Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Bronkiektasis merupakan dilatasi permanen ireversibel dari jalan napas yang


muncul akibat proses patologi. Infeksi rekuren, inflamasi, hasil biokimia dan kaskade
seluler menyebabkan perubahan struktur permanen pada jalan napas. Bronkiektasis
dapat mengakibatkan morbiditas potensial substansial, biasanya karena infeksi
rekuren. Pada kasus parah, hemoptisis masiv dapat berujung kepada kematian. CT-
scan thin-section adalah modalitas paling sensitif untuk menegakkan diagnosis;
temuan termasuk peningkatan diameter bronkus karena arteri pulmonal sekitar dan
kekurangan bronkiolus terminal sehingga berjalan ke perifer paru-paru. 1

Berikut pembahasan berbagai penyebab bronkiektasis termasuk penyebab yang


sering seperti infeksi rekuren atau aspirasi dan penyebab yang jarang seperti
imunodefisiensi kongenital dan gangguan perkembangan kartilago. Terdapat pula
penjelasan pendekatan dan distribusi (apeks versus basis dan sentral versus perifer)
dan temuan bersamaan seperti nodul, kavitas dan limfadenopati yang bisa
mengarahkan peyempitan diagnosa banding. Walaupun pemahaman kuat mengenai
penyakit ini memiliki keterkaitan dengan gambaran radiologi akan membuat radiolog
percaya diri menentukan proses penyebab gambaran radiologi, riwayat pasien dan
karakteristik demografi pasien memiliki peranan penting dalam menentukan secara
pasti dan singkat terhadap diagnosa banding. 1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Bronkiektasis berasal dari bahasa Yunani “bronckos” (jalan napas) and


“ektasis” (melebar), yaitu dilatasi jalan napas yang ireversibel dan patologis,
merupakan kondisi yang sering terdeteksi pada pencitraan toraks. Bronkiektasis
merupakan penyebab penting dari morbiditas (biasanya berhubungan dengan infeksi
rekuren dan komplikasi) dan indikator penting untuk penyakit paru. Walaupun
aspirasi, infeksi kronik dan lesi bronkus obstruksi adalah penyebab sering
bronkiektasis, penyakit ini juga dikaitkan dengan beberapa penyakit jarang. Distribusi
spasial, gambaran morfologi dan jalan napas atau temuan parenkim bisa membimbing
radiolog dalam merumuskan diagnosa banding dari berbagai penyebab potensial. Di
beberapa kasus, tampakan patognomonik bisa memastikan diagnosa. 1, 2

Diagnosa bronkiektasis membutuhkan CT-Scan paru-paru yang


menggambarkan pelebaran abnormal dari jalan napas atau bronkus. Walaupun terlihat
remeh, bronkiektasis merupaka kondisi biasa dan pasien serng mengeluhksn gejala
beberapa tahun sebelumnya tanpa penegakan diagnosis. 2

II. Anatomi Dan Fisiologi Paru-Paru


A. Anatomi

Gambar 1 : Anatomi Traktus Respiratorius dari cavitas nasi hingga pulmo


Gambar
2 : Anatomi cavum nasi dari nostril hingga choanae
Ekstra pulmonal:3
a. Cavum nasi, terdiri atas vestibulum nasi dan fossa nasalis. Pintu depan disebut
nares anterior (nostril) dan pintu belakang disebut nares posterior (choanae).
Terdapat tiga penonjolan yang disebut concha nasalis superior, medius dan
inferior.
b. Nasopharynx ,terdapat muara ostium tuba auditivae yang menghubungkan hidung
dengan telinga tengah.
c. Oropharynx, berbatasan dengan cavum oris pada isthmus faucium.
d. Laryngopharynx, akan melanjutkan diri menjadi larynx di daerah anteriornya.
e. Larynx, terdapat beberapa kartilago dan empat ruang yaitu vestibulum laryngeus,
adytus laryngeus, ventriculus laryngeus dan cavum laryngeus.
f. Trachea, memiliki 16-20 kartilago yang berbentuk tapal kuda
g. Bronkus, terbagi tiga yaitu bronkus principalis, bronkus lobaris dan segmentalis.
Gambar 3 : Anatomi Bronkus
Intra pulmonal: 3
a. Bronkiolus, adalah lanjutan dari bronkiolus segmentalis yang kemudian terbagi dua
menjadi bronkiolus terminalis dan respiratori
b. Alveolus, ujung akhir dari saluran pernapasan tempat terjadinya difusi.

