Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK BAHAN KONSTRUKSI

NAMA : MUHAMMAD FATONI EKO NUGROHO PUTRO


NPM : 18.07.0.044

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN
BATAM
2019

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 1
BAB I
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
( Cara volume endapan ekuivalen )

1.1 Pendahuluan
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,75 mm dan tertinggal diatas
ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral yang
lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi
syarat yang telah ditentukan didalam ( PUBI ). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, jika kandungan lumpur tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekuivalen kadar
lumpur dalam pasir dapat dinyatakan dalam (%) dapat diketahui secara cepat.

1.2 Tujuan
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk mengetahui
besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.

1.3 Benda Uji


a. Pasir sebanyak 450 cc.
b. Air ( sesuai dengan kebutuhan )

1.4 Alat
Gelas Ukur ( Tachimetri ), dengan volume 1000 cc.

1.5 Pelaksanaan
a. Gelas ukur diisi dengan pasir yang telah disediakan sampai 450 cc, kemudian
ditambah dengan air sampai 900 cc
b. Tutup gelas ukur sampai rapat kemudian dikocok-kocok 60 kali
c. Diamkan selama kurang lebih 1 jam
d. Catat endapan lumpur yang bererada diatas pasir ( berapa cc ketebalannya )

1.6 Laporan
Banyaknya endapan diatas pasir, secara kasar yang dinyatakan dengan menganggap
bahwa 10 cc endapan ekivalen dengan 1% berat lumpur yang terkandung di dalam pasir.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 2
LAPORAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
( Cara Volume Endapan Ekivalen )

Benda Uji :
a. Pasir asal : Dabo singkep
Hasil Pengujian :

a. Volume endapan lumpur sekitar : 51 cc


b. Kandungan lumpur dalam pasir sekitar : 5,1 %
Kesimpulan :
a. Berdasarkan lumpur ini, pasir tidak memenuhi syarat (melebihi 5%)
Catatan :
Pasir tersebut harus dicuci kembali untuk digunakan sebagai campuran beton.

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 11.01


Kelompok :3 Asisten Jaga : Liber, ST

Asisten Mahasiswa

(Liber, ST) (M. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 3
BAB II
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
( Cara Ayakan Nomor 200 )

2.1 Pendahuluan
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang dapat lolos ayakan 4,75 mm dan tertinggal diatas
ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat kandungan-kandungan mineral yang
lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi
syarat yang telah ditentukan didalam ( PUBI ). Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan
bangunan, jika kandungan lumpur tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekuivalen kadar
lumpur dalam pasir dapat dinyatakan dalam ( % ) dapat diketahui secara cepat.

2.2 Tujuan
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk mengetahui besarnya
kadar lumpur ( tanah liat dan slit ) dalam pasir tersebut.

2.3 Benda Uji


Pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500 gr

2.4 Alat
a. Ayakan no. 200
b. Ayakan 4,8 mm
c. Nampan pencuci
d. Tungku pengering ( oven )
e. Timbangan dengan ketelitian ( 0,1% )

2.5 Pelaksanaan
a. Ambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500 gr ( B1)
b. Masukkan pasir tersebut kenampan pencuci dan tambahkan air secukupnya sampai
semuanya terendam
c. Goncang-goncang nampan, kemudian tuangkan air cucian kedalam ayakan no. 200
(butir-butir besar dijaga jangan sampai masuk keayakan supaya tidak merusak ayakan)
d. Ulangi langkah ( c ) sampai cucian tampak bersih
e. Masukkan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan no. 200 kedalam nampan,
kemudian masukkan ke dalam tungku untuk dikeringkan kembali
f. Timbang kembali pasir setelah kering tungku ( B2)

2.6 Laporan
Hitunglah kandungan lumpur pada pasir uji tersebut.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 4
LAPORAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
( Cara ayakan no. 200 )

Benda Uji :
a. Pasir asal : Dabo Singkep
b. Berat pasir semula ( kering tungku ) : 500 gr ( B1 )

Hasil Pengayakan :
a. Berat pasir setelah dicuci ( kering tungku ) : 476 gr ( B2 )

Kesimpulan :
a. Kandungan lumpur : B1 – B2 :4,8%
X 100%
B1

b. Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi syarat.

Catatan :
- Pasir tersebut tidak perlu dilakukan pencucian ulang.

