Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis”


artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses
pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan diluar
tubuh. Hemodialisis menggunakan menggunakan ginjal buatan berupa
mesin dialisis.Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah “cuci
darah”.
Hemodialisa adalah suatu cara untuk mengeluarkan toksin atau
racun dan zat-zat yang tidak diperlukan melalui mesin hemodialisa. Pada
penderita normal fungsi itu dilakukan oleh ginjal yang mengeluarkannya
melalui urine.Pada penderita gagal ginjal fungsi itu digantikan oleh mesin
hemodialisa.Darah pada penderita gagal ginjal dikeluarkan dan
dimasukkan kedalam mesin HD melalui suatu saluran menuju dialiser.
Didalam dialiser darah melalui suatu fiber yang akan mengeluarkan
sampah dan toksin serta cairan yang berlebih. Mesin kemudian
mengembalikan darah melalui saluran yang berbeda kedalam tubuh
penderita.
Akses vaskuler untuk hemodialisa adalah jalur untuk
mempertahankan kehidupan pada penderita End Stage Renal Disease
(ESRD) atau Gagal Ginjal Kronik, karena penderita gagal ginjal
memerlukan hemodialisa yang dalam pengertian awam kita kenal sebagai
cuci darah terus menerus.Kecuali jika penderita menjalani transplantasi
ginjal.
Akses vaskuler memungkinkan darah mengalir dalam jumlah besar
dan terus menerus kedalam mesin selama proses hemodialisa berlangsung.
Pada pembuluh darah vena normal tidak mungkin hal ini terjadi karena
pembuluh akan kolaps pada saat darah ditarik melalui mesin. Untuk itu
diperlukan pembuatan akses vaskuler yang memungkinkan proses
hemodialisa dilakukan.
Akses vaskuler penderita gagal ginjal harusnya dibuat beberapa
bulam sebelum penderita jatuh kedalam gagal ginjal kronik.Akses vaskuler
untuk hemodialisa ada dua macam.Akses vaskuler jangka lama yang
kadang-kadang sering disebut akses vaskuler permanen dan akses vaskuler
sementara.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Akses Vaskuler Hemodialisis

Akses vaskuler adalah istilah yang berarti jalan untuk memudahkan


mengeluarkan darah dari pembuluhnya untuk keperluan tertentu, dalam
kasu gagal ginjal terminal adalah untuk proses hemodialisis.
Untuk melakukan hemodialis intermitten jangka panjang, maka
perlu ada jalan masuk kedalam sistem vaskuler penderita.Darah harus
keluar dan masuk tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400
ml/menit. Teknik akses vaskuler diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Akses Vaskuler Eksternal (sementara)


a. Pirau Arterivenosa/Shunt External/AV Shunt Scribner
Shunt Scribner dibuat dengan memasang selang silastic
dengan ujung teflon yang sesuai ke dalam arteri radialis dan vena
sefalika pada pergelangan tangan atau ke dalam arteri tibialis posterior
dan vena saphenousus pada pergelangan kaki. Bila shunt ingin
digunakan, maka selang silastic dihubungkan secara langsung dengan
selang darah dan mesin dialisa, jika tidak digunakan maka selang
dihubungkan dengan konektor teflon. Adapun kerugian karena
pemakaian shunt Scribner adalah trombosis, mudah tercabut dan
perdarahan. Karena banyaknya kekurangan shunt Scribner tersebut,
maka shunt ini sekarang sudah jarang dipakai untuk hemodialisis.
b. Catheter Double Lumen (CDL)
CDL adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan plastic PVC
yang mempunyai 2 cabang, selang merah (arteri) untuk keluarnya
darah dari tubuh ke mesin dan selang biru (vena) untuk masuknya
darah dari mesin ke tubuh (Allen R Nissesnson, dkk, 2004)

Lokasi penusukan kateter dobel lumen dapat dilakukan


dibeberapa tempat yaitu:
1) Vena Femoralis
Pengertian kateter femoralis menurut Hartigan (dalam
Lancester, 1992) adalah pemasangan kanul kateter secara
perkutaneous pada vena femoralis.Kateter dimasukkan ke dalam
vena femoralis yang terletak di bawah ligamen inguinalis.
Pemasangan kateter femoral lebih mudah daripada
pemasangan pada kateter subclavia atau jugularis internal dan
umumnya memberikan akses lebih cepat pada sirkulasi.Panjang
kateter femoral sedikitnya 19 cm sehingga ujung kateter terletak di
vena cava inferior.
Gutch, Stoner dan Corea (1999) mengatakan bahwa indikasi
pemasangan kateter femoral adalah pada pasien dengan PGTA
dimana akses vaskular lainnya mengalami sumbatan karena bekuan
darah tetapi memerlukan HD segera atau pada pasien yang
mengalami stenosis pada vena subclavian. Sedangkan
kontraindikasi pemasangan keteter femoral adalah pada pasien
yang mengalami thrombosis ileofemoral yang dapat menimbulkan
resiko emboli (Lancester, 1992).
Komplikasi yang umumnya terjadi adalah hematoma,
emboli, thrombosis vena ileofemoralis, fistula arteriovenousus,
perdarahan peritoneal akibat perforasi vena atau tusukan yang
menembus arteri femoralis serta infeksi (Gutch, Stoner & Corea,
1999).Tingginya angka kejadian infeksi tersebut, maka pemakaian
kateter femoral tidak lebih dari 7 hari.