B. Histologi
a. Hidung
Mukosa olfaktorius terletak di atap rongga hidung, di kedua sisi septum hidung,
dan di permukaan konka superior, salah satu struktur bertulang didalam rongga
hidung. Epitel olfaktorius dikhususkan untuk menerima rangsang bau. Dibawah epitel
olfktorius di jaringan ikat lamina propria terdapat pembuluh darah, saraf olfaktorius,
dan kelenjar olfaktorius (Bowman).4
b. Epiglotis
Kerangka epiglotis dibentuk oleh tulang rawan elastik epiglotis dibagian tengah.
Mukosa lingual (sisi anterior) dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan
tanduk. Lamina propria dibawahnya menyatu dengan jaringan ikat perikondrium
tulang rawan elastic epiglotis. 4
c. Laring
Plika vokalis palsu (superior) juga disebut pita suara, dilapisi oleh mukosa yang
bersambungan dengan permukaan posterior epiglotis. Seperti di epiglotis, plika
vokalis palsu dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel goblet.
Epitel laring bagian bawah berubah menjadi epitel bertingkat semu silindris bersilia,
dan lamina propria mengandung kelenjar campuran seromukosa. Tulang rawan hialin
krikoid adalah tulang rawan terbawah di laring.
d. Trakea
Dinding trakea terdiri dari mukosa, submukosa, tulang rawan hialin, dan
adventisia. Trakea dijaga tetap terbuka oleh cincin tulang rawan hialin bentuk c.
tulang rawan hialin dikelilingi oleh jaringan ikat padat perikondrium, yang menyatu
dengan submukosa di satu sisi dan adventisia di sisi yang lain. Banyak saraf,
pembuluh darah, dan jaringan adipose terletak di adventisia. 4
Lumen trakea dilapisi oleh epitel bertingkat semu silindris bersilia dengan sel
goblet. Lamina propria dibawahnya mengandung serat jaringan ikat halus, jaringan
limfoid difus, dan kadangkala nodulus limfoid soliter4
e. Bronkus intrapulmonal
Trakea bercabang diluar paru-paru dan membentukbronkus primer atau
ekstrapulmonal. Ketika masuk ke paru, bronkus primer bercabang dan membentuk
serangkaian bronkus intrapulmonal yang lebih kecil. 4
Bronkus intrapulmonal dilapisi oleh epitel bronkus bertingkat semu silindris
bersilia yang ditunjang oleh lapisan tipis lamina propria jaringan ikat halus dengan
serat elastik (tidak nampak) dan beberapa limfosit. Selapis tipis otot polos
mengelilingi lamina propria dan memisahkannya dari submukosa. Submukosa
mengandung banyak kelenjar bronkialis seromukosa. Sebuah duktus ekskretorius dari
kelenjar bronkialis berjalan melalui lamina propria untuk bermuara kedalam lumen
bronkus. Pada kelenjar bronkialis seromukosa, semiluna serosa mungkin terlihat. 4
Di paru, cincin tulang rawan hialin trakea diganti oleh lempen tulang rawan
hialin yang mengelilingi bronkus. Jaringan ikat perikondrium menutupi masing-
masing lempeng tulang rawan. Lempeng tulang rawan hialin makin kecil dan terletak
lebih berjauhan satu sama lain seiring dengan bercabangnya bronkus menjadi saluran
yang lebih kecil. Di antara lempeng tulang rawan, submukosa menyatu dengan
adventisia. Kelenjar bronkialis dan sel adipose terdapat disubmukosa bronkus yang
lebih besar. Pembuluh darah bronkus dan arteriol bronkus terlihat dijaringan ikat di
sekitar bronkus. Bronkus juga disertai oleh vena besar dan arteri. Bronkus
intrapulmonal, jaringan ikatnya, dan lempeng tulang rawan hialin dikelilingi oleh
alveoli paru.4

