Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. URGENSI IPTEK TERHADAP PENDIDIKAN


Pembelajaran merupakan sebuah proses untuk mencapai taraf peningkatan
intelektual dan akademik seseorang. Pembelajaran yang terjadi di Indonesia
cenderung konfensional terjadi di lembaga pendidikan atau di dalam kelas. Padahal
di Negara-negara maju pembelajaran di luar kelas justru sangat mendukung dalam
proses pendidikan. Jelas, bahwa peran sekolah khususnya di Indonesia harus
mampu menciptakan pendidikan yang berkualitas guna mencapai taraf akademik
yang lebih unggul untuk menyongsong masa depan anak didik yang lebih baik.
Peserta didik adalah orang yang belum dewasa untuk memperoleh
kedewasaan, baik kedewasaan jasmani, rohani, maupun sosial. Namun peserta didik
juga tidak bisa lepas dari peran pendidik, bahkan Syaiful B.J. menyebutkan Guru
dan anak didik adalah dwitunggal.1 Pendidik juga sebagai pemegang kunci
kesuksesan proses pendidikan, karena menurut Syaiful Bahri Jamarah guru
merupakan orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik.2
Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya pengajar yang mampu
dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.
Oleh sebab itu guru dalam pandangan Slameto harus punya kecakapan dalam
membentuk anak didik yang mampu untuk menghadapi kesulitan dan berusaha
memecahkannya atau mencari jalan keluar.3 Menurut Uzer Usman guru harus
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal.4

1
Syaiful Bahri jamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
PT.Rineka Cipta, 2010), Cet. 3, hlm. 3
2
Ali Rohmat, Kapita Selekta Pendidikan, (Tulungagung: STAIN Tulungagung, 2004),
hlm. 34
3
Slameto, Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010),
Cet. 5, hlm.31
4
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2000), Cet. 11, hlm.15
Pembelajaran berbasis IT pada awalnya dilandasi teori behaviouristik yang
dipelopori oleh Thorndike (1913), Paviov (1927), Skinner (1974) yang menyatakan
bahwa belajar adalah tingkah laku yang dapat diamati yang disebabkan adanya
stimulus dari luar. Menurut Ally, seseorang dikatakan belajar ditunjukkan dari
perilaku yang dapat dilihat bukan dari apa yang ada dalam pikiran siswa, lebih
lanjut perkembangan pembelajaran berbasis Tekonologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dilandasi teori psikologi kognitif yang menyatakan bahwa belajar mencakup
penggunaan daya ingat, motifasi dan pikiran ,dan refleksi. Psikologi kognitif
memandang belajar sebagai proses internal dan jumlah yang dipelajari tergantung
pada kapasitas proses belajar, usaha yang dilakukan selama proses belajar
,kedalaman proses belajar, kedalaman proses tersebut dan struktur pengetahuan
yang dimiliki oleh siswa.5
pendidikan sangat membutuhkan teknologi informasi yang mendukung
terciptanya pendidikan yang berkualitas. Daryanto menyampaikan IT mampu
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, mampu menjadi fasilitator utama
untuk meratakan pendidikan di bumi Nusantara, hal tersebut disebabkan karena IT
tidak terikat oleh jarak, ruang, dan waktu.6 Menurut Darmawan perkembangan dan
penerapan Information technology juga bermanfaat untuk pendidikan dalam
kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Salah
satunya aspeknya adalah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyaknya
pulau yang berpencar-pencar dan kontur permukaan buminya yang sering kali tidak
bersahabat, biasanya diajukan untuk menjagokan pengembangan dan penerapan
teknologi informatika untuk pendidikan.7

B. HAMBATAN DAN TANTANGAN IPTEK


Kementerian Negara Riset dan Teknologi, pada tahu 2006 menyampaikan IT
sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara umum adalah

