Anda di halaman 1dari 37

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan dalam bidang obstetri.
Prolaps tali pusat merupakan salah satu kesulitan di dalam persalinan. Walaupun prolaps tali
pusat bukan suatu malpresentasi, keadaan ini lebih mungkin terjadi pada malpresentasi atau
malposisi janin.
Tali pusat mungkin terdapat di dalam tonjolan cairan amnion, atau dikatakan presentasi
tali pusat (tali pusat terkemuka), atau mungkin mengalami prolaps dan berada di depan bagian
presentasi janin setelah membran ruptur (dikatakan penumbungan tali pusat). Yang menjadi
masalah pada prolaps tali pusat adalah tali pusat terletak di jalan lahir di bawah bagian
presentasi janin, dan tali pusat terlihat pada vagina setelah ketuban pecah.
Tali pusat lebih mungkin mengalami prolaps jika ada sesuatu yang mencegah bagian
presentasi janin di segmen bawah uterus atau penurunannya ke dalam panggul ibu. Presentasi
tali pusat jarang terdiagnosis, sehingga memerlukan pemeriksaan yang teliti. Pemeriksaan ini
harus dilakukan pada semua kasus persalinan, seperti pada persalinan preterm atau jika terdapat
malpresentasi atau malposisi janin.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Prolaps tali pusat merupakan salah satu permasalahan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan.
Dari latar belakang yang menyangkut tentang Prolaps Tali Pusat tersebut maka bisa
dibuat suatu rumusan masalah yaitu:
1. Apakah pengertian Prolaps Tali Pusat?
2. Apakah faktor – faktor predisposisi terjadinya prolapsus tali pusat
3. Bagaimana penatalaksanaan Prolaps Tali Pusat
1.2 TUJUAN

Adapun tujuan penyusun menyusun makalah Prolaps Tali Pusat ini adalah

1. Untuk mengetahui Pengertian Prolaps Tali Pusat


2. Untuk mengetahui Faktor – faktor predisposisi terjadinya prolaps tali pusat
3. Untuk mengetahui Bahaya prolapsus tali pusat
4. Untuk mengetahui tindakan yang tepat untuk menyelamatkan janin atau
penatalaksanaannya
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 PENGERTIAN
Prolaps tali pusat merupakan komplikasi yang jarang terjadi, kurang dari 1 per 200
kelahiran, tetapi dapat mengakibatkan tingginya kematian janin. Oleh karena itu, diperlukan
keputusan yang matang dan pengelolaan segera.
Prolapsus tali pusat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tali pusat terkemuka atau terdepan, bila tali pusat berada di bawah bagian terendah
janin dan ketuban masih intak atau jika tali pusat berada di samping bagian besar janin dapat
teraba pada kanalis servikalis, dan lebih rendah dari bagian bawah janin sedang ketuban masih
intak atau belum pecah
Tali pusat menumbung, disebut juga prolapsus funikuli adalah jika tali pusat teraba
keluar atau berada di samping dan melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir, bila tali
pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah, ke serviks, dan turun ke vagina.
Occult prolapse, tali pusat berada di samping bagian terendah janin turun ke vagina.
Tali pusat dapat teraba atau tidak, ketuban dapat pecah atau tidak.

2.2 FAKTOR PENYEBAB PROLAPS TALI PUSAT


Faktor dasar yang merupakan faktor predisposisi prolaps tali pusat adalah tidak terisinya
secara penuh pintu atas panggul dan serviks oleh bagian terendah janin. Faktor-faktor etiologi
prolaps tali pusat meliputi beberapa faktor yang sering berhubungan dengan ibu, janin,
plasenta, tali pusat dan iatrogenik :
1. Presentasi yang abnormal, seperti letak lintang atau letak sungsang terutama presentasi kaki
2. Prematuritas
3. Kehamilan ganda
4. Polihidramnion sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak engage
5. Multiparitas predisposisi terjadinya malpresentasi
6. Disproporsi janin-panggul
7. Tumor di panggul yang mengganggu masuknya bagian terendah janin
8. Tali pusat abnormal panjang (> 75 cm)
9. Plasenta letak rendah
10. Solusio plasenta
11. Ketuban pecah dini

2.3 Penatalaksanaan
1. Memposisikan ibu untuk menungging (knee-chest position) atau posisi Trendelenburg
untuk mengurangi tekanan pada tali pusat
2. Mendorong bagian terendah janin ke kranial untuk mengurangi tekanan pada tali pusat
3. Memantau terus denyut jantung janin dan pulsasi tali pusat
4. Resusitasi intrauterine melalui oksigenisasi pada ibu
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Prolapsus atali pusat adalah kejadian yang jarang dijumpai dalam persalinan, untuk
mengetahui ada tidaknya prolaps tali pusat maka dalam setiap pemeriksaan persalinan harus
cemat dan teliti,seperti pada persalinan preterm atau jika terdapat malpresentasi dan malposisi
janin karena apabila prolaps tali pusat diketahui setelah selaput ketuban pecah dapat berbahaya
bagi bayi kerena dapat terjadi hipoksia yang berat.
3.2 SARAN
Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan harus melakukan pemeriksaan secara
benar dan teliti
Diharapkan sebagai calon bidan mampu mengetahui tanda dan gejala prolaps tali pusat serta cara
penangannya
Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan pelayanan yang optimal dan dapat memberikan
tindakan atau keputusan yang tepat.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono.2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Bina Pustaka


http://www.infokedokteran.com/referat-kedokteran/referat-obstetry-dan-ginecology-prolaps-
tali-pusat-occult-prolapse.html#more-26

Yuliati, devi. 2006. Menejement Komplikasi Kehamilan Persalinan. Jakarta:EGC

Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP

Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:YBBSP

Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBBSP

Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Tali Pusat Menumbung

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus kedunia luar (Sarwono, 2008). Proses persalinan merupakan hal yang penting dalam
kehamilan, dimana persalinan merupakan akhir dari masa kehamilan. Dalam proses persalinan
terdiri dari kala I, kala II, kala III dan kala IV.
Tali pusat menumbung adalah bila teraba tali pusat keluar dan biasanya ketuban sudah
pecah (Menurut Prof. Dr. Roestam Mochtar, MPH, 1998).Keadaan-keadaan yang
menyebabkan gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap panggul, sehingga pintu atas
panggul tidak tertutup pleh bagian bawah janin tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali
pusat dan terjadinya prolapsus funikuli. Dengan demikian prolapsus funikuli sering dijumpai
pada letak lintang dan letak sungsang, terutama presentasi bokong kaki. Pada presentasi kepala,
antara lain dapat terjadi pada disproporsi sefalopelvik.
Komplikasi yang terjadi akibat tali pusat menumbung diantaranya adalah Bayi mati
(IUFD),Asfiksia, Partus prematurus. Penanganan yang baik dan bermutu pada ibu bersalin
dengan tali pusat menumbung akan dapat menghindari kemungkinan terjadinya
komplikasi.Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk membuat konsep
manajemen pada ibu bersalin dengan tali pusat menumbung.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa yang dimaksud dengan tali pusat menumbung?


b. Bagaimana klasifikasi tali pusat menumbung?
c. Bagaimana etiologi tali pusat menumbung?
d. Bagaimana faktor predisposisi tali pusat menumbung?
e. Bagaimana patogenesis/patofisiologis tali pusat menumbung?
f. Bagaimana penatalaksanaan persalinan dengan tali pusat menumbung?
g. Apa saja komplikasi persalinan dengan tali pusat menumbung?
h. Bagaimanakah manajemen asuhan kebidanan persalinan dengan tali pusat menumbung?

