PENDAHULUAN
Hipertensi adalah faktor resiko terbesar terjadinya aterosklerosis dan iskemik pada
jantung. Hipertensi adalah faktor resiko terjadinya penyakit jantung, hipertensi yang tidak
terkontrol akan memberikan resiko 2 hingga 4 kali lipat terjadinya penyakit jantung coroner,
gagal jantung, insufisiensi ginjal, atrial fibrilasi dan ketidakseimbangan kognitif/demensia.
Sebagian besar pasien dengan hipertensi memerlukan agen terapi anti hipertensi
kombinasi untuk mencapai tujuan terapeutik. Guideline terakhir merekomendasikan supaya
pemberian terapi awal dengan penggunaan dua obat pada pasien yang memiliki tekanan sistolik
>20 mmHg dan atau tekanan diastolic >10 mmHg dari batas atas tekanan darah normal, begitu
juga pasien dengan resiko tinggi penyakit kardiovaskuler.
Sekitar 25% pasien membutuhkan 3 kombinasi agen anti hipertensi untuk mencapai
target terapi (Guerrero-García C and Rubio-Guerra AF, 2018). Resiko hipertensi juga
dipengaruhi oleh usia. Prevalensi hipertensi pada usia diatas 70 tahun mencapai 60-70% (Olivia,
2012). Menurut beberapa guideline seperti ACC/AHA/AAPA/ABC penggunaan satu agen anti
hipertensi tidak efektif.
Hipertensi adalah faktor resiko terbesar terjadinya aterosklerosis dan iskemik pada jantung.
Hipertensi adalah faktor resiko terjadinya penyakit jantung, hipertensi yang tidak terkontrol akan
memberikan resiko 2 hingga 4 kali lipat terjadinya penyakit jantung coroner, gagal jantung,
insufisiensi ginjal, atrial fibrilasi dan ketidakseimbangan kognitif/demensia. Sebagian besar
pasien dengan hipertensi memerlukan agen terapi anti hipertensi kombinasi untuk mencapai
tujuan terapeutik. Guideline terakhir merekomendasikan supaya pemberian terapi awal dengan
penggunaan dua obat pada pasien yang memiliki tekanan sistolik >20 mmHg dan atau tekanan
diastolic >10 mmHg dari batas atas tekanan darah normal, begitu juga pasien dengan resiko
tinggi penyakit kardiovaskuler.
Sebagian besar pasien dengan hipertensi memerlukan agen terapi anti hipertensi
kombinasi untuk mencapai tujuan terapeutik. Guideline terakhir merekomendasikan supaya
pemberian terapi awal dengan penggunaan dua obat pada pasien yang memiliki tekanan sistolik
>20 mmHg dan atau tekanan diastolic >10 mmHg dari batas atas tekanan darah normal, begitu
juga pasien dengan resiko tinggi penyakit kardiovaskuler. Sekitar 25% pasien membutuhkan 3
kombinasi agen anti hipertensi untuk mencapai target terapi (Guerrero-García C and Rubio-
Guerra AF, 2018). Berikut adalah obat kombinasi yang direkomendasikan dan tidak
direkomendasikan :
1. Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat. Bila
memungkinkan dalam bentuk SPC (Single Pill Combination), untuk meningkatkan
kepatuhan pasien. Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker
(Renin-angiotensin system blocker), yakni ACEi atau ARB, dengan CCB atau
diuretik.
2. Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan bila
ada indikasi spesifik, misalnya angina, pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol
denyut jantung.
3. Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah
(TDS <150 mmHg), pasien dengan tekanan darah normal-tinggi dan berisiko sangat
tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥80 tahun) atau ringkih.
4. Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB),
CCB, dan diuretik jika TD tidak terkontrol oleh kombinasi dua obat.
5. Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada
kontraindikasi.
6. Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum terkendali dengan
kombinasi obat golongan di atas.