2) Vena Subclavia
Kateter double lumen dimasukkan melalui midclavicula
dengan tujuan kateter tersebut dapat sampai ke suprasternal.
Kateter vena subclavikula lebih aman dan nyaman digunakan untuk
akses vascular sementara dibandingkan kateter vena femoral, dan
tidak mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit. Hal ini
disebabkan karena rendahnya resiko terjadi infeksi dan dapat
dipakai selama 6-8 minggu kecuali ada komplikasi, seperti
pneumotoraks, stenosis vena subklavikula, dan menghalangi akses
pembuluh darah di lengan ipsilateral oleh karena itu
pemasangannya memerlukan operator yang terlatih daripada
pemasangan pada kateter femoral. Dengan adanya komplikasi ini
maka kateter vena subklavikula ini sebaiknya dihindari dari pasien
yang mengalami fistula akibat hemodialisa.
3) Vena Jugularis Internal
Kateter dimasukkan pada kulit dengan sudut 200 dari
sagital, dua jari di bawah clavicula, antara sternum dan kepala
clavicula dari otot sternocleidomastoideus.Pemakaian kateter
jugularis internal lebih aman dan nyaman.Dapat digunakan
beberapa minggu dan pasien tidak perlu di rawat di rumah
sakit.Kateter jugularis internal memiliki resiko lebih kecil terjadi
pneumothoraks daripada subclavian dan lebih kecil terjadi
thrombosis. Oliver, Callery, Thorpe, Schwab & Churchill (2000)
mengatakan bahwa dari 318 pemakaian kateter pada lokasi tusukan
yang baru, terjadi bakteremia 5,4% setelah pemakaian lebih dari 3
minggu pada kateter jugularis internal.
2. Akses Vaskuler Internal (permanen)
a. AV Shunt atau AV Fistula
AV Shunt adalah penyambungan pembuluh darah vena dan
arteri dengan tujuan untuk memperbesar aliran darah vena supaya
dapat digunakan untuk keperluan hemodialisis.
Keuntungan pemakaian AV Shunt dapat digunakan untuk
waktu beberapa tahun, sedikit terjadi infeksi, aliran darahnya tinggi
dan memiliki sedikit komplikasi seperti thrombosis.Sedangkan
kerugiannya adalah memerlukan waktu cukup lama sekitar 6 bulan
atau lebih sampai fistula siap dipakai dan dapat gagal karena fistula
tidak matur atau karena gangguan masalah kesehatan lainnya.

Teknik penyambungan atau anatomosis pada AV Shunt


adalah sebagai berikut:
1) Sideto End adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan
pembuluh darah vena yang dipotong dengan sisi pembuluh darah
arteri.
2) Side to side adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan
sisi pembuluh darah vena dengan sisi pembuluh darah arteri.

3) End to End adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan


pembuluh darah vena yang dipotong dengan pembuluh darah arteri
yang juga di potong.

4) Endto side adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan


pembuluh darah arteri yang dipotong dengan sisi pembuluh darah
vena.
Teknik penyambungan side to end merupakan teknik yang
tersering dilakukan karena aliran darah vena yang menuju ke jantung
adalah yang terbesar volumenya dan mencegah terjadinya hipertensi
vena selain itu teknik ini juga dapat mencegah pembengkakan.

b. AV Graft
AV Graft adalah suatu tindakan pembedahan dengan
menempatkan graft polytetrafluoroethylene (PRFE) pada lengan
bawah atau lengan atas (arteri brachialis ke vena basilica proksimal).
Keuntungannya graft ini dapat dipakai dalam waktu lebih kurang 3
minggu untuk bias dipakai. Kerugiannya dapat terjadi thrombosis dan
infeksi lebih tinggi daripada pemakaian AV Shunt. Akhir-akhir ini di
temukan bahwa graft PTFE dilakukan pada dinding dada (arteri
aksilaris ke vena aksilaris atau arteri aksilaris ke vena jugularis) atau
pada paha (arteri femoralis ke vena femoralis).

B. Permasalahan Akses Vaskuler dan Penanggulangan Masalah

1. Permasalahan Akses Vaskuler


Akses vaskuler dapat menyebabkan masalah yang memerlukan
tindakan bahkan pembedahan.Masalah yang paling sering adalah
sumbatan dan infeksi.Infeksi terjadi akibat migrasi mikroorganisme dari
kulit pasien melalui lokasi tusukan kateter dan turun kepermukaan luar
kateter atau dari kateter yang terkontaminasi selama
prosedur.Sedangkan trombosis dapat terjadi setelah pemasangan kateter
karena kesalahan teknik.
Dan yang paling sedikit masalahnya adalah AV
Fistula.Walaupun demikian bukan berarti AV fistula tidak mempunyai
masalah. AV graft paling sering bermasalah dalam bentuk sumbatan
oleh bekuan darah dan trombus serta infeksi. Umur AV graft ini
biasanya jauh lebih pendek dibandingkan AV fistula. Jika terjadi infeksi
AV graft harus segera dibuang.
Kateter vena sering bermasalah akibat infeksi ataupun sumbatan
oleh bekuan darah. Pada kateter tunneled dapat diberikan antibiotika
untuk mengatasi infeksi sementara pada kateter non tunneled harus
segera diganti.Pada pemakaian kateter subclavia lebih sering terjadi
stenosis vena sentral.