1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan tali
pusat menumbung.
Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan tali pusat
menumbung diharapkan penulis dapat:
a. Apa yang dimaksud dengan tali pusat menumbung?
b. Bagaimana klasifikasi tali pusat menumbung?
c. Bagaimana etiologi tali pusat menumbung?
d. Bagaimana faktor predisposisi tali pusat menumbung?
e. Bagaimana patogenesis/patofisiologis tali pusat menumbung?
f. Bagaimana penatalaksanaan persalinan dengan tali pusat menumbung?
g. Apa saja komplikasi persalinan dengan tali pusat menumbung?
h. Bagaimanakah manajemen asuhan kebidanan persalinan dengan tali pusat menumbung?

1.4 Sistematika Penulisan

A. BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
d. Sistematika Penulisan

B. BAB II TINJAUAN TEORI


a. Tinjauan teori
b. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

C. BAB III TINJAUAN KASUS


a. Pengkajian
b. Identifikasi Diagnosa/Masalah
c. Rencana Tindakan
d. Implementasi
e. Evaluasi

D. BAB IV PEMBAHASAN
E. BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

TINJAUAN TEORI
2.1 LANDASAN TEORI
A. Definisi
Tali pusat menumbung, bila tali pusat keluar melalui ketuban yang sudah pecah ke serviks dan
sudah turun ke vagina.
B. Klasifikasi Tali Pusat Menumbung
Tali pusat menumbung, ketuban pecah. Tali pusat menempati salah satu dari 3 kedudukan,
yaitu:
a. Tali pusat menumbung di PAP, terletak di samping bagian terbawah janin di PAP
b. Tali pusat menumbung ke dalam vagina, turun ke vagina
c. Tali pusat menumbung melalui introitus dan keluar dari vagina

C. Etiologi
Penyebab presipitasi tali pusat menumbung terdiri dari:
- Pecah ketuban dan presentasi bokong, presentasi campuran, presentasi lintang, janin kecil
(kurang dari 2000 gram), atau kelahiran kembar kedua. Kehamilan kembar, perlahiran
premature, tali pusat pusat yang sangat panjang merupakan faktor predisposisi.
- Pemberian enema jika ketuban pecah dan bagian presentasi adalah kepala yang belum
masuk ke pintu atas panggul, presentasi campuran, presentasi bokong atau bokong-kaki yang
belum masuk ke pintu atas panggul, atau bahu.
- Amniotomi, jika kepala belum masuk ke pintu atas panggul, presentasi campuran,
presentasi non sefalik, atau janin kecil yang bagian presentasinya (baik sefalik atau bokong)
tidak mengisi rongga pelvis
- Pemeriksaan dalam menyebabkan pecah ketuban yang tidak disengaja pada kondisi adanya
ketuban yang tegang serta menonjol dan kepala belum masuk ke pintu atas panggul, presentasi
campuran atau presentasi nonsefalik.
- Pecah ketuban spontan dengan kepala belum masuk ke pintu atas panggl, presentasi
campuran, atau presentasi nonsefalik.
- Pemindahan verteks selama pengkajian janin atau manipulasi obstretrik (misal rotasi kepala
secara manual, penempatan forsep selain di outlet forsep; pemasangan elektroda kulit kepala
janin; usaha versi sefalik luar; pemasangan kateter tekanan intrauterus)

D. Faktor Predisposisi
Keadaan-keadaan yang menyebabkan gangguan adaptasi bagian bawah janin terhadap
panggul, seperti pada disproporsi cephalopelvic, letak lintang, letak kaki, kehamilan ganda,
letak majemuk, hydrmnion, sehingga pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin
tersebut, merupakan predisposisi turunnya tali pusat dan terjadinya tali pusat menumbung.

E. Patogenesis/Patofisiologis
Tekanan pada tali pusat oleh bagian terendah janin dan jalan lahir mengurangi atau
menghilangkan sirkulasi plasenta. Bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian janin. Obstruksi yang lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera
berkurangnya detak jantung janin (deselerasi veriabel). Bila obstruksinya hilang dengan cepat
detak jantung janin akan kembali normal. Akan tetapi, bila obstruksinya mnetap terjadilah
deselerasi yang dilanjutkan dengan hipoksia langsung terhadap miokard sehingga
mengakibatkan deselerasi yang lama. Bila dibiarkan, terjadi kematian janin.
Seandainya obstruksinya sebagian, akan menyebabkan akselerasi detak jantung. Penutupan
vena umbilikalis mendahului penutupan arteri yang menghasilkan hipovolemi janin dan
mengakibatkan akselerasi jantung janin. Gangguan aliran darah yang lama melalui tali pusat
menghasilkan asidosis respiratorium dan metabolik yang berat, berkurangnya oksigenasi janin,
bradikardia yang menetap dan akhirnya kematian janin.

F. Penatalaksanaan
- Bila tali pusat tidak berdenyut lagi tunggu partus spontan
- Bila tali pusat berdenyut berarti berarti janin masih hidup dan lakukan penangan seperti
dibawah ini. Beri oksigen 4-6 L/menit dengan masker atau kanula hidung.
Pembukaan belum lengkap
Jika pembukaan belum lengkap tindakan hanya 2 pilihan yaitu:
Reposisi tali pusat
Seksio sesarea
Jika reposisi berhasil, tekan fundus uteri agar bagian terdepan/terbawah janin turun kalau perlu
berikan oksigen drips dan tunggu partus spontan
Jika reposisi gagal, dorong bagian terdepan keatas agar tali pusat tidak tertekan dan letakkan
ibu dalam posisi trendelenburg atau exaggrated sims position dengan menaruh bantal di bawah
perut/pinggul dan segera bawa ke rumah sakit untuk seksio sesarea dengan tangan tetap
dipertahan dalam vagina sampai bayi lahir
Pemberian tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol dengan dosis 0,5 mg IV dapat menolong
mengurangi kontraksi uterus.
Pembukaan sudah lengkap
Bila pembukaan sudah lengkap dan syarat-syarat dipenuhi persalinan segera diselesaikan sesuai
dengan presentasi janin:
Tali pusat menumbung pada presentasi kepala
Jika kepala masih tinggi dan ekstraksi dengan forceps kaepala sudah masuk ke dalam rongga
panggul. Pada anak kecil (anak II gemeli) dapat diusahakan ekspresi dan sesudah syarat-syarat
forceps terpenuhi dilakukan ekstraksi dengan forseps
Kalau anak sudah meninggal, ditunggu persalinan spontan. Jangan membuang waktu dengan
melakukan reposisi tali pusat.
Tali pusat menumbung pada presentasi bokong/kaki
Reposisi tali pusat dan usahakan persalinan pervaginam segera. Jika reposisi tali pusat gagal
lakukan ekstraksi bokong atau SC
Tali pusat menumbung pada letak lintang
Pertahankan posisi trendelenburg dan dorong bahu janin ke atas, dan segera lakukan SC

