Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia


sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya
Millenium Development Goals (MDGs). Di dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat masyarakat
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak
atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.

Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan


investasi untuk mencapai keberhasilan pembangunan bangsa. Oleh karena
itu, diselenggarakan pembangunan di bidang kesehatan secara menyeluruh
dan berkesinambungan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Derajat kesehatan yang
rendah juga berpengaruh terhadap rendahnya produktifitas kerja yang pada
akhirnya menjadi beban masyarakat dan pemerintah.

Pembangunan Nasional di bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan


kepada semua lapisan masyarakat. Namun pada operasionalnya ditujukan
untuk golongan tertentu dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala
prioritas.

VISI Puskesmas IV Denpasar Selatan adalah “Masyarakat Kelurahan


Pedungan Mandiri Untuk Hidup Sehat” dan Misi yang ditetapkan
Puskesmas IV Denpasar Selatan untuk mencapai visi tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
yang berkualitas.

3. Membuat kelurahan sehat.

TUJUAN adalah Untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yg bertempat tinggal di wilayah
Kelurahan Pedungan.

Upaya-upaya kesehatan untuk mencapai Visi dan Misi diatas telah


dilakukan, namun hasilnya belum optimal. Pengelolaan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan dilakukan melalui sistem
manajemen kesehatan yang didukung oleh sistem informasi kesehatan agar
lebih berhasil guna dan berdaya guna.

Puskesmas IV Denpasar Selatan merupakan instansi yang


bertanggung jawab atas pembangunan kesehatan di Kelurahan Pedungan
Kecamatan Denpasar Selatan. Kami telah banyak melakukan upaya-
upaya kesehatan untuk mengatasi permasalahan kesehatan di Kelurahan
Pedungan. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan
tersebut diperlukan indikator. Indikator yang dipakai adalah Indikator
Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.

Agar penyelenggaraan pembangunan kesehatan, khususnya dalam


melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian,
pengawasandan penilaian dapat berjalan efektif dan efisien sangat
diperlukan informasi tentang hasil pembangunan kesehatan dan
pendukungnya.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi, Puskesmas IV
Denpasar Selatan menyusun Profil Kesehatan Kelurahan Pedungan Tahun
2016, yang berisi tentang situasi dan kondisi kesehatan Kelurahan Pedungan
Tahun 2016 beserta hasil dari upaya-upaya kesehatan yang telah
dilaksanakan selama tahun 2016 yang dianalisis secara sederhana dan
ditampilkan dalam bentuk tabel, peta dan grafik.

Penyusunan profil ini bertujuan untuk memberikan data dan informasi


dalam rangka proses perencanaan, pemantauan, dan mengevaluasi
pencapaian hasil pembangunan kesehatan di Kelurahan Pedungan Tahun
2016.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana gambaran umum wilayah administrasi, batas wilayah,
kondisi geografi, tata guna lahan
2. Analisis derajat masalah kesehatan atau status kesehatan mordibitas
dan mortilitas
3. Analisi lingkungan kesehatan fisik, social, kimia, air bersih, sampah
4. Analisis perilaku kesehatan, kepercayaan, perilaku, kebiasaan
5. Analisis factor keturunan analisis kependudukan kepadatan,
pertumbuhan, proporsi muda/ tua
6. Analisis program dan pelayanan kesehatan, saran, cakupan program