2. Penanggulangan Masalah
a. Stenosis Vena Sentral
Penderita biasanya datang dengan keluhan akses tidak dapat
digunakan, tangan bengkak dan kemerahan. Kadang kadang bisa
juga kronik dan penderita datang dengan keluhan pembuluh darah
dilengan menonjol pada beberapa tempat dan jika selesai
hemodialisa darah susah berhenti. Sumbatan biasanya akibat tusukan
bekas akses HD didaerah leher dan dada yang menyempit.Untuk
mengatasi masalah ini dilakukan venografi untuk mengetahui lokasi
sumbatan dan jika memungkinkan dilakukan venoplasti.
b. Pseudoaneurisma
Terjadi benjolan merah dan jika pecah terjadi perdarahan
hebat.Ini adalah suatu kondisi emergensi, karena perdarahan
biasanya berat.Pada kasus ini biasanya dilakukan operasi untuk
penutupan pseudoaneurisma.
c. Stenosis Draining Vein
Biasanya penderita datang dengan keluhan akses nya mulai
mengalami masalah dengan mesin.Pada waktu penarikan, darah yang
dapat ditarik tidak mencukupi.Pada kondisi ini dilakukan venografi
dan kalau perlu dilakukan venoplasti.

C. Pemeliharaan Akses Vaskuler Agar Bertahan Lama


1. Kontrol teratur baik kepada nefrologis maupun kepada spesialis bedah
vaskular untuk memastikan akses hemodialisanya tidak bermasalah.
2. Akses harus dijaga tetap bersih.
3. Pastikan bahwa akses digunakan hanya untuk hemodialisa
4. Periksa getaran (thrill) pada akses setiap hari, segera kedokter spesialis
bedah vaskular jika thrill menghilang.
5. Perhatikan tanda infeksi seperti bengkak, mengkilat, kemerahan, ada
nanah
6. Tidak boleh mengukur tekanan darah pada lengan yang digunakan
untuk akses HD
7. Jangan menggunakan pakaian ketat dan jam tangan pada lengan yang
digunakan sebagai akses.
8. Jangan sampai tangan yang digunakan sebagai akses tertimpa badan
bahkan bantal pada saat tidur.
9. Jangan mengangkat beban berat dengan menggunakan lengan akses.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Akses vaskuler untuk hemodialisa adalah jalur untuk
mempertahankan kehidupan pada penderita End Stage Renal Disease
(ESRD) atau Gagal Ginjal Kronik, karena penderita gagal ginjal
memerlukan hemodialisa yang dalam pengertian awam kita kenal sebagai
cuci darah terus menerus.Kecuali jika penderita menjalani transplantasi
ginjal.
Teknik akses vaskuler diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Akses Vaskuler Eksternal (sementara)
a. Pirau Arterivenosa/Shunt External/AV Shunt Scribner
b. Catheter Double Lumen (CDL)
- Vena femoralis
- Vena subclavia
- Vena jugularis internal
2. Akses Vaskuler Internal (permanen)
a. AV Shunt/AV Fistula
b. AV Graft

Pemeliharaan Akses Vaskuler agar bertahan lama:


1. Kontrol teratur baik kepada nefrologis maupun kepada spesialis bedah
vaskular untuk memastikan akses hemodialisanya tidak bermasalah.
2. Akses harus dijaga tetap bersih.
3. Pastikan bahwa akses digunakan hanya untuk hemodialisa
4. Periksa getaran (thrill) pada akses setiap hari, segera kedokter spesialis
bedah vaskular jika thrill menghilang.
5. Perhatikan tanda infeksi seperti bengkak, mengkilat, kemerahan, ada
nanah
6. Tidak boleh mengukur tekanan darah pada lengan yang digunakan
untuk akses HD
7. Jangan menggunakan pakaian ketat dan jam tangan pada lengan yang
digunakan sebagai akses.
8. Jangan sampai tangan yang digunakan sebagai akses tertimpa badan
bahkan bantal pada saat tidur.
9. Jangan mengangkat beban berat dengan menggunakan lengan akses.
DAFTAR PUSTAKA

Barader, Mary. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall.2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marylin, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3.Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan.


Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Ed. 6. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Oliver,Callery, Thorpe, Schwab & Churchill (2000, Risk of Bacteremiafrom


temporary hemodialysis catheter by site of insertion andduration of use : a
prospective study, http://www.nature.com,diperoleh tanggal 25 Januari
2007)

Anda mungkin juga menyukai