A. PENGERTIAN
Postpartum adalah masa dimana tubuh menyesuaikan diri baik fisik maupun
psikologis terhadap proses melahirkan. Dimulai satu jam setelah melahirkan sampai tubuh
menyesuaikan secara sempurna.
Postpartum pada Ibu melahirkan sering disebut juga sebagai masa Nifas pada ibu
melahirkan. Masa nifas merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupan ibu maupun
bayi, diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan
50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Dalam memberikan pelayanan pada
masa nifas, bidan menggunakan asuhan yang berupa memantau keadaan fisik, psikologis,
spiritual, kesejahteraan sosial ibu/keluarga, memberikan pendidikan dan penyuluhan secara
terus menerus. Dengan pemantauan dan asuhan yang dilakukan pada ibu dan bayi pada masa
nifas diharapkan dapat mencegah atau bahkan menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi.
Selama watu setelah melahirkan hingga 6 minggu kemudian tersebut perubahan-
perubahan Fisiologis dan psikologik terjadi selama kehamilan kembali ke keadaan tidak
hamil. Masa ini juga merupakan masa wanita tersebut mengambil alih tanggung jawab
perawatan bayi yang masih sangat memerlukan perhatian dan bergantung pada orang lain
tersbut. Masa ini dapat menimbulkan masalh, pertama jika ia mendapt kesulitan dalam
menyusaikan diri menjadi seorang ibu.
B. PERIODE NIFAS
Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri atau
berjalan dan boleh bekerja setelah 40 hari.
Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selain hamil/waktu mengalami komplikasi.
1
Selama melahirkan, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tak normal.
Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks, vagina, dan perineum
sebagai akibat persalinan dan kelahiran, yaitu:
1. Uterus (rahim)
Setelah melahirkan, rahim mengalami proses involusi pada hari ke 10-19, uterus
dengan berat sekitar 350 gram tidak teraba lagi, setelah 40 hari kembali pada keadaan
semula dengan berat 80-100 gram . bekas plasenta(ari-ari) yang tertanam dalam uterus
akan mengecil karena kontraksi rahim dan kembali ke keadaan semula selama masa
nifas. (Mellyna.2003:22)
2. Serviks
Serviks menjadi tebal,kaku dan masih terbuka sampai 3 hari, namun ada juga yang
berpendapat sampai 1 minggu bentuk mulut serviks yang bulat akan menjadi agak
memanjang dan akan kembali normal 3-4 bulan.
3. Vagina
Vagina yang membengkak dan lipatannya (rugae) yang hilang akan kembali seperti
semula setelah 3-4 minggu.
4. Abdomen(perut)
Perut akan menjadi lembek dan kendur, proses involusi pada perut sebaiknya diikuti
dengan olahraga atau senam penguatan otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru
(striae) tidak akan hilang, tetapi hanya berubah warna menjadi keputih-putihan.
5. Payudara
Payudara membesar karena vaskularisasi dan engorgement (bengkak karena
peningkatan proklatin pada hari I – III). Pada payudara yang tidak disusui,
engorgement akan berkurang dalam 2 – 3 hari, putting mudah erektil bila dirangsang.
Pada ibu yang tidak menyusui akan mengecil pada 1 – 2 hari
6. Kulit
Setelah melahirkan, pigmentasi akan menurun sehingga hyperpigmentasi pada muka,
payudara, dll akan menghilang perlahan-lahan kembali seperti semula.
Adaptasi Fisiologis post Partum Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh
mengalami perubahan secara progresif. Semua perubahan pada ibu post partum perlu
2
dimonitor oleh perawat, untuk menghindari terjadinya komplikasi. Perubahan-perubahan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tanda-Tanda Vital
Suhu peroral pada 24 jam pertama setelah melahirkan kurang dari 38 derajat
Celsius. Bila lebih selama dua hari atau sepuluh hari berturut-turut, harus dicurigai
adanya sepsis puerpuralis, infeksi saluran kemih, endometriosis, mastitis atau
infeksi lainnya
2. Sistem Respirasi
Penggunaan obat-obat anesthesia umum selama proses pembedahan menyebabkan
perubahan kecepatan frekuensi, kedalaman dan pola respirasi. Setelah operasi
mungkin terjadi penumpukan secret pada jalan nafas yang menyebabkan
perubahan pola nafas, juga suara tambahan berupa rales. Hal ini tidak ditemukan
pada anesthesia spinal. Sedangkan peningkatan respirasi mungkin terjadi sebagai
respon klien terhadap adanya nyeri.
