pada era ini cenderung bergantung pada kecanggihan sebuah teknologi.
Sehingga teknologi tidak lagi dianggap sebagai barang yang asing bagi masyarakat,
melainkan teknologi kini sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan terus meningkatnya konsumsi masyarakat pada barang-barang
elektronik, salah satunya konsumsi pada tingkat rumah tangga.
Sampai saat ini pemenuhan kebutuhan alat-alat rumah tangga telah didominasi oleh alat-
alat elektronik. Hal tersebut dapat dilihat melalui fenomena pada akhir-akhir ini, dimana
para ibu rumah tangga cenderung memilih alat-alat canggih yang tersedia untuk
membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Beberapa alat-alat canggih yang
dimaksud adalah mesin cuci, kulkas, mesin cuci piring dan yang lainnya.
Keberadaan mesin cuci dan alat elektronik rumah tangga lainnya telah mampu menolong
banyak ibu rumah tangga dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Kemudahan
tersebut telah mendorong para ibu rumah tangga untuk mengonsumsi alat elektronik
tersebut.
2
Gambar 1.1 Gambar 1.2
Data Penjualan Alat Elektronik Rumah Tangga Data Penjualan Mesin Cuci di Indonesia Pada
oleh LG Electronics Tahun 2013-2014
Sumber: www.statista.com
Berdasarkan pada fakta empiris yang ada, kita dapat mengetahui bahwa memang tingkat
konsumsi rumah tangga terhadap barang elektronik cenderung mengalami peningkatan,
khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, data yang telah disediakan di atas akan
dijadikan landasan utama bagi penulis dalam membahas apakah barang elektronik
rumah tangga atau yang biasa disebut dengan Home Appliances terutama mesin cuci
masih layak disebut sebagai barang yang mewah dan pantas dikenakan PPnBM oleh
Pemerintah Indonesia.
3
BAB III PEMBAHASAN
Mesin cuci bisa saja dianggap mewah oleh sebagian orang namun dianggap sebagai
benda biasa yang merupakan kebutuhan bagi sebagian orang yang lain. Pemaknaan dan
anggapan masyarakat yang berbeda terhadap barang elektronik ditentukan oleh
beberapa poin berikut:
Pertama, jika kita membahas relativitas temporal maka akan mengacu pada perubahan
persepsi kemewahan dari waktu ke waktu karena urgensi konsumsi barang elektronik
telah berubah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat. berdasarkan data yang telah
dipaparkan pada fakta empiris, tingkat konsumsi masyarakat terhadap home appliances
yang terus meningkat. sehingga semakin lama masyarakat meyadari bahwa mesin cuci
tidak lagi bisa dianggap sebagai barang mewah yang sengaja dibeli hanya untuk
menaikkan status pemiliknya, tetapi dibeli karena fungsi barang tersebut.
4
Kedua, relativitas ekonomi yang mengacu pada skala kemampuan keuangan
masyarakat.
Gambar 2.1
Hal tersebut menggambarkan bahwa tingkat konsumsi mesin cuci masih masuk dalam
skala kemampuan keuangan masyarakat saat ini jika dilihat berdasarkan tingkat
pendapatan perkapita yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2018 yaitu Rp
56.000.000,00 Sehingga mesin cuci bukanlah barang mewah jika dilihat dari segi
relativitas ekonominya.
2. Perspektif Konsumen
Gambar 2.2
Mesin cuci sebagai salah satu barang elektronik yang pernah dianggap sebagai barang
mewah oleh masyarakat kini telah berubah. Jika dibahas melalui pendekatan pembentuk
nilai mewah pada gambar di atas, mesin cuci tidak lagi memenuhi sebagian besar poin
pembentuk nilai mewah. Berdasarkan penjabaran pada poin pembentuk nilai mewah,
sebuah barang dapat dikatakan mewah apabila pola konsumsi atas barang tersebut
mampu mempengaruhi nilai-nilai lain, seperti sebuah barang disebut mewah ketika
barang tersebut dikategorikan sebagai barang tersier yang dikonsumsi bukan berdasar
pada kebutuhan, sebuah barang mampu menggambarkan citra diri penggunanya
sehingga mampu mengangkat pandangan orang lain terhadap pengguna tersebut
ataupun konsumsi atas barang tersebut hanya didasarkan pada pemenuhan kepuasan
untuk mendapatkan nilai kesenangan semata.
Mesin cuci sangat berbanding terbalik dengan penjabaran tersebut. Konsumsi mesin cuci
oleh masyarakat bukan lagi berdasar pada sebuah kesenangan, kepuasan, pembentuk
citra diri atau menaikkan status tetapi konsumsinya adalah sebagai pemenuhan
kebutuhan rumah tangga masyarakat.
Ketika kategorisasi mewah didasarkan pada kegunaan barang, maka mesin cuci
dianggap sebagai kebutuhan biasa. Karena berdasarkan survei, para ibu rumah tangga
telah mempertimbangkan cost dan benefit dalam pembelian mesin cuci. Mereka membeli
alat tersebut bukan untuk membahagiakan dirinya tetapi murni untuk memudahkan
dirinya dalam menyelesaikan pekerjaan rumahnya.
