Anda di halaman 1dari 6

5.

Langkah Langkah diagnosis

ANAMNESIS
a. Identitas pasien: Seorang wanita, 30 tahun
b. Keluhan Utama: produksi kencing berkurang sejak kemarin sore
c. Keluhan penyerta : nyeri pinggang, merasa sangat lemas, sering muntah,
dan nafsu makan menurun
d. Riwayat penyakit : -
e. Riwayat keluarga: -
f. Riwayat lingkungan: -
g. Riwayat Pengobatan sebelumnya: minum obat Ibuprofen selama 1 minggu
terakhir
PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisis pasien meliputi pemeriksaan tentang keadaan umum


pasien dan pemeriksaan urologi. Seringkali kelainan-kelainan di bidang urologi
memberikan manifestasi penyakit umum (sistemik), atau tidak jarang pasien-
pasien urologi kebetulan menderita penyakit lain.

1. Kesan Umum Pasien


a. Keadaan umum: baik atau sakit
b. Berat badan: obesitas, kurus atau normal
c. Suhu kulit: hangat, dingin, lembab
d. Tanda vital : - TD = 100/80 mmHg

2. Pemeriksaan Urologi
a. Pemeriksaan Ginjal:
Adanya pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas
harus diperhatikan pada saat melakukan inspeksi. Pembesaran mungkin
disebabkan oleh hidronefrosis atau tumor pada daerah retroperitoneum.
Pembesaran ginjal karena hidronefrosis atau tumor ginjal, mungkin
teraba pada palpasi dan terasa nyeri pada perkusi.
b. Pemeriksaan Buli-Buli:
Pada pemeriksaan buli-buli diperhatikan adanya benjolan/massa atau
jaringan parut bekas irisan/operasi di suprasimfisis. Massa di daerah
suprasimfisis mungkin merupakan tumor ganas buli-buli atau karena
buli-buli yang terisi penuh dari suatu retensi urine. Dengan palpasi dan
perkusi dapat ditentukan batas atas buli-buli.
Pada Urolithiasis : batu urethra dapat mengalami miksi yang tiba-tiba
terhenti disertai rasa sakit yang hebat pada glans penis, batang penis,
perineum, dan rectum.
c. Pemeriksaan Genitalia Eksterna:
Pada inspeksi genitalia eksterna diperhatikan kemungkinan adanya
kelainan pada penis/uretra antara lain: mikropenis, makropenis,
hipospadia, kordae, epispadia, stenosis pada meatus uretra eksterna,
fimosis/parafimosis, fistel uretro-kutan, dan ulkus/tumor penis. Striktura
uretra anterior yang berat menyebabkan fibrosis korpus spongiosum yang
teraba pada palpasi di sebelah ventral penis, berupa jaringan keras yang
dikenal dengan spongiofibrosis. Jaringan keras yang teraba pada korpus
kavernosum penis mungkin suatu penyakit Peyrone.
d. Pemeriksaan Skrotum dan Isinya:
Perhatikan apakah ada pembesaran pada skrotum, perasaan nyeri pada
saat diraba, atau ada hipoplasi kulit skrotum yang sering dijumpai pada
kriptorkismus. Untuk membedakan antara massa padat dan massa kistus
yang terdapat pada isi skrotum, dilakukan pemeriksaan transiluminasi
(penerawangan) pada isi skrotum. Pemeriksaan penerawangan dilakukan
pada tempat yang gelap dan menyinari skrotum dengan cahaya terang.
Jika isi skrotum tampak menerawang berarti berisi cairan kistus dan
dikatakan sebagai transiluminasi positif atau diafanoskopi positif.

e. Colok Dubur (Rectal Toucher):


Pada pemeriksaan colok dubur dinilai: (1) tonus sfingter ani dan refleks
bulbo-kavernosus (BCR), (2) mencari kemungkinan adanya massa di
dalam lumen rektum, dan (3) menilai keadaan prostat. Penilaian refleks
bulbo-kavernosus dilakukan dengan cara merasakan adanya refleks jepitan
pada sfingter ani pada jari akibat rangsangan sakit yang kita berikan pada
glans penis atau klitoris.
f. Pemeriksaan Neurologi:
Pemeriksaan neurologi ditujukan untuk mencari kemungkinan adanya
kelainan neurologik yang mengakibatkan kelainan pada sistem
urogenitalia, seperti pada lesi motor neuron atau lesi saraf perifer yang
merupakan penyebab dari buli-buli neurogen.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering
dikerjakan pada kasus- kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji:

- Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine 


- Kimiawai meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan

gula dalam 
 urine 


- Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder),

atau bentukan 
 lain di dalam urine. 


Urine mempunyai pH yang bersifat asam, yaitu rata-rata: 5,5 - 6,5. Jika
didapatkan pH yang relatif basa kemungkinan terdapat infeksi oleh bakteri
pemecah urea, sedangkan jika pH yang terlalu asam kemungkinan terdapat
asidosis pada tubulus ginjal atau ada batu asam urat.