3. Sistem Cardiovaskuler
Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler banyak mengalami
perubahan antara lain :
Tekanan Darah
Tekanan darah tetap stabil. Terjadi penurunan tekanan sistolik 20 mmHg atau
lebih pada saat klien berubah posisi dari terlentang ke posisi duduk. Hal ini
menggambarkan Hipotensi Ortostatik, dan merupakan gangguan sementara
pada kompensasi kardiovaskuler terhadap penurunan tekanan vaskuler pada
panggul.
Berkeringat dan menggigil
Klien dpt menggigil segera setelah melahirkan, hal ini disebabkan karena
instabilitas vasomotor, bila tidak disertai panas hal ini tidak berarti.
Untuk mengeluarkan jumlah cairan yg banyak, sisa-sisa pembakaran banyak
dikeluarkan melalui keringat dan sering terjadi pada malam hari.
Cardiak Output
Penurunan cardiac output menyebabkan bradikardi (50-70x/menit) pada hari
pertama setelah persalinan. Bila frekuensi denyut nadi cepat mengindikasikan
adanya perdarahan, kecemasan, kelelahan, infeksi penyakit jantung, dapat
terjadi hipotensi orthostatik dengan penurunan tekanan systolic kurang lebih
20 mmHg yang merupakan kompensasi pertahanan tubuh untuk menurunkan
resistensi vaskuler sebagai akibat peningkatan tekanan vena. Biasanya ini
3
terjadi beberapa saat setelah persalinan, dan saat pertama kali melakukan
mobilisasi (ambulasi). Bila terjadi penurunan secara drastic merupakan
indikasi terjadinya perdarahan uteri.
Volume dan Konsentrasi Darah
Pada 72 jam pertama setelah persalinan banyak kehilangan plasma dari pada
sel darah. Selama persalinan erithropoesis meningkat menyebabkan kadar
hemoglobin menurun dan nilainya akan kembali stabil pada hari keempat post
partum. Jumlah leukosit meningkat pada early post partum hingga nilainya
mencapai 30.000/mm3 tanpa adanya infeksi. Apabila peningkatan lebih dari
30 % dalam 6 jam pertama, maka hal ini mengindikasikan adanya infeksi.
Jumlah darah yang hilang selam persalinan sekitar 400-500 ml. Pada klien
post partum dengan seksio sesarea kehilangan darah biasanya lebih banyak
dibanding persalinan normal (600-800 cc).
4. Sistem Gastrointestinal
Pada klien dengan post partum seksio sesarea biasanya mengalami penurunan
tonus otot dan motilitas traktus gastrointestinal dalam beberapa waktu.
Pemulihan kontraksi dan motilitas otot tergantung atau dipengaruhi oleh
penggunaan analgetik dan anesthesia yang digunakan, serta mobilitas klien.
Sehingga berpengaruh pada pengosongan usus. Secara spontan mungkin
terhambat hingga 2-3 hari. Selain itu klien akan merasa pahit pada mulut
karena dipuasakan atau merasa mual karena pengaruh anesthesia umum.
Sebagai akibatnya klien akan mengalami gangguan pemenuhan asupan nutrisi
serta gangguan eliminasi BAB. Klien dengan spinal anesthesia tidak perlu
puasa sebelumnya.
5. Sistem Reproduksi
Payudara
Setelah persalinan behubung lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi
korpus luteum, maka estrogen dan progesterone berkurang, prolaktin akan
meningkat dalam darah yang merangsang sel-sel acini untuk memproduksi
ASI. Keadaan payudara pada dua hari pertama post partum sama dengan
keadaan dalam masa kehamilan. Pada hari ketiga dan keempat buah dada
membesar, keras dan nyeri ditandai dengan sekresi air susu sehingga akan
terjadi proses laktasi. Laktasi merupakan suatu masa dimana terjadi
perubahan pada payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI dan
4
merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik,
saraf dan berbagai macam hormon sehingga ASI dapat keluar.