7. Kombinasi dua penghambat RAS tidak direkomendasikan.
Gambar 1. Strategi penatalaksanaan hipertensi tanpa komplikasi
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien hipertensi adalah:
Diuretika
Angiotensin II
Β Blocker Receptor
Blocker
α Blocker Calcium
Channel Blocker
Angiotensin
Converting
Enzyme
Inhibitor
Gambar 6. Kemungkinan Kombinasi obat antihipertensi
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan target
tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan efikasi
24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan memulai terapi dengan 1 jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan 1 jenis obat dalam dosis rendah dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan dosis
obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek samping
umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah baik tunggal maupun kombinasi. Sebagian
besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah
tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya pengobatan dan menurunkan kepatuhan
pasien karena jumlah obat yang semakin bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien hipertensi adalah:
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan 3 atau 4 kombinasi obat
COMPELLING INDICATION
Hipertensi mungkin ada kalanya berkaitan dengan kondisi lain di mana terdapat indikasi tertentu
untuk menggunakan pengobatan tertentu juga. Indikasi khusus (compelling indication) tergantung
dari kondisi pasien yang berisiko tinggi terhadap hipertensi (HF, IHD, penyakit ginjal kronis,
stroke berulang) atau yang umumnya terkait dengan hipertensi (diabetes, risiko penyakit jantung
tinggi). Penentuan terapeutik yang digunakan pada individu tersebut harus disesuaikan dengan
indikasi khusus.
Pasien yang telah mulai mendapakan pengobatan harus dilakukan evaluasi lanjutan dan
pengaturan dosis obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah tekanan darah stabil,
kunjungan berikutnya datang dengan interval 3-6 bulan, frekuensi kunjungan ini ditentukan
dengan adanya tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, diabetes dan kebutuhan akan
pemeriksaan laboratorium.
b. Gagal Jantung :
Gagal jantung dalam bentuk disfungsi ventrikel sistolik dan diastolik terutama
disebabkan oleh hipertensi dan penyakit jantung iskemik. Sehingga penatalaksanaan
hipertensi dan profil lipid yang agresif merupakan upaya pencegahan terjadinya gagal
jantung. Pada pasien asimtomatik dengan terbukti disfungsi ventrikel
rekomendasinya adalah ACEI dan BB . Pada pasien simtomatik dengan disfungsi
ventrikel tau penyakit jantung “end stage” direkoendasikan untuk menggunakan
ACEI, BB dan ARB bersama dengan pemberian diuretik “loop”.
Pada situasi seperti ini pengontrolan tekanan darah sangat penting untuk mencegah
terjadinya progresifitas menjadi disfungsi ventrikel kiri.
KELAS IIb :
Penggunaan ACEI pada pasien asimtomatik PAP ekstremitas bawah dapat
dipertimbangkan untuk menurunkan kejadian kardiovaskular.
Antihipertensi dapat menurunkan perfusi tungkai bawah dan berpotensi
mengeksaserbasi simtom klaudikasio ataupun iskemia tungkai kronis. Kemungkinan
tersebut harus diperhatikan saat memberikan antihipertensi. Namun sebagian besar
pasien dapat mentoleransi terapi antihipertensi tanpa memperburuk simtom PAP dan
penanggulangan sesuai pedoman diperlukan untuk tujuan menurunkan risiko kejadian
kardivaskular.
D. Gangguan Neurologis
Oleh karena hipertensi merupakan faktor risiko utama maka penderita hipertensi dapat
dianggap sebagai “Stroke prone patient”. Pengendalian hipertensi sebagai faktor risiko akan
menurunkan kejadian stroke sebanyak 32%.
Hipertensi tanpa defisit neurologis :
Dapat dilakukan sesuai dengan konsensus InaSH.
Dilakukan deteksi gangguan organ-organ otak melalui berbagai pemeriksaan:
- Perlu perhatian khusus bila penderita hipertensi disertai dengan kesemutan dimuka,sekeliling
bibir, ujung-ujung jari dan vertigo, ada kecenderungan insufisiensi basiler.
- Selain itu keluhan lain, seperti gangguan berbahasa, gangguan daya ingat dan artikulasi perlu
medapat perhatian lebih lanjut.
Penatalaksanaan hipertensi dengan tanda defisit neulorogi akut yang tepat pada stroke akut
sangat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas stroke.
