Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No.

1, 2017

UJI EFEK ANTI ANAFILAKSIS KUTAN AKTIF DARI EKSTRAK ETANOL


BUNGA KINCUNG (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) PADA MENCIT PUTIH
JANTAN

Widya Kardela2), Yufri Aldi1), Rozi Efendi2)


1)
Fakultas Farmasi Universitas Andalas
2)
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang
Email: Roziefendi03@yahoo.com

ABSTRACT

An assay of the active cuteneous antianaphylactic of the ethanolic extract Etlingera elatior (Jack). R. M. Smith
on white male mice could be determined by measurement of the pro long of occurrence time, the decreased in
diameter and the color intensity of the blue bump formed by using blue evan’s solutian as indicator which was
given intravenously. The ethanolic extract were given in three different doses (100, 300, 900 mg per kg body
weight). Allergic reaction was induced by giving egg’s albumin as antigen. Increasing the dose caused pro long
of occurrence time increasing dose, decreased in diameter and the color intensity of the blue bump. The result
was analyzed by one way ANOVA and Kruskal Wallis. Result indicated the ethanolic extract of Etlingera
elatior (Jack) R. M. Smith had significant effect for each dose (P<0.05).

Keywords : Active Cutaneous Antianaphylactic, Time, Diameter, The Color Intensity, Ekstrak Etanol Bunga
Kincung Elingera elatior (Jack) R. M. Smith.

ABSTRAK

Uji efek anti anafilaksis kutan aktif dari ekstrak etanol bunga kincung (Elingera elatior (Jack) R. M. Smith)
dapat diamati melalui parameter waktu tumbuh bentolan biru, diameter bentolan biru dan intensitas warna biru
yang terjadi pada punggung mencit putih jantan menggunakan larutan biru evans sebagai indikator. Dosis
pemberian ekstrak etanol bunga kincung dimulai dari 100 mg/kg BB, 300 mg/kg BB dan 900 mg/kg BB. Reaksi
alergi diinduksi dengan pemberian putih telur ayam ras sebagai antigen. Peningkatan dosis menyebabkan
peningkatan waktu tumbuh bentolan biru, penurunan diameter dan intensitas warna biru. Data hasil penelitian
dianalisa dengan ANOVA satu arah dan Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol
bunga kincung memberikan efek yang berbeda nyata antara masing-masing dosis (P<0,05).

Kata Kunci : Anti Anafilaksis Kutan Aktif, Waktu, Diameter, Intensitas Warna, Ekstrak Etanol Bunga
Kincung (Elingera elatior (Jack) R. M. Smith)

PENDAHULUAN Secara tradisional bunga kincung


Indonesia kaya akan sumber bahan dimanfaatkan untuk penambah citarasa
obat alam dan tradisional yang secara masakan dan bahan kosmetik alami. Daun
turun-temurun telah digunakan sebagai serta rimpang dipakai untuk bahan
ramuan obat tradisional. Pengobatan campuran bedak. Sedangkan batangnya
tradisional dengan tanaman obat digunakan untuk pemberi citarasa pada
diharapkan dapat dimanfaatkan dalam masakan daging (Naufalin, 2005). Menurut
pembangunan kesehatan masyarakat. Rohkyani (2015) kincung mengandung
Kemajuan pengetahuan dan teknologi senyawa alkaloid, saponin, tanin, fenolik,
modern tidak mampu menggeserkan flavonoid, triterpenoid, steroid, vitamin,
peranan obat tradisional, bahkan pada saat mineral dan glikosida yang berperan
ini pemerintah tengah menggalakkan sebagai antimikroba dan antioksidan.
pengobatan kembali ke alam (back to Beberapa tahun terakhir ini, tanaman
nature) (Wijayakusuma, 1999). kincung (Etlingera elatior (Jack) R. M.
Kincung (Etlingera elatior (Jack) R. Smith) mendapat perhatian sangat besar
M. Smith) adalah salah satu tanaman dari karena berbagai penelitian membuktikan
famili zingiberaceae yang multiguna. adanya aktivitas antibakteri dan