Involusi Uterus
Segera setelah plasenta lahir, uterus mengalami kontraksi dan retraksi ototnya
akan menjadi keras sehingga dapat menutup/menjepit pembuluh darah besar
yang bermuara pada bekas inplantasi plasenta. Proses involusi uterus terjadi
secara progressive dan teratur yaitu 1-2 cm setiap hari dari 24 jam pertama
post partum sampai akhir minggu pertama saat tinggi fundus sejajar dengan
tulang pubis. Pada minggu keenam uterus kembali normal seperti keadaan
sebelum hamil kurang lebih 50-60 gram. Pada seksio sesarea fundus uterus
dapat diraba pada pinggir perut. Rasa tidak nyaman karena kontraksi uterus
bertambah dengan rasa nyeri akibat luka sayat pada uterus terjadi setelah
klien sadar dari narkose dari 24 jam post operasi.
Endometrium
Dalam dua hari post partum desidua yang tertinggal dan berdiferensiasi
menjadi 2 lapisan, lapisan superficial menjadi nekrotik dan terkelupas
bersama lochea. Sedangkan lapisan basah yang bersebelahan dengan
miometrium yang berisi kelenjar tetap utuh dan merupakan sumber
pembentukan endometrium baru. Proses regenerasi endometrium berlangsung
cepat. Seluruhnya endometrium pulih kembali dalam minggu kedua dan
ketiga.
Cerviks, Vagina, Vulva, Perineum
Pada persalinan dengan seksio sesarea tidak terdapat peregangan pada serviks
dan vagina kecuali bila sebelumnya dilakukan partus percobaan serviks akan
mengalami peregangan dan kembali normal sama seperti post partum normal.
Pada klien dengan seksio sesarea keadaan perineum utuh tanpa luka.
5
eritrosit, kelupasan desidua, sel-sel epitel dan bakteri yang dikeluarkan pada
awal masa nifas. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya yaitu :
Lochea Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga post partum. Warna
merah terdiri dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa selaput ketuban.
Lochea Serosa
Mengandung sel darah tua, serum, leukosit dan sisa-sisa jaringan
dengan warna kuning kecoklatan, berlangsung hari keempat dan
kesembilan post partum.
Lochea Alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel
leukosit, sel-sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10
sampai minggu ke 2-6 post partum (Cuningham, 195 : 288).
Perdarahan lochea menunjukan keadaan normal. Jika pengeluaran
lochea berkepanjangan, pengeluaran lochea tertahan, lochea yang
prulenta (nanah), aras nyeri yang berlebihan, terdapat sisa plasenta
yang merupakan sumber perdarahan dan terjadi infeksi intra uterin.
6. Sistem Endokrin
Kaji kelenjar tiroid, adakah pembesaran pada kelenjar tiroid, pembengkakan
kelenjar getah bening dan kaji .juga pengeluaran ASI dan kontraksi uterus.
7. Sistem Perkemihan
Kesulitan miksi mungkin terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan karena reflex
penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh tekanan pada basis kandung
kemih selama melahirkan.
Kira-kira 10% wanita dalam masa nifas mengalami inkontinensia urin ( biasanya
berupa “Inkontinensia stress”)
8. Sistem Persarafan
Sistem persarafan pada klien post partum biasanya tidak mengalami gangguan
kecuali ada komplikasi akibat dari pemberian anesthesia spinal atau penusukan
pada anesthesi epidural dapat menimbulkan komplikasi penurunan sensasi pada
ekstremitas bawah. Klien dengan spinal anesthesia perlu tidur flat selama 24 jam
pertama. Kesadaran biasanya
9. Sistem Integumen
Cloasma/hyperpigmentasi kehamilan sering hilang setelah persalinan akibat dari
penurunan hormon progesterone dan melanotropin, namun pada beberapa wanita
ada yang tidak menghilang secara keseluruhan, kadang ada yang hyperpigmentasi
yang menetap. Pertumbuhan rambut yang berlebihan terlihat selama kehamilan
6
seringkali menghilang setelah persalinan, sebagai akibat dari penurunan hormon
progesterone yang mempengaruhi folikel rambut sehingga rambut tampak rontok.