G. KOMPLIKASI
1. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari
tangan akan memasukkan bakteri vagina kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi
selama persalinan, terutama apabila dicurigai terjadi distosia. Infeksi merupakan bahaya yang
serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama(Chuningham dkk, 2005).
2. Pada janin
a. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
- Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
- Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari).
- Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan(jika bayi lahir dengan letak
kepala).
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan motorik
(kemmpuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasidan terarah)akibat dari rusaknya
otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).

2.2 KOSEP MANAJEMEN KEBIDANAN DENGAN TALI PUSAT MENUMBUNG


a. Subjektif
Biodata
Nama : Untuk mengetahui identitas diri ( ibu dan suami )
Umur : Untuk mengetahui kematangan organ reproduksi
Usia ideal untuk hamil : 20 – 35 tahun
a. Jika < 20 tahun, potensial terjadi abortus karena organ reproduksi belum matang
b. Jika > 35 tahun, potensial terjadi :
Tekanan darah tinggi
KPD, ketuban pecah sebelum persalinan dimulai
Persalinan tidak lancar / macet
Perdarahan setelah bayi lahir
Agama :Untuk mengetahui kepercayaan ibu pada saat memberikan asuhan / bimbingan doa pada saat
ibu menghadapi persalinan.
Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu pada saat memberikan asuhan.
Pekerjaan :Untuk mengetahui kegiatan / aktivitas ibu selama hamil, Untuk mengetahui apakah pekerjaan
ibu berat sehingga mengganggu kesehatan ibu sendiri dan janin.
Penghasilan:Untuk mengetahui keadaan ekonomi ibu dan suami
Alamat :Untuk mengetahui alamat ibu, sewaktu - waktu ada masalah bisa langsung menghubungi
keluarga di rumah.
Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh klien sehingga menyebabkan
timbulnya gangguan pada dirinya. Pasien dengan tali pusat menumbung mempunyai keluhan
utama yaitu mules mules seperti akan melahirkan dengan ketuban sudah pecah.
Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang.
Meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami oleh klien, penyakit yang sedang diderita dan
menadapat pengobatan yang sedang atau pernah dilakukan penting dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan penyakit yang menyertai dan mempengaruhi proses persalinan.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular yang dapat mempengaruhi
kondisi ibu atau penyakit menurun yang merupakan faktor predisposisi penyakit persalinan
adalah dari keluarga ibu atau suami memiliki saudara kembar. Faktor yang mempengaruhi
kehamilan kembar salah satunya adalah herediter
Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, lama menikah, dan umur pertama kali menikah.
a. Berapa kali menikah : mengetahui kemungkinan ibu terkena PMS
b. Lama menikah : ibu dalam primitua primer / sekunder
c. Umur pertama menikah :untuk mengetahui usia pertama mulai bereproduksi melakukan
hubungan seksual
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu
a. Berapa kali hamil, anak yang lahir hidup, persalinan tepat waktu, persalinan dengan
tindakan, jenis kelamin, plasenta, riwayat perdarahan yang lalu, keadaan masa nifas yang lalu,
menyusui bayinya atau tidak, imunisasi bayinya, BB bayinya waktu lahir.
b. Masalah-masalah lain yang ditemui
c. Untuk mengetahui adakah penyulit selama kehamilan yang lalu :
Riwayat Obstetri Jelek
Kehamilan kedua yang kemungkinan terjadi saat persalinan sekarang :
– Lahir belum cukup bulan
– Lahir mati
– Lahir hidup lalu mati > 7 hari
Kehamilan kedua / lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan
Persalinan yang lalu dengan tindakan
Tindakan dengan tarikan tang / cunam / forcep / vakum
Uri manual
Ibu diberi infuse / transfuse pada persalinan yang lalu
Pada ibu bekas SC indikasi yang lalu dapat :
– Tetap ada panggul sempit, maka persalinan yang sekarang harus ditolong dengan SC lagi.
Tidak tetap ada, misalnya perdarahan sebelum anak lahir. Namun persalinan ini perlu
dipercepat dan dibantu dengan tindakan antara lain : cunam atau tang atau SC lagi.
Riwayat Kehamilan Sekarang
a) HPHT : .......... TP : ........... UK : .............
b) ANC :
TM I :Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal satu kali pada triwulan pertama yaitu 0
– 12 minggu
TM II :Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal satu kali pada triwulan kedua
yaitu 13 – 28 minggu
TM III :Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal dua kali padatriwulan ketiga yaitu : 29 –
42 minggu
c) Ibu mengatakan hamil dan keluar cairan banyak / sedikit dari alat kelamin, jernih / keruh,
sejak tanggal ............ jam ...........
d) Gerak Janin : Pada primigravida gerak janin bisa dirasakan dengan UK 18–20 minggu
sedangkan multigravida gerak janin bisa dirasakan dengan UK 16 minggu. Pada janin dengan
tali pusat menumbung gerakan janinnya berkurang/menurun.
e) Imunisasi TT :
TT1 : pada ANC I
TT2 : 4 minggu setelah TT1
TT3 : 6 bulan setelah TT2
TT4 : 1 th setelah TT3
TT5 : 1 th setelah TT4
f) Masalah atau tanda bahaya seperti perdarahan pervaginam, sakit kepala lebih dari biasa,
gangguan penglihatan, pembengkakan pada wajah / tangan, nyeri abdomen dan janin tidak
bergerak. Pada kasus polihydramnion dijumpai keluhan seperti sesak nafas, nyeri abdomen,
nyeri pada ulu hati dan abdomen semakin membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan.
g) Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan
h) Penggunaan obat-obatan termasuk jamu-jamuan
i) Kekhawatiran lain yang dirasakan.
j) Pelayanan yang sudah didapat dari tenaga kesehatan tentang kehamilan
Pola Kebiasaan Sehari-hari

