Anda di halaman 1dari 23

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Serangga
Serangga secara umum merupakan kelompok hewan yang memiliki kaki
enam (hexapoda), dimana badannya tersusun atas tiga bagian yaitu kepala, dada,
dan perut, kepala mempunyai satu oaang antena dan dada dengan tiga pasang kaki
dan biasnya terdapat satu atau dua pasang sayap pada saat dewasa seta perutnya
dibagian dada.
Serangga juga sangat berpengaruh pada tanaman. Sebagai contoh apabila
benthos (larva serangga yang hidup di tanaman) jumlahnya sedikit, secara langsung
akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas tanaman yang menghasilkan buah dan
sayur.
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan dimuka bumi dengan
jumlah spesias hampir 80 persen dari jumlah total hewan dimuka bumi dari 751.00
spesies golongan serangga, 250.000 spesies berada di indonesia. Serangga dibidang
pertanian banyak dikenal sebagai hama dan sebagian bersifat predator, parasetoid,
atau musuh alami. Tinnginya jumlah serangga dikarnakan serangga berhasil dalam
mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang bervariasi, kapitas
produksi yang tinngi dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuh.
Semut rangrang (Oecophylla smaragdina) adalah salah satu jenis dari
serangga, semut rangrang merujuk kepada semut yang bewarna merah dan mampu
mengigit makhluk hidup lain. Tubuh semut rangrang terdiri atas tiga bagian, yaitu
kepala, mesosoma (dada), dan metasoma (perut). Morfologi semut rangrang cukup
jelas dibandingkan dengan serangga lain yang juga memiliki antena, kelenjar
metapleural, dan bagian perut yang berhubungan ke tangkai semut membentuk
pinggang sempit (pedunkel) di antara mesosoma (bagian rongga dada dan daerah
perut) dan metasoma (perut yang kurang abdominal segmen dalam petiole). Petiole
yang dapat dibentuk oleh satu atau dua node (hanya yang kedua, atau yang kedua
dan ketiga abdominal segmen ini bisa terwujud). Tubuh semut rangrang) memiliki
5

eksoskeleton atau kerangka luar yang memberikan perlindungan dan juga sebagai
tempat menempelnya otot. Menurut Tarumingkeng (2001) bahwa, semut api
memiliki lubang-lubang pernapasan di bagian dada bernama spirakel untuk
sirkulasi udara dalam sistem respirasi mereka. Di bagian metasoma (perut) semut
api terdapat banyak organ dalam yang penting, termasuk organ reproduksi. Semut
juga memiliki sengat yang terhubung dengan semacam kelenjar beracun untuk
melumpuhkan mangsa dan melindungi sarangnya.

Gambar 2.1 semut rangrang (Oecophylla smaragdina)


2.1.1 Ciri-Ciri Semut Rangrang.
Semut rangrang menyerang mangsa dengan sangat agresif menggunakan
jarum beracun. Telah diamati bahwa semut ranrang muda dapat mencederai atau
bahkan membunuh reptil atau bayi menjangan. Selain itu, semut agresif ini bisa
menyebabkan padam listrik dengan merusak kabel. Pernah mereka menyerang
Amerika Selatan dan mengakibatkan kerusakan yang mengerikan. Jurnal dan
majalah tahun itu menginformasikan bahwa semut-semut ini mengunyah putus
kabel listrik sehingga listrik padam, menggagalkan panen senilai miliaran dolar,
meruntuhkan jalan tol dan menyengat manusia, mengakibatkan shock alergi yang
melumpuhkan. Mereka melakukan semua ini dengan rahang mereka yang kuat.
Mereka bahkan menggali terowongan di bawah jalan menyebabkan jalan dan jalan
tol runtuh, juga kerusakan lain di lingkungan.

2.2 Jarak Pagar


Jarak pagar atau Jathropha carcus L merupakan tumbuhan yang umumnya
ditemukan pada daerah dengan iklim tropis. Meskipun pada kondisi ekstrim,
tanaman tersebut tetap dapat tumbuh, karena dapat beradaptasi cukup baik . Karena
6

memiliki kandungan minyak yang cukup, tumbuhan ini berpotensi sebagai sarana
pendukung difersivikasi bahan bakar. Terdapat beberapa pengujian kepada
biodiesel yang terbuat dari jarak pagar menyatakan bahwa tumbuhan ini memiliki
emisi rendah dan meningkatkan peforma mesin. Ciri khas pada wujud tumbuhan
ini yaitu daun berwarna hijau pucat dengan tiga sampai lima lekukan, buah
berwujud bundar dan biji yang menjadi dewasa saat warna buah berubah dari hijau
menjadi kuning.

(A) (B)

(C)
Gambar 2.2 (A) Buah jarak pagar, (B) Daun jarak pagar, (C) Biji jarak pagar
7