Sehingga perspektif konsumen terhadap mesin cuci seolah telah sepakat terbentuk
bahwa mesin cuci menjadi sebuah barang yang dibutuhkan atau bisa dikategorikan
sebagai barang sekunder yaitu barang yang memiliki ciri di atas kebutuhan primer namun
tidak masuk dalam kategori barang mewah.
6
3. Karakter Produk Mewah
Tabel 2.2
Hedonic, Ostentation
Usability, Functional
Uniqueness, Rarity
Quality, Excellent
Conspicuosness
Simbolic, Status
Peneliti
Materilaistic
Self Identity
Investment
Heritage
Esthetic
Price
Berry (1994) V V V V
Tungate (2008) V V V V V V
Choo et al (2012) V V V V V
Heine (2012) V V V V V V
Zaharia & Zaharia (2015) V V V
Sumber: Olahan data penulis buku Pajak Konsumsi Kemewahan oleh Rachmad Utomo
Barang mewah selalu memiliki ciri yang melekat secara khas. Tabel di atas merupakan
ringkasan ciri yang melekat pada barang mewah menurut beberapa ahli. Jika kita
membahas mesin cuci, maka mesin cuci tidak bisa dikategorikan sebagai barang mewah
berdasarkan tabel di atas. Hal tersebut karena mesin cuci tidak lagi bersinggungan
dengan keunikan, kelangkaan apalagi status. Mesin cuci hanya terkait dengan usability
and functional. Konsumsi mesin cuci hanya didasarkan pada kebutuhan masyarakat, pun
ketika kita membahas mesin cuci dari segi harga. Walaupun harga mesin cuci saat ini
bervariasi dari range harga mulai 1 juta s.d 15 juta, harga tersebut masih dianggap worth
it atau setimpal dengan fungsi yang didapat.
Dari perspektif ekonomi , sebuah barang dapat dikategorikan sebagai barang mewah
atau kebutuhan tergantung pada elastisitasnya. Barang yang mewah akan memiliki kurva
permintaan yang bersifat elastis ( E > 1) karena barang tersebut bukanlah barang
konsumsi sehingga masyarakat akan lebih mudah memalingkan konsumsinya ketika
7
harga barang mewah tersebut naik karena urgensi konsumsinya tidak setinggi barang
kebutuhan.
Gambar 2.3
Penurunan permintaan mungkin hanya akan dipengaruhi oleh masyarakat yang baru
pertama kali memutuskan menggunakan mesin cuci namun bertabrakan dengan
fenomena inflasi sekaligus kenaikan harga mesin cuci telah melewati Budget Constraint
pengguna tersebut. Sedangkan berdasarkan data yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya bahwa jumlah pengguna mesin cuci di Indonesia cukup banyak sehingga
dampak penurunan permintaan tersebut tidak sebanding dengan permintaan mesin cuci
oleh pengguna mesin cuci sejak awal.
Namun, tidak menutup kemungkinan jika kita membahas hal tersebut dari kacamata
ekonomi makro, maka kurva permintaan mesin cuci menjadi elastis ketika kenaikan
harganya sudah melebihi budget constraint rata-rata tiap individu di Indonesia.
Kasus tersebut memang hanya dianalisis melalui asumsi kecil dengan melibatkan skala
ekonomi secara mikro, namun kita bisa mengerti bahwa perubahan harga memang tidak
terlalu berpengaruh terhadap tingkat konsumsi mesin cuci. Sehingga mesin cuci tidak lagi
bisa disebut sebagai barang mewah karena memiliki kurva permintaan yang cenderung
berubah tingkat elastisitasnya sesuai dengan kondisi yang mempengaruhinya. Berbeda
dengan kurva elastisitas permintaan barang mewah yang akan selalu bernilai lebih dari
1 (E>1) dalam kondisi dan situasi apapun.
9
BAB IV KESIMPULAN
Bahwa berdasarkan pemaparan di atas melalui kajian konsep kemewahan yang
disampaikan beberapa ahli dan disertai dengan data dan fakta yang ada, mesin cuci
memang sudah tidak lagi bisa dikategorikan sebagai barang mewah. Hal tersebut karena
mesin cuci tidak lagi memenuhi poin-poin yang dipersyaratkan bagi suatu barang mewah,
baik dari segi relativitas, perspektif serta karakter barang mewah.
Walaupun kemewahan selalu terkait dengan perspektif setiap orang, namun saat ini
masyarakat seolah telah menyepakati perspektifnya bahwa mesin cuci tidak lagi bisa
disebut sebagai barang mewah sehingga keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam
menerbitkan PMK Nomor 106/PMK.010/2015 juga dirasa tepat dalam menghapuskan
beberapa barang dari pengenaan PPnBM, salah satunya mesin cuci. Pertimbangan-
pertimbangan yang digunakan pemerintah dalam menerbitkan peraturan tersebut juga
sudah cukup bijak yaitu dalam rangka menekan biaya pengawasan terhadap penerimaan
negara serta mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia
10