30
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

antioksidan (Chan et al., 2007). Selain itu diinginkan tersebut. Diantaranya adalah
kincung dapat digunakan untuk mengobati menggunakan tumbuhan sebagai bahan
penyakit kanker dan tumor (Habsah et al., obat sebagaimana yang dianjurkan oleh
2005). Lingga et al (2012) menjelaskan pemerintah akhir-akhir ini (Soeparman,
ekstrak bunga kincung dapat mencegah 1990).
infeksi saprolegnia sp pada telur lele Sejauh ini belum ada penelitian
sangkuriang. Disamping itu, Rislyana et al mengenai pengaruh ekstrak etanol bunga
(2015) melaporkan bahwa ekstrak batang kincung terhadap efek anafilaksis kutan
kincung (Etlingera elatior (Jack) R. M. aktif. Berdasarkan latar belakang di atas
Smith) memiliki sifat biotermitisida maka perlu diteliti pengaruh ekstrak etanol
terhadap rayap Coptotermes curvignathus. bunga kincung terhadap anafilaksis kutan
Sp. Sedangkan Tarigan (2013) aktif pada mencit putih jantan. Parameter
menjelaskan bahwa maserat bunga yang diamati pada reaksi anafilaksis kutan
kincung dapat digunakan sebagai aktif ini adalah waktu timbul bentolan
bioinsektisida terhadap nyamuk Aedes ssp. biru, diameter bentolan biru dan intensitas
Hipersensitivitas merupakan reaksi warna biru yang terjadi pada kulit
imunologik secara tidak wajar pada punggung mencit putih jantan.
seseorang yang sebelumnya pernah
tersensitisasi dengan antigen yang METODE PENELITIAN
bersangkutan sehingga menimbulkan Alat Dan Bahan
reaksi berlebihan, yang bermanifestasi A. Alat
pada radang atau kerusakan jaringan. Pada Alat–alat yang digunakan adalah
keadaan normal, mekanisme pertahanan jarum suntik (Onemed), botol maserasi,
tubuh baik humoral maupun seluler gunting, blender (Miyako), timbangan
tergantung dari aktifasi sel B dan sel T. hewan (Ohaus), kandang hewan,
Aktifasi berlebihan oleh antigen akan stopwatch, rak tabung reaksi, gelas ukur
menimbulkan keadaan imunopatologi (Pyrex), krus (Iwaki), lumpang dan
(Kresno, 2001). stamfer (Pyrex), tabung reaksi (Pyrex),
Pada reaksi hipersensitivitas cepat vial, spatel, timbangan analitik (Hitachi),
atau reaksi anafilaksis yang berperan jangka sorong, spuit, sonde (Onemed),
adalah IgE. Reaksi ini ditandai dengan oven (Memmert), waterbath (Memmert),
respons yang mendadak yang terjadi dalam spektrofotometer UV-Visibel (Shimadzu
beberapa menit setelah terpaparnya tubuh 1800), Rotary evaporator (Ika), desikator
dengan antigen, sehingga melepaskan dan sarung tangan steril.
mediator–mediator yang terdapat dalam sel
seperti histamin, bradikinin, asam B. Bahan
arakidonat dan prostaglandin. Lepasnya Bahan yang digunakan dalam
mediator–mediator tersebut menyebabkan penelitian ini adalah bunga kincung,
rinitis alergi, asma, dermatis atopi, mencit putih jantan, putih telur ayam ras,
memerahnya kulit dan sesak nafas Natrium Klorida (NaCl) fisiologis 0,9 % (
(Baratawidjaja & Rengganis, 2014). PT Widatra Bhakti), Aquadest (PT
Dalam pengobatan alergi saat ini Brataco), Natrium Karboksi Metil Selulosa
digunakan obat-obat sintesis yang (NaCMC) (PT Brataco), Biru Evans
jumlahnya sangat banyak. Diantaranya (Merck), Etil Asetat (Merck), Asam
adalah golongan antihistamin. Namun Klorida P (Merck), Kloroform (Merck),
sangat disayangkan obat-obat tersebut Difenhidramin HCl (Recodryl), Etanol 70
mempunyai efek samping yang tidak % (PT Brataco), Etanol P (Merck), Asam
diinginkan. Untuk itu diperlukan suatu Format (CH2O2) (Merck), Amonia (NH3)
usaha untuk menghindari atau (Merck), Besi (III) Klorida (FeCl3)
memperkecil efek samping yang tidak (Merck), serbuk Magnesium (Merck),