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui gambaran umum wilayah administrasi, batas
wilayah, kondisi geografi, tata guna lahan
2. Untuk mengetahui Analisis derajat masalah kesehatan atau status
kesehatan mordibitas dan mortilitas
3. Untuk mengetahui Analisi lingkungan kesehatan fisik, social, kimia,
air bersih, sampah
4. Untuk mengetahui Analisis perilaku kesehatan, kepercayaan, perilaku,
kebiasaan
5. Untuk mengetahui Analisis factor keturunan analisis kependudukan
kepadatan, pertumbuhan, proporsi muda/ tua
6. Untuk mengetahui Analisis program dan pelayanan kesehatan, saran,
cakupan program
BAB II
PEMBAHASAN
A. Geografi
Puskesmas IV Denpasar Selatan, lokasinya berada di Kelurahan Pedungan
tepatnya dijalan Pulau Moyo No. 63A Pedungan, Kecamatan Denpasar
Selatan, Bali. Terdiri dari 14 Banjar dengan Luas wilayah kerja Puskesmas
IV Denpasar Selatan adalah 749 ha. Jarak dan waktu tempuh ke
Puskesmas terjauh, yaitu 2 km dan waktu tempuh menuju Puskesmas 5-10
menit. Jalan yang ditempuh ke Puskesmas dapat dilalui oleh kendaraan
(transportasi cukup lancar) dan tidak ada kendala untuk menjangkau
Puskesmas tersebut. Terdapat daerah kumuh perkotaan yaitu TPA
sanggaran. Kelurahan Pedungan terletak di Kecamatan Denpasar Selatan,
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan yaitu :
1. Sebelah utara : desa kauh puri kauh
2. Sebelah selatan : rawa – rawa/ Laut banoa
3. Sebelah timur : Kelurahan Sesatan
4. Sebelah barat : desa pemogan
Gambar 2.1 Peta wilayah Puskesmas IV Denpasar Selatan
Penggunaan lahan di Kelurahan Pedungan sebagian besar
dimanfaatkan sebagai lahan kering dan sebagian kecil sebagai lahan sawah
irigasi. Sementara itu luas kawasan hutan rakyat yang ditanami Tanaman
Hutan Rakyat yang meliputi hutan mangrove yang berfungsi sebagai hutan
pencegah abrasi terletak di kawasan Benoa.

B. Mortalitas
Angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu
dikenal dengan mortalitas (Depkes, 2010). Mortalitas selain dapat
menggambarkan keadaan dan derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah
dapat juga digunakan sebagai dasar perencanaan di bidang kesehatan.
Tingkat kematian secara umum sangat berhubungan erat dengan tingkat
kesakitan. Sebab-sebab kematian ada yang dapat diketahui secara langsung
dan tidak langsung. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
mortalitas dan morbiditas adalah sosial ekonomi, pendapatan perkapita,
pendidikan, perilaku hidup sehat, lingkungan, upaya kesehatan dan
fertilitas.
1. Angka kematian bayi
Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun tertentu disuatu daerah disebut Angka
Kematian Bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang sangat
berguna untuk mengetahui status kesehatan anak khususnya bayi dan
dapat mencerminkan tingkat kesehatan ibu, kondisi kesehatan
lingkungan secara umum, status kesehatan penduduk secara
keseluruhan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi masyarakat.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi AKB secara umum adalah
tingkat kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses
penanganan persalinan. Gangguan perinatal merupakan salah satu dari
sekian faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil
yang mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ janin
Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) di
Kelurahan Pedungan Puskesmas IV Denpasar Selatan dalam lima tahun terakhir
sejak tahun 2012 s/d 2016 ada satu kematian disebabkan oleh kelainan jantung,
rendahnya AKB tidak terlepas dari pemerataan pelayanan kesehatan berikut
fasilitasnya, dekatnya masyarakat terhadap akses layanan kesehatan,
meningkatnya pendapatan masyarakat serta perbaikan gizi yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit.

Gambar diatas menunjukkan tidak ada angka kematian bayi di Kelurahan


Pedungan pad atahun 2016. Renstra Dinas Kesehatan Kota Denpasar
mencantumkan target kematian bayi 24 per 1000 kelahiran hidup. Angka
Kematian Bayi di Kota Denpasar (0,7/1000 Kelahiran Hidup) sudah dibawah target
dan ini menunjukan bahwa pelayanan kesehatan bagi bayi di Kota Denpasar sudah
baik karena petugas dan sarana kesehatan sudah menjangkau seluruh wilayah
desa/kelurahan yang ada di Kota Denpasar.

2. Angka Kematian Balita (AKABA)


AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dan dinyatakan per 1000
kelahiran hidup. Angka kematian balita dihitung dengan menjumlahkan
kematian bayi dengan kematian balita. Berdasarkan pedoman MDGs
disebutkan bahwa nilai normatif >140 tinggi, 71-140 tinggi, 20-40 sedang
dan <20 rendah. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan
anak-anak dan faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kesehatan
anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka
Kematian Balita (AKABA) di Kelurahan Pedungan seperti pada grafik di
bawah ini :
Secara Nasional ditetapkan AKABA sebesar 40/1000 KH. Pada tahun 2016
tidak terdapat kematian balita di kelurahan Pedungan, maka ini sudah lebih
rendah dari target nasional. Rendahnya angka kematian balita (AKABA) di
Kelurahan Pedungan wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan disebabkan
karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko yang mengakibatkan kematian
bagi balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizi anak cukup baik serta
peranan dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.