Jawaban pertanyaan tentang nutrisi dan istirahat dimaksudkan untuk mengetahui keadaan
tentang penderita untuk melahirkan, klien yang tidak dapat tidur (istirahat) dan tidak dapat
makan akan kekurangan tenaga saat bersalin
a) Pola Nutrisi
Frekuensi makan dan minum yang terakhir dilakukan oleh klien sebelum melakukan
persalinan.
b) Pola eliminasi
BAB dan BAK yang terakhir dilakukan oleh klien sebelum melakukan persalinan.
c) Pola istirahat
Istirahat yang dijalani pasien sebelum persalinan juga mempengaruhi pada proses persalinan.
d) Pola kebersihan
Frekuensi mandi, gosok gigi dan ganti pakaian serta celana dalam yang terakhir dilakukan oleh
klien sebelum melakukan persalinan.
Data psikososial
a) Psikologis
Kelahiran anak direncanakan / diharapkan. Tanggapan suami, orang tua, keluarga lain terhadap
kelahiran anak
b) Sosial Ekonomi
Untuk persiapan pengambilan keputusan apabila kegawatdaruratan terjadi. Seperti merujuk.
c) Hubungan suami, istri, orang tua dan keluarga lain apakah baik atau tidak, orang yang
berpengaruh dalam keluarga
Data sosial budaya
Tradisi / kebiasaan berobat / pertolongan persalinan dimana.
Data Spiritual
Bagaimana pelaksanaan ibadah dari agama dan keyakinan yang dianut?

b. Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 60-90x/menit (Manuaba, 1998)
anan darah : dalam batas normal (90/60 – 130/90 mmHg), apabila mengalami tekanan
darah tinggi terjadi kenaikan sistolik >30 mmHg dan diastolic 15mmHg dilihat dari tekanan
darah sebelum hamil.
nafasan : 18-24x/menit (Manuaba, 1998)
u : 36,5 o -37,5o C

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
1. Muka : oedem/tidak, pucat/tidak
2. Mata : Sclera putih/kuning. Konjungtiva merah muda/pucat.
3. Mulut :bibir lembab/tidak. Pucat/tidak.
4. Dada : terlihat retraksi dada/tidak.
5. Payudara : bersih/tidak, putting menonjol/tidak.
Palpasi
1. Leher : teraba pembesaran kelenjar thyroid/tidak, teraba pembendungan vena
jugularis/tidak.
2. Payudara : teraba benjolan abnormal/tidak, kolostrum sudah keluar apa belum, teraba
pembengkakan abnormal/tidak.
3. Abdomen :
- Leopold I : untuk mengetahui bagian janin yang berada pada fundus. Pada letak bujur,
teraba kurang bulat dan kurang melenting (kesan bokong) teraba pada fundus, dan pada bagian
bawah teraba keras, bulat dan melenting (kesan kepala). Pada letak lintang, di fundus tidak
teraba apapun.
- Leopold II : pada letak bujur, teraba keras seperti papan (kesan punggung) dan bagian
kecil pada kanan atau kiri. Pada letak lintang, dibagian kanan dan kiri ibu teraba kurang bulat
dan kurang melenting (kesan bokong) dan teraba bulat, keras dan melenting (kesan kepala).
- Leopold III : teraba bagian melenting, keras dan bulat (kesan kepala) pada bagian bawah
atau jika letak lintang teraba pada kanan/kiri ibu.
- Leopold IV : Convergent/Divergent/sejajar.
Auskultasi
Terdengar DJJ atau tidak. DJJ janin normalnya 120-160x/menit, regular/ireguler
Pemeriksaan Dalam
VT tanggal.....jam......WIB, oleh......
V/V : darah lendir
Ø : 10 cm
Eff : 100 %
Ketuban : (-)
Bagian terdahulu, kepala
Teraba bagian terkecil dan bagian berdenyut dari janin di sekitar bagian terdahulu.
Bagian terendah, pada letak bujur teraba uuk pada jam 12.
Hodge : III

c. Analisa
Dx : G.. P…, Ab…. Minggu, Tunggal, Hidup, Letak kepala/ lintang., Intrauterine, Inpartu Kala I
fase….., KU ibu dan janin……., dengan tali pusat menumbung
Ds :
1. Apa ibu sudah merasakan perutnya terasa semakin mulas dan ada perasaan seperti ingin
BAB?
2. Apa ibu merasakan sudah ada perasaan ingin meneran?

Do :
1. Ada tanda-tanda (keluar darah bercampur lendir semakin banyak, perineum menonjol, vulva
membuka, anus membuka
2. Ada his 3-5x dalam 10 menit lamanya >40 detik
3. Pemeriksaan dalam
V/V : darah lendir
Ø : 10 cm
Eff : 100 %
Ketuban : (-)
Bagian terdahulu, kepala
Teraba bagian terkecil dan bagian berdenyut dari janin di sekitar bagian terdahulu.
Bagian terendah, pada letak bujur teraba uuk pada jam 12.
Hodge : III
4. DJJ : (+) 100 x/mnt
5. Punctum anak : 2 jari diatas pusat perut ibu bagian kanan
Diagnosa Potensial :
Jika tidak segera ditangani akan terjadi potensial gawat janin.

Penatalaksanaan
Mandiri
Jika tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup :
1. Menjelaskan pada ibu kemungkinan akan terjadi penyulit dalam persalinan dikarenakan
adanya tali pusat menumbung sehingga harus dilakukan sectio caesarea atau reposisi tali pusat.
Rasional :penjelasan adanya penyulit pada ibu akan membuat ibu dan keluarga cepat dalam
mengambil keputusan dan lebih kooperatif terhadap tindakan yang akan diberikan.
2. Memposisikan ibu untuk menungging atau posisi tredelenbrug untuk mengurangi tekanan
pada tali pusat.

Gambar : posisi tredelenburg.


