Anda di halaman 1dari 8

Kesalahan orangtua yang sering dilakukan pada bayi

1. Memberikan kunci dan barang lain sejenis sebagai mainan.


Semua benda yang terdapat di lingkungan sekitar bayi adalah hal menarik untuk
dieksplorasi, termasuk kunci

2. Membiarkan bayi bermain sendiri.


Sekali pun di rumah, tetap saja tak boleh membiarkan bayi bermain sendirian. Ingat,
banyak hal yang dapat membahayakan bayi di rumah. Oleh karena itu, setiap kali bayi
bermain diperlukan pengawasan orangtua.

3. Membekali bayi dengan empeng.


Umumnya, orangtua membekalkan empen pada bayinya dengan tujuan untuk
menenangkannya. Kalau sudah begini, bisa dipastikan orangtua tidak akan dapat
mengerti dan mengenali bayinya dengan baik.

setiap kali bayi menangis atau rewel, cobalah berusaha mencari tahu apa yang
dinginkannya, apa pesan dari tangisannya itu.

Satu hal lagi, sering-sering memberikan empeng pada bayi diyakini bisa mengganggu
pertumbuhan giginya kelak, semisal jadi tonggos.

4. Membandingkan si kecil dengan bayi lain.


Setiap bayi itu unik dan memiliki kelebihan masing-masing. Janganlah kita membanding-
bandingkan si kecil dengan bayi lain soal kecerdasan atau pertumbuhannya. Masing-
masing bayi tumbuh dan berkembang sesuai kematangannya.

Sepanjang pertumbuhannya masih berada di rentang normal (bisa dipantau dengan


panduan KMS/Kartu Menuju Sehat), kita tak perlu cemas.

Jadi, tak perlu risau manakala bayi lain sudah bisa merangkak, sementara bayi Ibu
belum. Atau, bayi lain BB-nya sudah mencapai 7,8 kg di usia 6 bulan, sementara bayi
Mama di usia sama, BB-nya baru 6,8 kg. Sebab, BB bayi Mama masih berada dalam
rentang normal, yang sesuai dengan usianya.
5. Membiarkan rumah apa adanya.
Seperti: tidak terlampau banyak furnitur, barang pecah belah simpan dahulu di gudang,
tidak menyimpan benda di atas meja, tidak memasak taplak di atas meja karena mudah
ditarik dan bayi bisa terjatuh, membungkus ujung-ujung runcing/menyudut setiap benda
yang ada di rumah, memindahkan terminal dan setop kontak listrik ke tempat tinggi,
menempatkan barang-barang elektronik dan obat-obatan di tempat yang tak bisa
dijangkau si kecil.

6. Mengguncang bayi.
Tujuannya mungkin ingin bermain dengan bayi dan membuatnya tertawa senang. Tapi
tahukah, menurut penelitian di Jerman, bayi yang masih sangat muda belum bisa
menahan kepalanya sendiri karena otot lehernya yang lemah.

Jadi, jika ia menerima guncangan-guncangan, kepalanya akan tersentak ke depan dan


belakang. Goyangan/sentakan ini yang mengakibatkan kerusakan otak serta perdarahan
di dalam otak dan pada permukaan otak.

7. Meminta dokter meresepkan antibiotik.


Ingat, antibiotik bukanlah obat dewa, bukan obat sakti. Antibiotik tidak akan mempan
untuk membunuh virus.

Antibiotik hanya ampuh untuk membunuh kuman/bakteri. Jadi, jika si kecil sakit panas,
batuk, flu, muntah, kondisinya tidak akan menjadi baik jika mengonsumsi antibiotik.
Justru sebaliknya, kondisinya akan memburuk. Sebab, kuman-kuman baik yang ada di
dalam tubuhnya ikut terbunuh oleh antibiotik.

Keseringan mengonsumsi antibiotik juga bisa menyebabkan kuman/bakteri menjadi


kebal. Akibatnya, saat bayi perlu antibiotik, harus diberikan antibiotik yang lebih kuat
dan mahal pula harganya.

