Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DEWASA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERKULOSIS

DI RUANG TULIP RSUD CHASBULLAH ABDULMAJID KOTA BEKASI

Di susun oleh:

Nuraulia Hanifunisa W (1032161043)

Dosen pembimbing:

Ns. Tri Mochartini, M.kep

Ns. Seven Sitorus, M.kep. Sp.KMB

Ilah Muhafilah, Skp., M.kes

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
1. Definisi Kasus

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman


Mycrobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus, yang
dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam paru-
paru dan kemudian menyebar kedalam bagian tubuh lain melalui sistem
peredaran darah. (Widyanto & triwibowo, 2013)

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebebkan Mycobacterium


tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainya.
Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan dan
luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang
berasal dari orang yang terinfeksi bakteri.

Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:


a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang
menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput
paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing,
alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
TB Paru:
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
d) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan
tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
a) Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
b) Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
(1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
(2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis
(3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

2
(4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.

c. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
1) Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan
lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
3) Kasus setelah putus berobat (Default)
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
4) Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan.
5) Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB
lain untuk melanjutkan pengobatannya.
6) Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam
kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan

2. Etiologi Kasus

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah Mycrobacterium Tuberculosis dan


Mycrobacterium Bovis. Kuman tersebut mempunyai ukuran 0,5 – mikron X 0,3
– 0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, tidak
memiliki selubung, tetapi memiliki lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid
(terutama asam mikolat). (Widoyono, 2012)

Setelah organism terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan hidup
dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah ini
dapat menyebabkan Tb pada orang lain, dimana infeksi laten dapat bertahan
sampai bertahun-tahun.

3
Tergolong dalam kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
a. M. Tuberculosae
b. Varian Asian
c. Varian African I
d. Varian African II
e. M. bovis.

3. Manifestasi Klinis

Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau
lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur
darah, batuk darah, sesak nafas, nyeri dada,badan lemas, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).

Menurut Widyanto (2013) bahwa gejala utama TB Paru adalah batuk berdahak
selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan
seperti:

a. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
b. Dahak bercambur darah atau batuk darah
Kondisi ini terjadi karna ketika basil menginfeksi paru-paru, menghasilkan
jaringan nekrosis dimana jika nekrosis tersebut terjadi di area yang banyak
pembuluh darah maka akan da pembuluh darah terbuka sehingga ketika
penderita batuk dahak yang keluar akan bercambur dengan darah.
c. Sesak nafas
Ketika terjadi nerosis dibagian paru makan akan terbentuk tuberkel yang
menyebabkan kerusakan jaringan elvolii, sehingga terjadi penurunan efek
paru, dan ketika sudah paru-paru sudah berada di kondisi seperti ini alveoli
akan mengalami konsolidasi dan eksudasi
d. Badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, dan malaise
Secara alami tubuh akan merespon ketika ada benda asing yang masuk
kedalam tubuh, dan basil menginfeksi paru dan membentuk jaringan
nekrosis di paru, maka tubuh berusaha mengeluarkan, sehingga akan ada
respon batuk(batuk produktif atau tidak) yang berkepanjangan. Sehingga
terjadi distensi abdomen yang mengakibatkan rasa mual, tidak nafsu
makan, badan lemas, bahkan muntah.
e. Berkeringat pada malam hari, tanpa melakukan aktivitas, serta demam
meriang lebih dari satu bulan

4
Ketika sistem imun berespon terhadap zat asing maka akan ada respon
peradangan yang menyebabkan pengeluaran zat pirogen yang dimana akan
sangat mempengaruhi hipotalamus dalam pengaturan suhu tubuh.