31
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

Silika Gel 60 F254, Alumunium Klorida evaporator hingga diperoleh ekstak kental
(AlCl3) (Merck), Natrium Asetat (Departemen Kesehatan Republik
(C2H3NaO2) (Merck), Asam Sulfat Indonesia, 2011).
(H2SO4) (Merck) dan Rutin (Sigma).
Persiapan Hewan Percobaan
Cara Kerja Hewan coba yang digunakan dalam
Pengambilan Sampel penelitian ini adalah mencit putih jantan
Sampel yang digunakan adalah bunga berumur 2-3 bulan dengan BB 20-35 gram.
kincung sebanyak 2 kg yang diambil di Sebelum digunakan sebagai hewan
kelurahan Gunung Sarik, Kecamatan percobaan, mencit diaklimatisasi dalam
Kuranji, Padang, Sumatera Barat. ruangan penelitian selama satu minggu.
Hal ini bertujuan untuk penyesuaian
Identifikasi Tanaman lingkungan, mengontrol kesehatan dan
Identifikasi tumbuhan kincung telah berat badan serta menyeragamkan
dilakukan di Herbarium Universitas makanannya. Hewan yang sakit dengan
Andalas Jurusan Biologi Fakultas tanda-tanda bulu berdiri, aktivitas motorik
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan BB menurun tidak dipakai dalam
(FMIPA) Universitas Andalas Padang. penelitian. Hewan yang digunakan adalah
Sampel yang diambil untuk identifikasi mencit yang sehat yakni BB selama
adalah daun, bunga, batang dan rimpang. diaklimatisasi tidak mengalami perubahan
lebih dari 10 % dan secara visual
Penyiapan Serbuk Simplisia menunjukkan perilaku normal.
Pembuatan serbuk simplisia
merupakan proses awal pembuatan Perencanaan Dosis
ekstrak. Serbuk simplisia di buat dari Dosis ekstrak bunga kincung yang
simplisia utuh atau potong-potongan halus diberikan100 mg/kg BB, 300 mg/kg BB
simplisia yang sudah dikeringkan melalui dan 900 mg/kg BB diberikan oral.
proses pembuatan serbuk dengan suatu alat
atau tanpa menyebabkan kerusakan atau Pengelompokan Hewan Percobaan
kehilangan kandungan kimia yang Hewan percobaan dibagi menjadi lima
dibutuhkan dan diayak hingga diperoleh kelompok dengan masing-masing
serbuk dengan derajat kehalusan tertentu kelompok terdiri dari lima ekor mencit,
dengan no ayakan 60 (Kementerian yaitu :
Kesehatan Republik Indonesia, 2011). a. Kelompok 1 yaitu kelompok mencit
kontrol negatif hanya diberikan
Pembuatan Ekstrak Etanol Bunga larutan Natrium Karboksil Metil
Kincung Selulosa (NaCMC) 0,5 % secara oral
Buat ekstrak dari serbuk kering 1 kali sehari selama 6 hari.
simplisia dengan cara maserasi b. Kelompok II yaitu kelompok mencit
menggunakan pelarut etanol 70%. yang diberikan suspensi ekstrak
Kemudian dimasukkan satu bagian serbuk etanol bunga kincung dengan dosis
kering simplisia ke dalam maserator, 100 mg/kg BB secara oral 1 kali
kemudian ditambahkan 10 bagian pelarut. sehari selama 6 hari.
Di rendam selama 6 jam pertama sambil c. Kelompok III yaitu kelompok mencit
sekali-kali diaduk, kemudian diamkan yang diberikan suspensi ekstrak
selama 18 jam. Ulangi proses penyarian etanol bunga kincung dengan dosis
sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis 300 mg/kg BB secara oral 1 kali
dan jumlah pelarut yang sama. Kemudian sehari selama 6 hari.
semua maserat dikumpulkan, setelah itu d. Kelompok IV yaitu kelompok
diuapkan dengan menggunakan rotary mencit yang diberikan suspensi

32
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

ekstrak etanol bunga kincung dengan sebanyak 10 mL/kg (0,2 mL/20g BB)
dosis 900 mg/kg BB secara oral 1 secara intraperitoneal (IP). Pada hari ke 7
kali sehari selama 6 hari. dan ke 14 diulangi lagi penyuntikan putih
e. Kelompok V yaitu kelompok mencit telur 10 % b/v sebanyak 5 mL/kg(0,1
yang diberikan Difenhidramin HCL, mL/20 g BB) secara subkutan. Mencit
dosis 6,5 mg/kg BB secara intravena yang mengalami reaksi anafilaksis ditandai
1 kali sehari selama 6 hari. dengan warna kemerahan pada tempat
penyuntikan (Aldi et al,, 2015).
Pembuatan Sediaan Uji
Ekstrak Bunga Kincung Perlakuan Hewan Percobaan
Ekstrak bunga kincung ditimbang Sebanyak 25 ekor mencit yang sudah
sesuai dengan dosis yang direncanakan, mengalami sensitisasi dibagi menjadi 5
konsentrasi yang dibuat adalah 1 %, 3 % kelompok. Pada hari ke-15 kelompok II,
dan 9 %. Timbang ekstrak sesuai dosis, III dan IV diberi suspensi ekstrak bunga
masukan ke dalam lumpang, tambahkan kincung 1 kali sehari dengan dosis 100
Natrium Karboksi Metil Selulosa mg/kg BB, 300 mg/kg BB dan 900 mg kg
(NaCMC) 0,5 g yang telah dikembangkan BB secara oral selama 6 hari. Sedangkan
dengan air panas sebanyak 20 kalinya dan kelompok I diberi pembawa sediaan uji
digerus. Kemudian diencerkan dengan air (NaCMC 0,5 %) secara oral dan kelompok
suling sampai 10 mL dan homogenkan. V diberi Difenhidramin HCL dengan dosis
6,5 mg/kg BB secara intravena.
Pembuatan Larutan Antigen
1 25.10-5 Warna biru 0 Uji Efek Anti Anafilaksis Kutan Aktif
tidak jelas Padahari ke 20, semua mencit di cukur
-4 bulu pada bagian punggungnya, hari ke 21
2 5.10 Warna biru 1
kurang jelas hewan diberi larutan biru evans 0,25 %
-4 sebanyak 5 mL/kg BB (0,1 mL/20 g BB)
3 25.10 Warna biru 2
cukup jelas secara intravena, setengah jam kemudian
4 5.10 -3
Warna biru 3 dilakukan penantangan dengan
jelas penyuntikan putih telur 10 % b/v sebanyak
5 25.10 -3
Warna biru 4 0,1 mL/20 g BB secara intrakutan. Amati
sangat jelas waktu menculnya bentolan biru, diameter
bentolan biru dan intensitas bentolan biru
Pembuatan Sediaan Pembanding yang terjadi. Pengamatan diameter dan
Zat pembanding yang digunakan intensitas warna bentolan biru dilakukan
adalah injeksi Difenhidramin HCL dengan setiap 30 menit selama 6 jam (Aldi et al.,
dosis 6,5 mg/kg BB. Rentang dosis 2015).
Difenhidramin HCL untuk manusia adalah
25-50 mg. Dosis yang dipakai berdasarkan Analisa Data
pemakaian manusia adalah 50 mg yang Data hasil penelitian di analisa secara
kemudian di konversikan terhadap mencit statistika dengan menggunakan metoda uji
sehingga didapatkan dosis mencit 50 mg X statistik analisa variansi (ANOVA) satu
0,0026 = 0,13 mg/20 g BB (6,5 mg/kg arah dan uji Kruskal Wallis (Jones, 2010).
BB).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sensitisasi dan Perlakuan Hewan Pada penelitian ini digunakan bunga
Percobaan kincung yang diambil di kelurahan
Pada hari pertama, sebanyak 25 ekor Gunung Sarik, Kecamatan Kuranji,
mencit yang telah dikelompokkan secara Padang, Sumatera Barat. Sampel bunga
acak, disuntik dengan putih telur 10 % b/v kincung yang diambil sebanyak 2 kg.

