Anda di halaman 1dari 6

TUGAS IKHTISAR

NOVEL FILSAFAT BERJUDUL “DUNIA SOPHIE”

MATAKULIAH : FILSAFAT ILMU


DOSEN PENGAMPU : PROF. SYAMSUL RIZAL

DISUSUN OLEH

NURMALITA
NPM : 1909300070019

PROGRAM STUDI DOKTOR MATEMATIKA DAN APLIKASI SAINS


FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH – 2019
Ikhtisar Buku Berjudul “DUNIA SOPHIE”

Buku berjudul Dunia Sophie ini ditulis oleh Jostein Gaarder, adalah sebuah novel filsafat
setebal 788 halaman yang menceritakan tentang pemikiran-pemikiran para filosof
berdasarkan tingkat kemampuan akal dan pengalaman manusiawi mereka selama hidupnya.
Alur cerita ditampilkan melalui rangkaian kejadian sehari-hari yang dialami oleh seorang
tokoh gadis remaja berusia 14 tahun yang serba ingin tahu, bernama Sophie Amundshen.
Cerita dalam buku ini ditampilkan menjadi beberapa bagian yang ditandai dengan judul yang
sesuai dengan konteks yang ingin disampaikan pada pembacanya. Berikut ini adalah ikhtisar
singkat tentang pemikiran-pemikiran istimewa yang dapat kita tuliskan dari setiap bagian-
bagian alur cerita buku berjudul “Dunia Sophie”:

Setiap makhluk yang hidup akan merasakan kematian. Namun betapa banyak orang yang
harus jatuh sakit lebih dahulu sebelum mereka memahami betapa berharganya hidup itu.
Cara terbaik untuk mendekati filsafat adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan
filosofis. Pertanyaan-pertanyaan filosofis muncul dikarenakan rasa ingin tahu manusia
terhadap kehidupan dunia yang dianggap menakjubkan. Dunia bukanlah hasil sulapan tangan
dan tipuan, karena kita hidup di dunia dan merupakan bagian di dalamnya.
Mitos-mitos itu tidak lain adalah hasil pemikiran manusia, yang berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan filsafat yang muncul. Seiring waktu, para filosof Yunani berusaha
membuktikan bahwa penjelasan mitologis itu tak boleh dipercaya. Mestinya harus ada
penjelasan-penjelasan alamiah, bukannya supranatural terhadap setiap kejadian di alam.
Beberapa filosof hidup pada zaman yang berbeda-beda, sehingga obyek keingintahuan
mereka juga bisa berbeda-beda. Para filosof Yunani paling awal, disebut juga filosof alam
karena mereka hanya menaruh perhatian pada alam dan proses-prosesnya. Para filosof alam
melakukan langkah menuju penalaran ilmiah dan menjadi pendahulu dari apa yang
dinamakan sebagai sains. Diantara filosof alam Yunani kuno yang dikenal adalah Thales,
Anaximander, Anaximenes, Parmenides, Heraclitus, Empedocles, dan Anaxogoras.
Democritus (460-370 SM) dengan hanya mengandalkan penalarannya beranggapan bahwa
segala sesuautu di alam ini tersusun dari bagian-bagian sangat kecil tak terlihat yang
dinamakannya atom. Teori atom Democritus ini menandai berakhirnya filsafat alam Yunani.
Namun pada zaman kita sekarang para ilmuwan telah menemukan bahwa atom dapat dipecah
menjadi partikel elementer yang lebih kecil lagi yang disebut proton, neutron, dan electron.
Fatalisme adalah kepercayaan bahwa apapun yang terjadi telah ditentukan. Orang-orang
Yunani percaya bahwa sejarah dunia pun diatur oleh takdir. Ahli sejarah Yunani paling
terkenal adalah Herodotus (484-424 SM) dan Thucydides (460-400 SM).
Socrates (470-399 SM) adalh seorang filosof besar yang lahir di Athena. Muridnya yang
juga sangat terkenal adalah Plato. Ucapan Socrates yang paling diingat adalah “Orang yang
mengetahui apa yang baik akan berbuat baik”. Dianggap bersalah dengan pemikirannya maka
Socrates dijatuhi hukuman mati dengan meminum racun dihadapan sahabat-sahabatnya.
Athena, sebuah kota kuno yang sudah didiami manusia sejak Zaman Batu. Terletak di
dataran tinggi dan mendapatkan zaman keemasannya pada tahun 481 SM. Itulah masa ketika
Socrates berkelana di jalan-jalan dan alun-alun, berbicara dengan para penduduk Athena dan
berdiskusi banyak hal dimana ia mengemukakan pemikiran-pemikirannya yang terkenal itu.
Rene Descartes (1595 M), adalah pemikir yang rasionalis, seperti Socrates dan Plato, yang
percaya hanya akal yang merupakan jalan menuju pengetahuan. Descartes pernah bertanya
tentang metode untuk menjawab pertanyaan filosofis. Descartes menyatakan bahwa kita tidak
dapat menerima apa pun sebagai sesuatu yang benar kecuali jika kita dapat dengan jelas dan
tegas memahaminya.
Filosof yang lahir pada tahun 1632 M ini memiliki pilar filsafat tentang perspektif
keabadian. Dia berpikir bahwa Tuhan tidak menciptakan dunia agar dapat berdiri di luarnya,
melainkan Tuhan adalah dunia itu. Jadi, alam adalah Tuhan, dan itu tidak boleh diganggu
gugat. Yang Spinoza maksud dengan alam bukan hanya alam materi, melainkan segala
sesuatu yang ada, termasuk hal-hal yang bersifat ruhaniah. Spinoza mengatakan bahwa
seluruh benda material dan segala sesuatu yang terjadi di seputar kita merupakan ungkapan
Tuhan atau alam. Sebab segala sesuatu itu satu. Hanya ada satu Tuhan, satu alam, dan satu
substansi. Ketika manusia bergerak atau berpikir, alam ikut serta.
John Locke, hidup tahun 1632 – 1704 dari karyanya, Esai Mengenai Pemahaman Manusia,
dia menjelaskan dua masalah. Yang pertama adalah dari mana kita mendapatkan gagasan-
