Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak usia sekolah merupakan tahapan yang berada pada usia enam
hingga kira-kira usia dua belas tahun (Dewi dkk, 2015). Anak usia 6-14 tahun
merupakan kelompok usia yang kritis dan mempunyai sifat khusus yaitu
transisi/pergantian dari gigi susu ke gigi permanen (Suciari dkk, 2015). Gigi
merupakan suatu organ keras yang fungsi utamanya adalah untuk mengunyah
makanan. Gigi tertanam di tulang alveolar, yaitu tulang yang menempel di
permukaan tulang rahang (Ramadhan, 2010). Apabila asam terus mengikis
permukaan gigi sedangkan gigi terus mengalami demineralisasi maka gigi
akan semakin terkikis dan mengakibatkan terbentuknya lubang yang disebut
dengan karies gigi (Rahmadhan, 2010).
Karies gigi merupakan penyakit yang banyak menyerang anak-anak
maupun dewasa, baik pada gigi susu maupun gigi permanen. Semua orang
dapat mengalami karies gigi, di seluruh dunia diperkirakan 90% pernah
mengalami karies. Di Amerika serikat, tingkatan karies 5 kali lebih tinggi
karena karies dikategorikan penyakit kronis. Di Indonesia pada anak 67,2%
memiliki pengalaman karies gigi (Novitasari, 2014). Berdasarkan kelompok
usia menurut (Kemenkes RI, 2014), proporsi masalah gigi dan mulut pada
kelompok usia yaitu umur 1-4 tahun sebesar 10,4%, umur 5-9 tahun sebesar
28,9%, umur 10-14 tahun sebesar 25,2%, umur 15-24 tahun sebesar 24,3%,
umur 25-34 tahun sebesar 28%, dan pada umur 65 keatas sebesar 19,2%.
Menurut penelitian (Puspita, 2017)
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, terjadi
peningkatan prevalensi karies aktif pada penduduk Indonesia yaitu sebanyak
53,2%. Angka itu bukan merupakan angka yang dapat diabaikan karena telah
terbukti bahwa penyakit gigi dan mulut dapat mempengaruhi produktivitas
masyarakat. Bali merupakan salah satu provinsi yang menempati urutan
prevalensi karies ke-22 dari semua provinsi. Hasil (Riskesdas
,2013)menunjukkan bahwa 97,2% penduduk Bali yang berumur 10-14 tahun
sudah menyikat gigi setiap hari, menyikat gigi setiap mandi pagi dan sore
sebesar 67,8%, menyikat gigi saat mandi pagi sebesar 89,7%, menyikat gigi
sesudah makan pagi sebesar 5,4% dan hanya sebesar 4,1% yang berperilaku
menyikat gigi dengan benar. Data ini menunjukkan bahwa perilaku
pemeliharaan diri masyarakat Bali pada rentang umur 10-14 tahun dalam
menjaga kesehatan gigi dan mulut masih sangat rendah.
Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam pribadi seseorang ditandai
dengan munculnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan tersebut. Jadi,
motivasi adalah dorongan yang telah aktif, sehingga terjadi perubahan energi
dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk mencapai tujuan atau
kebutuhannya. Pada umumnya, setiap dorongan dari dalam diri individu
terjadi dalam rangka mencapai suatu tujua, namun demikian ada dorongan
yang terjadi tidak berkaitan langsung dengan tujuan yang akan dicapai yang
telah direncanakan sebelumnya. Dorongan yang demikian sering terjadi
karena seseorang mengalami perubahan emosi (Hamalik, 1992 dalam Candra
dkk, 2017).
Sikap merupakan respons tertutup terhadap suatu stimulus atau objek
yang ada (Induniasih & Ratna, 2017). Sikap dapat diartikan pula reaksi
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap adalah penilaian yang bersifat
emosional atau afektif, kognitif atau pengetahuan terhadap suatu objek, dan
konatif atau cenderung bertindak (Induniasih & Ratna, 2017). Sikap
merupakan reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap suatu
objek berupa keyakinan, perasaan atau perilaku yang diharapkan (Myer,1996
dalam Saam & Wahyu, 2012)
Karies gigi yang disebut juga lubang gigi merupakan suatu penyakit
dimana bakteri merusak struktur jaringan gigi yaitu enamel, dentin, dan
sementum. Jaringan tersebut rusak dan menyebabkan lubang pada gigi.