5
Rusman, dkk., Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet.1, hlm. 35
6
Daryanto, Media Pembelajaran (Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan
Pembelajaran), (Yogyakarta: Gava Media, 2013), Cet.2. 168
7
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),
Cet.3. hlm. 7
semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan, pengumpulan (akuisisi),
pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi.8
Lucas Menyampaikan bahwa Teknologi Informasi adalah segala bentuk
teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam
bentuk elektronis, micro komputer, komputer mainframe, pembaca barcode,
perangkat lunak pemroses transaksi, perangkat lunak lembar kerja (worksheet),
peralatan komunikais dan jaringan merupakan contoh dari teknologi Informasi.9
Menurut wardiana teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan
untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas,
yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk
keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan yang merupakan aspek strategis untuk
pengambilan keputusan.10
Teknologi modern telah memungkinkan terciptanya komunikasi bebas lintas
negara,Iintas benua, menerobos berbagai pelosok perkampungan di pedesaan dan
menyelusup di ganggang sempit di perkotaan, melalui media audio (radio) dan
audio visual (televlsl, internet, dan lain-lain). Fenomena modern yang terjadi di
awal rnilenlum ketiga ini popular dengan sebutan globalisasi. Sebagai akibatnya,
media seperti televisi misalnya, dapat dijadikan alat yang sangat ampuh dalam
menanamkan atau bahkan merusak nilai-nilai moral, yang kemudian
mempengaruhi pola pikir seseorang. Persoalan sebenarnya terletak pada mereka
yang menguasai komunikasi global tersebut dan memiliki perbedaan perspektif
yang ekstrim dengan Islam dalam memberikan kriteria nilai-nilai moral; antara nilai
balk dan buruk, .antara kebenaran sejati dan yang artificial. Oi pusat riset Parton
Down di Inggris, para saintis memakai binatang-binatang yang masih hidup untuk
menguji coba baju anti peluru. Hewan-hewan tersebut dimasukkan ke dalam troli
yang kemudian diledakkan. Pada awalnya, monyet yang dipakai dalam berbagai
eksperimen, tetapi kemudian diganti dengan babi. Binatang-binatang tersebut

8
Deni Darmawan, Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013),
Cet. 3, hlm.1
9
Rusman, dkk., Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2011), Cet.1, hlm. 83
10
Ibid, hlm 84
ditembak persis di atas mata untuk menelitl efek daripada misil berkecepatan tinggi
pada jaringan otak. Oi Amerika Serikat, di akhir tahun 40-an, anak-anak remaja
diberi sarapan yang dicampuri radioaktif, ibuibu setengah baya disuntik dengan
plutonium radioaktif dan biji kemaluan para tahanan disuntik radiasi dan ini semua
atas nama sains, kemajuan dan keamanan. Eksperimen-eksperimen ini diadakan
sejak tahun 1940-an sampai 1970-an(Brown, 1994). Selama tahun 1950-an, 60-an
dan 70-an, menurut New York Times, wajib bagi seluruh mahasiswa baru, laki-laki
dan perempuan, di Harvard, Yale dan universitas-universitas elit lain di Amerika,
difoto telanjang untuk sebuah provek besar yang didisain dalam rangka untuk
menunjukkan bahwa 'tubuh seseorang' yang diukur dan dianalisa, dapat bercerita
banyak tentang intelegensia, watak, nilai moral dan kemungkinan pencapaiannya
di masa depan. Ide ini berasa! dari pendiri Darwinisime Sosial, Francis Galton, yang
mengajukan foto-foto arsip tersebut untuk dewan kependudukan !nggris. Sejak
awal, tujuan dari pemotretan-pemotretan ini adalah genetika. Data yang
terakumulasi akan dipakai sebagai proposal untuk mengontro! dan membatasi
produksi organisme dari orang-orang yang inferior dan tidak berguna. 8eberapa
organisme tipe terakhir ini akan dikenakan sanksi bila melakukan reproduksi atau
akan disteril (Rosenbaum, 1995). Sementara itu, media televisi sebagai hasil
pencapaian teknologi modern yang paling luas jangkauannya, memiliki dampak
sosio-psikologis sangat kuat pada pemirsanya. Tetapi perlu dicatat bahwa sejak
munculnya era televisi dibarengi dengan timbulnya berpuluh-puluh channel dengan
menawarkan berbagai acaraacara yang menarik dan bervariasi, umat Islam hanya
berperan sebagai konsumen, orang Barat-Iah (baca, non-Muslim) yang memegang
kendala sernua teknologi modern tersebut.11
Di era disrupsi seperti saat ini, dunia pendidikan dituntut mampu membekali
para peserta didik dengan ketrampilan abad 21 (21st Century Skills). Ketrampilan
ini adalah ketrampilan peserta didik yang mampu untuk bisa berfikir kritis dan
memecahkan masalah, kreatif dan inovatif serta ketrampilan komunikasi dan
kolaborasi. Selain itu ketrampilan mencari, mengelola dan menyampaikan
informasi serta trampil menggunakan informasi dan teknologi. Beberapa