8. Serampangan memberi dosis obat.


Walau obat bebas atau suplemen, kita tetap harus memberikannya kepada bayi sesuai
dengan petunjuk dan aturan pakai yang tertera pada kemasan. Ingat, obat itu racun
dalam jumlah kecil.

dosis obat si kecil tidak sama antara bayi satu dengan lainnya, karena penentuan dosis
obat itu diukur dari usia, BB bayi saat itu, dan penyakit yang dideritanya. Selalu
berkonsultasi lebih dahulu dengan dokter adalah langkah yang bijaksana.
9. Membiarkan Bayi Menangis
Bayi memang berkomunikasi dengan menangis. Jadi kita sebenarnya nggak perlu
khawatir berlebihan juga, Bun. Kecuali nih, kalau bayi menangisnya tanpa berhenti
selama lebih dari satu jam dan disertai demam, ruam, muntah, atau perut kembung, ada
baiknya menghubungi dokter.

Oh iya, kalau ada yang mengatakan, 'Biarin aja dulu bayinya nangis, biar sehat paru-
parunya', baiknya nggak usah didengarkan ya, Bun. Seperti kata pakar parenting Dr
Howard Chilton, orang tua, terutama orang tua baru perlu mengedepankan insting
mereka terkait bayinya.

"Membiarkan bayi menangis dengan sengaja, sama saja mengabaikan dia. Selama itu
pula bayi akan merasa ditelantarkan oleh ibunya," kata Howard dikutip dari Essential
Baby.

10. Tidak mengetahui kapan bayi merasa lapar


Konselor laktasi dari Sentra Laktasi Indonesia (Selasi) dr Hikmah Kurniasari MKM, CIMI
mengatakan kepada detikhealth, penting bagi Bunda mengetahui tanda lapar bayi.
Misalnya tangan mengepal, mata mulai membuka dan menutup, menoleh ke kiri dan
kanan, memasukkan tangan ke mulut, bahkan menangis.

"Kalau sudah tahu tanda itu kenapa mesti dijamin tiap 2 jam menyusunya. Secara teori
memang dalam 24 jam bayi nyusu 8-12 kali. Jadi didapat angka tiap 2 sampai 3 jam itu.
Kalau misal dalam waktu satu jam kemudian bayi sudah terbangun, agak rewel gitu atau
udah mulai merengek, bisa jadi dia sudah lapar kan. Nah, tempelin ke payudara ibu, dia
mencium, dan kalau memang lapar akan menyusu lagi," kata dr Hikmah.

"Toh kalau bayi sudah kenyang dia nggak bakal mau nyusu. Kalau udah kenyang
ditempelin ke payudara ibu pun dia tetap saja tidur," imbuh dr Hikmah.
Jadwal Rutinitas Halimah Alaydrus (6+)

Bangun tidur : 06.00-07.00

Mandi : 08.00

Bermain : 09.00 (MPASI)

Tidur pagi : 10.00 - 11.30

Bermain : 12.00-13.30 (MPASI)

Tidur Siang : 14.00-15.30

Mandi Sore : 16.00

Bermain : 16.30-18.30

Tidur Malam : 19.00 / 19.30

Rutinitas sebelum tidur : mengelap tubuh dengan air hangat,memakaikan


minyak telon,bedak dll kemudian memakaikan baju tidur dan kaos kaki agar tubuh bayi
menjadi hangat dan mengajaknya bermain sebentar sampai bayi mengantuk.
Makanan dan Minuman yang Tidak Boleh Diberikan pada Bayi
Beberapa makanan dan minuman di bawah ini sebaiknya tidak dikonsumsi oleh bayi
yang usianya masih di bawah usia 1 tahun:

1. Madu

Makanan manis yang berasal dari lebah ini sama sekali tidak boleh diberikan kepada
bayi di bawah usia 1 tahun. Hal ini karena madu mengandung bakteri yang bisa
menyebabkan bayi mengalami botulisme dan dapat berakibat fatal.