3. Angka Kematian Ibu Maternal (AKI)


Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal
pada tahun tertentu dengan penyabab kematian yang terkait gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup. Indikator ini secara langsung digunakan
untuk memonitor kematian terkait kehamilan.
Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk menggambarkan tingkat
kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan ibu, kondisi
kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, waktu melahirkan dan masa nifas.Keberhasilan pembangunan
sektor kesehatan senantiasa menggunakan indikator AKB dan AKI
sebagai indikator utamanya.Angka kematian ibu maternal di Kelurahan
Pedungan dalam lima tahun terakhir sebagaimana terlihat pada grafik
di bawah ini :

Pada grafik diatas terlihat ada 1 kematian ibu di wilayah Pedungan yang
disebabkan oleh pneumonia. Angka Kematian Ibu Maternal di Kelurahan
Pedungan tahun 2016 sudah lebih rendah dari target Rensra Dinas Kesehatan Kota
Denpasar tahun 2016. Bila terjadi kematian Ibu maka akan dilaksanakan Perinatal
(AMP) untuk mengetahui akar permasalahan penyebab kematian, juga akan
dilaksanakan pembelajaran kasus yang mengakibatkan kematian ibu tersebut.
Serta strategi kedepannya yang akan diambil untuk mengatasi hal ini adalah selain
melibatkan lintas sektor dan lintas program agar ikut bersama - sama memantau
ibu hamil, melahirkan dan masa setelah melahirkan dengan gerakan sayang ibu di
harapkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi di Kelurahan
Pedungan dapat di tekan.

Di Tingkat banjar yang ada di Kelurahan Pedungan, Angka Kematian Ibu ada
1 di banjar

Menesa, bila dilihat dari distribusinya di 14 banjar seperti terlihat pada grafik di
bawah ini :

Data pada grafik 3.6 menunjukkan bahwa kematian maternal berdasarkan


banjar di Kelurahan Pedungan Tahun 2016 adalah satu. Secara umum Angka
Kematian Ibu di Kelurahan Pedungan pada tahun 2016 masih dibawah target
Nasional (125 per 100.000 KH) maupun target tingkat Propinsi Bali (100 per
100.000 KH), dan bila dibandingkan dengan target Renstra Dinas Kesehatan Kota
Denpasar (72 per 100.000 KH), maka AKI per 100.000 Kelahiran Hidup di Kelurahan
Pedungan berada di bawah target yang telah ditetapkan. Ini menunjukkan bahwa
kwalitas pelayanan kesehatan pada ibu hamil di Kelurahan Pedungan cukup baik.
Disamping itu pula akses terhadap sarana pelayanan sangat mudah karena
penyebarannya hampir merata di wilayah seluruh Kelurahan Pedungan.

C. Morbiditas
Angka kesakitan baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit disebut
morbiditas. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi
pada kurun waktu tertentu dan berperan dalam penilaian terhadap derajat
kesehatan masyarakat.
1. Penyakit Menular
a) TB Paru
Penyakit TB Paru merupakan penyakit re emerging masih terus
ditemukan di Provinsi Bali. Secara nasional TB Paru merupakan
penyakit tropis yang sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. TB
Paru merupakan penyakit yang masih tinggi angka kejadiannya bahkan
merupakan yang tertinggi ketiga di dunia. MDGs menetapkan penyakit
TB Paru sebagai salah satu target penyakit yang harus diturunkan
selain HIV AIDS dan Malaria. Hasil pengobatan penderita TB Paru
dipakai indikator succses rate, dimana indikator ini dapat dievaluasi
setahun kemudian setelah penderita ditemukan dan diobati.Sukses
rate akan meningkat bila pasien TB Paru dapat

menyelesaikan pengobatan dengan baik tanpa atau dengan


pemeriksaan dahak. Pada tahun 2016 angka sukses rate sebesar 100%

Gambaran penyakit TB Paru di Kelurahan Pedungan seperti terlihat pada


grafik dibawah ini :

Data pada grafik 3.7 di atas menunjukkan bahwa sucses rate


kasus TB Paru di Kelurahan Pedungan dalam kurun waktu lima tahun terakhir
telah 100%. Prevalensi TB Paru pada tahun 2016 sebesar 64 per 100.000
penduduk, dengan jumlah kematian akibat TB Paru tidak ada. Angka
penemuan kasus TB Paru tahun 2016 sebesar 75%. Penemuan angka ini
disebabkan karena semakin tingginya derajat kesehatan masyarakat
sehingga semakin sedikit kasus yang bisa terdeteksi di masyarakat.