Gambar : posisi menungging (knee chest)
Rasional: posisi tredelenbrug akan melancarkan peredaran darah ibu dan mengurangi tekanan
tali pusat.
3. Mendorong bagian terendah janin kearah kranial untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.
Rasional: tekanan tali pusat menyebabkan gawat janin.
4. Memantau terus denyut jantung dan pulsai tali pusat.
Rasional: DJJ masih berdenyut apa tidak
5. Obseravasi keadaan janin dan ibu, meliputi :
a. DJJ (Denyut Jantung Janin)
b. Pembukaan serviks
c. Penurunan kepala
d. Frekuensi his setiap 10 menit
e. Lamanya kontraksi
f. Kekuatan his
g. Nadi ibu
h. Tekanan darah
i. Suhu
j. Pernapasan
k. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera.
Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung
spontan pervaginam.
Kolaborasi
Jika ibu pada persalinan kala I, ada dua pilihan yaitu reposisi tali pusat atau seksio sesarea.
a. Dengan sarung tangan desinfektan tingkat tinggi (dtt) masukkan tangan dalam vagina dan
bagian terendah janin segera didorong keatas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurangi.
Rasional: tahanan tali pusat dapat menyebabkan gawat janin
b. Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan evaluasi keberhasilan reposisi.
Rasional: keberhasilan reposisi tali pusat akan membuat ibu bersalin secara pervaginam bukan
SC
c. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas rongga panggul, keluarkan
tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan seksio sesarea.
Rasional: melalukan observasi his sampai dilakukan SC
d. Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan ke atas agar tali pusat tidak tertekan dan
letakkan ibu dalam posisi tredelenburg atau exaggerated sims position dengan menaruh bantal
di bawah perut / pinggul dan segera bawa ke rumah sakit untuk di section sesarea dengan tangan
tetap dipertahankan didalam vagina sampai bayi lahir.
Rasional: posisi tersebut untuk mengurangi tekanan pada tali pusat yang dapat
menyebabkabkan gawat janin.
e. Jika tersedia, berikan tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan
untuk mengurangi kontraksi rahim.
Rasional: terapi tokolitik untuk mengurangi kontraksi rahim.
f. Segera lakukan seksio sesarea.
Rasional : jika kondisi ibu dalam kondisi penyuli SC dilakukan untuk mengurangi resiko gawat
janin.

Jika ibu pada persalinan kala II :


a. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ekstrasi vakum atau ekstrasi cunam
/ forcefs dengan episiotomi.
b. Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ekstrasi bokong atau kaki dan gunakan forcefs
piper atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul.
c. Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea.
d. Siapkan segera resusitasi neonatus.
6. Menjelaskan pada keluarga untuk memberi dukungan psikologi.
Rasional : untuk mengurangi kecemasan ibu dalam menghadapi SC
Rujukan
B : memastikan pasien didampingi oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini petugas kesehatan ialah
bidan. Bidan bersedia mendampingi pasien menuju tempat rujukan.
A :bidan membawa perlengkapan yang dibutuhkan, seperti tensimeter, termometer, stetoskop,
funandoskop, oksigen, cairan RL 500 ml 20 tpm.
K :beritahu keluarga tentang kondisi terakhir klien dan alasan mengapa klien dirujuk.
S :beri surat ke tempat rujukan yang berisi indentifikasi klien, alasan rujukan, uraian hasil
rujukan, asuhan atau terapi apa yang telah diberikan kepada klien.
O :membawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalan merujuk seperti tokolitik
(salbutamol 0,5 mg)
K :siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan klien dalam kondsi yang nyaman
dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu yang cepat.
U :ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup (karena kemungkinan akan
dilakukan SC) untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.
Selama di perjalanan petugas kesehatan harus senantisa mengobservasi tanda-tanda vital ibu dan
denyut jantung janin. Tangan kanan petugas kesehatan tetap berada pada jalan lahir untuk
menahan kepala agar tidak menekan tali pusat

Daftar Pustaka

Manuaba,dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:EGC


Prawirohardjo,Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Taber,Ben-zion.1994.Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.Jakarta:EGC
Yulianti,Devi.2005.Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan.Jakarta:EGC

1. A. Alasan Merujuk Tali Pusat Menumbung

Tali pusat menumbung tidak membahayakan si ibu dan tidak menyulitkan dalam persalinan,
namun mengancam bagi janin. Harapan untuk bayi tergantung pada derajat dan lamanya
kompresi tali pusat dan interval antara diagnosis dan kelahiran bayi. Oleh karena itu pada kasus
tali pusat menumbung harus secepatnya ditangani sebelum membahayakan nyawa janin.
Sebaiknya bidan harus dapat memberikan pertolongan pertama pada kasus tali pusat
menumbung sebelum merujuk ke rumah sakit, untuk menghindari kematian janin. Pada kasus
tali pusat menumbung ini bidan harus segera merujuk ke tingkat pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi, karena membutuhkan penanganan emergency dan kasus ini tidak termasuk dalam
wewenang bidan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nasib janin :

1. Semakin baik keadaan janin pada waktu diagnosis dibuat, semakin besar harapan
hidupnya. Tali pusat yang berdenyut keras menurunkan gejala yang baik, sebaliknya
tali pusat yang berdenyut lemah berarti tidak baik.
2. Semakin cepat bayi dilahirkan setelah tali pusat turun ke bawah, semakin baik hasilnya.
Penurunan > 30 menit memperbesar kematian janin 4 x.
3. Janin yang lebih tua umur kehamilannya lebih besar pula kemampuannya bertahan
terhadap proses-proses traumatic.
4. Semakin kurang trauma pada kelahiran bayi, semakin baik prognosis untuk ibu dan
anak.
5. Pembukaan serviks mungkin merupakan faktor yang terpenting. Jika pembukaan sudah
lengkap pada waktu diagnosis dibuat maka akan banyak bayi yang dapat diselamatkan.
Semakin kecil pembukaan prognosisnya semakin jelek. Perkecualian untuk ini adalah
jika dapat dilakukan section caesarea dengan segera, dalam hal mana prognosisnya
sama baik atau lebih baik pada pembukaan serviks yang masih kecil.
6. Kematian janin bertambah dengan semakin panjangnya interval antara pecahnya
ketuban dan kelahiran bayi.

1. B. Cara Merujuk pada Persalinan Kala I dengan Tali Pusat Menumbung

a) Tali Pusat Masih Berdenyut

1. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
2. Segera menyiapkan rujukan serta mengantar ibu ke tempat rujukan dengan membawa
tabung oksigen, set partus, alat resusitasi, pakaian ibu dan bayi jika tiba-tiba bayi lahir
di jalan.
3. Ketika dalam perjalanan merujuk, bidan memberi ibu oksigen 4-6 liter/menit melalui
masker atau kanula nasal.
4. Mengatur posisi ibu tredelenburg.
5. Dengan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi masukkan tangan ke dalam vagina dan
bagian terendah janin segera didorong ke atas sehingga tahanan pada tali pusat dapat
dikurangi.
6. Tangan bidan yang lain menahan bagian terendah suprapubis dan evaluasi keberhasilan
reposisi.
7. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat di atas rongga panggul,
keluarkan tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap di atas abdomen sampai tiba di
rumahsakit/tempat rujukan dan mendapatkan penanganan di tempat rujukan.
8. Jika tempat rujukan saangat jauh dan tersedia Salbutamol, berikan Salbutamol 0,5 mg
I.V secara perlahan untuk mengurangi kontraksi rahim.
b) Tali Pusat Tidak Berdenyut

Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak merupakan
keadaan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu. Pergunakan
waktu untuk memberikan konseling kepada ibu dan keluargannya tentang apa yang terjadi dan
tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung spontan
pervaginam.
PROLAPSUS TALI PUSAT