Selain dimanfaatkan sebagai biodiesel, jarak pagar juga memiliki


kandungan senyawa kimia yang terdiri dari flavonid, saponin dan tannin. Cara
kerja senyawa-senyawa tersubut bersifat racun bila tersentuh pada tubuh atau
masuk dalam mulut maka pencernaanya akan terganggu baik manusia apalagi
serangga .
2.2.1 Klasifikasi Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar berasal dari dari kerabat klasifikasi (family) tanaman
“euphorbiaceae”. Tidak sedikit dari kerabat klasifikasi euphorbiaceae ini dikenal
dengan nama lokal indonesia sebagai tanaman jarak. Tanaman jarak sebagai sebuah
genus dalam klasifikasi tanaman memiliki 12 species, semuanya dikenal dengan
nama lokal tanaman jarak
Klasifikasi tanaman jarak adalah sebagai berikut:
Devisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiosparmae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Jatropha
Spesies : Jatropha Curcas Linn
2.2.2 Mamfaat Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn)
Jarak pagar dikenal masyarakat sebagai bahan pengobatan tradisional
tradisional. Semua bagian tanaman ini berguna, daunnya dapat digunakan untuk,
bahan antiseptik setelah melahirkan, serta menyembuhkan batuk atau anti radang,
sedangkan minyak atau getahnya memiliki khasiat penyembuh luka dan penyakit-
penykit kulit seperti infeksi jamur dan juga meringankan penyakit akibat rematik.
Yang paling tinggi mamfaatnya adalah buahnya, daging buah dapat dimamfaatkan
sebagai pupuk dan produksi biogas, serta bijinya untuk pakan ternak (dari varietas
tak beracun.Tanaman ini juga dapat dimamfaatkan untuk menghasilkan minyak
lampu. Biji, daging buah dan cangkang bisa digunakan sebagai bahan bakar. Selain
itu bagian tubuh jarak juga digunakan sebagai pestisida.
8

2.3 Senyawa Kimia Yang Terdapat Pada Jarak Pagar


Dalam daun jarak pagar terdapat senyawa kimia yang bersifat beracun yang
terduri dari flavonid, saponin dan tannin. Cara kerja senyawa-senyawa tersubut
bersifat racun bila tersentuh pada tubuh atau masuk dalam mulut baik manusia
apalagi serangga .
2.3.1 Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang dihasilkan dari grup
steroid atau triterpen yang berikatan dengan gula, senyawa ini memiliki pengaruh
biologis yang menguntungkan yaitu bersifat sebagai hipokolesterolemik dan
antikarsinogen serta dapat meningkatkan sistem imun (Meskin et al. 2002). Saponin
dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh serangga dengan cara
berinteraksi dengan membran sterol. Efek utama saponin terhadap serangga adalah
pelepasan protein dan enzim dari dalam sel (Zablotowicz et al. 1996).
Saponin memiliki berat molekul tinggi, dan berdasarkan struktur
aglikonnya, saponin dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tipe steroida dan
tipe triterpenoida. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C3
dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuan-
satuan isoprenoid (Gunawan & Mulyani, 2004).
Saponin bisa ditemukan pada tanaman liar maupun tanaman peliharaan,
pada binatang laut tingkat rendah (lower marine animals ), dalam beberapa bakteri,
namun jarang ditemukan pada binatang tingkat tinggi (higher animals). Saponin
Triterpenoid tersebar luas dalam lebih dari 500 spesies tanaman seperti, kedele,
buncis, teh, beet, bunga matahari, ginseng, alfalfa, quillaja, spinach, horse chestnut,
guar dan banyak lagi. Sedangkan Saponin Steroid terdapat dalam 85 spesies dari
Genera Agave, Discorea and Yucca, dan dalam 56 Genera yang lain seperti, tomat,
asparagus, ginseng, dan oat. Dalam legume saponin berikatan dengan protein, jadi
bisa ditemukan dalam bagian tumbuhan yang kaya protein. Tipe dan macam
Saponin berbeda tergantung banyak faktor, misalnya spesies, umur tanaman, dan
bagian tanaman. Selain itu juga bisa dipengarui oleh cuaca, macam tanah, sinar
matahari, tempat bercocok tanam dan banyak lagi. Dalam satu spesies mungkin
9

mengandung lebih dari satu macam Saponin. Berikut beberapa tanaman yang
terdapat kandungan saponin dapat dilihat pada tabel 2.1:
Tabel 2.1 Jenis Taman yang mengandung saponin
Nama Letak saponin pada tanaman Kadar
Tanaman saponin (%)

Quillaya Kulit >25


saponaria

Balanites Buah,biji,dan kulit 22-27


aegyptiaca

Chlorogalum Biji 19-22


pomeridianum

Tribulus Buah >20


terrestris

Sapindus Buah dan akar 20


mukorossi

Jathropha Daun dan buah 5-6


curcas

Yucca Akar 10
schidigera

Sumber : Samal, 2017


2.3.2 Flavanoid
Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang mempunyai 15 atom
karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6 -C3 -C6 , yaitu dua cincin aromatik
yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk
cincin ketiga. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat
ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan. Golongan flavonoid dapat digambarkan
sebagai deretan senyawa C6 -C3 -C6 , artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua
gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga
karbon (Robinson, 1995). Tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai
dalam pembasmi serangga. Hal tersebut disebabkan flavonoid mempunyai berbagai
macam aktivitas terhadap macam-macam organisme. Penelitian farmakologi
10

terhadap senyawa flavonoid menunjukkan bahwa beberapa senyawa golongan


flavonoid memperlihatkan aktivitas seperti antifungi, diuretik, antihistamin,
antihipertensi, insektisida, bakterisida, antivirus dan menghambat kerja enzim.
2.3.3 Tanin
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa
tanaman. Tanin mampu mengikat protein, sehingga protein pada tanaman dapat
resisten terhadap degradasi oleh enzim protease di dalam silo ataupun rumen. Tanin
dikenal sebagai senyawa antinutrisi karena kemampuannya membentuk ikatan
komplek dengan protein. Kemampuan tanin untuk mengendapkan protein ini
disebabkan tanin memiliki sejumlah group fungsional yang dapat membentuk
komplek kuat dengan molekul-molekul protein, oleh karena itu secara umum tanin
dianggap sebagai anti-nutrisi yang merugikan. Tannin merupakan senyawa makro
molekul yang dihasilkan oleh tanaman dan berperan sebagai penolak nutrisi
(antinutrient) dan penghambat enzim (enzyme inhibitor) sehingga mengakibatkan
rendahnya hidrolisis pati dan menurunkan respons terhadap gula darah pada hewan
(Matsushita et al., 2002). Selain itu, penggunaan senyawa tannin dapat
menyebabkan terjadinya penyerapan air pada tubuh organisme sehingga dapat
mematikan organisme, karena tubuh organisme kekurangan air. Senyawa tannin ini
bisa ditemukan pada tumbuhan seperti daun jarak pagar.