33
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

Selanjutnya sampel tersebut diidentifikasi pelarut ini juga dapat melarutkan hampir
di Herbarium Universitas Andalas, Jurusan semua zat, baik yang bersifat polar, semi
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu polar atau non polar. Pelarut yang
Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas digunakan adalah etanol 70 % karena
Andalas Padang. Hasil identifikasi sampel yang digunakan adalah sampel
menunjukkan bahwa sampel tersebut kering yang memiliki kandungan air yang
adalah Etlingera elatior (Jack) R. M. relatif sedikit. Kadar air dalam etanol
Smith dari famili zingiberaceae dan sebanyak 30 % berfungsi untuk membantu
mempunyai sinonim Phaeomeria memecahkan dinding sel sehingga
magnifica (Roscoe). penetrasi etanol ke dalam sel lebih cepat
Proses pembuatan simplisia dimulai dan optimal (Departemen Kesehatan
dari sortasi basah, pencucian, perajangan, Republik Indonesia, 2000).
pengeringan dan sortasi kering kemudian Pada penelitian ini digunakan metoda
sampel dilakukan proses pembuatan anafilaksis kutan aktif. Metoda ini ini
serbuk menggunakan blender. Tujuan dari menggunakan bahan dan alat yang
pembuatan serbuk untuk memperkecil sederhana, tetapi efek dari anafilaksis
daya kontak antara serbuk dengan pelarut, kutan aktif dapat diamati dengan jelas.
sehingga mempermudah pelarut dalam Reaksi anafilaksis kutan aktif adalah reaksi
menarik senyawa aktif dalam sampel anafilaksis yang terjadi pada kulit, dimana
(Kementerian Kesehatan Republik tubuh sendirilah yang membentuk antibodi
Indonesia, 2011). karena pengaruh pemberian antigen
Pada proses selanjutnya dilakukan tertentu (Stevens & Chistine, 2003). Pada
proses ekstraksi dengan menggunakan reaksi alergi yang berperan adalah
metode maserasi. Maserasi adalah proses imunuglobulin E (IgE). Reaksi ini ditandai
pengekstrakan simplisia dengan oleh respon yang mendadak yang terjadi
menggunakan pelarut dengan beberapa dalam beberapa menit setelah pemaparan
kali pengocokan atau pengadukan pada dengan dengan dosis antigen yang
suhu kamar. Kelebihan metode ini adalah menantang, sehingga melepaskan
pengerjaannya lebih mudah, tidak mediator-mediator prostaglandin.
memerlukan perlakuan khusus dan tidak Lepasnya mediator-mediator ini
memerlukan panas sehingga dapat menyebabkan gatal-gatal, merahnya kulit
mencegah terjadinya kerusakan zat dan sesak nafas (Baratawidjaja &
termolabil akibat suhu tinggi. Sedangkan Rengganis, 2014).
kekurangannya adalah waktu Antigen yang digunakan adalah putih
pengerjaannya lebih lama, cairan penyari telur ayam ras. Putih telur ayam ras dipilih
yang digunakan lebih banyak dan tidak karena merupakan antigen yang potensial
dapat digunakan bahan-bahan yang dalam menimbulkan reaksi anafilaksis,
mempunyai tekstur keras seperti benzoin, karena banyak mengandung senyawa
tiraks dan lilin (Departemen Kesehatan protein terutama ovalbumin Disamping itu
Republik Indonesia, 2000). putih telur juga mempunyai banyak epitop
Pada proses maserasi menggunakan pada permukaannya. Epitop merupakan
botol kaca berwarna gelap dan ditempat bagian dari antigen yang dapat
terlindung dari cahaya. Hal ini bertujuan menginduksi pembentukan antibodi dan
untuk menghindari terjadinya penguraian dapat diikat secara spesifik oleh bagian
struktur zat aktif terutama untuk senyawa antibodi reseptor pada limfosit. Dosis
yang kurang stabil terhadap cahaya. antigen yang dipilih adalah dosis terkecil
Maserasi yang dilakukan dengan yaitu 10 % (Aldi et al, 2015).
menggunakan etanol sebagai pelarut, Hewan percobaan yang digunakan
karena pelarut ini relatif kurang toksik adalah mencit putih jantan. Mencit putih
dibandingkan dengan pelarut lainnya dan jantan dipilih karena mudah didapat,