gagasan kita. Locke mengatakan bahwa semua pikiran dan gagasan kita berasal dari sesuatu
yang telah kita dapatkan melalui indra. Jadi sebelum kita merasakan sesuatu, pikiran kita
kosong. Tapi setelah kita melihat, mencium, mengecap, merasa, dan mendengar, kita
merasakan sesuatu dan akhirnya timbul gagasan-gagasan indra yang sederhana. Gagasan-
gagasan dari indra itu diolah dengan cara berpikir, bernalar, memercayai, dan
meragukan. Hal-hal tersebut dapat menimbulkan perenungan. Jadi dia membedakan antara
pengindraan dan perenungan.
Filosof kedua yang merupakan tokoh empiris adalah David Hume, hidup pada 1711 –
1776. Dia mengambil dunia sehari-hari sebagai titik awal filsafatmya. Pada masa Hume,
tersebar luas kepercayaan pada malaikat, yaitu sosok manusia dengan sayap. Namun
menurut Hume, malaikat adalah sebuah gagasan keliru yang harus ditolak. Hume
berpendapat kita harus merapikan seluruh pikiran dan gagasan kita. Diibaratkan apabila
sebuah buku tidak mengandung penalaran abstrak mengenai kuantitas atau angka dan
penalaran eksperimental tentang kenyataan dann keberadaan, maka buang saja buku tersebut
ke nyala api karena buku tersebut tidak berisi apapun kecuali cara berpikir yang menyesatkan
dan ilusi.
Hume memulai filsafatnya dengan menetapkan bahwa manusia mempunya dua jenis
persepsi, yaitu kesan dan gagasan. Kesan berarti pengindraan, dan gagasan berarti ingatan
akan kesan-kesan. Kesan merupakan penyebab langsung dari gagasan yang tersimpan dalam
pikiran.
George Berkeley, lahir pada tahun 1685 dan wafat pada 1753 merasa bahwa filsafat
dan ilmu pengetahuan mutakhir merupakan ancaman bagi cara hidup Kristen, bahwa
materialisme yang menyusup ke segala bidang, tanpa kecuali, mendatangkan ancaman bagi
iman Kristen pada Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara seluruh alam. Tapi, Berkeley juga
merupakan tokoh empiris yang paling konsisten. Dia menyatakan bahwa benda-benda
duniawi itu memang seperti yang kita lihat, tapi mereka itu bukan ‘benda-benda’.
Montesquieu, Voltaire, dan Rousseau, para filosof Perancis pergi ke Inggris dan
mempelajari filsafat Locke. Namun, Locke tidak konsisten dengan empirismenya. Dia
percaya bahwa iman kepada Tuhan dan norma-norma moral tertentu melekat pada akal
manusia. Gagasan ini juga merupakan inti dari pencerahan Prancis.
Kebanyakan filosof Pencerahan mempunyai keyakinan yang tak tergoyahkan pada akal
manusia. Inilah sebabnya Pencerahan Prancis sering dinamakan Zaman Kejayaan Akal. Para
filosof Pencerahan menganggap bahwa mereka berkewajiban membangun landasan bagi
ajaran moral, agama, dan etika sesuai dengan akal manusia yang abadi. Ini yang mendorong
timbulnya gerajan pencerahan. Gerakan ini bertujuan untuk mencerahkan massa, atau
menjadi masyarakat yang lebih baik. Ilmu pendidikan dilahirkan pada Zaman Pencerahan.
Immanuel Kant, lahir di Konigsberg tahun 1724 adalah filosof pertama yang mengajar
filsafat di universitas. Ada dua jenis filosof. Yang pertama adalah orang yang mencari
jawaban sendiri bagi pertanyaan-pertanyaan filosofis, satu lagi adalah orang yang menjadi
ahli dalam sejarah filsafat tapi tidak menyusun filosofinya sendiri. Dan Kant adalah dua-
duanya. Dia memiliki landasan kuat dalam tradisi filsafat masa lalu.
Kant mengungkapkan bahwa pandangan rasional dan empiris sama-sama benar separuh
dan salah separuh. Dia beranggapan bahwa baik indra maupun akal sama-sama memainkan
peranan dalam konsepsi kita mengenai dunia. Kant setuju dengan Hume dan kaum empirisis
bahwa seliuruh pengetahuan kita berasal dari indra. Namun, menurutnya, akal juga memiliki
faktor-faktor pasti yang menentukan bagaimana kita memandang dunia di sekitar kita.
Romantisisme salah satu aliran pemikiran yang dimulai menjelang akhir abad kedelapan
belas dan berlangsung hingga pertengahan abad kesembilan belas. Romantisisme adalah
pendekatan umum terakhir Eropa terhadap kehidupan. Itu dimulai di Jerman, dan timbul
sebagai reaksi terhadap tekanan Pencerahan yang sangat kuat pada akal. Mereka
