Oleh :
Mentari Brillianti Permataranny 1840312612
Preseptor:
Dr. dr. Qaira Anum, Sp. KK (K), FINSDV, FAADV
dr.Ennesta Asri, Sp.KK, FINSDV
1
1.2 Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiopatogenesis,
manifestasi klinis, diagnosis, diagnosis banding, tatalaksana, dan prognosis dari
Cutaneous Larva Migrans.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing tambang yang seharusnya
hidup di pada hewan, contohnya Ancylostoma braziliense, Ancylostoma caninum,
Uncinaria stenocephala, Bunostonum phlebotonum.1 Istilah ini digunakan pada
kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok,
menimbul progresif, disebabkan oleh cacing tambang yang berasal dari kucing dan
anjing.2
2.2. Epidemiologi
Invasi ini sering terjadi pada anak-anak terutama yang sering berjalan tanpa
menggunakan alas kaki, atau yang sering berhubungan dengan tanah atau pasir.
Demikian pula para petani atau tentara sering mengalami hal yang sama. Penyakit
ini banyak terdapat di daerah tropis atau subtropis yang hangat dan lembab,
misalnya di Afrika, Amerika Selatan dan Barat, di Indonesia pun banyak dijumpai.2
2.3. Etiopatogenesis
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang
anjing dan kucing, yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Di
Asia Timur umumnya disebabkan oleh gantostoma babi dan kucing. Pada beberapa
kasus Echonococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia maxiales, dan Lucilia
Caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari beberapa jenis lalat,
misalnya Castrophilus dan cattle fly. Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga
siklus hidupnya. Nematoda hidup pada hospes, ovum terdapat pada kotoran
binatang dan karena kondisi lembab berubah menjadi larva yang mampu
mengadakan penetrasi ke kulit. Larva ini tinggal di kulit, berjalan-jalan tanpa tujuan
sepanjang dermo-epidermal, setelah beberapa jam atau hari akan timbul gejala di
kulit.2
2.5. Diagnosis1
1. Lesi kulit biasanya muncul 1-5 hari setelah pajanan, berupa plak
eritematosa, vesikular berbentuk linear dan serpiginosa. Lebar lesi kira-kira
3 mm dengan panjang 15-20 cm. Lesi dapat tunggal atau multiple yang
terasa gatal bahkan nyeri.
2. Predileksi kelainan ini di kaki dan bokong.
3. Karena infeksi ini memicu reaksi eosinofilik, pada beberapa pasien dapat
disertai wheezing, urtikaria, ataupun batuk kering.
4
2.7. Pengobatan2
Prinsip pengobatan pada penyakit ini yaitu mematikan larva cacing. Sejak
tahun 1963 telah diketahui bahwa antihelminthes spectrum luas misalnya
tiabendazol ternyata efektif. Dosisnya 50 mg/kgBB/hari diberikan 2 kali sehari
berturut turut selama 2 hari dengan dosis maksimum 3 grma dalam sehari. Jika
belum sembuh dapa diulangi setelah beberapa hari. Obat ini sukar didapat dan efek
samping yang dapat timbul yaitu mual, pusing, dan muntah.
Obat lain ialah albendazol dengan dosis sehari 400 mg sebagai dosis tunggal
diberikan 3 hari berturut-turut.
Cara terapi lain yaitu dengan cryotherapy yakni menggunakan CO2 snow
dengan penekanan selama 45 detik hingga 1 menit, 2 hari berturut-turut.
Penggunaan N2 juga dicobakan. Cara beku dengan menyemprotkan kloretil
sepanjan lesi.
2.8. Prognosis1
Penyakit ini sebenarnya bersifat swasirna setelah 1-3 bulan. Karena rasa
gatal yang lama dan berat jika digaruk beresiko terjadi infeksi sekunder.1
5
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. IDENTITAS
Nama : Nn. P
Umur : 19 tahun
Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi IAIN Jurusan Ilmu Fisika
Alamat : Lubuk Lintah, Anduring, Padang
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Suku : Melayu
Negara Asal : Indonesia
Tgl Pemeriksaan : 6 Desember 2019
3.2. ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 Desember 2019 dengan :
8
Efloresensi : plak eritem serta plak hiperpigmentasi yang
berkelok-kelok.
