Gizi Seimbang Bagi Balita
Gizi Seimbang Bagi Balita
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih memahami makanan dan
memilih makanan yang baik untuk anaknya.
b. Social budaya
Ada sebagian masyarakat yang mempunyai adat istiadat tertentu terutama tentang pemberian
makanan yang boleh dan tidak boleh. Misalnya tidak boleh makan telur jika ada luk, karena akan
menyebabkan terjadinya pembusukan pada luka dan lain sebagainya. Seharusnya telur merupakan
sumber gizi yang tinggi kadar proteinnya dan baik untuk penyembuhan luka.
c. Serat makanan
Serat baik untuk kesehatan pencernaan. Anak-anak yang diberi makanan yang berserat akan baik
untuk kesehatan dan pertumbuhannya.
d. Kemudahan cerna
Nutrient dalam bahan makanan yang lazim tersedia biasanya mudah dicerna. Persentase nutrient
yang dapat diasimilasi dalam sebagian besar bahan makanan yang dikonsumsi sehari-hari cukup
tinggi, misalnya untuk karbohidrat 97% dan lemak 95%. Walaupun demikian beberapa factor
dapat mempengaruhi proses kemudahan cerna tersebut, diantaranya cara menyimpan, mengolah
dan memasak bahan makanan, serta terdapatnya bahan senyawa lain secara bersamaan. Misal,
buah disimpan terlalu lama akan kehilangan vitamin C; absorpsi besi meningkat bila disertai
vitamin C dan merendah dengan susu atau the.
e. Rasa kenyang
Selain terhadap kepuasan dan terpenuhinya rasa kenyang, pemberian makanan harus dapat pula
memenuhi persyaratan segi kesehatan. Beberapa jenis makanan mempunyai nilai rasa kenyang
yang tinggi, berarti cepat memberikan rasa kenyang, seperti susu, telur, makanan yang berlemak.
Sedangkan roti, kentang, daging tanpa lemak, ikan, sayur dan buah mempunyai nilai yang rendah.
f. Sumber makanan
Semakin sulit atau jauh mendapatkan makanan yang mendukung gizi akan semakin sulit juga
bagi seseorang untuk mendapatkan makanan yang mengandung cukup gizi atau gizi yang baik.
g. Autosintesis vitamin
Ada beberapa jenis vitamin ternyata dapat dibentuk dalam tubuh individu sendiri. Misalnya
sintesis vitamin K, biotin dan asam pantotenat hanya mungkin berlangsung bila terdapat bakteri
flora usus.
h. Pengaruh obat
Secara umum telah dikenal bahwa pemberian antibiotic berspektrum luas untuk waktu yang
cukup lama dapat menyebabkan stomatitis, diare, atau berkurangnya sintesis vitamin K (Devirat
ampisillin, Kloramfenikol). Dan pemberian INH dapat menimbulkan gejala defisiensi piridoksin.
i. Faktor endokrin
Beberapa jenis bahan makanan diketahui mengandung bahan antitiroid yang mengakibatkan
meningkatnya kebutuhan yodium , misalnya lobak, kubis, kacang kedelei. Demikian pula
pemberian kortikosteroid untuk jangka waktu lama memerlukan penambahan masukan protein,
kalium dan kalsium, serta pengurangan natrium.
j. Faktor emosional
Dengan berubahnya keadaan sosial masyarakat, sering dijumpai keluhan seorang ibu mengenai
kesulitan dalam pemberian makan pada anak, terutama bila keluarga sangat disibukkan oleh
berbagai masalah di luar dugaan.
3
2.4. Factor Pemberian Makanan pada Balita
a. Anoreksian
Anoreksian adalah keadaan nafsu makan rendah atau sama sekali tidak ada. Anoreksian
disebabkan oleh berbagai factor, berupa penyakit organis, psikologis atau pengaturan makanan
yang kurang baik. Anoreksian yang menyertai penyakit organis akan menghilangkan bila anak
telah sembuh dari penyakit primernya.
Berbagai penyakit infeksi baik yang mendadak maupun yang menahun, kelainan bawaan
misalnya pada jantung dan saluran pencernaan serta mungkin pula karena defisiensi gizi sendiri,
misalnya defisiensi besi sering kali menjadi penyebab anoreksia pada anak. Gangguan psikologis
terdapat anak keluarga yang sedang mengalami kesulitan rumah tangga, suasana makan yang
kurang menyenangkan, tidak pernah makan bersama dengan orang tua, dipaksa makan makanan
yang tidak disukai. Anoreksia perlu segera mendapat perhatian karena mungkin merupakan
segala sesuatu penyakit yang harus segera diobati. Anoreksia mungkin hanya bersifat sementara,
sebagai variasi normal dalam nafsu makan sehari-hari. Anoreksia mungkin bersifat sesungguhnya
(bukan tanda penyakit lain), yaitu bila anak sebenarnya masih menyukai jenis makanan yang lain.