2.4 Pestisida
Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur
tubuh atau perangsang tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang
digunakan untuk perlindungan tanaman (PP RI No.6 tahun 1995). USEPA
menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk
mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan,
tanaman, dan mikroorganisme penggangu.
Pestisida berasal dari kata pest yang berani hama dan sida berasal dari kata
caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai
pembunuh hama Menurut Food Agriculture Organization (FAO) 1986 dan
peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1973, Pestisida adalah campuran bahan kimia
yang di gunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan hewan/tumbuhan
11

penggangu seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit,


dengan tuj uan kesejahteraan manusia.
Menurut the United Stateds Federal Environmental Pesticide Control Act.
Pestisida adalah semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau
mencegah gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma,
virus, bakteri, jasad renik yang di anggap hama kecuali virus, bacteria, atau jasad
renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya Atau semua zat atau
campuran zat yang digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pering
tanaman. Secara umum pestisida adalah w kimia yang beracun untuk membunuh
hama/racun pembasmi hama.
Pestisida juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, karena hama
sering mengganggu pertumbuhan tanaman, maka petani menggunakan bahan
bembasmi, yaitu dengan cara menyemprotkan pestisida. Pestisida nabati secara
umum adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Jenis
Pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak
macemari'ingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residimya
mudah nilang Pestisida nabati merupakan pemecah jangka pendek untuk mengna"
malah hama dangan cepat. Pestisida nabati harus menjadi bagian dari system
Pengendalian hama terpadu (Sumber : httpzllusitaniwordpresacom).
Pestisida merupakan racun untuk memberantas atau untuk mencegah fangl
daun serangga yang menyerang tanaman dan juga untuk memberantas tikus
memberantas bakteri, memberantas tanaman pengganggu dan sebagainya. Jasad
pengganggu yang biasa merugikan tanaman dan hasil pertanian banyak sekali
jenisnya Secara umum dapat digolongkan ke dalam jenis serangga (insekta), tikus,
cacing, tanaman pmgganggu (gulma), bakteri dan jamur (hmgi). Untuk
memberantas berbagai jenis jasad pengganggu ini bukanlah pekerjaan mudah.
Supaya penggunaan pestisida bisa tepat pada sasaran, maka sebelum melakukan
pemberantasan atau pencegahan kita harus terlebih dahulu mengetahui jenis jasad
pengganggunya, baru kemudian ditentukan pestisida apa yang cocok digunakan.
12

2.5 Pengklasifikasian Pestisida


Menurut Sudarmo, (1991) pestisida dapat di klasifikasikan kedalam
beberapa golongan, dan diantara beberapa pengklasifikasian tersebut dirinci
berdasarkan bentuk formulasinya, bahan aktifnya, sifat penetrasinya, cara kerjanya
serta organism sasarannya.
2.5.1 Berdasarkan Bentuk Formulasi
Bahan terpenting dalam pestisida yang bekerja aktif terhadap hama sasaran
disebut bahan aktif. Dalam pembuatan pestisida di pabrik. bahan aktif tesebut tidak
dibuat secara murni (100%) tetapi bercampur sedikit dengan bahan-bahan pembawa
lainnya. Produk jadi yang mampukan campuran fisik antara bahan aktif dan bahan
tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi. Formulasi sangat menentukan
bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi tertentu harus digunakan, berapa
dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa frekuensi dan interval penggunaan,
serta terhadap jasad sasaran apa pestisida dengan formulasi tersebut dapat
digunakan secara efektif.
Selain itu, formulasi pestisida juga menentukan aspek keamanan
penggunaan pestisida dibuat dan diedarkan dalam banyak macam formulasi,
sebagai berikut ini:
1. Formulasi Padat
a. Wettable Powder (WP), merupakan sediaan bentuk tepung (ukuran partikel
beberapa mikron) dengan kadar bahan aktif relatif tinggi (50-80%), yang jika
dicampur dengan air akan membentuk suspensi. Pengaplikasian WP dengan cara
disemprotkan.
b. Soluble Powder (SP), merupakan formulasi berbentuk tepung yang jika dicampur
air akan membentuk larutan homogen Digunakan dengan cara disemprotkan.
c. Butiran, umumnya merupakan sediaan siap pakai dengan konsentrasi bahan aktif
rendah (sekitar 2%). Ukuran butiran bervariasi antara 0,7 -l mm Pestisida butiran
umumnya digunakan dengan cara ditaburkan di lapangan (baik secara manual
maupun dengan mesin penabur).
13