Meskipun sucses rate kasus TB Paru di Kelurahan Pedungan dalam


kurun waktu lima tahun terakhir telah 100%. Namun upaya untuk
menurunkan Case Rate dan meningkatkan Success Rate terus harus dilakukan
dengan cara meningkatkan sosialisasi penanggulangan TB Paru sesuai
manajemen DOTS melalui jejaring internal maupun eksternal rumah sakit
serta sektor terkait lainnya. Disamping meningkatkan jangkauan pelayanan,
upaya yang tidak kalah penting dan perlu dilakukan dalam rangka
penanggulangan penyakit TB Paru adalah meningkatkan kesehatan
lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kasus TB
Paru sangat dipengaruhi oleh kepadatan penduduk dan kemiskinan, karena
penularan TB Paru adalah melalui kontak langsung dengan penderita. Status
gizi juga mempengaruhi kasus TB Paru terutama angka kesembuhannya,
dengan status gizi yang baik penderita TB Paru akan lebih cepat pulih.
b) Pneumonia
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli.
Penyakit ISPA yang menjadi masalah dan masuk dalam program
penanggulangan penyakit adalah pneumonia karena merupakan
salah satu penyebab kematian anak. Pneumonia adalah infeksi akut
yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi ini bisa disebabkan
oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena menghirup cairan
atau bahan kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia adalah
anak umur < 2 tahun. Penemuan dan tatalaksana kasus adalah salah
satu kegiatan program penanggulangan.
Jumlah kasus pneumonia pada balita yang berobat di Puskesmas IV
Denpasar Selatan dalam lima tahun terakhir seperti terlihat pada
grafik di bawah ini :

Penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Puskesmas


IV Denpasar Selatan terlihat terjadi peningkatan kasus sebanyak 65
kasus di tahun 2016. Namun tetap perlu diterus ditingkatkan upaya
penemuan penderita penemonia terutama pada Balita sehingga
segera dapat ditangani. Pneumonia pada balita lebih banyak
disebabkan karena faktor seperti kurang gizi, status imunisasi yang
tidak lengkap, terlalu sering membedung anak, kurang diberikan ASI,
riwayat penyakit kronis pada orang tua bayi atau balita, sanitasi
lingkungan tempat tinggal yang kurang memenuhi syarat kesehatan,
orang tua perokok dan lain sebagainya. Upaya yang telah dilakukan
untuk menanggulangi kasus pneumonia pada bayi atau balita adalah
menghilangkan faktor penyebab itu sendiri melalui peningkatan
status gizi bayi/balita, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta
peningkatan status imunisasi bayi atau balita.

c) Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aquired Immuno Deficiency


Syndrome (AIDS)
HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system
kekebalan tubuh penderitanya sehingga penderita mengalami
penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi
berbagai macam penyakit yang lain.Sebelum memasuki fase AIDS,
penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai HIV positif. HIV positif
dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, dan zero survey. Sejak tahun
2014 telah dibuka klinik VCT di Puskesmas IV Denpasar Selatan dan
sejak saat itu ditemukan kasus HIV positif melalui pemeriksaan rapid
test. Pada Tahun 2016 ditemukan sebanyak 28 orang.
Data pada grafik 3.9 di atas menunjukkan bahwa dalam kurun
waktu 10 bulan sejak klinik VCT mulai dibuka jumlah kasus baru HIV-
AIDS berjumlah 21 orang. Selanjutnya tahun 2015 jumlah kasus HIV
menurun menjadi 17 kasus dan tahun 2016 terdapat 28 kasus. Upaya-
upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi penyebaran kasus
HIV-AIDS di Kelurahan Pedungan adalah dengan melakukan
penyuluhan kelompok di posyandu, banjar, pertemuan lintas sektoral di
kelurahan dan penyuluhan di dalam gedung. Disamping itu juga
bersama Dinas Kesehatan Kota Denpasar bekerja sama dengan Komisi
Penanggulangan AIDS (KPA) Kecamatan Denpasar Selatan secara aktif
melaksanakan penyuluhan atau KIE ke tempat-tempat kerja atau
perusahaan terutama yang termasuk dalam kategori resiko tinggi seperti
café dan spa. Tujuan penyuluhan atau KIE tersebut adalah agar
kelompok berisiko tersebut mau datang ke Klinik VCT untuk
memeriksakan diri secara berkala dan melakukan perlindungan diri dan
mengadakan penyuluhan tentang HIV melalui media tradisional yaitu
bondres.