4. Komplikasi

Menurut Widoyono (2012), terdapat berbagai macam komplikasi TB Paru,


dimana komplikasi dapat terjadi di paru-paru sakuran nafas, pembuluh darah,
mediastinum, pleura ataupun dinding dada komplikasi TB ini dapat terjadi baik
pada pasien yang diobati ataupun tidak. Secara garis besar, komplikasi TB
diketegorikan menjadi :
a. Batuk darah / Hemoptysis
Karena pada dasarnya proses TB adalah proses nekrosis, kalau diantara
jaringan yang mengalami nekrosis terdapat pembuluh darah, besar
kemungkinan penderita akan mengalami batuk darah, yang bervariasi dari
jarang sekali sampai sering sekali atau setiap hari.
b. Penyebaran Percontinuitatum / Bronkogen
Proses nekrosis pada TB dapat langsung menyebar ke jaringan disekitarnya,
bahkan dapat menembus pleura interlobaris dan menyerang
lobus yang berdampingan.
c. TB Laring
Setiap debat penderita TB mengandung kuman TB tersebut, sehingga ketika
penderita mengeluarkan dahak akan da basil yang tersangkut di laring
sehingga basil tersebut berkembang biak dan membentuk koloni disana.
d. Pleuritis eksudatif
Ketika basil TB menginfeksi di daerah paru yang dekat dengan pleura,
pleura akan ikut meradang dan akan menghasilkan cairan eksudet.
e. Pneumotoraks
Ketika terjadi peradangan didaerah sekitar pleura, pleura akan ikut
mengalami nekrosis dan bocor sehingga terjadilah pneumotoraks.
f. Hidropnemotoraks
Kondisi dimana pneumotoraks dan pleuritis eksudatif terjadi secara
bersamaan
g. Abses Paru
Infeksi sekunder dapat pula mengenai jaringan nekrotis itu langsung,
sehingga akan terjadi abses paru
h. Cor pulmonal
Semakin parah proses destruksi paru dan semakin luas proses fibrotik di
paru (termasuk proses ateletaksi), resistensi perifer dalam paru akan
semakin meningkat resistensi ini akan menjadi beban bagi jantung kanan,
sehingga akan terjadi hipretropi, dan jika hal ini berlanjut terus akan
berakhir dengan payah jantung kanan.

5
i. Kerusakan tulang dan sendi
Nyeri tulang punggung dan kerusakan sendi bisa terjadi ketika infeksi
Mycrobacterium tuberculosis menyebar dari paru-paru ke jaringan tulang.
Dalam banyak kasus tulang iga juga bisa terinfeksi dan memicu nyeri bagian
tersebut.
j. Kerusakan otak
Mycrobacterium Tuberculosis yang menyebar hingga ke otak bisa
menyebabkan meningitis atau peradangan pada selaput otak. Radang
tersebut pembengkakan pada membrane yang menyelimuti otak dan sering
kali berakibat fatal atau mematikan.
k. Hati dan Ginjal
Hati dan ginjal membantu menyaring pengotor yang ada di aliran darah.
Fungsi ini akan mengalami kegagalan apabila kedua organ tersebut
terinfeksi Mycrobacterium Tuberculosis.
l. Kerusakan jantung
Jaringan sekitar jantung juga bisa terinfeksi oleh Myrobacterium
tuberculosis. Akibatnya bisa terjadi cardiac tamponade, atau peradangan
dan penumpukan cairan yang membuat jantung jadi tidak efektif dalam
memompa darah dan akibatnya bisa sangat fatal.
m. Gangguan mata
Ciri-ciri mata yang sadah terinfeksi Mycrobacterium tuberculosis adalah
mata berwarna kemerahan, mengalami iritasi, dan membengkak di retina
atau bagian lain.
n. Resistensi Kuman
Pengobatan dalam jangka panjang sering kali membuat klien tidak disiplin,
bahkan ada yang putus obat karena merasa bosan. Pengobatan yang tidak
tuntas atau tidak disiplin membuat kuman menjadi resisten atau kebal,
sehingga harus diganti obat lain yang lebih kuat dengan efek samping yang
tentunya lebih berat.

5. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut somantri (2008) didalam Nurarif Amin (2015), pemeriksaan
penunjang pada klien dengan Tuberculosis paru, yaitu :
a. Laboratorium darah rutin
LED meningkat atau normal, Loukositosis
b. Pemeriksaan Sputum BTA
Untuk memastikan diagnosa TB Paru, namun pemeriksaan ini tidak spesifik
karena hanya 30-70% pasien yang berdasarkan pemeriksaan ini. Untuk
memastikan hasil, pemeriksaan ini dilakukan selama 3x pengambilan dahak
dimana 2 hari pengambilan sewaktu seeangkan 1 hari nya dilakukan
sewaktu bangun tidur.
c. Test PAP (Proksidase Anti Proksidase)

6
Merupakan uji serulogiimuno proksidase untuk menentukan igG Spesifik.
d. Test Mantoux / tuberkulin
Dikatakan positif jika di area penyuntikan terdapat indurasi 10mm atau
lebih dan timbul 48-72 jam setelah injeksi.
e. Teknik polymerase chain reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi
f. Beecton dickinsondiagnostic instrument sistem (BACTEC):
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan.
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam
jumlah yang memadai
h. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen thorax dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB,yaitu:
1) Bayangan lesi terletak dilapangan paru atas atau segment apikal lobus
bawah
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak
3) Adalah kavitas, tunggal atau ganda
4) Adanya klasifiikasi
5) Banyangan mentap pada foto ulang beberapa minggu kemudian

7
6. Patoflowdiagram
Basil tubercullin
Microbacterium mencapai permukaan
tuberkulosa (melalui GI, Droplet infection alveoli
luka terbuka saluran
nafas)
TUBERKULOSIS
Tuberkulosa
Pasien dan keluarga
tidak mengetahui dan Muncul respon tubuh berupa Leukosit PMN Neutrofil
mengerti mengenai gejala yang mengganggu menyerang di lobus atas
aktivitas paru (tinggi O2) dan
penyakit dan terapi
memfagositosis bakteri
pengobatan

Ketidakefektifan
Kurang Terjadi proses peradangan
bersihan jalan
pengetahuan nafas

Perfusi Menghalangi Kerja sel


Bakteri
jaringan proses Akumulasi golbet
berdistribusi
menurun ventilasi difusi sekret meningk
at
Pirogen aktif
Metabolisme melepaskan
aerob prostagladin
Batuk berat Adanya refleks Batuk
batuk produktif
Produksi ATP Menggeser set
Distensi abdomen (terus point thermostat
menurun
menerus) dari titik normal
Obstruksi jalan
Mual, muntah nafas
Kelemahan
Ventilasi Gang
fisik Dopler guan
Peningkatan
menurun, o2
infectio pola suhu tubuh
Nutrisi kurang menurun, co2
dari kebutuhan n tidur
Intoleransi meningkat
tubuh
aktivitas
Terhirup orang
hipertermi
RR sehat
meningkat,
Gangguan pola
ritme dan
nafas tidak
efektif kedalamanya Resiko Infeksi
berubah

8
7. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi dan satitasi kesehatan yang
kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat
kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat
malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong
penderita untuk mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi
pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah
punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular.

9
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan
rasa kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
g. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
(a) Inspeksi: adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
(b) Palpasi: Fremitus suara meningkat.
(c) Perkusi: Suara ketok redup.
(d) Auskultasi: Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,
kasar dan yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan
keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

10
8. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan bronkospasme,


akumulasi sekret kental
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan, hiperventilasi, efek
proses inflamasi
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, mual muntah