34
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

harganya relatif mudah, penanganannya kelompok II, III dan IV diberi suspensi
mudah dan anatomi fisiologinya hampir ekstrak bunga kincung dengan dosis 100
sama dengan manusia. Untuk mengurangi mg/kg, 300 mg/kg dan 900 mg/kg secara
penyimpangan hasil penelitian, maka peroral. Dosis ini dipilih setelah
dipilih mencit dengan jenis kelamin, usia melakukan uji pendahuluan terlebih dahulu
dan berat badan yang relatif sama. Mencit pada hewan percobaan. Sedangkan
yang digunakan sebagai hewan percobaan kelompok V diberi pembanding yaitu
terlebih dahulu diaklimatisasi dalam Difenhidramin HCL dengan dosis 6,5
kandang hewan penelitian selama satu mg/kg BB secara intravena.
minggu. Hal ini bertujuan supaya mencit Pada hari ke dua puluh satu, hewan
bisa beradaptasi dengan lingkungan baru percobaan diberi larutan biru evans 0,25 %
dan bisa mengontrol kesehatan, berat b/v sebanyak 0,1 mL secara intravena.
badan dan menyeragamkan makanannya Setengah jam kemudian dilakukan
(Thampson, 1990). Dimana selisih berat penantangan dengan dengan menyuntikkan
badan mecit sebelum aklimatisasi dan larutan putih telur ayam 10 % b/v secara
sesudah aklimatisasi tidak menunjukkan intrakutan pada punggung yang telah
perubahan berat badan lebih dari 10 %, dicukur sehari sebelumnya. Akibat
perubahan terbesar terjadi pada persentase penantangan ini akan terjadi pembebasan
9,95 % dan terkecil 3,40 %. Hasil histamin dari sel mast dan sel basofil
aklimatisasi ini menunjukkan bahwa disekitar tempat penyuntikan dan terjadi
mencit bisa digunakan sebagai hewan vasodilatasi pembuluh darah sehingga
penelitian. darah keluar menuju jaringan. Selanjutnya
Pada hari pertama dilakukan pada daerah penyuntikan tersebut timbul
sensitisasi dengan menyuntikkan larutan bentolan biru karena didalam darah sudah
putih telur ayam 10 % sebanyak 0,2 mL terdapat zat warna biru evans yang
secara intraperitoneal pada semua hewan memiliki afinitas sangat kuat dengan
percobaan dengan tujuan untuk perkenalan albumin. Bentolan biru inilah yang akan
pertama kali antigen dengan sistem imun menjadi parameter telah terjadinya reaksi
sehingga hewan akan menjadi sensitif dan anafilaksis kutan aktif. Parameter yang
akan terjadi pembentukan antibodi spesifik diamati untuk melihat efek ekstrak etanol
terhadap antigen yang masuk. Hasilnya bunga kincung terhadap anafilaksis yaitu
akan terbentuk sel memori yang akan waktu timbul bentolan biru, diameter
mengenal antigen pada pemaparan bentolan biru dan intensitas warna
berikutnya (Kresno, 2001). bentolan biru (Aldi et al., 2015).
Pada hari ke tujuh dan empat belas, Alasan dipilihnya tiga rute pada
dilakukan pembosteran dengan larutan proses penyuntikan antigen adalah pada
putih telur ayam 10 % b/v sebanyak 0,1 proses sensitisasi rute intraperitoneal
mL secara subkutan dengan tujuan untuk dianggap paling baik karena pada cairan
meningkatkan sensitifitas dari sistem imun intraperitoneal banyak terdapat sel-sel
hewan terhadap antigen, sehingga terjadi Antigen Precenting cell atau Makrofag
peningkatan jumlah pembentukan antibodi yang berfungsi untuk menangkap dan
dan sel memori. Hal ini ditandai dengan memperkenalkan antigen yang masuk ke
adanya kemerahan pada daerah sekitar sel T. Pada tahap pembosteran albumin
tempat penyuntikan. Pada pembosteran tidak diberi lagi secara intraperitoneal
antigen diberikan dengan dosis lebih karena takut menyebabkan syok
rendah agar tidak terjadi syok anafilaksis anafilaksis, sehingga dipilih rute subkutan
(Price & Hamilton, 2007). karena pada daerah bawah kulit banyak
Pada hari ke lima belas sampai dua terdapat reseptor untuk antigen sehingga
puluh, hewan percobaan kelompok I diberi antigen yang masuk bersifat imunogenik
pembawa sediaan uji (NaCMC 0,5 %), namun tidak menyebabakan syok