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prolaps tali pusat merupakan salah satu kasus kegawat daruratan obstetri. Prolaps tali
pusat terdiri dari tali pusat terkemuka, tali pusat menumbung, dan tali pusat tersembunyi.
Insiden terjadinya prolaps tali pusat adalah 1:3000 kelahiran, sedangkan tali pusat tersembunyi
50% tidak diketahui. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa
angka kejadian prolaps tali pusat berkisar antara 0,3% sampai 0,6% persalinan. Keadaan
prolaps tali pusat mungkin terjadi pada mal presentasi atau mal posisi janin, antara lain:
presentasi kepala (0,5%), letak sungsang (5%), presentasi kaki (15%), dan letak lintang (20%).
Prolaps tali pusat juga sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika plasenta letak rendah.
Mortalitas tali pusat menumbung pada janin sekitar11-17% (Yusuf, 2010).
Prolaps tali pusat secara langsung tidak mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya sangat
membahayakan janin. Tali pusat menumbung, dimana ketuban sudah pecah dan tali pusat
berada di bawah bagian janin, keadaan tersebut membuat tali pusat dapat terkena antara bagian
terendah janin dan dinding panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia pada janin. Bahaya
terbesar adalah pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat menjepit antara
bagian terendah janin dengan jalan lahir sehingga mengakibatkan gangguan oksigenasi janin.
Pada tali pusat terkemuka, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa
besar, tetapi setelah ketuban pecah bahaya kematian janin sangat besar (Winkjosastro, 2007).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang menyangkut tentang Prolaps Tali Pusat tersebut maka bisa dibuat
suatu rumusan masalah yaitu :

1. Apakah pengertian Prolaps Tali Pusat?

2. Apakah faktor-faktor predisposisi terjadinya prolapsus tali pusat ?

3. Apakah bahaya prolapsus tali pusat bagi janin?

4. Bagaimana penatalaksanaan Prolaps Tali Pusat?

C. Tujuan
Adapun tujuan penyusun menyusun makalah Prolaps Tali Pusat ini:
1. Untuk mengetahui Pengertian Prolaps Tali Pusat.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor predisposisi terjadinya prolaps tali pusat.

3. Untuk mengetahui bahaya prolapsus tali pusat.

4. Untuk mengetahui tindakan yang tepat untuk menyelamatkan janin atau


penatalaksanaannya.

D. Manfaat
Adapun manfaat penyusun menyusun makalah Prolaps Tali Pusat ini:
1. Untuk memenuhi tugas kelompok Askeb IV (Patologi Kebidanan).

2. Untuk menambah pengetahuan penyusun tentang Prolapsus pada khususnya dan seluruh
Mahasiswa tingkat II Kebidanan pada umumnya.

3. Dapat menumbuhkan keinginan atau tekad yang kuat bagi penyusun sebagai tenaga medis
masa depan dalam hal ini adalah menjadi seorang bidan untuk dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan masyarakat.

E. Metode Pengumpulan Data


1. Studi Kepustakaan
a. Buku
b. Jurnal

c. Literatur

2. Internet

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin
di dalam jalan lahir setelah ketubah pecah (Saifuddin, 2008).

B. Pembagian prolaps tali pusat


Prolaps tali pusat dibagi menjadi:
1. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli)
Adalah jika tali pusat teraba keluar atau berada disamping dan melewati bagian terendah
janin di dalam jalan lahir, tali pusat dapat prolaps ke dalam vagina atau bahkan diluar vagina
setelah ketuban pecah. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli) secara langsung tidak
mempengaruhi keadaan ibu, sebaliknya sangat membahayakan janin karena tali pusat dapat
tertekan antara bagian depan janin dan dinding panggul yang akhirnya menimbulkan asfiksia
pada janin.
Bahaya terbesar pada presentasi kepala, karena setiap saat tali pusat dapat terjepit antara
bagian terendah janin dengan jalan lahir dapat mengakibatkan gangguan oksigenasi janin. Pada
tali pusat terdepan, sebelum ketuban pecah, ancaman terhadap janin tidak seberapa besar, tetapi
setelah ketuban pecah, bahaya kematian janin sangat besar.
2. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka)
Adalah jika tali pusat berada disamping bagian besar janin dapat teraba pada kanalis
servikalis, atau lebih rendah dari bagian bawah janin sedangkan ketubah masih intek atau
belum pecah.
3. Occult prolapse
Keadaan dimana tali pusat terletak di samping kepala atau di dekat pelvis tapi tidak
dalam jangkauan jari pada pemeriksaan vagina. (Winkjosastro,2005).
C. Anatomi Tali Pusat
Tali pusat terbentuk dari body stalk sebagai peghubung antara janin dengan plasenta. Tali
pusat berasal dari yolk sack dan allantoins. Pada umur 5 minggu yolk sack mulai terbentuk
untuk memberikan nutrisi bagi janin.
Anatomi tali pusat :

1. Panjangnya sekitar 45-60 cm, diameter 2 cm.


a. Terpanjang yang pernah dilaporkan sekitar 200 cm, sedangkan terpendek sepanjang 2 cm.
b. Terdiri dari dua arteri umbilikalis yang merupakan cabang dari arteri hipogastrika interna.
Fungsinya : mencegah oksigen dan nutrisi dari janin kembali ke ibu.
c. Terdiri dari satu vena umblikalis yang masuk menuju sirkulasi umum melalui vena Ductus
Venosus Aranthii yang akhirnya menuju Vena Kava Inferior. Fungsinya : memberikan oksigen
dan nutrisi dari ibu ke janin.
2. Terbungkus oleh jelly Wharton sehingga terlindung dari kemungkinan kompresi yang akan
mengganggu aliran darah dari dan menuju janin melalui retroplasenta sirkulasi.
3. Tali pusat lebih panjang sehingga tampak berliku-liku dalam jelly Wharton.
Keberadaan tali pusat mempunyai kepentingan khusus diantaranya :

1. Tali pusat merupakan penyalur nutrisi dan O2 sehingga janin mendapat kalori yang cukup
untuk tumbuh kembang di dalam rahim.
2. Tali pusat yang cukup panjang akan memberikan kesempatan janin untuk bergerak
sehingga aktivitas otot dan lainnya terlatih sebelum persalinan berlangsung.
3. Saat persalinan terjadi, ada kemungkinan sirkulasi retroplasenta terganggu, tetapi tali pusat
yang dilindungi oleh jelly Wharton, tidak akan terganggu.

D. PATOFISIOLOGI
Tali pusat harus lebih panjang dari 20-35 cm untuk memungkinkan kelahiran janin,
bergantung pada apakah Plasenta terletak di bawah atau di atas. Talipusat yang yang panjang
sebagian besar disebabkan oleh plasenta letak rendah.