No Tujuan & Kriteria hasil


Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Ketidakefektifan bersihan NOC NIC
jalan nafas.  Respiratory status: Airway Suction
Definisi: ketidakmampuan ventilation - Pastikan kebutuhan oral/
untuk membersihkan sekresi  Respiratory status: trackeal suction
atau obstruksi dari saluran Airway patency - Auskultasi suara nafas
pernafasan untuk Kriteria hasil: sebelum dan sesidah
mempertahankan kebersihan  Mendemonstrasikan suction
jalan nafas batuk efektif dan - Informasikan kepada
Batasan karakteristik: suara nafas bersih, keluarga mengenai
 Tidak ada batuk tidak ada sianosis dan tindakan suction
 Suara nafas tambahan dyspneu - Minta klien nafas dalam
 Perubahan frekuensi  Menunjukan jalan sebelum suction
nafas nafas yang paten - Gunakan alat steril setiap
 Perubahan irama nafas  Mampu melalukan tindakan
 Sianosis mengidentifikasi dan - Anjurkan pasien istirahat
 Kesulitan berbicara atau mencegah faktor yang - Monitor status oksigenasi
mengeluarkan suara dapat menghambat
jalan nafas Airways Management
 Penurunan bunyi nafas
- buka jalan nafas,
 Dipsneu
gunakan teknik head till
 Sputum dalam jumlah
chin lift atau jawtrust bila
berlebih
perlu
 Batuk tidak efektif
- posisikan pasien untuk
 Orthpneu
memaksimalkan ventilasi
 Gelisah - identifikasi pasien
 Mata terbuka lebar perlunya pemasangan
Faktor-faktor yang alat jalan nafas buatan
berhubungan: - lakukan fisioterapi dada
 Lingkungan: bila berlu
- Perokok pasif
- Menghisap asap

11
- Merokok - keluarkan sekret dengan
 Obstruksi jalan nafas: batuk atau suction
- Spasme jalan nafas - auskultasi suara nafas
- Mokus dalam jumlah dan catat suara nafas
berlebih tambahan
- Eskudat dalam jalan - berikan bronkodilator
alveoli bila perlu
- Materi asing dalam - monitor respirasi dan
jalan nafas status oksigen.
- Adanya jalan nafas
buatan
- Sekresi bertahan
- Sekresi dalam bronki
 Fisiologi:
- Jalan nafas alergik
- Asma
- Penyakit paru
obstruksi kronik
- Infeksi

2 Ketidakefektifan pola nafas NOC NIC


Definisi: Inspirasi dan atau  Respiratory status: Airway Management:
ekspirasi yang tidak memberi ventilation - buka jalan nafas,
ventilasi.  Respiratory status: gunakan teknik head till
Batasan Karakteristik: Airway patency chin lift atau jawtrust bila
 perubahan kedalaman Kriteria hasil: perlu
pernafasan  Mendemonstrasikan - posisikan pasien untuk
 perubahan ekskursi dada batuk efektif dan memaksimalkan ventilasi
 mengambil posisi tiga suara nafas bersih, - identifikasi pasien
titik tidak ada sianosis dan perlunya pemasangan
 bradipneu dyspneu alat jalan nafas buatan
 penurunan tekanan  Menunjukan jalan - lakukan fisioterapi dada
ekspirasi nafas yang paten bila berlu
 dipneu  TTV dalam rentang - keluarkan sekret dengan
normal batuk atau suction
 pernapasan cuping
hidung - auskultasi suara nafas
dan catat suara nafas
 ortopneu
tambahan
 takipneu
- berikan bronkodilator
 penggunaan otot bantu
bila perlu
pernafasan

12
faktor yang berhubungan: - monitor respirasi dan
 ansietas status oksigen
 posisi tubuh
 deformitas tulang dan oxygen therapy
dinding dada - bersihkan mulut, hidung
 keletihan dan trakea dari sekret
 hiperventilasi - pertahankan jalan nafas
 gangguan yang paten
muskuloskeletal - monitor aliran oksigen
 kerusakan neurologis - pertahankan posisi
pasien
 obesitas
- observasi tanda
 nyeri
hiperventilasi
- monitor kecemasan

vital sign monitor


- monitor ttv
- monitor tt saat pasien
berbaring, duduk atau
berdiri
- monitor ttv sebelum,
selama atau sesudah
aktivitas
- monitor kualitas nadi
- monitor suara paru
- monitor frekuensi dan
irama pernafasan
- monitor suara
pernafasan abnormal
- monitor kulit
- Identifikasi penyebab
dari perubahan ttv