1. Stroke Iskemik akut:
a. Tidak direkomendasikan terapi hipertensi pada stroke iskemik akut kecuali terdapat hipertensi berat
dan menetap yaitu sistolik > 220 mmHg atau diastolik > 120 mmHg dengan tanda-tanda ensefalopati
atau disertai kerusakan target organ lain.
b. Obat-obat antihipertensi yang sudah dikonsumsi sebelum serangan stroke diteruskan pada fase awal
stroke, pemberian obat antihipertensi yang baru ditunda sampai dengan 7-10 hari pasca awal serangan
stroke.
c. Batas penurunan tekanan darah sebanyak-banyaknya 20-25% dari tekanan darah arterial
rerata(MAP=mean arterial pressure).(MAP=Tekanan diastolik + 1/3 selisih tekanan sistolik – diastolik)
d. Jika tekanan darah sistolik 180-220 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 105-120 mmHg, terapi
darurat harus ditunda kecuali terdapat bukti perdarahan intraserebral, gagal ventrikel jantung kiri, infark
miokard akut, gagal ginjal akut, edema paru, diseksi aorta, ensefalopati hipertensi. Jika peninggian
tekanan darah itu menetap pada 2 kali pengukuran selang waktu 60 menit, maka diberikan
“Candesartan Cilexetil”(Blopress) 4-16 mg oral selang 12 jam. Jika monoterapi oral tidak berhasil atau
jika obat tidak dapat diberikan per oral, maka diberikan obat intravena yang tersedia.
• Batas penurunan tekanan darah sebanyak banyaknya sampai 20-25% dari tekanan darah arterial
rerata, dan tindakan selanjutnya ditentukan kasus per kasus.
E. Diabetes
Indikasi pengobatan : Bila tekanan darah sistolik ≥ 130 mmHg dan /atau tekanan darah
diastolik ≥ 180 mmHg.
Sasaran (target penurunan) tekanan darah :
- Tekanan darah < 130/80 mmHg.
- Bila disertai proteinuria ≥ 1g/24 jam : ≤ 125/75 mmHg.
Obat anti hipertensi yang dapat dipergunakan : ACE-I, ARB, Beta-bloker, Diuretik dosis rendah,
alfa bloker, CCB golongan non-dihidropiridin.
Pada diabetisis dengan tekanan darah sistolik antara 130-139 mmHg atau tekanan darah
diastolik antara 80-89 mmHg diharuskan melakukan perubahan gaya hidup sampai 3 bulan. Bial
gagal mencapai target dapat ditambahkan terapi farmakologis. Diabetisis dengan tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg, disamping perubahan gaya hidup,
dapat diberikan terapi farmakologis secara langsung, diberikan terapi kombinasi apabila target
terapi tidak dapat dicapai dengan monoterapi.
Catatan :
- ACEI,ARB, dan CCB golongan non-dihidropiridin dapat memperbaiki mikroalbuminuria.
- ACEI dapat memperbaiki kinerja kardiovaskular.
- Diuretik (HCT) dosis rendah jangka panjang , TIDAK terbukti memperburuk toleransi glukosa.
- Pengobatan hipertensi harus diteruskan walaupun sasaran sudah tercapai.
- Bila tekanan darah terkendali, setelah satu tahun dapat dicoba menurunkandosis secara
bertahap.
- Pada orang tua, tekanan darah diturunkan secara bertahap.
KONTRAINDIKASI OBAT
Lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin direkomendasikan yaitu: ACEi,
ARB, beta bloker, CCB dan diuretik. Kontraindikasi pemberian obat antihipertensi dapat dilihat
pada tabel 2.
1. Oparil S, Acelajado MC, Bakris GL, Berlowitz DR, Cífková R, Dominiczak AF, Grassi G,
Jordan J, Poulter NR, Rodgers A, Whelton PK. Hypertension. Nat Rev Dis Primers.
2018;4:18014. https://doi.org/10.1038/nrdp.2018.14
2. Oliva RV, Bakris GL. Management of hypertension in elderly population. J Gerontol Biol Sci
Med Sci. 2012;67:1343–51.
3. Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. 2019. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi
2019. Jakarta.