d. Water Dispersible Granule (WG atau WDG), berbentuk butiran tetapi


penggunaannya sangat berbeda Formulasi WDG harus diencerkan terlebih
dahulu dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Soluble Granule (SG), mirip dengan WDG yang juga harus dimakan dalam air
dan digunakan dengan cara disemprotkan Bedanya, jika dicampur dengan air,
SG akan membentuk larutan sempurna.
f. Tepung Hembus, merupakan sediaan siap pakai (tidak perlu dicunpm dengan air)
berbentuk tepung (ukuran partikel 10 - 30 mikron) dengan konsentrasi bahan
aktif rendah digunakan dengan cara dihembuskan (dusting).
2. Formulasi Cair
a. Emulsijiable Concentrate atau Emulslble Concentrate (EC) merupakan sediaan
berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan kandungan bahan aktif yang cukup
tinggi. Oleh karena menggunakan solvent berbasis minyak konsentrat ini jika
dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang
dalam media cair lainnya). Bersama formulasi WP, formulasi EC merupakan
formulasi klasik yang paling banyak digunakan saat ini.

b. Water Soluble Concentrate (W CS), merupakan formulasi yang mirip dengan


EC, tetapi karena menggunakan sistem solvent berbasis air maka konsentrat ini
jika dicampur air tidak membentuk emulsi, melainkan akan membentuk larutan
homogen. Umunmya formulasi ini digunakan dengan cara disemprotkan.
c. Aquaeous Solution (AS), merupakan pekatan yang bias dilarutkan dalam air.
Pestisida yang diformulasi dalam bentuk AS umumnya berupa pestisida yang
memiliki kelarutan tinggi dalam air. Pestisida yang diformulasi dalam bentuk ini
digunakan dengan cara disemprotkan.
d. Soluble Liquid (SL), merupakan pekatan cair. Jika dicampur air, pekatzm cair ini
akan membentuk larutan. Pestisida ini juga digunakan dengan cara
disemprotkan.
e. Ultra Low Volume (ULV), merupakan sediaan khusus untuk penyemprotan
dengan volume ultra rendah. yaitu volume semprot antara l 5 liter/hektar.
Formulasi ULV umunmya berbasis minyak karena untuk penyemprotan dengan
volume ultra rendah digunakan butiran semprot yang sangat halus.
14

2.5.2 Berdasarkan Bahan Aktif


Sebagian basar insektisida merupakan bahan ldmia sintetik dengan
penggolongan berdasarkan bahan aktif yaitu:
1. Golongan chlorinated hydrocarbon (DDT)
2. Golongan organofosfat (sebagai contoh: Parathion yang dipasarkan dengan nama
generik dan nama dagang Abate, azinphosmethyl (Guthion), Carbophenothion
(Trithion), Chlorpiryfos (Dumban), demeton (Systax), Diazinon, Dicapthon
(DiCaptan) dan lain-lain.
3. Golongan karbamat, seperti: Carbaryl (Sevin), Aldicarb (Temik) carbofuran
(Furadan), fometanate HCL (carsol), metalkamate (Bux) dan methomyl
(Lannate) Pengalaman dalam bidang pertanian sangat banyak jenis pestisida
yang digunakan dengan beberapa jenis pestisida yang terbanyak digunakan
adalah sebagai berikut:
1). Insektisida (Insecticidas)
2). Fungisida (Fungicides)
3). Herbisida (Herbicides)
4). Acarisida (Acaricidas)
5). Larvasida (Larvacides)
6). Mitisida (Miticides)
7). Molusida (Molluscides)
8). Pembunuh kutu (Pediculicides)
9). Scabisida (Scabicidas)
10). Attractans (pheromons)
l 1). Defoliants
12). Pengatur pertumbuhan tanaman (Plant Grow Regulator )
l3). Pangusir serangga (Repellants)

2.5.3 Sifat Penetrasi


Ditinjau dari sifat penetrasinya, pestisida dapat diklasifikasikan kedalam:
1. Penetrasi pada permukaan
Pestisida ini hanya ada pada permukaan tanaman
2. Penetrasi dalam
15

Apabila disemprotkan kedalam permukaan daun, pestisida dapat


menembus/meresap ke seluruh jan'ngan tanaman yang tidak disemprotkan.
3. Sistemik
Pestisida ini mudah diserap melalui daun, batang akar, dan bagian lain dari
tanaman. Pestisida sisitemik efektif untuk membasmi bermacam-macam hama
pengerek dan pengisap (Deperartemen Pertanian, 1998).

2.5.4 Pestisida Berdasarkan Cara Kerjanya


Berdasarkan cara kerjanya, pestisida dapat dibedakan kedalam beberapa
golongan yaitu:
1. Pestisida Kontak
Pestisida kontak dapat membunuh OPT (organisme pengganggu tanaman) bila
OPT tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau bersinggungan
dengan residu yang terdapat di permukaan tanaman Contoh: Mipcin 50 WP
2. Pestisida Sistemik
Pestisida yang dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. OPT akan mati
setelah menghisap/memakan tanaman, atau dapat membunuh gulma Sampai ke
akamya.
3. Pestisida Lambung
Pestisida yang mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran makanan Pestisida
Contoh: Dtaztnon 60 EC
4. Pestisida Pernapasan
Pestisida yang dapat membunuh hama yang menghisap gas yang berasal dari
pestisida (Sudarmo, 1991 ).

2.5.5 Pestisida Berdasarkan Organisme Sasaran


Menurut Untung (1993), dari banyaknya jenis jasad penggangu yang bisa
mengakibatkan fatalnya hasil petanian, pastisida dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan, yaitu:
1. Insektisida
Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa
mematikan semuajenis serangga
16

2. Fungisida
Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencengah limgi/cendawan Selain untuk
mengendalikan serangan cendawan di areal pertanaman, fungisida juga banyak
diterapkan pada buah dan sayur pascapanen.
3. Bakterisida
Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa
membunuh bakteri.
4. Nematisida
Nematisida adalah racun yang dapat mengendalikan nematode.
5. Akarisida
Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang
mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau,
caplak dan laba-laba
6. Rodentisida
Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang
digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.