35
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

anafilaksis sedangkan pada proses hewan yang diberikan Difenhidramin


penantangan rute yang dipilih adalah HCL.
intrakutan agar terbentuk radang pada kulit Pada uji analisa statistik ANOVA satu
yang memudahkan pada proses arah menunjukkan Sig. 0.000 (P<0,05),
pengamatan. yang berarti adanya perbedaan nyata
Hasil pengamatan waktu timbul waktu timbul bentolan biru pada setiap
bentolan biru pada punggung mencit putih kelompok, yang ditandai dengan
jantan setelah pemberian ekstrak etanol peningkatan waktu timbul bentolan biru
bunga kincung dengan dosis 100 mg/kg dengan meningkatnya dosis. Kemudian
BB, 300 mg/kg BB, 900 mg/kg BB dan dilanjutkan uji Duncan menunjukkan
Difenhidramin HCL terjadi peningkatan adanya pengaruh kekuatan dosis dalam
waktu timbul bentolan. Pada hasil ini memberikan efek untuk menghambat
terlihat waktu timbul bentolan biru reaksi anafilaksis kutan aktif. Dari hasil
semakin lama dengan meningkatnya dosis, analisa Duncan terlihat kemampuan
ini membuktikan ekstrak etanol bunga ekstrak etanol bunga kincung dalam
kincung dapat menghambat reaksi mempanjang waktu timbul bentolan biru
anafilaksis kutan aktif, namun waktu tetapi waktu timbul bentolan biru yang
timbul bentolan biru kelompok hewan diberi esktrak bunga kincung lebih cepat
yang diberikan suspensi ekstrak etanol dari pada Difenhidramin HCL. Dapat
bunga kicung memiliki waktu timbul lebih dilihat pada Gambar 1.
cepat bila dibandingkan dengan kelompok

500

400

300
Waktu

200

100

Gambar 1. Waktu timbul bentolan biru pada punggung mencit putih jantan yang mengalami
reaksi anafilaksis kutan aktif setelah pemberian ekstrak etanol bunga kincung
(Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) yang diinduksi dengan putih telur Ayam
ras 10 %.

Pada pengukuran diameter kontrol negatif terjadi peningkatan


bentolan biru pada punggung mencit putih diameter bentolan biru dari awal sampai
jantan yang mengalami reaksi anafilaksis akhir pengamatan. Hasil ini disebabkan
kutan aktif dilakukan pengamatan tiap 30 karena di dalam tubuh hewan kelompok
menit selama 6 jam. Hasil pengukuran kontrol negatif tidak terdapat zat aktif atau
diameter bentolan biru pada kelompok obat yang dapat menghambat perlepasan

36
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

histamin, sehingga histamin banyak dapat menghambat perlepasan histamin


dilepas dan terjadi peningakatan diameter (Kresno, 2001).
bentolan biru. Pada uji analisa statistik Kruskal
Kemudian dilanjutkan hasil Wallis pengaruh kelompok hewan
pengamatan kelompok yang diberi dosis terhadap diameter bentolan biru terlihat
100 mg/kg BB, 300 mg/kg BB dan 900 sig. 0,000 (P<0,05), yang berarti ada
mg/kg BB, menunjukkan hasil pada awal perbedaan nyata pada masing-masing
pengamatan terjadi peningkatan diameter kelompok hewan dalam menghambat
bentolan biru dan menurun pada waktu diameter bentolan biru. Bila kita
pengamatan ke 3,5. Hal ini terjadi karena membandingkan kekuatan dosis pada
pada awal pengamatan efek dari ekstrak kelompok hewan yang diberikan ekstrak
bunga kincung belum mampu etanol bunga kincung, didapatkan bahwa
mempertahankan perlepasan histamin, dosis 900 mg/kg BB memiliki efek paling
sehingga terjadinya peningkatan diameter bagus dalam menghambat reaksi anfilaksis
bentolan biru yang disebabkan banyaknya kutan aktif, tetapi efek yang diberikan
histamin yang lepas. Selanjutnya pada masih kurang bagus bila dibandingkan
kelompok pembanding yang di berikan dengan Difenhidramin HCL. Kemudian
injeksi Difenhidramin HCL menunjukan pada uji statistik Kruskal Wallis pengaruh
hasil yang paling bagus bila dibandingkan waktu terhadap diameter terlihat Sig. 0,144
dengan kelompok lain, dimana dari awal (P>0,05), yang berarti tidak ada perbedaan
sampai akhir pengamatan terjadi nyata diameter bentolan biru terhadap
penurunan diameter bentolan biru. Hal ini waktu pengamatan. Dapat dilihat pada
disebabkan karena Difenhidramin HCL Gambar 2.