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 10.56


Kelompok :3 Asisten Jaga : Liber ST

Asisten Mahasiswa

(Liber, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 5
BAB III
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR

3.1 Pendahuluan
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai variasi butiran suatu
agregat. Variasi butiran agregat dapat mempengaruhi kecelakaan dari mortal beton,
apabila agregat halus yang terdapat dalam mortal terlalu banyak akan menyebabkan
lapisan tipis dari agregat halus dan semen akan naik ke atas.

3.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai variasi butiran pasir.

3.3 Benda Uji


Benda uji yang digunakan adalah pasir kering tungku dengan berat minimum menurut
SNI 03-1968-1990 adalah :
* Ukuran maksimal 4,75 mm, berat minimum 500 gram
* Ukuran maksimal 2,38 mm, berat minimum 100 gram

3.4 Alat
a. Satu set ayakan 4,75 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,6 mm, 0,3 mm, 0,15 mm dan sisa
b. Sieve saker
c. Timbangan
d. Kuas pembersih ayakan
e. Cawan

3.5 Pelaksanaan
a. Ambil pasir kering tungku dengan berat 500 gr
b. Masukkan pasir ke dalam set ayakan
c. Pasanglah satu set ayakan ke dalam sieve saker kemudian digetarkan 15 menit.
d. Ambillah ayakan dari sieve saker kemudian ambil dan timbanglah pasir yang
tertinggal
dari masing-masing tingkat ayakan

3.6 Laporan
Laporan nilai modulus butiran yang didapat dari hasil pemeriksaan
( Dari hasil penimbangan pasir yang tertinggal dari masing-masing ayakan )

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 6
LAPORAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR

Benda Uji :
a. Pasir asal : Dabo Singkep
b. Berat pasir semula ( kering tungku ) : 500 gr
Hasil Pengayakan :

Lubang Berat tertinggal Berat Berat Kumulatif


Kumulatif Lewat Ayakan
Ayakan ( mm ) ( gr ) (%)
(%) (%)
4, 75 0 0 0 100
2,36 4 0,80 0.80 99.20
1,18 90 18,07 18.88 81.12
0,6 187 37,55 56.43 43.57
0,3 168 33,73 90.16 9.84
0,15 42 8,58 98.59 1.41
Sisa 7 1,40 100 0
Jumlah 498 100.13 264.86 335.14
Kesimpulan :

a. Modulus halus : (Total berat komulatif/100)


: 264,86 / 100 = 2,648 (zona III/Agak Halus)
b. Gradasi pasir masuk daerah ( * ) I. ( Kasar ) m.h.b 2,90 – 3,20
II. ( Agak Kasar ) m.h.b 2,75 – 2,90
III. ( Agak Halus ) m.h.b 2,60 – 2,75
IV. ( Halus ) m.h.b 2,20 – 2,60
Diagram gradasi digambarkan pada halaman berikut :

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 7
Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 10.34
Kelompok :3 Asisten Jaga : Liber ST
Asisten Mahasiswa

(Liber, ST ) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 8
BAB IV
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN PASIR

4.1 Pendahuluan
Perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori-pori antara butirannya disebut
volume atau berat satuan.

4.2 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui cara mencari berat satuan pasir.

4.3 Benda Uji


Benda uji menurut SNI 03-1969-1990 adalah pasir atau kerikil sekurang-kurangnya sama
dengan kapasitas bejana

4.4 Alat
a. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1% berat benda uji.
b. Nampan besar
c. Tongkat pemadat dari baja tahan karat panjang 60 cm, diameter 16 mm dan ujungnya
bulat
d. Mistar perata
e. Bejana baja yang kaku, berbentuk selinder dengan ukuran seperti table berikut :

Tabel Ukuran Bejana dan Ukuran Batuan yang Diuji

4.5 Pelaksanaan
a. Timbang berat bejana ( B1 ) dan ukur diameter serta tinggi bejana.
b. Masukkan pasir / kerikil ke dalam bejana sebanyak 3 lapis dan tiap lapis dipadatkan
masing-masing sebanyak 25 kali
c. Ratakan permukaan pasir / kerikil dengan menggunakan mistar perata
d. Timbang berat bejana dan pasir / kerikil tersebut ( B2 )