Pengobatan terhadap anoreksia terdiri dari :
a. Memperbaiki factor penyebabnya, baik oleh gangguan organis atau psikologis
b. Memperbaiki dafinisi gizi yang telah terjadi dengan pengaturan makanan yang sesuai
dan pemberian preparat vitamin
c. Obat-obat perangsang nafsu makan misalnya Cyproheptadine, Pizotifen dan
sebagainya hanya diberikan bila perlu dan jelas tidak ditemukan penyebab yang
nyata dari anoreksia tersebut.
b. Pika
Pika ialah nafsu makan yang aneh, yaitu penderita menunjukkan nafsu makan terhadap
berbagai atau salah satu objek yang bukan tergolong makanan, misalnya tanah, pasir, rumput,
bulu, selimut wol, pecahan kaca, kotoran hewan, cat kering dan sebagainya. Terdapat golongan
anak dibawah umur 3 tahun, biasanya diatas 1 tahun, sebab bayi yang sedang merangkak dan
anak sapihan wajar bila suka memasukkan benda-benda yang dipegangnya ke dalam mulutnya.
Keadaan tersebut merupakan gejala normal, sebagai suatu tahap perkembangan oral dalam usaha
memperoleh pengalaman keputusan dan mengadakan eksplorasi dunia luar dengan menggunakan
mulutnya. Pada penderita pika, tingkah laku demikian sering disertai kesukaan untuk bermain
dengan benda-benda kotor. Pika mungkin terdapat pada penderita defisiensi gizi, mungkin pula
pada penderita retardasi mental.
Penderita pika butuh pengawasan yang ketat agar tidak memakan benda yang berbahaya,
misalnya yang mengakibatkan keracunan dan infeksi. Berikan pula penderita benda yang tidak
berbahaya, agar digigit, dikunyah dan dipermainkan dengan mulutnya. Berikan terapi yang
sesuai bila terdapat defisiensi gizi.
c. Diare
Diare dapat disebabkan oleh berbagai sebab, baik kelainan usus maupun diluar usus, tetapi
mungkin pula karena makanan yang kurang cocok komposisinya sering ditemukan pada bayi dan
balita yang minum susu botol karena kontaminasi.
d. Kolik
Kolik ialah kumpulan gejala, terutama berupa serangan paroksimal dari perasaan nyeri perut
yang dapat disertai dengan wajah kemerahan atau kebiruan. Kelainan ini dapat terjadi pada bayi
4
muda, biasanya dibawah 3 bulan. Penyebabnya mungkin terlalu banyak mengkonsumsi
karbohidrat, gangguan emosi dan lain-lain.
5
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Masa balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat. Pada masa ini
otak balita ibu telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar berjalan dan berbicara
dengan lancar. Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan keseimbangan pada usia dini perlu diterapkan
karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
Balita masih sangat rawan terhadap berbagai macam penyakit. Hal ini terjadi karena
sistem kekebalan tubuhnya belum benar-benar terbentuk. Oleh karena itu anak harus diberikan
asupan gizi yang cukup. Gizi tersebut akan membantu membentuk sistem kekebalan tubuh yang
kuat, sehingga anak tidak mudah sakit. Untuk menyediakan gizi yang cukup bagi balita, hanya
diperlukan menu sehat seimbang yang dikenal dengan nama 4 sehat 5 sempurna yang terdiri atas
nasi, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan susu.
3.2. Saran
1. Bagi para ibu agar tetap menjaga kebutuhan gizi seimbang bagi balitanya.
2. Bagi tenaga kesehatan, agar melakukan penyuluhan kepada ibu-ibu pedesaan akan
perhitungannya pemenuhan gizi seimbang pada balita. Sebagai tenanga kesahatan kita
harus bisa memberikan pengetahuan tentang gizi yang baik dan seimbang kepada para
orang tua supaya orang tua bisa memberikan gizi yang cukup bagi anak-anaknnya,
sehingga balita dengan gizi buruk akan semakin berkurang dan kualitas kesehatan
masyarakat pun akan semakin meningkat.
6
DAFTAR PUSTAKA