7. Moluskida
Moluskida adalah pastisida untuk membunuh moluska, yaitu siput telanjang,
siput setengah telanjang, sumpit, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di
tambak.
8. Herbisida
Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk
membunuh tumbuhan penggangu yang disebut gulma
9. Pestisida lain
Selain beberapa jenis pestisida di atas masih banyak jenis pestisida lain. Namun
karena kegunaanya jarang maka produsen pestisida belum banyak yang menjual,
sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan Pestisida tersebut adalah
sebagai berikut:
l. Pestisida, adalah bahan senyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair
yang menjadi hama di dalam tambak dan kolam.
17

2. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang.


3. Avisida, pestisida pembunuh burung.
4. Larvisida, pestisida pembunuh ulat.

2.6 Pestisida Nabati


Petisida nabati adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari
alam, misalnya tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di
alam, sehingga tidak mencemarkan lingktungan dan relatif aman bagi manusia dan
ternak, karena rasidunya akan terurai dan mudah bilang. Petisida nabati dapat
membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang
unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara keja
pestisida nabati sangat spesifik, yaitu:
I. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa
2.Menghambat pergantian kulit
3. Mengganggu komunikasi serangga
4. Menyebabkan serangga menolak makan
5. Menghambat reproduksi serangga betina
6. Mengurangi nafsu makan
7.Memblokir kemampuan makan serangga
8.Mengusir serangga
9. Menghambat perkembangan patogen penyakit
Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan
Keunggulan pestisida nabati adalah:
1. Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani
2. Relatif aman terhadap lingkungan.
3.Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman
4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama
5. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain
6. Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia
Sementara, kelemahannya adalah:
1. Daya kerjanya relatif lambat
18

2.Tidak membunuh jasad sasaran secara langsung


3. Tidak tahan terhadap sinar matahari
4. Kurang praktis
5. Tidak tahan disimpan
6. Kadang-kadang harus diaplikasikan/disemprotkan berulang-ulang.
Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot
(sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya Namun, apabila tidak
dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan
kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat .Caranya, alat tersebut
dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan pestisida nabati, kemudian dikibas-
kibaskan pada tanaman. Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil
yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad
sasaran berada.
Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan penisida
nabati sebaiknya bedasarkan ambang kendali. Untuk menentukan ambmg kendali,
perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti
dapat mmgakibatkan hama sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan
akhirnya sulit dilakukan pengendalian.

2.7 Cara Pemakaian


Wudianto, (1999) menyebutkan cara pemakaian pestisida yang sering
dilakukan oleh petani adalah sebagai berikut:
1. Penyemprotan (Spraying): merupakan metode yang paling banyak digunakan.
Biasanya digunakan 100-200 liter eceran insektisida per ha. Paling banyak
adalah 1000 liter per ha sedangkan yang paling kecil 1 liter per ha seperti dalam
ULV.
2. Dusting: untuk hama rayap kayu kering coptothermes, dusting sangat efisien bila
dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek prilaku
trofalaksis.
3. Penuangan atau penyiraman (pouron): Misalnya untuk membunuh sarang semut,
rayap, dan serangga tanah di persemaian.
19

4. Injeksi batang: Dengan insektisida sisitemik bagi hama batang. daun, dan
penggerek
5. Dipping: rendaman/pencelupan seperti untuk biji/bmih kayu
6. Fumigast: penguapan, misalnya pada hama gudang am: kayu

2.8 Pestisida dan Bahan Pencampur


Pestisida sebagai bahan racun aktif (active ingredients) dalam formulasi
biasanya dinyatakan dalam berat/volume (di Amerika Serikat dan Inggris).
2.8.1 Pencampuran Pestisida
Dalam aplikasi pestisida adakalanya pestisida harus dicampur dengan
surfaktan Pencampuran ini boleh dilakukan sejauh dalam kemasan tidak disebutkan
larangan pencampuran. Dua macam pestisida bila dicampur dapat menimbulkan
interaksi sinergistik, aditif, atau antagonistik. Pestisida bila dicampur menimbulkan
interaksi antagonism: berarti patisida tersebut tidak boleh dicampur. Hal lain yang
perlu dipertimbangkan adalah sifat asam basanya.
Pestisida yang sama-sama bersifat asam atau sama-sama besifat basa tidak
akan membemutk senyawa garam. Timbulnya senyawa garam dapat menimbulkan
panurunan daya bunuh. Untuk memastikan bisa tidaknya dua atau lebih jenis
pestisida dicampur, perlu dipahatikan label kemasan. Bisakah petisida tersebut
dicampur dengan pastisida lain atau terkadang tertulis “jangan dicampur dengan
pestisida lain bersifat basa”.Berarti pstisida tersebut bersifat asam. Jadi dapat
dicampur dengan pastisida yangbersifat asam juga. Untuk mengetahui asam basa
suatu larutan, bisa digunakan kertas lakmus (Wudianto, 2005).
Bahan-bahan lain yang tidak aktif yang dicampurkan dalam pestisida yang
telah di formulasi dapat berupa:
1. Solvent adalah bahan cair telarut misal: alkohol, minyak tanah, xyline dan air.
Biasanya bahan ta'larut ini telah diberi deodorant (bahan penghilang bau tidak
enak baik yang barasal dati pelarut maupun dari bahan aktif).
2. Sinergis adalah sejenis bahan yang dapat meningkatkan daya racun walaupun
bahan itu sendiri memungkinkan tidak beracun, seperti sesamin (berasal dari biji
wijen), dan piperonil butoksida
20