Gambar 4 : Histologi Bronkus Intapulmonal


f. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus bercabang menjadi bronkiolus terminalis yang lebih kecil, yang
berdiameter sekitar 1 mm atau kurang. Bronkiolus terminalis dilpasi oleh epitel
selapis silindris. Di bronkiolus terkecil, epitelnya mungkin selapis kuboid. Bronkiolus
terminalis tidak mengandung lempeng tulang rawan, kelenjar bronkialis, dan sel
goblet. Bronkiolus terminalis merupakan saluran terkecil untuk menghantarkan udara.
Di dekat bronkiolus terdapat sebuah cabang kecil arteri pulmonalis. Bronkiolus
terminalis dikelilingi oleh alveoli paru. Alveoli dikelilingi oleh septum interalveolare
tipis dengan kapiler. 4

Gambar 5 : Histologi Bronkiolus Terminalis

g. Bronkiolus Respiratorius
Bronkiolus terminalis membentuk bronkiolus respiratorius. Bronkiolus
respiratorius adalah zona transisi antara bagian konduksi dan respiratorik sistem
pernapasan. Dinding bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kuboid. Silia
mungkin di jumpai di epitel bagian proksimal bronkiolus respiratorius namun
menghilang di bagian distal, di bagian ini terdapat sel clara. Selapis tipis otot polos
mengelilingi epitel. 4
h. Alveolus
Alveoli adalah evaginasi atau kantung luar bronkiolus respiratorius, duktus
alveolaris, dan sakus alveolaris, ujung terminal duktus alveolaris. Alveoli di lapisi
oleh selapis tipis sel alveolus gepeng atau sel pneumosit tipe I. Alveoli yang
berdekatan dipisahkan oleh septum interalveolare atau dinding alveolus. 4

C. Fisiologi
Untuk fungsi utama yaitu melakukan pertukaran gas O2 dan CO2 dengan cara
inspirasi dan ekspirasi yang meliputi: 5
a. Tahap ventilasi paru, yaitu masuknya udara atmosfir kedalam paru sampai di
alveoli dan keluarnya udara alveoli paru ke udara bebas / atmosfer lagi.
b. Tahap difusi O2 dan CO2 antara darah kapiler paru & udara alveoli. Hal ini terjadi
karena ventilasi berlangsung terus-menerus yang dibarengi aliran perfusi darah ke
dalam kapiler alveoli yang juga terus-menerus mengalir.
Tahap transpor 02 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh (CES/ECF) ke dan
dari sel.

III. Epidemiologi

Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti.


Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pastimengenai penyakit
ini. Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan diklinik-klinik dan diderita
oleh laki-laki maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak bahkan
dapat berupa kelainan kongenital.6

IV. Etiologi

Bronkiektasis adalah hasil terakhir dari berbagai proses yang menyebabkan


kerusakan jalan napas kronik. Beberapa di antaranya didapat seperti karena aspirasi,
infeksi, diffuse fibrosing lung diseases seperti sarcoidosis atau pneumonia insterstitial.
Bronkiektasis berat sering terlihat pada angguan kongenital seperti fibrosis kistik,
imunodefisiensi kongenital atau abnormalitas dari perkembangan kartilago. Pada
gangguan kongenital ini, infeksi rekuren memainkan peran besar dalam
perkembangan bronkiektasis.1