10. Sistem Muskuloskletal
Selama kehamilan otot abdomen teregang secara bertahap, hal ini menyebabkan
hilangnya kekenyalan otot pada masa post partum, terutama menurunnya tonus
otot dinding dan adanya diastasis rektus abdominalis. Pada dinding abdomen
sering tampak lembek dan kendur dan terdapat luka/insisi bekas operasi, secara
berangsur akan kembali pulih, selain itu sensasi ekstremitas bawah dapat
berkurang selama 24 jam pertama setelah persalinan, pada klien post partum
dengan seksio sesaria, hal ini terjadi bila dilakukan regio anestesi dapat terjadi
pula penurunan kekuatan otot yang disebabkan oleh peregangan otot.
11. Sistem pencernaan
Beberapa wanita mengalami konstipasi pada masa nifas, namun kebanyakan kasus
sembuh secara spontan; jika tidak, dapat diberikan supositoria biskodil pe rectal
untuk melunakkan tinja. Wanita yang menderita hemoroid selama kehamilan
sering mengeluh bahwa mereka lebih merasakan nyeri pada masa postpartum. 1
dari 20 wanita mengalami hemaroid untuk pertama kali sewaktu melahirkan,
tetapi kebanyakan kasus akan hilang dalam waktu 2 atau3 minggu.
Perubahan emosi selama masa post partum memiliki berbagai bentuk dan variasi.
Kondisi ini akan berangsur – angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan.
1. Pada 0 – 3 hari setelah melahirkan, ibu post partum berada pada puncak kegelisahan
setelah melahirkan karena rasa sakit pada saat melahirkan sangat terasa yang
berakibat ibu sulit beristirahat. Sehingga ibu mengalami kekurangan istirahat pada
siang hari dan sulit tidur dimalam hari.
2. Pada 3 – 10 hari setelah melahirkan, post natal blues biasanya muncul, biasanya
disebut dengan 3th day blues. Tapi pada kenyataannya berdasarkan riset yang
dilakukan paling banyak muncul pada hari kelima. Post natal blues adalah suatu
kondisi dimana ibu memiliki perasaan khawatir yang berlebihan terhadap kondisinya
dan kondisi bayinya sehingga ibu mudah panik dengan sedikit saja perubahan pada
kondisi dirinya atau bayinya.
3. Pada 1 – 12 minggu setelah melahirkan, kondisi ibu mulai membaik dan menuju pada
tahap normal. Pengembalian kondisi ibu ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
7
lingkungannya, misalnya perhatian dari anggota keluarga terdekat. Semakin baik
perhatian yang diberikan maka semakin cepat emosi ibu kembali pada keadaan
normal.
Fase honey moon adalah fase setelah anak lahir dimana terjadi intiminasi dan kontak
yang lama antara ibu-ayah-anak. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai psikis honey moon,
dimana tidak memerlukan hal-hal yang romantis secara biologis. Masing-masing saling
memperhatikan anaknya dan menciptakan hal yang baru.
Ikatan kasih ( bondingn & attachment ) terjadi pada kala IV, dimana diadakan antara ibu-
ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih.
Perubahan psikologis selama post partum menurut Rubin (1977) Terdiri Dari :
Fase Taking In ( Periode tingkah laku ketergantungan )
Perhatian klien terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung
berlangsung selama 1-2 hari. Klien tidak mengingninkan kontak dg bayinya tetapi
bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam fase ini yg diperlukan klien adalah
informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
Fase Taking Hold ( Periode antara tingkah laku mandiri dan ketergantungan )
Klien berusaha mandiri dan berinisiatif, perhatian lebih kepada kemampuan
mengatasi fungsi tubuhnya, misalnya kelancaran BAK, BAB, melakukan berbagai
aktifitas ; duduk, jalan, dan keinginan untuk belajar tentang perawatan dirinya
sendiri dan bayinya.