3 Emulsifier merupakan bahan detergen yang akan mundahkan terjadiny emulsi


bila bahan minyak diencerkan dalam air (Sastroutomo 1992).
Pestisida organik diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya
dari bahan alami nabati. Oleh karena itu, jenis pestisida ini bersifat mudah terurai
(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman
bagi manusia dan ternak peliharaan karena residimya mudah hilang. Penggunaan
pestisida organik merupakan sutau cara alternatif dengan tujuan agar pengguna
tidak hanya tergantung kepada pestisida sintesis (Kardinan, 2002). Berbeda dengan
pestisida sintesis, insektisida organik umumnya manang tidak dapat langsung
mematikan serangga yang disemprot.
Pada umumnya menurut Novizan (2002) insektisida organik berfungsi sebagai
berikut :
1. Repelen, yakni pmolak kehadiran serangga, terutama disebabkan baunya yang
menyengat.
2. Antifidan, mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot, terutama
disebabkan rasanya yang pahit, Mencegah serangga meletakkan telur dan
menghentikan proses penetasan telur.
3. Racun saraf mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga
4. Atraktan sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap
serangga
5. Alkaloid merupakan senyawa organic bersifat alkalis yang terdapat pada
beberapa golongan tanaman, terasa pahit, biasanya banyak dipakai sebagai
bahan obat dan dapat juga sebagai zat penolak ataupun penarik serangga
Golongan tertentu alkaloid dapat bersifat racun, misalnya: kafein, nikotin,
retorsin, monokrotalin
6. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus
digestivus larva menjadi korosif. Pupa tidak terpengaruh oleh saponin karena
mempunyai struktur dinding tubuh yang terdiri dari kutikula yang keras sehingga
senyawa saponin tidak dapat menembus dinding pupa Ukuran larva yang mati
lebih Panjang sekitar 1-2 mm karena teijadi relaksasi urat daging pada larva yang
mendapat makan tambahan hormon steroid (Aminah dkk, 2001).
21

7. Tanin diproduksi oleh tanaman, berfimgsi sebagai subtansi pelindung pada dalam
jaringan maupun luar jaringan Tanin umumnya tahan terhadap perombakan atau
fermentasi selain itu menurunkan kemampuan binatang untuk mengkonsumsi
tanaman atau juga mencegah pembusukan daun pada pohon. Tanin bekerja
sebagai zat astringent, menyusutkan jaringan dan menutup struktur protein pada
kulit dan mukosa (Healthlink, 2000).
2.8.2 Sabun Colek
Sabun colek mengandung trigliserida dan terbuat dari minyak dan NaOH
sebagai pengemulsi atau busa. Sehingga ketika pestisida dicampurkan dengan
sabun, pestisiada dapat menyebar pada saat disemprotkan pada tanaman karna
sabun mengandung senyawa triliserida, pestisida juga dapat merekat pada merekat
pada saat disemprotkan pada tanaman.
2.9 Karakteristik Pestisida
Untuk mengendalikan organisme pengganggu dengan dosis yang tidak
terlalu tinggi, sehingga dapat memperkecilkan dampak buruknya terhadap
lingkungan Dalam menentukan pastisida yang tepat, perlu diketahui karakterisitk
pestisida yang meliputi: efektivitas, selektivitas, fitotoksitas, residu, resistensi, LD
50, dan kompabilit.
2.9.1 BMR (Batas Minimum Residu)
BMR merupakan batas dugaan maksimum residu pestisida yang ada dalam
berbagai hasil pertanian yang diperoleh. Standar Nasional Indonesia (SNI)
merumuskan tentang batas maksimum residu pestisisida pada beras, yaitu untuk
jenis pestisida khususnya golongan organofosfat, seperti klorpin'fos residu pestisida
pada berat yang diperbolehkan sebesar 0,5 mg/kg, klorfenvinfos 0,05 mg/kg,
fenitrotion 1 mg/kg, dan diazinon sebesar 0,1 mg/kg.
2.9.2 Kriteria Toksitas
Toksisitas merupakan istilah dalam toksikologi yang didefinisikan sebagai
kemampuan bahan kimia untuk menyebabkan kerusakan/injuri. Istilah toksisitas
merupakan istilah kualitatif, terjadi atau tidak terjadinya kerusakan tergantung pada
jumlah unsur kimia yang terabsorpsi. Sedangkan istilah bahaya (hazard) adalah
kemungkinan kejadian kerusakan pada suatu situasi atau tempat tertentu; kondisi
22