Gambaran Klinis
9
10
3.3.3. Status venereologikus : Tidak dilakukan pemeriksaan.
3.3.4. Kelainan selaput : Tidak ada kelainan.
3.3.5. Kelainan rambut : Tidak ada kelainan.
3.3.6. Kelainan kuku : Tidak ada kelainan.
3.4. Resume
Seorang pasien perempuan berusia 19 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUP Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 6 Desember 2019 dengan :
Bercak kemerahan hingga kecokelatan yang berkelok-kelok dan terasa
semakin gatal sejak 3 hari yang lalu di punggung kaki kiri. Awalnya timbul bintik
yang terasa gatal di sela jari tengah dan jari manis kaki kiri 2 minggu yang lalu,
lama kelamaan bintik tersebut semakin banyak, semakin gatal, menjalar dan
memanjang serta berkelok-kelok. Pasien sering menggaruk bintik gatal hingga kulit
mengelupas dan mengeluarkan sedikit cairan jernih. Pasien membeli obat salep
berwarna putih di apotek yaitu Deksametason 0,25%, diaplikasikan ke bintik dan
bercak kemerahan yang gatal 2 kali sehari setelah mandi. Rasa gatal menghilang
selama beberapa hari namun timbul kembali dan gatal semakin meningkat sejak 3
hari yang lalu, selain bercak yang gatal semakin bertambah panjang. Gatal
dirasakan terutama pada malam hari. Tidak ada keluhan terasa ada yang bergerak-
gerak di bagian bercak yang berkelok-kelok tersebut. Rasa panas dan nyeri
dirasakan pada bagian bercak yang luka karena digaruk. Dua minggu yang lalu
pasien mengikuti kegiatan dari kampus di lahan terbuka di sekitar kampus pasien
di IAIN, Anduring, Padang. Pasien tidak menggunakan alas kaki saat melakukan
kegiatan di lapangan berlumpur. Setelah berkegiatan, pasien hanya membersihkan
kaki dengan air bersih tanpa menggunakan sabun. Keluhan di tempat lain tidak ada.
Riwayat digigit serangga disangkal. Riwayat kontak dengan binatang seperti kucing
atau anjing disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi berlokasi di punggung kaki kiri,
distribusi terlokalisir, bentuk berkelok-kelok, susunan serpiginosa, batas tegas,
ukuran plakat, dan efloresensi berupa plak eritem serta plak hiperpigmentasi yang
berkelok-kelok.
11
3.5. Diagnosis Kerja
Cutaneous Larva Migrans
3.8. Diagnosis
Cutaneous Larva Migrans
3.9. Tatalaksana :
Tatalaksana Umum
o Menjaga kebersihan kulit dengan mandi 2 kali sehari digosok
dengan sabun. Begitu pula setelah beraktivitas di luar ruangan dan
berkontak dengan tanah atau pasir segera membersihkan bagian
tubuh yang berkontak dengan menggunakan sabun.
o Menggunakan pelindung berupa sepatu ketika beraktivitas di
tempat bertanah atau berlumpur atau berpasir.
o Tidak duduk secara langsung di atas tanah atau pasir, gunakan alas
duduk yang terbuat dari bahan yang cukup tebal.
Tatalaksana Khusus
Tab albendazol 400 mg sekali sehari diminum selama 3 hari berturut-
turut.
3.10. Prognosis
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad kosmetikum : bonam
12
Resep :
dr. Mentari
dr. Satia
SIP. 15/120/2019
Praktek Umum Bersama
Praktik hari Senin- Jumat
Pukul 19.00-21.00
Jalan Abdul Muis No. 19, Padang
Telp 0751-321456
S 1 d d tab I ℓ
Pro : Nn. P
Umur : 19 tahun
Alamat : Lubuk Lintah, Anduring, Padang
13
BAB III
DISKUSI
14
DAFTAR PUSTAKA
1. PERDOSKI. Panduan praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin
di indonesia. 2017. p.47-49.
2. Aisah S. Creeping eruption. Dalam: Djuanda A, Hmazah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia: 2010. p. 125-6.
15