Didapatkannya eritrosit di dalam darah secara bermakna (> 2 per


lapangan pandang) menunjukkan adanya cedera pada sistem saluran kemih;
dan didapatkannya leukosituri bermakna (> 5 per lapangan pandang) atau
piuria merupakan tanda dari inflamasi saluran kemih.
Pada AKI (Acute Kidney Injury) didapatkan :

- Volume urin. Anuria akut atau oliguria berat, GGA prerenal biasanya
hampir selalu disertai oliguria (<400ml/hari), walaupun kadang tidak
dijumpai oliguria. GGA renal dan post-renal dapat ditandai baik oleh
anuria maupun poliuria.

Osmolalitas urin (mmol/kgH.0) >500

Kadar natrium urin (mmol/L) >10 (>20)

Fraksi ekskresi Na (%) <1

Fraksi ekskresi urea (%) <35

Rasio Cr urin dan Cr plasma >40

Rasio urea urin/urea plasma >8

Pada CKD (Chronic Kidney Disease) :


- Ureum darah dan kreatinin serum meninggi. Biasanya perbandingan
antara ureum dan kreatinin lebih kurang 20 : 1.
- Hiponatremia, Hiperkalemia, Hipokalsemia dan hiperfosfatemia,
Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia
2. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar hemoglobin, leukosit,
laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung trombosit.
Pada CKD (Chronic Kidney Disease) :
- Laju endap darah meninggi yang diperberat oleh adanya anemi dan
hipoalbuminemia.
- Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang
menurun.
3. Kultur Urine
Pemeriksaan kultur urine diperiksa jika ada dugaan infeksi saluran kemih. Jika
didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium tertentu untuk
mencari jenis kuman dan sekaligus sensitivitas kuman terhadap antibiotika
yang diujikan.
4. Patologi Anatomi
Pada pemeriksaan ini dapat ditentukan suatu jaringan normal, mengalami
proses inflamasi, pertumbuhan benigna, atau terjadi pertumbuhan maligna.
Selain itu pemeriksaan ini dapat menentukan stadium patologik serta derajat
diferensiasi suatu keganasan.
5. T e s F u n g s i G i n j a l
Terjadinya peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah secara progresif
dengan kadar kreatinin serum > 0,3 mg/dl sekitar 50%, dan kadar ureum darah
sekitar 10-20 mg/dl per hari. Adanya gangguan keseimbangan elektrolit :
- Hiperkalemia
- Hiponatremia (kehilangan natrium <120 mmol/liter)
- Hipokalsemia
- Hiperfosfatemia (penimbunan asam fosfat sehingga kadar ion kalsium
serum turun yang akan merangsang paratiroid untuk meningkatkan
lagi hormone supaya ekskresi fosfat meningkat lagi.
Pada CKD (Chronic Kidney Disease) :
- Penurunan cadangan ginjal (LFG antar 50 % – 80 %)
- Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % – 50 %)

PEMERIKSAAN RADIOLOGI (PENCITRAAN)

1. Foto polos abdomen


Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto
skrining untuk pemeriksaan kelainan-kelainan urologi. Selain itu perlu
diperhatikan adanya bayangan radio-opak yang lain, misalnya bayangan
jarum-jarum (susuk) yang terdapat disekitar paravertebra yang sengaja
dipasang untuk mengurangi rasa sakit pada pinggang atau punggung, atau
bayangan klip yang dipasang pada saat operasi untuk menjepit pembuluh
darah.
2. USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan pada ginjal dipergunakan: (1) untuk mendeteksi keberadaan
dan keadaan ginjal (hidronefosis, kista, massa, atau pengkerutan ginjal).
Pada buli-buli, USG berguna untuk menghitung sisa urine pasca miksi dan
mendeteksi adanya batu atau tumor di buli-buli. Pada kelenjar prostat,
melalui pendekatan transrektal (TRUS) dipakai untuk mencari nodul pada
keganasan prostat dan menentukan volume/besarnya prostat. Jika
didapatkan adanya dugaan keganasan prostat, TRUS dapat dipakai sebagai
penuntun dalam melakukan biopsi kelenjar prostat. Pada testis, berguna
untuk membedakan antara tumor testis dan hidrokel testis, serta kadang-
kadang dapat mendeteksi letak testis kriptorkid yang sulit diraba dengan
palpasi Pada keganasan, selain untuk mengetahui adanya massa padat pada
organ primer, juga untuk mendeteksi kemungkinan adanya metastasis pada
hepar atau kelenjar para aorta.
3. CT Scan dan MRI
Kedua pemeriksaan ini banyak dipakai dalam bidang onkologi untuk
menentukan penderajatan (staging) tumor yaitu: batas-batas tumor, invasi
ke organ di sekitar tumor, dan mencari adanya metastasis ke kelenjar limfe
serta ke organ lain.

Referensi: (Irawanto Eko. 2017. Buku Manual Keterampilan Klinik Topik


Keterampilan Pemeriksaan Kulit. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas
Maret. Ha15 -37
Purnomo, B. Basuki. 2011. Dasar-dasar Urologi. Edisi Ketiga. Jakarta :
Sagung Seto.)

Anda mungkin juga menyukai