2. Kacang

Pemberian kacang dalam bentuk yang utuh pada bayi sebaiknya dihindari, karena dapat
membuatnya tersedak. Bunda tetap bisa mengenalkan kacang pada Si Kecil, namun
sebaiknya dalam bentuk yang lembut, misalnya selai kacang. Berikan dalam porsi yang
kecil dulu ya, Bun.

3. Sayuran atau buah dengan tekstur keras atau terlalu besar

Sayur mentah yang memiliki tekstur keras seperti wortel sebaiknya juga dihindari untuk
diberikan kepada bayi dibawah usia tahun. Memberikan bayi sayuran mentah yang
keras dapat meningkatkan risiko bayi tersedak.

Selain itu, Bunda juga sebaiknya menghindari untuk memberikan bayi makanan
kalengan dan buah dengan bentuk yang besar. Seperti anggur dan stroberi. Bila tetap
ingin memberikan bayi buah, Bunda dapat memotongnya menjadi potongan kecil
terlebih dahulu.

4. Buah dengan rasa asam

Jeruk, lemon, anggur, dan buah-buahan dengan rasa yang asam memang terasa sangat
menyegarkan untuk dikonsumsi orang dewasa. Namun, buah-buahan ini justru harus
dihindari untuk dikonsumsi bayi. Hal ini karena buah-buahan tersebut dapat
meningkatkan risiko bayi mengalami mual dan refluks karena bisa meningkatkan asam
pada lambung nya yg masih belum bekerja dengan sempurna.

5. Makanan yang mengandung lemak jenuh

Biskuit adalah salah satu camilan yang sering diberikan untuk bayi. Namun, tidak semua
biskuit boleh dikonsumsi oleh bayi lho, Bun.

Biskuit yang biasa dimakan orang dewasa umumnya mengandung banyak lemak jenuh,
dan ini tidak baik untuk diberikan pada bayi berusia di bawah 1 tahun. Jika tetap ingin
memberikan biskuit pada Si Kecil, sebaiknya Bunda memilih biskuit khusus bayi yang
kandungan lemak jenuhnya rendah.
6. Makanan yang tinggi kandungan garam

Sebenarnya, memberikan garam pada makanan bayi yang berusia di bawah 1 tahun
tidak diperlukan. Asupan garam yang berlebihan justru dapat merusak ginjal bayi karena
ginjalnya belum mampu untuk mengolah kelebihan garam di tubuhnya. Jadi, Anda tidak
perlu repot-repot menambahkan garam pada menu MPASInya.

Selain garam, hindari menambah penyedap rasa maupun saus pada makanan bayi,
karena produk tersebut biasanya mengandung garam yang cukup tinggi. Takaran di
bawah ini mungkin dapat dijadikan referensi sebelum Anda memasak untuk anggota
keluarga, termasuk si kecil.

Berdasarkan Angka Kecukupan Mineral Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia, jumlah garam maksimum yang disarankan untuk bayi dan anak-anak adalah:

 1 – 3 tahun: 1 gram per hari


 4 – 6 tahun: 1,2 gram per hari
 7 – 9 tahun: 1,2 per hari
 10 tahun dan di atasnya: 1,5 gram per hari

7. Minuman manis

Hindari memberikan bayi minuman manis yang mengandung banyak gula, seperti jus
atau minuman kemasan. Bila sering mengonsumsi minuman manis, bayi lebih berisiko
mengalami kerusakan gigi dan diare.

8. Minuman yang mengandung kafein

Hindari memberikan Si Kecil minuman yang mengandung kafein, seperti kopi, teh, dan
minuman bersoda ya, Bun. Hal ini karena kafein dapat menyebabkan bayi mengalami
sakit kepala, kekurangan kalsium, dan kerusakan gigi.

Anda mungkin juga menyukai