4.6 Laporan
Laporan berupa hasil hitungan berat satuan pasir dan kerikil dalam kg / cm³

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 9
LAPORAN
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN PASIR
Benda Uji :

a. Pasir asal : Dabo Singkep


b. Diameter maksimum : 22,3 mm
c. Keadaan pasir : Kering tungku
Hasil Pengujian :

a. Berat bejana (B1) : 6,061 kg


b. Berat pasir (B2) : 9,196 kg
c. Ukuran bejana : Diameter dalam bagian : 152 mm
Tinggi bagian dalam : 110 mm
Volume bejana 3
: 1,995 cm
Kesimpulan :

a. Berat pasir B3 = B2 - B1 (6,061 – 9,196) : 3,135 kg


b. Berat satuan pasir = B3 : 1,5714 kg/cm³
volume bejana 1

3
Berat satuan pasir yang didapatkan : 1,5714 kg/cm
Catatan :

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 11.52


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST

Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 10
BAB V
PEMERIKSAAN SSD PASIR

5.1 Pendahuluan
Pasir merupakan bahan mengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan menggunakan uji
SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang sesuai sebagai bahan
campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit atau banyaknya air yang
dikandung oleh pasir tersebut.

5.2 Bertujuan
Mengetahui benda uji termasuk dalam jenis pasir kering, pasir basah atau pasir ideal
(SSD)

5.3 Benda Uji


Berupa pasir, diameter pasir yang diuji 0,15 mm – 5 mm

5.4 Alat
a. Kaliper
b. Corong
c. Tongkat pemadat
d. Nampan

5.5 Pelaksanaan
a. Corong cetakan diletakkan ditempat yang rata, dan kering.
b. Corong cetakan diisi dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume corong.
c. 1/3 lapis pertama dimastikkan ke dalam corong kemudian ditusuk-tusuk dengan
menggunakan batang baja diameter 16 mm, panjang 60 cm, ujungnya bulat. Sebanyak
25 kali.
d. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh sampai masuk ke
dalam lapisan pasir sebelumnya.
e. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukannya kemudian diratakan
sehingga rata dengan sisi atas cetakan ( corong ).
f. Ditunggu sekitar 30 detik, kemudian coorng cetakan ditarik ke atas dengan
pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas
g. Kriteria benda uji :

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 11
(a)
(b) (c) (d)

Keterangan :
a) Corong SSD Pasir
b) Pasir Basah
c) Pasir Kering
d) Pasir SSD ( kondisi ideal )

5.6 Laporan
Laporkan SSD pasir yang dibuat dengan SSD apakah pasir tersebut termasuk basah,
kering dan ideal.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 12
LAPORAN
PEMERIKSAAN SSD PASIR
Benda Uji :
a. Pasir Asal : Dabo Singkep
Alat :

a. Corong Kerucut, Diameter Atas : 4 cm


Diameter Bawah : 9 cm
Tinggi : 7,3 cm
Hasil Pengujian :

a. Kondisi pasir, Basah :


Kering :√
Tinggi :
Beri tanda (✔) untuk jawaban yang sesuai
b. Sketsa untuk benda uji setelah selesai pengujian (d)

Kesimpulan :
Pasir dalam kondisi ideal (SSD)
Catatan :

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 11.48


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 13
BAB VI
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR

6.1 Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk mengetahui
pasir tersebut setelah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran adukan
beton.

6.2 Tujuan
Untuk menentukan “ bulk and apparent “ berat jenis ( specific grafity ) dan penyerapan
(absorption) dari agregat halus ( pasir ) menurut prosedur ASTM C128. Nilai ini
diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton.

6.3 Benda Uji


Benda uji berupa pasir SSD

6.4 Alat
a. Alat
b. Tabung Volumetric flush 1000 ml
c. Tungku pengering ( oven )
d. Loyang

6.5 Pelaksanaan
a. Tabung ukur diisi air sampai line akhir
b. Ditimbang, kemudian air dikeluarkan
c. Sediakan pasir SSD sebanyak 500 gr
d. Masukkan pasir SSD ke dalam tabung ukur dan jangan sampai
tumpah e. Setelah itu dimasukkan air sampai line akhir
f. Digoyang-goyang sampai udara nampak keluar
g. Diberi air sampai line akhir
h. Air dikeluarkan dan tabung ukur
i. Pasir dikeluarkan dari tabung ukur dan dikeringkan selama 36 jam

6.6 Laporan
a. Tuliskan asal pasir
b. Berat pasir + tabung ukur + air
c. Berat pasir SSD
d. Berat tabung ukur + air
e. Berat pasir kering tungku

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 14
LAPORAN
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR

Benda Uji :
a. Pasir asal : Dabo Singkep

Hasil Pengujian :
a. Berat Pasir + Tabung Ukur + Air : 1535,8 gr ( A )
b. Berat pasir SSD : 500 gr ( B )
c. Berat Tabung Ukur + Air : 1237,8 gr ( C )
d. Berat Pasir Kering Tungku : 482,1 gr ( D )