menggantinya dengan perasaan, imajinasi, pengalaman, dan kerinduan. Kaum romantik
terlalu memuja ego sehingga timbul sikap mengagung-agungkan genius kesenian. Salah satu
genius kesenian itu adalah Beethoven. Musiknya mengungkapkan perasaan dan
kerinduannya sendiri. Beethoven adalah seorang seniman bebas yang menyusun karyanya
bukan untuk memuliakan Tuhan.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel, adalah anak sah Romantisisme. Dia berkembang bersama
semangat Jerman ketika semangat itu perlahan-lahan mulai berkembang di Jerman. Dia lahir
pada 1770, dan mulai belajar Teologi pada usia delapan belas tahun. Dia menjadi profesor di
Heidelberg, pusat Romantisisme Nasional Jerman. Hegel menyatukan dan mengembangkan
hampir semua gagasan yang muncul ke permukaan pada periode Romantik. Dia sangat kritis
terhadap banyak tokoh Romantik, termasuk Schelling. Hegel mengatakan bahwa ‘ruh dunia’
adalah seluruh perkataan manusia, sebab hanya manusia yang mempunya ruh. Hegel juga
mengatakan bahwa kebenaran itu subjektif dan dengan demikian menyangkal adanya
kebenaran tertinggi di atas atau di luar akal manusia.
Soren Kierkegaard lahir pada tahun 1813 mulai mempelajari teologi pada usia tujuh belas
tahun, tetapi dia justru semakin asyik dengan pertanyaan-pertanyaan filosofis. Ketika berusia
dua pulkuh tahun, dia mengambil gelar masternya dengan disertasi ‘Mengenai Konsep
Ironi’. Dalam karya ini, dia benar-benar bergelut dengan ironi Romantik dan permainan
kaum Romantik yang tidak terikat ilusi.
Karl Marx, bukan hanya seorang filosof, melainkan juga seorang ahli sejarah, sosiologi,
dan ekonomi. Ia bukan seorang filosof materialis. Tetapi dia beranggapan bahwa cara kita
berpikir sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor material dalam masyarakat. Faktor-
faktor material semacam itu jelas sangat menentukan perkembangan sejarah. Jika Hegel
menyebut kekuatan yang menggerakan sejarah itu ruh dunia atau akal dunia, Marx
sebaliknya. Dia ingin membuktikan bahwa perubahan-perubahan material itulah yang
memengaruhi sejarah. Perubahan material menciptakan hubungan-hubungan ruhaniah yang
baru. Marx secara khusus menekankan bahwa kekuatan ekonomi dalam masyarakatlah yang
menciptakan perubahan sehingga menggerakan sejarah ke depan.
Naturalistik adalah paham yang tidak menerima realitas lain selain alam dan dunia
indra. Para filosof yang beraliran naturalistik adalah Marx, Darwin, dan Freud. Charles
Darwin sendiri adalah seorang ahli biologi dan ilmuwan alam. Darwin yang sedari kecil
tertarik pada alam, mendapat kesempatan untuk berlayar dan menyelidiki panta-pantai selatan
di Amerika Selatan. Darwin mendapatkan banyak pelajaran dari hasil pelayarannya. Dia
kemudian menciptakan suatu karya yang berjudul The Origin of Species. Dalam buku itu dia
menuliskan dua teori utama. Yang pertama dia menyatakan bahwa semua bentuk tanaman
dan binatang diturunkan dari bentuk-bentuk yang telah ada sebelumnya yang lebih primitif,
melalui sebuah evolusi biologi. Yang kedua, menurut Darwin, evolusi merupakan hasil
seleksi alam.
Sigmund Freud, yang dapat digambarkan sebagai filosof kebudayaan, mempelajari
mengenai psikoanalisis, yakni suatu penggambaran pikiran manusia secara umum serta terapi
untuk penyakit saraf dan mental. Freud memiliki pendapat bahwa terjadi ketegangan terus
menerus antara manusia dengan lingkungannya. Terutama antara dorongan-dorongan dan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
Filosof yang sangat penting dan mempunyai pengaruh besar pada abad kedua puluh adalah
Friedrich Nietzsche dari Jerman. Dia berusaha menjalankan suatu ‘revolusi dari seluruh
nilai’, sehingga daya hidup orang yang terkuat tidak dirintangi oleh yang lemah. Menurut
Nietzsche, agama Kristen maupun filsafat tradisional telah meninggalkan dunia nyata dan
menunjuk ke surga atau dunia gagasan. Jujurlah pada dunia, katanya. Jangan dengarkan
mereka yang menawarkan padamu harapan-harapan.

Anda mungkin juga menyukai