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC NIC


kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional status : Nutrition Management
Definisi : Intake nutrisi tidak food and fluid - Kaji adanya alergi
cukup untuk keperluan  Intake makanan
metabolisme  Nutritional Status: - Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik : nutrient intake gizi untuk menentukkan
 Kram abdomen  Weight control jumlah kalori dan nutrisi
 Nyeri abdomen Kriteria hasil : yang dibutuhkan pasien
 Menghindari makanan

13
 Berat badan 20% atau  Adanya peningkatan - Anjurkan pasien untuk
lebih dibawah ideal BB sesuai dengan meningkatkan intake Fe
 Diare tujuan - Anjurkan pasien untuk
 Bising usus hiperaktif  Berat badan ideal meningkatkan protein da
 Kurang makanan sesuai dengan tinggi vitamin c
 Kurang informasi badan - Berikan substansi gula
 Kurang minat pada  Mampu - Yakinkan diet yang
makanan mengidentifikasi dimakan tinggi serat
kebutuhan nutrisi untuk mencegah
 Kesalahan informasi
 Tidak ada tanda – Konstipasi
 Membran mukosa pucat
tanda malnutrisi - Berikan informasi
 Ketidakmampuan
 Mrnunjuksn tentang kebutuhan nutrisi
memakan makanan
peningkatan fungsi
 Tonus otot menurun
pengecapan dari Nutrition Monitoring
 Mengeluh gangguan
menelan - BB dalam batas normal
sensasi rasa
 Tidak terjadi - Monitor tipe dan jumlah
 Cepat kenyang setelah penurunan BB yang aktivitas yang biasa
makan berarti dilakukan
 Sariawan rongga mulut - Monitor lingkungan
 Kelemahan untuk selama makan
mengunyah - Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan
muntah
- Monitor makanan
kesukaan
Faktor yang berhubungan :
 Faktor bilogis
 Faktor ekonomi
 Ketidakmampuan untuk
mencerna makanan
 Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrien
 Faktor psikologis

14
9. Evaluasi
a. Diagnosa 1
1) S : Pasien mengatakan dapat bernafas dengan nyaman, dapat
mengeluarkan sputum dengan mudah
2) O : Pasien terlihat sudah tidak batuk, tidak ada sianosis, frekuensi nafas
pasien normal, irama nafas pasien normal, pasien sudah tidak terlihat
gelisah
3) A : Masalah pasien teratasi
4) P : intervensi di hentikan

b. Diagnosa 2
1) S : Pasien mengatakan dapat bernafas dengan nyaman, pasien
mengatakan tidak merasa tercekik saat bernafas
2) O : Frekuensi nafas pasien normal, irama nafas pasien normal, tidak
ada retraksi dinding dada, tidak ada pernafasan cuping hidung
3) A : Masalah pasien teratasi
4) P : intervensi di hentikan

c. Diagnosa 3
1) S : Pasien mengatakan tidak mual dan tidak muntah, dan mulai nafsu
makan
2) O : porsi makan dihabiskan, membran mukosa lembab, konjungtiva
tidak anemis.
3) A : Masalah teratasi
4) P : intervensi di hentikan

15
DAFTAR PUSTAKA

Bachrudin, M., Moh. Najib. (2016). Keperawatan Medikal Bedah I. Jakarta :


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia .

Nurarif, Amin Huda. (2015). Aplikasi Nanda Nic-Noc ; Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis Jilid 3. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta

Widyono.2012.Penyakit Tuberkulosis.Jakarta:Erlangga.

Soemantri, I.2007.Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika..

Widyanto,F.C dan Tribowo,C. 2013. Trend Disease trend penyakit saat ini.
Jakarta:Trans Info Media

16

Anda mungkin juga menyukai