14

12 K

10 D1
8
D2
6
Diameter

4 D3

2
P
0
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6

Waktu

Gambar 2. Grafik perubahan rata-rata diameter bentolan biru pada punggung mencit putih
jantan yang mengalami reaksi anafilaksis kutan aktif setelah pemberian ekstrak
etanol bunga kincung (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith) yang diinduksi
dengan putih telur ayam ras 10 %.

Pengamatan terakhir yang dilakukan 4 (biru sangat jelas). Pemakaian larutan


adalah pengamatan intensitas warna biru evans dikarenakan dapat terikat
bentolan biru dinyatakan dalam bentuk dengan putih telur ayam ras 10 % (Aldi et
skor ; 0 (tidak berwarna) ; 1 (biru kurang al.,2015). Penetapan skor ini dilakukan
jelas) ; 2 (biru cukup jelas) ; 3 (biru jelas) ; dengan membandingkan warna bentolan

37
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

biru pada punggung mencit dengan warna Selanjutnya pada kelompok


larutan standar biru. pembanding yang di berikan
Hasil pengamatan intensitas warna Difenhidramin HCL menunjukan hasil
menunjukkan adanya perbedaan intensitas yang paling bagus bila dibandingkan
warna pada setiap kelompok hewan. Hasil dengan kelompok lain, dimana dari awal
pengamatan intensitas warna bentolan sampai akhir pengamatan terjadi
pada kelompok kontrol negatif terjadi penurunan intensitas warna bentolan. Hal
peningkatan dari awal sampai akhir ini disebabkan karena Difenhidramin HCL
pengamatan. Hasil ini disebabkan karena dapat menghambat perlepasan histamin,
larutan biru evans yang disuntik berikatan sehingga histamin sedikit yang lepas dan
dengan antigen dipembuluh darah, larut biru evans tidak terlalu jelas.
sehingga pada saat histamin lepas terlihat Pada uji statistik Kruskal Wallis
intensitas warna pada punggung mencit pengaruh kelompok hewan terhadap
sangat jelas. intensitas warna terlihat Sig. 0,000
Hasil pengamatan intensitas warna (P<0,05), yang berarti ada perbedaan nyata
pada kelompok yang diberi dosis 100 intensitas warna bentolan biru pada
mg/kg BB, 300 mg/kg BB dan 900 mg/kg masing-masing kelompok hewan. Bila kita
BB, menunjukkan hasil pada awal membandingkan kekuatan dari efek yang
pengamatan terjadi peningkatan intensitas diberikan pada setiap kelompok hewan,
warna bentolan dan menurun pada waktu didapatkan bahwa ekstrak etanol bunga
pengamatan ke 3,5. Hal ini terjadi karena kincung dapat menghambat reaksi
pada awal pengamatan efek dari ekstrak anafilaksis kutan aktif.
bunga kincung belum mampu Kemudian dilakukan uji statistik
mempertahankan perlepasan histamin, Kruskal Wallis pengaruh waktu terhadap
sehingga terjadi peningkatan pelepasan intensitas warna terlihat Sig. 0,011
histamin yang menyebabkan tejadinya (P<0,05), yang berarti ada perbedaan nyata
peningkatan intensitas warna bentolan, intensitas warna terhadap waktu. Hasil
karena larutan biru evans akan ikut keluar kekuatan dosis pada waktu pengamatan
pada saat histamin lepas. Semakin banyak dapat disimpulkan bahwa pada waktu
histamin yang lepas maka larutan biru pengamatan ke 6 memberikan efek yang
akan semakin jelas terlihat pada punggung sangat bagus dalam menghambat reaksi
hewan percobaan. anafilaksis kutan aktif. Dapat dilihat pada
Gambar 3.