penggunaan dan kondisi paparan menjadi pertimbangan utama. Untuk menentukan


bahaya, perlu diketahui dengan baik sifat bawaan toksisitas unsur dan besar paparan
yang diterima individu.
Manusia dapat dengan aman menggunakan unsur berpotensi toksik jika
mentaati aturan yang dibuat guna meminimalkan absorpsi unsur tersebut Risiko
didefinisikan sebagai frekuensi kejadian yang diprediksi dari suatu efek yang tidak
diinginkan akibat paparan berbagai bahan kimia atau fisik Kategori toksisitas terdiri
atas 3 kategori yaitu:
1. Kategori I
Kata-kata kuncinya ialah “Berbahaya Racun” dengan simbol tengkorak dengan
gambar tulang bersilang dimuat pada label bagi semua jenis pestisida yang
sangat beracun Semua jenis pestisida yang tergolong dalam jenis ini mempunyai
LD 50 yang aktif dengan kisaran antara 0-50 mg perkilogram berat badan
2. Kategori II
Kata-kata kuncinya adalah “Awas Beracun” digunakan untuk senyawa pestisida
yang mempunyai kelas toksisitas pertengahan, dengan daya racun LD 50 oral
yang akut mempunyai kisaran antara 50-500 mg per kg berat badan
3. Kategori III
Kata-kata kuncinya adalah “Hari-Hat” yang termasuk dalam kategori ini ialah
semua pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50 akut melalui mulut
berkisar antara 500-5000 mg per kg berat badan Salah satu racun pestisida yang
telah dilarang penggunaannya yaitu DDT masuk klasifikasi 11 atau berbahaya
Keracunan DDT tidak saja disebabkan oleh daya toksis DDT itu sendiri tetapi
larutan yang dipakai seperti minyak tanah dapat menyebabkan lebih beratnya
tingkat keracunan. Tanda-tanda keracunan organoklorin: keracunan pada dosis
rendah, sipenderita merasa pusing-pusing, mual, sakit kepala, tidak dapat
berkonsentrasi secara sempurna. Pada keracunan dosis yang tinggi dapat kejangv
kejang, muntah dan dapat terjadi hambatan pernafasan.
23

Tabel 2.2 kriteria klasifikasi pestisida berdasarkan bentuk fisik, jalan masuk
kedalam tubuh dan daya racunya
LD50 untuk tikus (mg/kg)

Klasifikasi Oral Dermal

Padat Cair Padat Cair

I. Sagat berbahaya <5 < 20 < 10 < 40


sekali

II. sagat berbahaya 5-50 20-200 10-100 40-400

III. Berbahaya 50-500 200-2000 100-1000 400-4000

IV. cukup >500 >2000 >1000 >4000


berbahaya

V. tidak berbahaya >2000 >3000 - -


jika digunakan
sesuai dengan
anjuran

Sumber: kementan RI, 2012


Efek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5
mg/L. Kondisi total yang disebabkan oleh penggunaan tunggal diazeparn jarang
ditemukan, tetapi dapat terjadi bila konsentrasi darah lebih besar dari 5mg/L.

Tabel 2.3 kriteria toksitas untuk pengujian laboratorium yang dikeluarkan oleh
komisi pestisida departemen pertanian
Nilai LC50 (mg/l) Tingkat daya racun
<1 Sangat tinggi
>10-100 Tinggi
<10-100 sedang
<100 rendah
Sumber : kementrian RI, 2012
24

Tabel 2.4 kelas toksisitias yang bahan aktif teroplong dalam kelas toksisitas
tersebut
Kelas toksitas bahan aktif Contoh bahan atif
Ia Parathion,Tebupirimfos, terbufos
Ib Carbuforan, cyfluthrin, bata-cyfluthrin, zeta-
cypermethrin, dichalorvos, methiocarb, nicotine,
tefluthrin
II Allethrin, bendiocarb, bifentharin, bioallethrin,
carbaryl, carbosulfan, chlorpyrifos, cyhalothrin,
cypermethrin, alpha-cypermethrin, cyphenothrin,
DDT, deltamethrin, diazinon, esbiothrin,
paraquat, permethrin, prallethrin, profenofos,
propoxur, pyrethrin,tetraconazole
III Bacillus thuringiensis, buprozin, diflubenzuran,
melathion, resmethrin,temephos, DEET, d-
allethrin
IV Benfluralin, benomyl,
bioresmethrin,transfluthrin
Sumber : kementrian RI, 2012

Tabel 2.5 karakteristik pestisida


No Karaktristik peptisida Keterangan
1 Efektifitas Merupakan daya bunuh pestisida terhadap OPT
2 Selektifitas Merupakan kemampuan pestisida membunuh
beberapa jenis organisme
3 Fototoksisitas Merupakan suatu efek samping, aplikasi
peptisida yang dapat menimbulkan keracunan
bagi tanaman yang ditandai dengan pertumbuhan
abnormal setelah aplikasi peptisida
4 Residu Adalah kemampuan peptisida bertahan dalam
bentuk racun setelah penyemprotan
25