Kesimpulan :
a. Berat jenis kering tungku D : 482,1
= 2,39
((C+B)–A) ((1237,8 + 500) – 1535,8)

: 500
b. SSD pasir kering tungku B = 2,48
((C+B)–A) ((1237,8 + 500) – 1535,8)

c. Menurut berat jenis SSD pasir, benda uji telah memenuhi syarat,
Untuk berat jenis pasir SSD yang baik adalah (2,4 -2,9)

Catatan :
Penyerapan air = 2,459

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 11.23


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 15
BAB VII
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL

7.1 Pendahuluan
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai variasi butiran suatu
agregat. Variasi butiran agregat kasar dapat mempengaruhi kecelakaan dan mortar beton,
apabila agregat kasar yang terdapat dalam mortar terlalu banyak akan menyebabkan
kropos pada beton.

7.2 Tujuan
Untuk mengetahui nilai variasi butiran kerikil.

7.3 Benda Uji


Berdasarkan SNI 03-4142-1996 Berat minimum untuk sampe dapat dilihat pada table
berikut ini :

Tabel 11. Kebutuhan Minimum Benda Uji Modulus Halus Kerikil

7.4 Alat
a. Satu set ayakan 38,1 mm, 25 mm, 19 mm, 9,5 mm, 6,3 mm, 4,75 mm, 2,36 mm
dan sisa
b. Alat getar ayakan
c. Timbangan
d. Kuas pembersih ayakan
e. Cawa

7.5 Pelaksanaan
a. Ambillah kerikil dengan berat 2000 gr
b. Masukkan kerikil ke dalam set ayakan
c. Pasanglah set ayakan ke dalam alat getar ayakan kemudian digetarkan 15 menit
d. Ambillah ayakan dan atas alat getar, kemudian ambil dan timbanglah pasir yang
tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan
7.6 Laporan
Laporkan nilai modulus halus butiran yang didapat dari hasil pemeriksaan
( dari hasil penimbangan kerikil yang tertinggal dan masing-masing ayakan )

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 16
LAPORAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL

Benda Uji :
a. Kerikil asal : Bintan
b. Berat kerikil yang di uji : 2000 gr
c. Ukuran butiran : 75,6 mm – 19 mm

Hasil Pengayakan :
Lubang Berat tertinggal Berat Berat Kumulatif
Kumulatif Lewat Ayakan
Ayakan ( mm ) ( gr ) (%)
(%) (%)
70,20
63,50
36,10
12,70
19,10 1.737,7 86,89 86,89 13,12
Sisa 262,30 13,12 -
Jumlah 737,7 100 86,89

Kesimpulan :
a. Modulus Halus : 86,89/100 = 0,87 %

Catatan :

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 11.30


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar,ST
Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 17
LAPORAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
Benda Uji :
a. Kerikil asal : Bintan
b. Berat kerikil yang di uji : 2000 gr
c. Ukuran butiran : 50,0 mm – 4,75 mm
Hasil Pengayakan :

Lubang Berat tertinggal Berat Berat Kumulatif


Kumulatif Lewat Ayakan
Ayakan ( mm ) ( gr ) (%)
(%) (%)
50,80 100
37,50 100
19,10 1737,7 86,89 86,89 13,12
12,70 100 5,00 91,89 8,11
9,52 123 6,15 98,04 1,96
Sisa 39,30 1,97 -
Jumlah 2000 100 276,81 -

Kesimpulan :
a. Modulus halus : 276,81 / 100 = 2,76 %

Catatan :

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 13.05


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 18
LAPORAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
Benda Uji :
a. Kerikil asal : Bintan
b. Berat kerikil yang di uji : 2000 gr
c. Ukuran butiran : 25,00 mm – 2,38 mm

Hasil Pengayakan :
Lubang Berat tertinggal Berat Berat Kumulatif
Kumulatif Lewat Ayakan
Ayakan ( mm ) ( gr ) (%)
(%) (%)
25,00
19,00
14,00 1734 86,70 86,70 13,30
9,52 7,00 0,35 87,05 12,95
4,76 3,00 0,15 87,20 12,80
2,38 0 0 0 0
Sisa 256 12,80 - -
Jumlah 2000 100 260,95

Kesimpulan :
a. Modulus halus : 216,51 / 100 = 2,15 %

Catatan :

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 13.15


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa
(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 19
BAB VIII
PEMERIKSAAN LUMPUR DALAM KERIKIL
( Cara Ayakan Nomor 200 )

8.1 Pendahuluan
Pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos ayakan no 200 ( 0,075 mm )
dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk
menentukan jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no 200 ( 0,075 mm )
dengan cara pencucian.