A. Kelainan Kongenital
Dalam hal ini bronkiektasis terjadi sejak individu masih dlaam kandungan.
Faktor genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan fetus memegang peranan
penting. Bronkiektasis yang timbul kongenital mempunyai ciri sebagai berikut : 6
a. Hampir mengenai semua cabang bronkus pada satu atau kedua paru.
b. Juga terkait dengan penyakit lain seperti: Mucoviscidosis (Cystic pulmonary
fibrosis), sindrom Kartagener (bronkiektasis kongenital, sinusitis paranasal dan
situs inversus), hipo atau agamaglobulinemia.
c. Sekiranya salah seorang anak kembar satu telur menderita bronkiektasis, maka
saudara kembarnya juga akan menderita bronkiektasis.
d. Bronkiektasis sering bersamaan dengan kelainan congenital berikut: tidak adanya
tulang rawan bronkus, penyakit jantung bawaan, kifoskoliosis congenital.
B. Kelainan Didapat: 6
a. Infeksi
Komplikasi dari pneumonia, influenza, tuberculosis paru dan sebagainya.
b. Obstruksi Bronkus
Disebabkan oleh korpus alienum, karsinoma bronkus atau tekanan dari luar
lainnya terhadap bronkus.
V. Patofisiologi

Lobus pumonal sekunder didefinisikan sebagai unit fungsional terkecil paru-


paru yang dibatasi oleh septum jaringa ikat dan arteri senrilobuler dan bronkus
membentuk iti dari unit ini. Walaupun A. Sentrilobuler sangat kecil dapat terlihat
pada thin-section CT Scan, resolusi bronkus cenderung rendah dan visibilitas dari
jalan napas terminal menunjukkan proses patologis (bronkiektasis). 1

Menurut hipotesis “Vicious Cycle” oleh Cole, gangguan jalan napas dan
infeksi menambah perkembangan bronkietasis. Yang terjadi adalah rusaknya epitel
silia dan glandula mukosa, terganggunya sistem pemberishan mukosiliaris dan itu
meningkatkan infeksi dan keparahan infeksi pulmonal dan menyebabkan vicious
cycle. Faktor host, seperti gangguan sekresi glanduler (pada fibrosis kistik), gangguan
fungsi siliar (diskinesia siliar) atau disfungsi sistemik, bisa menyebabkan infeksi dan
berkembang ke bronkiektasis.1
Patofisiologi molekuler dari bronkiektasis bersifat kompleks. Jalan napas
bedilatasi sebagai respon proses inflamasi yang sedang berlangsung, menyebabkan
rusaknya dinding jalan napas. Muncul kaskade sitokin yang menyebabkan infeksi
dengan stimulus sistem imun. Lalu neutrofil melepaskan elastase, protease dan radikal
bebas yang menyebabkan rusaknya jalan napas. Awalnya infeksi muncul karena
kerusakan pada epitel dan destruksi elastin pada dinding bronkus yang akhirya
berujung pada kelemahan otot dan kartilago. Tekanan intraluminal yag meningkat
disebabkan oleh batu kronik dan obstruksi jalan napas, meningkatkan remodeling
bronkus, yang membawa pada pelebaran bronkus progresif. Peningkatan sekresi
mukus, penurunan pembersihan mukosiliar, penebalan dinding jalan napas dan kolaps
sementara dari jalan napas lemah yang berdilatasi bisa berkontribusi terhadap
obstruksi kronik yang memberikan sifat pada bronkiektasis; folikel limfe subepitelial
melebar atau limfonodus peribronkus dan hilus yang meghasilkan penyempitan
bronkus bisa juga menyebabkan obstruksi.1
VI. Penegakan Diagnosis