Panjang tali pusat yang abnormal berkisar dari tidak tampaknya tali pusat (akordia) sampai
panjang melebihi 300 cm. Tali pusat ini lebih besar kemungkinannya untuk prolaps melalui
serviks. Talipusat yang terlalu panjang memudahkan terjadinya tali pusat yang menumbung
(prolapsus funikuli) sehingga tali pusat dapat tertekan pada jalan lahirnya yang akhirnya
menyebabkan kematian janin akibat asfiksia. Hal ini paling besar kemungkinannya dalam kala
pengeluaran.

Faktor-faktor yang menentukan panjang tali pusat masih diperdebatkan. Panjang tali
dipengaruhi secara positif oleh volume cairan amnion dan mobilitas janin. Panjang talipusat
yang berlebihan juga dapat disebabkan oleh lilitan tali pusat dan janin disertai peregangan
sewaktu janin bergerak.

E. Etiologi
1. Etiologi fetal
a. Sebagian besar dari tali pusat menumbung terjadi pada presentasi:
1) Letak lintang
2) Letak sungsang presentasi bokong, terutama bokong kaki.
b. Prematuritas
Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah satunya disebabkan
karena bayi yang kecil.
c. Gemeli
Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan adaptasi,frekuensi presentasi abnormal
yang lebih besar.
d. Polihidramnion
Ketika ketuban pecah, sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke bawah.
2. Etiologi Maternal
a. Disproporsi kepala panggul
Disproporsi antara panggul dan bayi menyebabkan kepala tidak dapat turun dan pecahnya
ketuban dapat diikuti tali pusat menumbung.
b. Bagian terendah yang tinggi
Tertundanya penurunan kepala untuk sementara dapat terjadi meskipun panggul normal.
3. Etiologi dari tali pusat dan plasenta
a. Tali pusat yang panjang
Semakin panjang tali pusat, maka semakin mudah menumbung.
b. Plasenta letak rendah
Jika plasenta dekat serviks maka akan menghalangi penurunan bagian terendah. Disamping itu
insersi tali pusat lebih dekat serviks.
F. Insiden Prolaps Tali Pusat
Mortalitas terjadinya prolaps tali pusat pada janin sekitar 11-17 %. Insiden terjadinya
prolaps tali pusat adalah 1 : 3000 kelahiran, tali pusat menumbung kira-kira 1 : 200 kelahiran,
tetapi insiden dari occult prolapse 50 % tidak diketahui, 0,5 % pada presentasi kepala, 5 %
letak sungsang, 15 % pada presentasi kaki, 20 % letak lintang.
Beberapa kejadian occult prolapse menyebabkan satu atau lebih kejadian dengan diagnosa
kompresi tali pusat. Prolaps tali pusat lebih sering terjadi jika tali pusat panjang dan jika
plasenta letak rendah. Myles melaporkan hasil penelitiannya dalam kepustakaan dunia bahwa
angka kejadian prolap tali pusat berkisar antara 0,3 % sampai 0,6 % persalinan (dr.Bambang
Widjanarko, SpOG, 2009).

G. Diagnosis
Ibu tidak dapat merasakan adanya prolaps tali pusat pada dirinya. Masalah tampak ketika
memonitor denyut jantung bayi yang menunjukkan penurunan denyut jantung (brakikardi) dan
penemuan saat melakukan vaginal toucher. Alat bantu yang dapat digunakan antara lain:
Doppler, kardiotograf, dan ultrasonografi. Gawat janin yang tampak dengan alat tersebut
menunjukkan deselerasi variabel sebagai konsekuensi dari kompresi tali pusat. Diagnostik tali
pusat menumbung lebih mudah ditegakkan ketika terlihat atau terabanya jerat tali pusat di
dalam vagina yang terkadang sudah menjulur sampai diluar vulva. Pemeriksaan dalam
dilakukan untuk menegakkan diagnosa kemungkinan adanya tali pusat tersembunyi, letak
terkemuka, atau tali pusat menumbung. Janin yang masih hidup teraba tali pusat berdenyut
sebaliknya pada janin yang sudah mati tali pusat tak berdenyut lagi (Winkjosastro, 2007).

H. Gambaran Klinik
Masalah utama yang terjadi pada tali pusat dan keduanya akan menyebabkan terhentinya
aliran darah pada tali pusat dan kematian janin adalah :

1. Tali pusat terjepit antara bagian terendah janin dengan panggul ibu.

2. Spasme pembuluh darah tali pusat akibat suhu dingin diluar tubuh ibu.

Pemeriksaan cardiotocography selalu memperlihatkan gambaran gawat janin dalam


bentuk deselerasi lambat yang sangat dalam atau deselerasi berkepanjangan tunggal. Gambaran
CTG merupakan indikasi untuk melakukan vaginal toucher untuk melihat kemungkinan
adanya prolapsus tali pusat. Pada beberapa keadaan diagnosa sangat mudah ditegakkan yaitu
dengan terlihatnya talipusat di luar vagina, namun dugaan diagnosa yang mendorong perlunya
dilakukan pemeriksaan VT adalah adanya gambaran CTG yang sangat mencurigakan. Sangat
dianjurkan untuk memeriksa kemungkinan adanya prolapsus tali pusat pasca melakukan
tindakan amniotomi

I. Komplikasi
1. Pada Ibu dapat menyebabkan infeksi intra partum
Pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan
menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu
dan janin. Sedangkan pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukkan bakteri vagina
kedalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama apabila dicurigai
terjadi distosia. Infeksi merupakan bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada
partus lama (Chuningham dkk, 2005).
2. Pada janin
a. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen yang cukup.
Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda berikut:
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120 x / menit atau lebih dari 160 x / menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10 x / hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan(jika bayi lahir dengan letak
kepala).
b. Cerebral palsy
Adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan ketrampilan motorik
(kemampuan untuk bergerak dalam cara yang terkoordinasi dan terarah) akibat dari rusaknya
otak karena trauma lahir atau patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).