4
3,5 K
3
D1
Intensitas

2,5
2 D2
1,5
1 D3
0,5
P
0
0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6

Waktu
Gambar 3. Pengaruh waktu terhadap intensitas warna

38
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

KESIMPULAN of Etlingera elatior. Journal


Berdasarkan hasil penelitian yang Malaysian of Medical Sciences, 12,
telah dilakukan dapat disimpulkan ekstrak (1), 6-12.
etanol bunga kincung memiliki efek anti
anafilaksis kutan aktif, ini dibuktikan Jaffar, F. M., Osman, C. P., Ismail. N. H.,
dengan peningkatan waktu timbul bentolan & Awang, K. (2007). Analysis of
biru, penurunan diameter dan intensitas essential oil of leaves, stems, flowers
warna yang yang terbentuk pada punggung and rhizomes of Etlingera elatior
mencit putih jantan. (Jack) R. M. Smith. The Malaysia
journal of analytical sciennces,11, (1),
DAFTAR PUSTAKA 269-273.

Aldi, Y., Mahyudin., & Handayani, D. Jones, D.S. (2010). Statistika farmasi.
(2013). Uji aktivitas beberapa Penerjemah: Harrizul Rivai. Jakarta:
subfraksil etil dari herba maniran penerbit EGC.
(Phyllanthus nururi Linn.) terhadap
reaksi anafilaksis kutan aktif. Jurnal Katno. (2008). Pengelolaan pasca panen
Sains dan Teknologi Farmasi, 18, (1), tanaman obat. Tawangmangu: Badan
17-27. Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Republik Indonesia.
Aldi, Y., Syafrudin, M., & Elisma. (2015).
Aktivitas ekstrak daun suji (Dracaena Kementerian Kesehatan Republik
angustifolia Roxb.) sebagai anti Indonesia. (2011). Suplemen II
anafilaksis kutan aktif pada mencit farmakope herbal Indonesia. (Edisi I).
putih jantan. Jurnal Sains Farmasi Jakarta: Kementerian Kesehatan
dan Klinis, 1, (2), 150-158. Republik Indonesia.

Baratawidjaja, K. G. & Rengganis, I. Kresno, S.B. (2001). Imunologi diagnosis


(2014). Imunologi dasar. (Edisi XI). dan prosedur Laboratorium. (Edisi
Jakarta: Fakultas Kedokteran VIII). Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Universitas Indonesia.

Chan, E. W. C., Lim, Y. Y., & Omar, M. Lingga, N. M., Rustikawati, I., & Buwono,
(2007). Antioxidant and antibacterial D. I. (2012). Efektivitas ekstrak bunga
activity of leaves of Etlingera species kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
(zingiberaceae) in peninsular R. M. Smith) untuk pencegahan
Malaysia. Food Chemistry, 104, 1586- serangan Saprolegnia sp. pada lele
1593. sangkuriang. Jurnal Perikanan dan
Kelautan, 3, (4), 75-80.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. (2000). Parameter standar Naufalin, R. (2005). Kajian sifat
umum ekstrak tumbuhan obat. Jakarta: antimikroba bunga kecombrang
Departemen Kesehatan Republik (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith)
Indonesia. terhadap berbagai mikroba pathogen
dan perusak pangan. (Disertasi).
Habsah M., Lajis, N. H., Abas F., Ali, A. Bogor: Institusi Pertanian Bogor.
M., Sukari, M. A., Kikuzaki, H., &
Nakatana, N. (2005). Antitumour
promoting and cytotoxic constituents

39
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 9, No. 1, 2017

Price, K. S. & Hamilton, R. G. (2007). Wijayakusuma, H.M.H. (1999). Tanaman


Anaphylactoid reactions in two berkhasiat obat di Indonesia. (Jilid 1).
patients after omalizu–mab Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.
administration after successful long-
term therapy, Allergy Asthma Proc.
28, 313-319.

Rislyana, F., Harlia, & Sitorus, B. (2015).


Bioaktivitas ekstrak batang
kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
R.M.Smith.) terhadap rayap
Coptotermes curvignathus. Sp. Jurnal
Kimia Khatulistiwa, 4, (3), 9-15.

Rohkyani, I. (2015). Aktivitas Antioksidan


dan Uji Organoleptik teh celup batang
dan bunga kecombrang pada variasi
suhu pengeringan. (Skripsi).
Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Soeparman. (1990). Ilmu penyakit dalam.


(Jilid II). Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Stevens., & Chistine, D. (2003). Clinical


immunology and serology (A
Laboratory perspective) second
edition. Philadelphia: E A. Davis
Company.

Tarigan, L.A. (2013). Pengaruh pemberian


variasi konsentrasi maserat bunga
kecombrang (Etlingera elatior (Jack)
R. M. Smith) sebagai bioinsektisida
terhadap nyamuk Aedep ssp. (Skripsi).
Medan: Universitas Sumatera Utara.

Thompson, E.P. (1990). Bioscreening of


drug, evaluation technique dan
pharmacology. New York: Weinheim
Basel Cambridge.

Vogel, H.G. (2002). Drug discovery and


evaluations pharmacological assays.
2th Edition. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg: Germany.

40

Anda mungkin juga menyukai