5 Persistensi Kemampuan peptisida bertahan dalam bentuk


racun setelah penyemprotan
6 Resistensi Merupakan kekebalan OPT terhadap pestisida
7 LD 50 atau lethal Besarnya dosis yang dapat mematikan 50% dari
dosage 50% jumlah mamalia percobaan
8 Kompatibilitas Adalah kesesuaian antara satu jenis peptisida
untuk dicampur dengan peptisida lain tanpa
menimbulkan dampak negatif dari pencampuran
itu
Sumber : Djojosumarto,2008
2.9.3 Pengaruh Racun Terhadap Organisme
Pengaruh racun terhadap organisme diantaranya pengaruh tidak biasa balik
(irreversible), pengaruh karsinogen terputus pada kasus nmtagen, kerusakan
kromosom, pengaruh bahaya reproduksi yaitu menurunya teratogenik atau
pengaruh kelahiran. Hasil medikal tes harus diperbandingkan terhadap medikal
yang dipelajari atau pemula utama sebelum suatu racun terpapar banyak Banyak
perusahaan kimia atau perubahan peptisida mempelajari suatu produk baru
sebelum digunakan. Untuk melihat permasalahan apa suatu organisme dapat hidup
kembali sesudah terpapar atau terhambat pestisida.
2.9.4 Lethal Dosage
Toksitas akut didefinisikan sebagai kejadian keracunan akibat pemaparan
bahan toksik dalam waktu singkat, yang biasanya dihitug dengan menggunakan
nilai LCso dan LD. Nilai ini didapat melalui proses statistik dan berfungsi
mengukur angka relatiftoksitas akut bahan kimia. Toksitas akut dan bahan kimia
lingkungan dapat ditetapkan secara eksperimen menggunakan spesies tertentu
seperti mamalia, unggas, ikan, hewan invertebrata, tumbuhan vaskuler dan alga. Uji
LDso adalah suatu pengujian untuk menetapkan potensi toksitas akut LD50, menilai
beberapa gejala toksik, spektrum efek toksik dan mekanisme kematian. Penentuan
toksitas bertujuan untuk mengetahui efek suatu bahan toksis terhadap suatu
organisme uji tertentu.
26

l. Lethal Dosageso (LDso)


Lethal Dosageso (LDso) adalah dosis tertentu yang dinyatakan dalam miligram
berat bahan uji per kilogram berat badan (BB) hewan uji yang menghasilkan 50%
respon kematian pada populasi hewan uji dalam jangka waktu tertentu LD50
merupakan jumlah material diberikan sekaligus, yang menyebabkan kematian
50% (satu setengah) dati kelompok hewan uji. LD50 adalah salah satu untuk
mengukur potensi jangka pendek keracunan (toksitas akut) dan' suatu material.
Toksiologi dapat menggunakan berbagai jenis hewan.
2. Lethal Concentration (LC50)
Lethal Concentration (LC50) adalah konsentrasi yang diturunkan secara statistik
yang dapat diduga menyebabkan kematian 50% dari populasi organisme dalam
serangkaian kondisi percobaan yang telah ditentukan LC50 adalah konsentrasi
yang menyebabkan kematian pada 50% binatang percobaan namun dihubungkan
dengan waktu terpapar dan bahan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai

  • PROFIL PERUSAHAAN GAS
    PROFIL PERUSAHAAN GAS
    Dokumen10 halaman
    PROFIL PERUSAHAAN GAS
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Mochammad Reza
    Belum ada peringkat
  • ALPUKAT
    ALPUKAT
    Dokumen18 halaman
    ALPUKAT
    dhiforester
    100% (4)
  • Daftar Bhisi
    Daftar Bhisi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Bhisi
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Syarh Ushulus Sunnah
    Syarh Ushulus Sunnah
    Dokumen220 halaman
    Syarh Ushulus Sunnah
    quanissha
    100% (3)
  • Daftar Putaka
    Daftar Putaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Putaka
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • BAB V Indra
    BAB V Indra
    Dokumen1 halaman
    BAB V Indra
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Daftar Bhisi
    Daftar Bhisi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Bhisi
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • BAB I New
    BAB I New
    Dokumen8 halaman
    BAB I New
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Hgig
    Hgig
    Dokumen31 halaman
    Hgig
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • PT - Perta Arun Gas Blang Lancang - Lhokseumawe 01 - 31 JULI 2019
    PT - Perta Arun Gas Blang Lancang - Lhokseumawe 01 - 31 JULI 2019
    Dokumen1 halaman
    PT - Perta Arun Gas Blang Lancang - Lhokseumawe 01 - 31 JULI 2019
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen8 halaman
    Bab Ii
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Umpn
    Umpn
    Dokumen2 halaman
    Umpn
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • ALAT LAB KIMIA DAN BIOLOGI
    ALAT LAB KIMIA DAN BIOLOGI
    Dokumen15 halaman
    ALAT LAB KIMIA DAN BIOLOGI
    Zeghi Reza Bramastya
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen9 halaman
    Bab Ii
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Alat-Alat
    Pengertian Alat-Alat
    Dokumen8 halaman
    Pengertian Alat-Alat
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Alat Dan Bahan Bab III
    Alat Dan Bahan Bab III
    Dokumen1 halaman
    Alat Dan Bahan Bab III
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Abstrak 3
    Abstrak 3
    Dokumen1 halaman
    Abstrak 3
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Neraca Massa Prarancangan Pabrik Anilin
    Neraca Massa Prarancangan Pabrik Anilin
    Dokumen297 halaman
    Neraca Massa Prarancangan Pabrik Anilin
    April Rianto Baktiar
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Umpn
    Umpn
    Dokumen1 halaman
    Umpn
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN B Turbin
    LAMPIRAN B Turbin
    Dokumen25 halaman
    LAMPIRAN B Turbin
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Avif
    Avif
    Dokumen3 halaman
    Avif
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Otk Besok
    Otk Besok
    Dokumen9 halaman
    Otk Besok
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • PIK Kelomppk1
    PIK Kelomppk1
    Dokumen31 halaman
    PIK Kelomppk1
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab 4
    Bab 4
    Dokumen3 halaman
    Bab 4
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Neraca Massa Prarancangan Pabrik Anilin
    Neraca Massa Prarancangan Pabrik Anilin
    Dokumen9 halaman
    Neraca Massa Prarancangan Pabrik Anilin
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen1 halaman
    Bab I
    dikki pratama
    Belum ada peringkat
  • Dasar Teori
    Dasar Teori
    Dokumen4 halaman
    Dasar Teori
    dikki pratama
    Belum ada peringkat