Karies gigi bersifat kronik dan dalam perkemban gannya membutuhkan
waktu yang lama. Karies gigi didefinisikan sebagai proses patologi yang
berasal dari luar yang mengakibatkan pelunakan jaringan keras gigi dan
berlanjut ke pembentukan rongga (Diajeng, 2016). Karies gigi salah satu
penyakit kronik yang paling sering mempengaruhi individu pada semua usia
(Novitasari, 2014). Besar kecilnya pengaruh faktor risiko terhadap timbulnya
karies pada anak sekolah dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran, dan
kebiasaan dalam merawat kesehatan gigi, kebiasaan yang perlu dimiliki anak-
anak antara lain membersihkan gigi serta memilih jenis makanan (Reca,
2017).
Penyebab penyakit tersebut karena konsumsi makanan yang manis dan
lengket, malas atau salah dalam menyikat gigi, kurangnya perhatian
kesehatan gigi dan mulut atau bahkan tidak pernah sama sekali memeriksa
kesehatan gigi. Masalah kebersihan gigi dan mulut sering terjadi pada anak
usia 10-15 tahun (Listiono, 2012 dalam Sari, 2013). Gigi berlubang dapat
disebabkan oleh keadaan gigi tersebut, makanan dan minuman yang
dikonsumsi, keadaan dalam mulut yang melibatkan mikroorganisme dan
waktu yang diperlukan sampai terjadinya gigi berlubang. Keadaan tersebut
apabila dibiarkan terus menerus dapat menyebabkan gigi menjadi nekrosis
(Wawointana, 2016)
Dampak gigi berlubang atau karies gigi jika dibiarkan dapat mengurangi
kualitas hidup seorang anak, mereka merasakan sakit, ketidaknyamanan,
gangguan makan dan tidur, pembengkakan pada gusi yang menyebabkan
anak tidak hadir ke sekolah dan dapat mempengaruhi pembelajaran anak
(Nurafifah, 2013). Apabila karies gigi ini tidak tertangani maka keadaan
semakin parah dengan terbentuknya abses perapikal (terbentuknya nanah di
daerah sekitar ujung akar), granuloma sampai kista gigi (Rahmadhan,
2010).Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor
cukup penting untuk pemeliharaan gigi dan mulut (Riyanti, 2005 dalam Sari,
2013).
Persatuan Dokter Gigi Indonesia menyatakan bahwa sekitar 90%
penduduk dunia beresiko mengalami penyakit gigi dan mulut, mulai dari
karies gigi hingga kanker mulut (PDGI, 2013). Usaha pencegahan karies pada
anak harus dilakukan sedini mungkin yaitu ketika gigi mulai tumbuh.
Kebiasaan baik dalam menggosok gigi yaitu secara teratur 2x sehari sesudah
sarapan dan malam sebelum tidur dapat mencegah karies gigi (Kemenkes RI,
2012). Menurut Syukra (2011) Kebiasaan menyikat gigi secara rutin
merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan gigi. semakin baik
kebersihan gigi maka akan semakin baik status karies giginya. Pada usia 10-
12 tahun merupakan usia yang rawan terjadinya masalah gigi. Karena usia
sekolah dasar merupakan masa pergantian gigi menjadi gigi permanen.
Berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan pada siswa sekolah
dasar 1 Pedungan di wilayah Puskesmas Denpasar Selatan, dari 10 siswa
terdapat Sembilan siswa yang memiliki pengetahuan yang baik dalam
menjaga kesehatan gigi
Hasil penelitian (Prasetyo,2018) tentang hubungan motivasi menggosok
gigi dengan karies gigi di MI NU Islahussalafiyah Kudus, didapatkan hasil
bahwa dari 30 responden yang mempunyai motivasi tinggi sebagian besar
anak tidak mengalami karies gigi sebanyak 29 orang (96.7%). Sedangkan
penelitian (Meilana, 2016) mendapatkan hasil 76,80% siswa memiliki
motivasi sedang dan hanya 13,10% siswa yang memilik motivasi tinggi. Ini
menunjukan bahwa tidak semua siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam
mencegah karies gigi. Hasil penelitian (Nubatonis, 2017) mendapatkan
bahwa presentase siswa SD berdasarkan sikap sebelum perlakuan (pre-test)
pada kelompok I berada pada kategori cukup (96%), demikian juga kelompok
II (97% dan sesudah perlakuan (post test) pada kelompok I mayoritas berada
pada kategori cukup (76%), sedangkan kelompok II berada pada kategori baik
(100%). Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
kedua kelompok. Ini menunjukkan bahwa tidak semua siswa mempunyai
sikap positif terhadap kesehatan gigi. Berdasarkan hasil data dari laporan
cakupan penjaringan kesehatan terkait pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut
untuk siswa SD pada 15 SD yang ada di wilayah Puskesmas III Denpasar
Selatan tahun 2016, dari 987 anak yang diperiksa terdapat 738 (75%) anak
yang menderita karies gigi, cakupan hasil penjaringan kesehatan di tahun
2017, menunjukan prevalensi gigi berlubang masih tinggi dengan
peningkatan jumlah sasaran yang diperiksa sebanyak 1.047 anak ditemukan
sebanyak 727 (69,5%) anak yang menderita karies gigi, sedangkan cakupan
hasil penjaringan di tahun 2018, terdapat 1.242 siswa yang diperiksa
sebanyak 870 (70 %) anak ditemukan kasus gigi berlubang. Hasil tersebut
menunjukan bahwa kasus karies gigi pada siswa sekolah setiap tahunnya
meningkat dalam penelitian (Juliastuni, 2019). Oleh karena itu peneliti ingin
mengetahui bagaimana motivasi dan sikap anak dalam mencegah karies gigi.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Antara Motivasi Dengan Sikap
Pencegahan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Kelas 4,5,6”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di kemukakan diatas maka
rumusan masalah yang akan di teliti adalah “Hubungan Antara Motivasi
Dengan Sikap Pencegahan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Kelas 4,5,6”
?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi
dengan sikap pencegahan karies gigi pada anak sekolah dasar kelas 4,5,6
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi motivasi anak sekolah dasar kelas 4,5,6 dalam
mencegah karies gigi
b. Untuk mengidentifikasi sikap anak sekolah dasar kelas 4,5,6 dalam
mencegah karies gigi
c. Untuk menganalisa hubungan antara motivasi dengan sikap anak
sekolah dasar kelas 4,5,6 dalam mencegah karies gigi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Secara Teoritis
Diharapkan melalui penelitian ini dapat menambah pengalaman dan
memperluas wawasan pengetahuan anak mengenai motivasi dengan sikap
pencegahan karies gigi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah Dasar
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengalaman dan
memperluas wawasan mengenai motivasi dan sikap anak dalam
mencegah karies gigi dan pentingnya sikap dalam mencegah karies gigi
pada anak. Untuk mencegah terjadinya gigi berlubang yang berdampak
buruk bagi kesehatan gigi yang dapat menganggu aktivitas sehari-hari.
b. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi atau acuan untuk
proses pembelajaran tentang pentingnya pencegahan karies gigi pada
anak.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian diharapkan dapat memperluas wawasan peneliti dan
dapat digunakan sebagai tambahan data mengenai konsep maupun teori,
khususnya mengenai motivasi dan sikap anak dalam mencegah karies
gigi .
Diajeng, A. (2016). Gambaran Beberapa faktor Kejadian Karies Gigi pada Siswa
Tunagrahita di SLB C, Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume
4. Nomor 4.
Kemenkes RI. (2014). Situasi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta.
Novitasari, D. (2014). Gambaran Sikap Orang Tua dalam mencegah Caries Gigi pada
Anak Usia 6-7 Tahun RA. AL Khodijah Desa Brudu Keacamatan Sumobito
KabupatenJombang.https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&so
urce=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiep4S4x5fgAhVBOSsKH
XmzA68QFjAAegQIChAC&url=https%3A%2F%2Fjournal.stikespemkabjo
mbang.ac.id%2Findex.php%2Fjikeb%2Farticle%2Fdownload%2F86%2F85
%2F&us g=AOvVaw3286SUmSbfJpvrk0887BQB. Diakses (01 Januari 2019).