Fase Letting go (fase mampu sendiri)
Fase ini antara dua sampai empat minggu setelah persalinan dimana ibu mulai
menerima peran barunya yaitu sebagai ibu dari bayi yang baru lahir. Ibu melepas
bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta mapu menerima
kenyataan.
9
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
2. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradicardy, suhu 36,2-
38, Respirasi 16-24)
3. Kepala : Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi pengecapan;
pendengaran, dan leher.
4. Breast : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan puting susu,
stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi
laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak.
5. Abdomen : teraba lembut , tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus abdominal utuh
(intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi fundus uterus, konsistensi (keras, lunak,
boggy),
lokasi, kontraksi uterus, nyeri, perabaan distensi blas.
6. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin, kendur/lemah) adakah
hematom, nyeri, tegang. Perineum : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan,
eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra,
4-10 hr serosa, > 10 hr alba), Anus : hemoroid dan trombosis pada anus.
7. Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Resiko cedera
3. Cemas
NO NANDA NOC NIC
12
tersedia ini
Laporkan 2. Pengawasan:
pengontrolan gejala Keamanan
Pantau perubahan
fungsi fisik pasien
yang menyebabkan
perilaku yang
membahayakan
Pantau lingkungan
yang berpotensi
membahayakan
keamanan
Tentukan derajat
pengawasan yang
dibutuhkan pasien,
berdasarkan tingkat,
fungsi dan kehadiran
bahaya dalam
lingkungan
A. Pengertian
Post-partum blues sendiri sudah dikenal sejak lama. Savage pada tahun 1875 telah
menulis referensi di literature kedokteran mengenai suatu keadaan disforia ringan pasca-salin
13
yang disebut sebagai ‘milk fever’ karena gejala disforia tersebut muncul bersamaan dengan
laktasi. Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering tampak
dalam minggu pertama setelah persalinan.
Post-partum blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh
sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai
sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak
menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang
mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan
yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk,
terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman setelah
persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya
sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang
melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum diketahui.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara
lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron,
prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat
berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek
supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja
menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja.
Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untuk dirawat.
Secara global diperkirakan terdapat 20% wanita melahirkan menderita post partum blues, di
Belanda diperkirakan sekitar 2-10% ibu melahirkan mengidap gangguan ini. Beberapa
kondisi yang dapat memunculkan depresi post partum blues;
1. Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil
2. Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan
suaminya.
3. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang
tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
7. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman
8. Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau pacar, atau orang
yang bersangkutan dengan sang ibu.
15
10. Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak
11. Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.
C. PATOFISIOLOGI
Para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi
secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menekan.
Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, bikimia atau kekurangan
gizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan
menjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.
Beberapa dugaan kemunculan ini disebabkan oleh beberapa faktor dari dalam dan luar
individu. Penelitian dari Dirksen dan De Jonge Andriaansen (1985) menunjukkan bahwa
depresi tersebut membawa kondisi yang berbahaya bagi perkembangan anak di kemudian
hari. De Jonge Andriaansen juga meneliti beberapa teknologi medis (penggunaan alat-alat
obstetrical) dalam pertolongan melahirkan dapat memicu depresi ini. Misalnya saja pada
pembedahan caesar, penggunaan tang, tusuk punggung, episiotomi dan sebagainya.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap
pemicu depresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala
awal kemunculan depresi post partum blues, walau demikian gejala tersebut dapat hilang
secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Factor biologis yang paling banyak terlibat adalah factor hormonal. Perubahan kadar
hormone pada wanita memegang peran penting ; perubahan suasana hati bias terjadi sesaaat
sebelum menstruasi sesaat sebelum menstruasi (ketegangan pramenstruasi) dan setelah
persalinan (depresi post partum). Perubahan hormone serupa bias terjadi pada wanita
pemakai pil KB yang mengalami depresi.