A. Manifestasi Klinis

Gejala utama yaitu batuk kronik menghasilkan sputum (mukus). Gejala penting
lainnya termasuk sinusitis/inflamasi nasal dan kelelahan. Gejala yang jarang termasuk
nyeri dada, sesak napas dan batuk darah. Hal yang penting dari bronkiektasis adalah
periode gejala (biasanya didiagnosa oleh dokter sebagai eksaserbasi). Episode ini
dkaitkan dengan peningkatan infeksi dan inflamasi pada jalan napas. Beberapa pasien
dengan bronkiektasis mengalami batuk produktif sejak anak-anak tetapi bisa juga
didapat saat dewasa.2
Gejala dan tanda klinis yang muncul pada pasien bronkiektasis tergantung pada
luas dan beratnya penyakit, lokasi kelainannya dan atau ada tidaknya komplikasi yang
lebih lanjut.6

A. Batuk/ Batuk darah


Batuk produktif yang berlangsung kronik. Pada kasus ringan biasanya tidak
mengalami batuk, namun pada kasus yang sudah berat, sputum akan berjumlah
banyak, purulen dan apabila di tampung beberapa lama, akan terpisah menjadi 3
lapisan, lapisan teratasa agak keruh terdiri atas mukus, lapisan kedua atau di tengah
jernih yaitu terdiri atas saliva (ludah) dan lapisan terbawah juga keruh, terdiri atas
nanah dan jaringan bronkus yang rusak (cellular debris). 6

B. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa muncul jika terjadi kolaps paru dan destruksi jaringan paru
yang terjadi akibat infeksi berulang (ISPA) yang biasanya menyebabkan fibrosis paru
dan emfisema paru yang menimbulkan sesak nafas dan kadang kadang menimbulkan
suara wheezing (mengi) akibat adanya obstruksi dari bronkus.6

C. Demam Berulang
Penyakit ini merupakan penyakit yang berjalan kronik, seing mengalami infeksi
berulang pada bronkus maupun pada paru sehingga sering timbul demam berulang.6

VII. Diagnosis

Apabila dicurigai seseorang menderita bronkiektasis maka beberapa hal yang


perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah :6
- Anamnesis
Di dapatkan Manifestasi klinis pada Bronkiektasis

- Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan pasien mengalami batuk dengan
pengeluaran sputum, sesak nafas, sianosis, jari tabuh. Jika bagian paru yang terkena
amat luas dan kerusakannya sudah hebat, maka bisa terlihat retraksi dinding dada dan
berkurangnya gerakan dada pada paru yang terkena.
b. Palpasi
Saat perabaan terasa hangat jika pasien sedang mengalami demam.
c. Perkusi
Perubahan letak dari pada organ organ pada kelainan kongenital. Contohnya
didapatkan perubahan bunyi pekak jantung yang seharusnya terdapat pada bagian kiri
tubuh, tapi berpindah ke sebelah kanan.7
d. Auskultasi
Biasa terdapat ronki basah yang jelas pada bawah paru dan juga terdapat bunyi
wheezing jika terjadi obstruksi bronkus
- Pemeriksaan Penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium
Sering ditemukan anemia jika terdapat pendarahan, leukositosis jika terjadi
infeksi. Dapat juga diperiksa sputumnya untuk menentulan kuman apa yang terdapat
di dalam sputum. Perlu di curigai adanya infeksi sekunder apabila pada hari sebelum-
sebelumnya warna sputu putih jernih lalu berubah menjadi warna kuning atau hijau.
b. Pemeriksaan Radiologi
 Foto Thorax

Foto thorax orang dewasa memperlihatkan tulang-tulang thorax termasuk tulang


rusuk, diafragma, jantung, paru-paru, kalvikula, skapula, dan jaringan lunak dinding
thorax. Thorax terbagi dua oleh mediastinum ditengah-tengah. Disebelah kiri dan
kanan mrdiastinum terdapat paru-paru yang berisi udara, yang oleh karenanya relatif
radiolusen (hitam) bila dibandingkan dengan mediastinum, dinding thorax dan bagian
atas abdomen. Bagian-bagian tersebut dikatakan mempunyai densitas otot.8