J. Penanganan
Penanganan Tali Pusat Terdepan ( Ketuban belum pecah ) :
1. Usahakan agar ketuban tidak pecah
2. Ibu posisi trendelenberg
3. Posisi miring, arah berlawanan dengan posisi tali pusat
4. Reposisi tali pusat
Penanganan Prolaps Tali Pusat :

1. Apabila janin masih hidup , janin abnormal, janin sangat kecil harapan hidup tunggu partus
spontan.
2. Pada presentasi kepala apabila pembukaan kecil, pembukaan lengkap, Vacum ekstraksi,
forsep.
3. Pada Letak lintang atau letak sungsang Sectio cesaria

Penanganan tali pusat menurut lokasi/tingkat pelayanan


1. Polindes
a. Lakukan VT jika ketuban sudah pecah dan bagian terbawah janin belum turun.
b. Jika teraba tali pusat, pastikan tali pusat masih berdenyut atau dengan meletakkan tali pusat
diantara dua jari.
c. Lakukan resposisi tali pusat. Jika berhasil usahakan bagian terbawah janin memasuki bagian
rongga panggul dengan menekan fundus uteri dan usahakan dengan segera persalinan
pervaginam.
d. Suntikkan terbulatin 0,25 mg subkutan.
e. Dorong keatas bagian terbawah janin dan segera rujuk ke puskesmas atau langsung ke rumah
sakit.
2. Pukesmas
a. Penanganan sama seperti diatas.
b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin dilaksanakan segera rujuk kerumah sakit.
3. Rumah Sakit
a. Lakukan evaluasi/penanganan seperti diatas
b. Jika persalinan pervaginam tidak mungkin terjadi segera lakukan SC.
(Winkjosastro, 2007).

K. Penatalaksanaan
Tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup :
a. Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal
b. Posisi ibu trendelenburg
c. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera
d. Jika ibu pada persalinan kala I, ada dua pilihan yaitu reposisi tali pusat atau seksio sesarea
e. Dengan sarung tangan desinfektan tingkat tinggi (dtt) masukkan tangan dalam vagina dan
bagian terendah janin segera didorong keatas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurang
f. Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan evaluasi keberhasilan reposisi
g. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas rongga panggul, keluarkan
tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan seksio sesarea
h. Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan keatsas agar tali pusat tidak tertekan dan
letakkan ibu dalam posisi tredelenburg atau exaggerated sims position dengan menaruh bantal
di bawah perut / pinggul dan segera bawa ke rumah sakit untuk di section sesarea dengan tangan
tetap dipertahankan didalam vagina sampai bayi lahir
i. Jika tersedia, berikan tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan
untuk mengurangi kontraksi rahim
j. Segera lakukan seksio sesarea

Jika ibu pada persalinan kala II :


a. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ekstrasi vakum atau ekstrasi cunam
/ forsep dengan episiotomi
b. Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ekstrasi bokong atau kaki dan gunakan forcep
piper atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul
c. Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea.
d. Siapkan segera resusitasi neonatus.

Tali Pusat Tak Berdenyut


Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung
spontan pervaginam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Prolaps tali pusat adalah tali pusat berada disamping atau melewati bagian terendah janin di
dalam jalan lahir setelah ketubah pecah (Saifuddin, 2008).
Prolaps tali pusat dibagi menjadi:
a. Tali pusat menumbung (prolapsus funikuli)
b. Tali pusat terdepan (tali pusat terkemuka)
c. Occult prolapse

2. Etiologi
a. Etiologi fetal
1) Prematuritas
2) Gemeli
3) Polihidramnion
b. Etiologi Maternal
1) Disproporsi kepala panggul.
2) Bagian terendah yang tinggi
3. Gambaran klinik
Masalah utama yang terjadi pada tali pusat dan keduanya akan menyebabkan terhentinya
aliran darah pada tali pusat dan kematian janin adalah :

a. Tali pusat terjepit antara bagian terendah janin dengan panggul ibu.

b. Spasme pembuluh darah tali pusat akibat suhu dingin diluar tubuh ibu.

Komplikasi

a. Pada Ibu
Dapat menyebabkan infeksi intra partum, pecahnya ketuban menyebabkan bakteri di dalam
cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga
terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.
b. Pada janin
Gawat janin
Cerebral palsy
4. Penatalaksanaan
Tali pusat berdenyut berarti janin masih hidup :
a. Beri oksigen 4-6 liter/menit melalui masker atau kanula nasal
b. Posisi ibu trendelenburg
c. Diagnosis tahapan persalinan melalui pemeriksaan dalam segera
d. Jika ibu pada persalinan kala I, ada dua pilihan yaitu reposisi tali pusat atau seksio sesarea
e. Dengan sarung tangan desinfektan tingkat tinggi (dtt) masukkan tangan dalam vagina dan
bagian terendah janin segera didorong keatas sehingga tahanan pada tali pusat dapat dikurang
f. Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan evaluasi keberhasilan reposisi
g. Jika bagian terbawah janin telah terpegang dengan kuat diatas rongga panggul, keluarkan
tangan dari vagina. Letakkan tangan tetap diatas abdomen sampai dilakukan seksio sesarea
h. Jika reposisi tidak berhasil dorong bagian terdepan keatsas agar tali pusat tidak tertekan dan
letakkan ibu dalam posisi tredelenburg atau exaggerated sims position dengan menaruh bantal
di bawah perut / pinggul dan segera bawa ke rumah sakit untuk di section sesarea dengan tangan
tetap dipertahankan didalam vagina sampai bayi lahir
i. Jika tersedia, berikan tokolitik seperti terbutalin atau salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan
untuk mengurangi kontraksi rahim
j. Segera lakukan seksio sesarea

Jika ibu pada persalinan kala II :


a. Pada presentasi kepala lakukan segera persalinan dengan ekstrasi vakum atau ekstrasi cunam
/ forsep dengan episiotomi
b. Jika presentasi bokong / sungsang lakukan ekstrasi bokong atau kaki dan gunakan forcep
piper atau panjang untuk melahirkan kepala yang menyusul
c. Jika letak lintang, siapkan segera seksio sesarea.
d. Siapkan segera resusitasi neonatus.

Tali Pusat Tak Berdenyut


Jika tali pusat tak berdenyut berarti janin telah meninggal. Keadaan ini sudah tidak
merupakan tindakan darurat lagi dan lahirkan bayi sealamiah mungkin tanpa mencederai ibu.
Pergunakan waktu untuk memberikan konseling pada ibu dan keluarganya tentang apa yang
terjadi dan tindakan apa yang akan dilakukan. Diharapkan persalinan dapat berlangsung
spontan pervaginam.

B. Saran
Sebagai bidan kita harus tanggap dengan keadaan dan segera merujuk bila ditemui keadaan
yang demikian agar AKI dan AKB dapat dikendalikan.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, dkk. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.


Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBBSP.
Salmah, dkk. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta: EGC.
Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika.
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:YBBSP.
Winkjosastro, Hanifa.2005 Ilmu Kebidanan. Jakarta:YBBSP.
Rosliana. 2013. Prolapsus Tali Pusat. Dalam
http://chellious.wordpress.com/2011/02/14/prolaps-tali-pusat//. Diunduh tanggal 18 April
2013.
Fatkhul. 2012. Asuhan Kebidanan Prolapsus Tali Pusat. Dalam
http://skydrugz.blogspot.com/2012/10/refarat-prolapsus-tali-pusat.html. Diunduh tanggal 18
April 2013.

Anda mungkin juga menyukai