Kelainan fungsi tiroid yang sering terjadi pada wanita, juga merupakan factor factor yang
berperan dalam terjadinya depresi. Depresi juga bias terjadi karena atau bersamaan dengan
sejumlah penyakit atau kelainan fisik. Kelainan fisik bias menyebabkan terjadinya depresi
secara ; langsung, misalnya ketika penyakit tiroid menyebabkan berubahnya kadar hormone.
Yang bias menyebabkan terjadinya depresi tidak langsung, misalnya ketika penyakit atritis
rematoid menyebabkan nyeri dan cacat, yang bias menyebabkan depresi.
16
Ada pula kelainan fisik menyebabkan depresi secara langsung dan tidak langsung.
Misalnya AIDS; secara langsung menyebabkan depresi jika virus penyebabnya merusak otak;
secara tidak langsung menyebabkan depresi jika menimbulkan dampak negative terhadap
kehidupan penderitanya
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Pitt (Regina dkk,
2001), depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Masih menurut Pitt (Regina dkk,
2001) tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan
yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa
awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum
yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem
tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut
neurosa depresi atau depresi postpartum.
Menurut Duffet-Smith (1995), depresi pascasalin bisa berkaitan dengan terjadinya akumulasi
stres. Ada stres yang tidak dapat dihindari, seperti operasi. Depresi adalah pengalaman yang
negatif ketika semua persoalan tamapak tidak terpecahkan. Persoalan juga tidak akan
terpecahkan dengan berpikir lebih positif, tetapi sikap itu akan membuat depresi lebih dapat
dikendalikan.
Monks dkk (1988), menyatakan bahwa depresi postpartum merupakan problem psikis
sesudah melahirkan seperti labilitas afek, kecemasan dan depresi pada ibu yang dapat
berlangsung berbulan – bulan. Sloane dan Bennedict (1997) menyatakan bahwa depresi
17
postpartum biasanya terjadi pada 4 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus 1 – 2 minggu.
D. MANIFESTASI KLINIS
Gejala – gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan
sikap tersebut diantaranya sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut,
tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung
( iritabilitas ),merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya
terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit
membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja
Anda lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala – gejala itu mulai muncul setelah
persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai
beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat
disebut postpartum depression.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood / depresi sudah merupakan acuan pelayanan
pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner
dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan
kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan
depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas
perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-
partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan
memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai
18
dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab
sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati
bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai
prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji
validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia.
EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan
dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
F. PENATALAKSANAAN
Para ahli obstetri memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita untuk
kemungkinan terjadinya gangguan mental pasca-salin dan segera memberikan penanganan
yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi/konseling bila
memang diperlukan. Dukungan yang memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan
bidan/perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang
memadai/adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang
mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya. Post-partum blues juga
dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur
ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak
perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
19
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok ibu-ibu baru.
Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum blues dibutuhkan pendekatan
menyeluruh/holistik. Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan
pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin
pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
Cara mengatasi gangguan psikologi pada nifas dengan postpartum blues ada dua cara yaitu :
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan
pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
Beberapa cara peningkatan support mental yang dapat dilakukan keluarga diantaranya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah
seperti : membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu dll.
b. Memanggil orangtua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan
merawat bayi
c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian
terhadap istrinya
20
f. Suami menggantikan peran isteri ketika isteri kelelahan
g. Ibu dianjurkan sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan
Selain hal diatas, penanganan pada klien postpartum blues pun dapat dilakukan pada diri
klien sendiri, diantaranya dengan cara :
c. Berolahraga ringan
g. Bersikap fleksibel
G. Pencegahan
Berikut ini beberapa kiat yang mungkin dapat mengurangi resiko Postpartum Blues yaitu :
21
Pelajari dan mencari informasi mengenai Postpartum Blues, sehingga Anda sadar
terhadap kondisi ini. Apabila terjadi, maka Anda akan segera mendapatkan bantuan
secepatnya.