Foto torax polos membantu untuk mengidentifikasi penyakit yang serius, dan
itu merupakan standar modalitas pencitraan. Namun, foto torax polos mungkin
menggambarkan tidak ada kelainan, atau temuan spesifik pada pasien dengan
penyakit kurang parah.9

Berbagai temuan radiografi yang abnormal digambarkan sebagai berikut :9

1. Gambaran radiopak (tram track) yang sejajar disebabkan oleh dilatasi bronkus
yang terlihat sama panjang.
2. Cincin radiopak atau ruang kistik berdiameter 2 cm yang dihasilkan dari
bronkiektasis kistik, kadang-kadang dengan air fluid level.
3. Gambaran cincin sesuai dengan bronkus melebar segera berdekatan dengan arteri
pulmonalis pendamping yang lebih kecil
4. Gambaran radiopak tubular disebabkan oleh dilatasi, bronkus yang terisi cairan
ini dapat digambarkan sebagai bentuk Y atau V atau sebagai gambaran radiopak
"finger- in- gloves", yang memancar dari hilus paru
5. Peningkatan ukuran dan hilangnya gambaran pembuluh paru di tempat terjadinya
bronkiektasis sebagai akibat dari fibrosis peribronchial
6. Tanda vaskular paru yang ramai, biasanya disebabkan oleh sumbatan lendir
bronkus perifer
7. Oligemia sebagai akibat dari penurunan perfusi arteri pulmonalis (penyakit berat)
8. Tanda-tanda hiperinflasi kompensasi dari paru-paru tidak terpengaruh

Gambaran radiologisnya yaitu tampak gambaran berupa bronkovaskular yang


kasar umunya terdapat pada lapangan bawah paru , atau gambaran garis garis
translusen yang panjang menuju ke hilus dengan bayangan konsolidasi di sekitarnya
akibat perdangan sekunder, kadang kadang juga bisa berupa bulatan bulatan
translusen yang dikenal sebagai gambaran sarang tawon (Honey Comb Appearance).
Bulatan ini dapat berukuran beasr (diameter 1-10cm) yang berupa kista kista
translusen, dan kadang kadang berisi cairan (air fluid level) akibat peradangan
sekunder.8

Sering bronkiektasis yang dicurigai tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan


foto thorax polos. Untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan bronkografi yaitu suatu
pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras kedalam sistem saluran bronkus
pada berbagai posisi (Ap, lateral, oblik). Pemeriksaan bronkogram selain dapat
menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis yang dibedakan dalam :8

- Bentuk silindris (tubulus, fusiform): bronkus memiliki kaliber seragam ,


tidak lancip dan memiliki dinding paralel (tram track sign and signet ring
sign) bentuk yang paling umum
- Sakuler (kistik): bentuk parah dengan bronkus kista - seperti itu meluas ke
permukaan pleura air fluid level biasa ditemukan
- Varikosis: relatif jarang, penampilan manik-manik di mana bronkus melebar
telah diselingi situs relatif penyempitan.

Gambar 6 : Gambar Tipe Bronkiektasis

Gambar 7 : Foto Bronkiektasis Silindris


Gambar 8 : Foto Bronkiektasis
kistik
Pemeriksaan bronkografi dilakukan juga pada penderita bronkiektasis yang
akan dilakukan pembedahan pengangkatan, untuk menentukan luasnya paru yang
mengalami bronkiektasis.8

Gambar 9 : Foto Thorax Posisi PA pada bronkiektasis


Akurasi temuan foto thorax polos dalam diagnosis bronkiektasis tidak diketahui
, karena temuan ini variabel dan spesifik dan tergantung pada tingkat keparahan dan
luasnya bronkiektasis tersebut.9
Foto thorax mungkin tidak menunjukkan kelainan, bronkiektasis paling sering
terdapat pada bagian basal paru dan sinar-X dada dapat menampakkan gambar
berikut:10

a. Bronkiektasis silindiris; dilatasi bronkus dapat terlihat sebagai garis paralel