d) Infeksi Menular Seksual (IMS)


IMS merupakan jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui
hubungan sexual dengan orang yang mengidap IMS. Gambaran
kasus IMS di Kelurahan Pedungan dalam lima tahun terakhir seperti
pada grafik di bawah ini:

Sejak Desember 2015, Puskesmas IV Denpasar Selatan menambah 1


layanan lagi yaitu klinikIMS sehingga diagnose IMS ditegakkan
berdasarkan hasil laboratorium dan jumlah kasus IMS pada tahun
2016 sebanyak 57 kasus. Penyakit IMS merupakan masalah
kesehatan yang cukup penting karena IMS merupakan salah satu
pencetus timbulnya kasus HIV-AIDS di masyarakat. Upaya yang
dilakukan untuk mencegah dan mengurangi penularan penyakit
menular seksual (PMS), termasuk dampak sosialnya, maka
Puskesmas IV Denpasar Selatan telah melakukan (1)
Penyuluhan/KIEkepada masyarakat umum, anak sekolah/remaja
maupun kelompok resiko tinggi, (2) Penemuandan Pengobatan, dan
(3) Melakukan konseling.

e) Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair
lebih dari tiga kali namun tidak berdarah dalam 24 jam, bila
disertai dengan darah disebut disentri. CFR diare secara nasional
adalah 2,48% sedangkan di Kota Denpasar CFR nya 0. Penyakit
diare masih merupakan masalah kesehatan di Kota Denpasar,
karena IR nya cukup tinggi. Penyakit gastroenteritis lain seperti
diare berdarah dan tifus perut klinis juga termasuk ke dalam
sepuluh besar penyakit baik di Puskesmas maupun catatan rawat
inap di rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup tinggi,
namun angka kematiannya relative rendah.
Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong penderitanya
untuk segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan.
Dalam perjalanan alamiahnya sebagian besar penderita sembuh
sempurna.

Angka kesakitan akibat diare yang dilayani di Puskesmas IV


Denpasar Selatan dalam lima tahun terakhir seperti pada grafik di
bawah ini :

Telah terjadi penurunan kasus diare di tahun 2016 sebanyak 750


kasus diare. Gejala diare yang terkesan ringan dan dapat diobati
sendiri oleh penderitanya menyebabkan penderita enggan
mendatangi sarana pelayanan kesehatan. Penanggulangan diare
dititikberatkan pada penanganan penderita untuk mencegah
kematian dan promosi kesehatan tentang hiegyne sanitasi dan
makanan untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB). Upaya yang
dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh Puskesmas maupun
dinas kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan
kepada masyarakat, kaporitisasi air minum dan peningkatan
sanitasi lingkungan.
f) Malaria
Angka kesakitan malaria untuk Jawa dan Bali diukur dengan
Annual Parasite Rate Incidence (API).Pada tahun 2016 tidak
terdapat kasus penyakit malaria positif dari hasil pemeriksan
secara klinis terhadap 0 sampel darah di Puskesmas IV Denpasar
Selatan karena tidak ada keluhan pasien yang mengarah pada
keluhan malaria .Penyakit malaria bukan merupakan penyakit
endemis tetapi merupakan kasus-kasus import dari penduduk
yang berasal dari daerah endemis malaria atau orang Bali
khususnya yang berasal dari Kota Denpasar yang pernah tinggal
di daerah endemis malaria seperti NTT, Maluku dan Papua.
g) Kusta
Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh
mycobacterium leprae. Bila penyakit kusta tidak ditangani maka
dapat menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada
kulit, saraf, mata dan anggota gerak. Strategi global WHO
menetapkan indicator eliminasi kusta adalah angka penemuan
penderita/ new case detection rate (NCDR). Dengan NCDR 0,1 per
10.000 penduduk berarti Denpasar sudah dapat dikatagorikan
sebagai daerah rendah kusta dengan mengacu pada indicator pusat
bahwa daerah dengan NCDR 0,50 per 10.000 penduduk sudah dapat
dikatakan sebagai daerah rendah kusta.