Diet nutrisi cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan
dan tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
3. Olahraga
Jika memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau
pindah kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan
menghindari stres, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan
postpartum yang diderita.
5. Beritahukan perasaan
Jangan takut untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang Anda inginkan dan
butuhkan demi kenyamanan Anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak
nyaman terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
Dukungan dari keluarga atau orang yang Anda cintai selama melahirkan, sangat
diperlukan. Ceritakan pada pasangan atau orangtua Anda, atau siapa saja yang
bersedia menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri Anda, bahwa mereka akan selalu
berada di sisi Anda setiap mengalami kesulitan.
22
Persiapan sebelum melahirkan sangat diperlukan.
8. Senam Hamil
Kelas senam hamil akan sangat membantu Anda dalam mengetahui berbagai
informasi yang diperlukan, sehingga nantinya Anda tak akan terkejut setelah keluar
dari kamar bersalin. Jika Anda tahu apa yang diinginkan, pengalaman traumatis saat
melahirkan akan dapat dihindari.
Dukungan emosi dari lingkungan dan juga keluarga, akan membantu Anda dalam
mengatasi rasa frustasi yang menjalar. Ceritakan kepada mereka bagaimana perasaan
serta perubahan kehidupan Anda, hingga Anda merasa lebih baik setelahnya.
Dukungan terbaik datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal
yang sama dengan Anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok Postpartum
Blues yang bisa Anda ikuti, sehingga Anda tidak merasa sendirian menghadapi
persoalan ini.
A. Pengkajian
a. Observasi gejala:
23
Iritabel/gelisah
Gangguan istrirahat - tidur
Marah pada anggota keluarga
Gangguan mood- menangis
Cemas
b. Respon psikososial berkaitan dengan depresi post partum dan psikosis
Gelisah yang memanjang
Perilaku yang labil
Menarik diri
respon yang tidak sesuai pada bayi dan keluarga
Menurut Bobak ( 2004 ) pengkajian dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi
menjadi orang tua baru yaitu:
1. Dampak pengalaman melahirkan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri
( Konrad, 1987 ). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu
rencana tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal – hal yang mencakup kelahiran
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan
sangat berbeda dari yang diharapkan ( misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran
sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah direncanakan
sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
2. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan – perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku seksual setelah
melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru
melahirkan bisa merasa enggan untuk memulai hubungan seksual karena takut merasa
nyeri atau takut bahwa hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan
perineum.
3. Interaksi Orang tua – Bayi
24
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang tua
dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat
ini kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu.
Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk menjadi orang tua sampai akhirnya
keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua
membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda – tanda yang menunjukkan ada atau
tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi
terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan mereka.
4. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social
yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang
adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas –
tugas yang diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang
dikatakan bayinya melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian
menenangkan bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa
tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan
bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak
mereka. Bayi – bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa
tertarik untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti
pakaian, dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu
membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa
lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan
kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang
sehat dan gembira.
5. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai
ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga
lain, dan anak – anak lain.
25
Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu
merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges ( 2001 ) Adalah:
1. Aktivitas / istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
Peka rangsang, takut / menangis ( " Post partum blues " sering terlihat
kira – kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.
5. Makanan / cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara hari ke-3 sampai
ke-5 pascapartum.
7. Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun kira-kira 1 lebar
jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia
serosa dengan aliran tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri
) dan aktivitas ( misalnya ; menyusui ). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan
menyusui dimul
NANDA, NOC, DAN NIC
28
imunsasi bayi secara teratur
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, Jensen. (2004). Buku Ajar: Keperawatan Maternitas (ed 4). Jakarta: EGC.
http://www.indocina.net/viewtopic.php?f=28&t=7446
29
http://www.mitrakeluarga.com/kemayoran/kesehatan005.html
http://www.dunia-ibu.org/html/baby_blues.html
http://pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=2208&tbl=cakrawala
http://www.korantempo.com/news/2003/3/2/Keluarga/17.html
http://www.bayisehat.com/child-consultation/cara-mengatasi-baby-blues.html
http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=06304&rubrik=bayi
30