11
Djunaidi. 2003. Tantangan dan Problernantlka Pendidikan Islam di Era Globalisasi.
JPI FIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII. hlm. 1-2.
kemampuan yang harus dimiliki di di abad 21 ini meliputi : Leadership, Digital
Literacy, Communication, Emotional Intelligence, Entrepreneurship,Global
Citizenship , Problem Solving, Team-working. Tiga Isu Pendidikan di indonesia
saat ini Pendidikan karakter, pendidikan vokasi, inovasi. Tidak hanya bagi peserta
didik, Guru dan dosen pun harus harus siap menghadapi ketrampilan ini.
Bagaimana mungkin kita menuntut peserta didik untuk mampu memiliki
ketrampilan abad 21 jika guru atau pengajarnya belum siap. Lalu bagaimana peran
guru dan dosen di Era Revolusi Industri 4.0? Mau tidak mau guru dan dosen harus
memiliki core kompetensi yang kuat, memiliki softskil antar lain : Critikal
Thingking, kreatif, komunikatif dan koloberatif. Peran guru dan dosen sebagai
teladan karakter, menebar passion dan inspiratif. Inilah peran yang tidak dapat
digantikan oleh teknologi. Memiliki educational competence, kompetensi dalam
penelitian, komptensi dalam dunia usaha digital, komptensi dalam era globalisasi,
Interkasi dalam pembelajaran. Dalam fungsinya dalam interksi pembelajaran, guru
dan dosen harus mampu membangun atmosphere yang dapat memenuhi kebutuhan
psikologis peserta didik, yang meliputi: Needs for competence Setiap peserta didik
butuh merasa bisa, innteraksi pembelajaran harus mampu membuat mahasiswa
merasa bisa. pengejar perlu memberikan penghargaan atas hasil belajar mahasiswa.
Needs for Autonomy, Setiap mahasiswa butuh merasa ‘otonom’ dengan
mendapatkan kebebasan (freedom) dan kepercayaan (trust). setiap pembelajar yang
otonom tidak akan selalu bergantung pada dosen dalam belajar. Needs for
relatedness , Setiap mahasiswa membutuhkan merasa dirinya bagian dari suatu
kelompok, dan berinteraksi dalam kelompok. Proses pembelajaran harus mampu
memupuk interaksi kolegialitas dan saling support. Pembelajaran di era disrupsi
harus mampu membekali kemampuan ‘sustainable learning’, sehingga mahasiswa
dapat melewati era disrupsi, dan memasuki era baru yang disebut Abundant Era –
Era yang serba melimpah, terutama informasi, media dan sumber belajar. Untuk
mencapai ketrampilan abad 21, trend pembelajaran dan best practices juga harus
disesuikan, salah satunya adalah melalui pembelajaran terpadu atau secara blended
learning. Blended learning adalah cara mengintegrasikan penggunaan teknologi
dalam pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran yang sesuai bagi masing-
masing siswa dalam kelas. "Blended learning memungkinkan terjadinya refleksi
terhadap pembelajaran”.12

12
Risdianto, Eko., 2019., ANALISIS PENDIDIKAN INDONESIA DI ERA REVOLUSI INDUSTRI
4.0. Reserch Gate.
Daftar Pustaka
Jamarah, Syaiful Bahri., 2010., Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.,
(Jakarta: PT.Rineka Cipta,) Cet. 3.
Rohmat, Ali., 2004. Kapita Selekta Pendidikan, (Tulungagung: STAIN
Tulungagung,).
Slameto, 2010., Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhi, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta,), Cet. 5.
Moh.Uzer Usman., 200., Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya), Cet. 11.
Rusman, dkk., 2011., Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), Cet.1.
Daryanto, 2013., Media Pembelajaran (Peranannya Sangat Penting Dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran), (Yogyakarta: Gava Media,), Cet.2.
Deni Darmawan, 2013., Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya,), Cet.3.
Djunaidi. 2003. Tantangan dan Problernantlka Pendidikan Islam di Era
Globalisasi. JPI FIAI Jurusan Tarbiyah Volume VIII. hlm. 1-2.
Risdianto, Eko., 2019., ANALISIS PENDIDIKAN INDONESIA DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0. Reserch Gate.

Anda mungkin juga menyukai