Gambaran Penyakit kusta dalam lima tahun terakhir seperti pada


grafik di bawah ini :

Keberhasilan penanganan kasus kusta di Kelurahan Pedungan tidak


terlepas dari upaya intensif dari dinas kesehatan, Puskesmas dan jajarannya
serta adanya kemauan penderita untuk sembuh dari penyakit kusta. Kasus
kusta sampai dengan tahun 2016 di Kelurahan Pedungan sudah bisa ditekan
menjadi < 1 per 10.000 penduduk. Indikator yang dipakai dalam menilai
keberhasilan program kusta adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang
dapat dilihat oleh mata). Angka ini dapat dipakai untuk menilai kinerja
petugas, bila angka proporsi kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi
keterlambatan penemuan penderita akibat rendahnya kinerja petugas dan
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang tanda/gejala penyakit kusta. Di
Kelurahan Pedungan cacat tingkat II tidak diketemukan, ini berarti kinerja
petugas sudah baik.

Indikator lain yang dipakai menilai keberhasilan program adalah


adanya penderita anak diantara kasus baru, yang mengindikasikan bahwa
masih terjadi penularan kasus di masyarakat. Proporsi kasus anak di Kota
Denpasar sebesar 0%. Dalam lima tahun terakhir prevalensi kusta tidak
mengalami penurunan yang signifikan, akan tetapi masih berada pada posisi
eliminasi kusta.

D. Air bersih
Cakupan keluarga yang memiliki akses air bersih di Kelurahan Pedungan pada
tahun 2016 mencapai 100%. Dengan adanya seluruh masyarakat yang sudah
bisa mengakses air bersih di Kelurahan Pedungan, diharapkan penyakit-penyakit
menular melalui air (water borne desease)dapat dicegah atau sedapat mungkin
diturunkan kasusnya.

E. Tempat Sampah dan Pengelolaan Air Limbah


Tempat sampah dan pengeloaan air limbah di tingkat rumah tangga merupakan
faktor yang ikut berperan penting dalam menciptakan suatu lingkungan yang
sehat di tingkatan yang paling bawah. Datayang ada menunjukkan bahwa
seluruh KK di Kelurahan Pedungan sudah memiliki tempat sampah dan
pengelolaan air limbah. Pengelolaan air limbah yang termasuk dalam kategori
sehat sebesar 92% dari target yang sudah ditetapkan.
F. Jamban
Kepemilikan jamban bagi keluarga merupakan sesuatu yang vital karena dengan
adanya jamban di masing-masing rumah tangga berbagai penyakit yang
penularannya melalui kotoran manusia seperti kecacingan, diare dan
sebagainya dapat dicegah sedini mungkin.Pada dasarnya seluruh KK yang ada di
Kelurahan Pedungan sudah memiliki jamban, cakupan penduduk yang
menggunakan jamban sehat telah mencapai 100%.

G. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Untuk menanggulangi rumah tangga yang rawan terhadap penyakit
infeksi dan non infeksi, maka setiap rumah tangga yang ada perlu
diberdayakan untuk melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Gambaran Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat pada rumah tangga di Kelurahan Pedungan dalam lima tahun
terakhir seperti pada grafik di bawah ini :

Data pada grafik 2.3 menunjukkan bahwa selama tahun lima


tahun terakhir jumlah rumah tangga yang ber PHBS sudah cenderung
mengalami peningkatan. Hal ini sudah cukup baik mengingat peran
PHBS yang begitu penting dalam membantu menumbuhkan budaya
hidup yang baik dibidang kesehatan. Pada Renstra Dinas Kesehatan
Kota dicantumkan target rumah tangga ber PHBS untuk tahun 2016
sebesar 79%. Pencapaian Puskesmas IV Denpasar Selatan tahun 2016
sebesar 80%. Walaupun persentase rumah tangga yang ber PHBS sudah
mencapai target, perlu terus digalakkan upaya untuk meningkatkan
cakupan rumah tangga ber PHBS dengan meningkatkan pembinaan
PHBS di rumah tangga dengan menggerakkan dan memberdayakan
keluarga atau anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat
melalui penyuluhan baik secara individu maupun berkelompok agar
setiap orang, kelompok atau keluarga tahu, mau dan mampu menolong
diri sendiri di bidang kesehatan.

Bila kita lihat data per banjar persentase rumah tangga ber PHBS
tahun 2016 tertinggi di banjar Kaja (93,3%) sedangkan terendah ada di
banjar Pesanggaran (67%).

Anda mungkin juga menyukai