(menggambarkan dinding bawah bronkus) yang menyebar dari hilus menuju
diafragma.
b. Bronkiektasis kistik; dilatasi terminal dapat divisualisasikan sebagai
bayangan kistik atau cincin, kadang disertai air fluid level.
c. Kondisi penumonik
d. Perubahan fibrotik

Gambar 10 : Foto Thorax pada bronkiektasis


Thorax polos
Dada x - ray biasanya normal , dan tidak memadai dalam diagnosis atau
kuantifikasi bronkiektasis . kekeruhan tram - track terlihat di bronkiektasis silinder ,
dan tingkat udara - cairan dapat dilihat pada bronkiektasis kistik . Secara keseluruhan
tampaknya ada peningkatan corakan bronchovascular , dan terlihat pada bronkus
akhir mungkin muncul sebagai bayangan cincin. Pembuluh darah paru muncul tidak
jelas, dianggap mewakili peribronchovascular fibrosis.11
CT Scan

CT resolusi tinggi dengan jelas memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan


dinding bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena,
terutama penting untuk menentukan apakah perlu pembedahan. Pada CT, berbagai
gambaran tambahan berikut dapat diamati:10

i. Bronkus yang terlihat dibagian tepi


ii. Bronkus yang memiliki diameter lebih besar daripada cabang arteri pulmonalis
yang disekitarnya.

Gambar 11 : CT Scan Pada Bronkiektasis

CT dan HRCT unggul dalam menunjukkan saluran udara, dan membedakan


beberapa dari berbagai penyebab yang mendasarinya .11
Sejumlah fitur yang membantu dalam mendiagnosis bronkiektasis:
• bronkus divisualisasikan dalam 1cm dari permukaan pleura
- terutama berlaku dari paru-paru yang berdekatan dengan pleura costalis atau
pleura parietalis
- tanda yang paling bermanfaat untuk perubahan silinder awal
• kurang lonjong atau kurang meruncing
• meningkatnya rasio bronchoarterial
- diameter bronkus harus mengukur sekitar 0,65-1,0 kali dari cabang arteri
pulmonalis yang berdekatan
- antara 1 dan 1,5 dapat dilihat pada individu normal, terutama mereka yang
tinggal di dataran tinggi
- lebih besar dari 1,5 menunjukkan bronkiektasis
Sejumlah temuan tambahan juga diakui :
• penebalan dinding bronkus :
biasanya dinding bronkus
harus kurang dari setengah
lebar cabang arteri
pulmonalis yang
menyertainya
• impaksi berlendir
• udara perangkap dan
perfusi mosaik11

Gambar 12: CT Scan Pada Bronkiektasis


Gambar 13 Gambar 14

Gambar 15

c. Patologi Anatomi

Terdapat berbagai variasi bronkiektasis, baik mengenai jumlah atau


luasnya bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit. 2

a. Dinding bronkus

Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa


proses inflamasi yang sifatnya destruktif dan
irreversible. Pada pemeriksaan patologi anatomi sering ditemukan berbagai
tingkatan keaktifan proses inflamasi serta terdapat proses fibrosis. Jaringan bronkus
yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos bronkus juga elemen-elemen elastis.
2

b. Mukosa bronkus

Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada


sel epitel menghilang, terjadi perubahan metaplasia skuamosa, dan terjadi
sebukan hebat sel-sel inflamasi. Apabila terjadi eksaserbasi infeksi akut, pada
mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi, dan pernanahan. 2

c. Jaringan paru peribronkial


Pada parenkim paru peribronkial dapat ditemukan kelainan antara
lain berupa pneumonia,fibrosis paru atau pleuritis apabila prosesnya dekat pleura.
Pada keadaan yang berat, jaringan paru distal bronkiektasis akan diganti jaringan
fibrotik dengan kista-kista berisi nanah. 2

Anda mungkin juga menyukai