Puspita, S. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Sikap dan Perilaku Kesehatan
Gigi dan Mulut terhadap Kejadian Karies Gigi Pada Siswa di Tabanan.
Skripsi.https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/f2b48b1a01478ef27178e
095 f896c4b6.pdf. Diakses (01 Januari 2019)
Reca. (2017). Hubungan jenis makanan jajanan dengan status karies pada murid SDN
Lampeuneurut Aceh Besar. Jurnal Averrous. Volume 4.
http://ojs.unimal.ac.id/index.php/averrous/article/view/1036. Diakses (01
Januari 2019).
Factarun, S. (2018). Hubungan Motivasi Dan Perilaku Menggosok Gigi Dengan
Karies Gigi Pada Anak Usia Sekolag Di Mi Nu Islahussalafiyah Kudus.
STIKES Cendekia Utama Kudus.
Juliastuti. Hardy. & Suarjana. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Terhadap Perilaku Orang Tua Dalam Perawatan Kesehatan Gigi Anak Melalui
Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas III
Denpasar Selatan. Universitas Dhyana Pura.
Meilana, T. (2016). Motivasi Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada
Anak Medically Compromised. [Skripsi]. Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Hasanuddin.
Saam, Z. & Wahyu, S. (2012). Psikologi keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Rahmadhan (2010). Serba-Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut. Jakarta
Suciari, Ana., Arief, Yuni Sufyanti, & Rachmawati, Praba Diyan., 2015. Peran Orang
Tua dalam Membimbing Menyikat Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Anak
Prasekolah. Program Studi Pendidikan, Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga.[Online].http://journal.unai r.ac.id/download-fullpapers
pmnj5ab2f127c22full.pdf. [diaskes tanggal 7 Januari 2017].
Sari, Siti Alimah., 2013. Skripsi. Hubungan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan
Timbulnya Karies pada Anak Usia Sekolah Kelas 4-6 di SDN Ciputat 6
Tanggerang Selatan Provinsi Banten Tahun
2013.[Online].http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/.../1/SITI%20ALIMAH%2
0SARI%20-%20fkik.pdf. [diaskes tanggal 7 Januari 2017].
PDGI. 2013. Kesehatan gigi sebagai bagian integral dari kesehatan umum. Diunduh
Pada tanggal 14 Maret 2014 melalui
http://www.pdgi.or.id/news/detail/keshatan-gigi-sebagai-bagian-integraldari-
kesehatan-umum-pada-harikesehatan-gigi-se-dunia-2013.
Induniasih, I., & Wahyu, R. (2017). Promosi Kesehatan: Pendidikan Kesehatan dalam
Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Candra dkk. (2018). Psikologi. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Dewi, R. C., Oktiawati. A., & Saputri, L. D. (2015). Teori & konsep tumbuh kembang.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Kemenkes, RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013 (Online) .www. depkes. go.
id/reso urces/download/general/Hasil%20Riskesdas%20 2013.pdf.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Provinsi Bali 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013Kementrian Kesehatan RI.
2012. Buku Panduan Kader Kesehatan Gigi dan Mulut Di Masyarakat.Jakarta:
Katalog Terbitan Kementrian Kesehatan RI.
Nurafifah, D. (2013). Hubungan Perilaku Pencegahan Karies Gigi Dan Kejadian Karies
Gigi Pada Anak Di Dusun Sumberpanggang Desa Lopang Kecamatan
Kembangbahukabupaten Lamongan. https://stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads//51-57-Dian.pdf. Diakses (01 Januari2019).
Wawointana, T. dkk. (2016). Hubungan konsumsi jajanan dan status karies gigi siswa
di SMP NEGERI 1 Tareran. Jurnal e-GiGi (eG), 4(1).
Syukra A. (2011). Dental and oral Hygne Status with Dental Caries Status (Study in
Student Age Group 12 Years in Elementary school city of bukittingg.Berita
kodekteran masyarkat, Vol.27, No 2: 108-115.
Nubatonis, O. (2017). Promosi Kesehatan Gigi Dengan Menggunakan Media Leaflet
Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Status Kebersihan Gigi Dan Mulut Siswa
Sekolah Dasar Kota Kupang. Keperawatan Gigi, Poltekkes Kemenkes Kupang,
15(2).

Anda mungkin juga menyukai