8.2 Tujuan
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memperoleh persentase jumlah bahan dalam
agregat kasar yang lolos saringan no 200 ( 0,075 mm ), sehingga berguna bagi perencana
dan pelaksana pembangunan jalan / gedung.

8.3 Dasar Teori


SNI 03-4142-1996, PUBI 1982

8.4 Benda Uji


Berdasarkan SNI 03-4142-1996, Berat minimum untuk sampel dapat di lihat pada table
12 berikut :

Tabel 12. Kebutuhan minimum benda uji modulus halus kerikil


Ukuran Maksimum Agregat Berat Kering Minimum Benda
Uji
Ukuran Saringan mm Gram
3/8" 9,50 1000
3/4" 19,00 2500
> 1 1/2" > 38,10 5000
8.5 Alat
a. Saringan yang terdiri dari dua ukuran yang bagian bawah di pasang saringan no 200 (
0,075 mm ) dan di atasnya saringan no 16 ( 1,18 mm )
b. Wadah tepat mencuci dengan kapasitas yang dapat menampung benda uji sehingga
pada waktu pengadukan ( pelaksanaan pencucian ) beda uji dan air pencuci tidak
mudah tumpah.
c. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,01% dari berat benda uji
d. Oven yang di lengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai suhu ( 100+ 5°
C)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 20
8.6 Penjelasan
a. Timbang wadah tanpa benda uji
b. Timbang benda uji dan masukkan ke dalam wadah
c. Masukkan air yang sudah berisi sejumlah bahan pembersih ke dalam wadah, sehingga
benda uji terendam air
d. Aduk benda uji dalam wadah sehingga menghasilkan pemisahan yang sempurna
antara butir-butir kasar dan bahan halus yang lolos saringan no 200 ( 0,075 mm ).
Usahakan bahan halus tersebut melayang didalam larutan air pencuci sehingga
mempemudah memisahkannya.
e. Tuangkan air pencuci dengan segera di atas saringan no 16 ( 1,18 mm ) yang
dibawahya dipasang ayakan no 200 ( 0,075 mm ). Pada waktu menuangkan air
pencuci hati-hati supaya bahan yang kasar tidak ikut tertuang.
f. Ulangi pekerjaan butir ( c ), ( d ), dan ( e ) sehingga tuangan air pencuci terlihat jernih
g. Kembalikan semua benda uji yang tertahan saringan no 16 ( 1,18 mm ) dan no 200
( 0,075 mm ) ke dalam wadah lalu keringkan dalam oven dengan suhu ( 100 + 5° C ),
sampai berat tetap, dan timbang sampai ketelitian maksimum 0,01% dari berat contoh
h. Hitung persentase bahan yang lolos saringan no 200 ( 0,075 mm )

8.7 Laporan
Hitung kandungan lumpur pada pasir uji tersebut.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 21
LAPORAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM KERIKIL
( Cara ayakan no. 200 )

Benda Uji :
a. Kerikil asal : Bintan
b. Berat pasir semula ( kering tungku ) : 1.000 gr ( B1 )

Hasil Pengayakan :
a. Berat kerikil setelah dicuci ( kering tungku ) : 999 gr ( B2 )

Kesimpulan :
a. Kandungan lumpur : B1–B2 X 100% : 1000 – 999 X 100% = 0,2 %
B1 1000

b. Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi syarat.


( PUBI 1982 pasar 11 kandungan bagian yang lewat ayakan tidak lebih dari 1% (kadar
lumpur))

Catatan :

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 13.30


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST

Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 22
BAB IX
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN KERIKIL

9.1 Pendahuluan
Perbandingan antara berat dan volume pasir termasuk pori-pori antara butirannya disebut
volume atau berat satuan.

9.2 Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksud untuk mengetahui cara mencari berat satuan kerikil.

9.3 Benda Uji


Benda uji menurut SNI 03-1969-1990 adalah pasir atau kerikil sekurang-kurangnya sama
dengan kapasitas bejana

9.4 Alat
a. Timbangan dengan ketelitian maksimum 0,1% berat benda uji.
b. Nampan besar
c. Tongkat pemadat dari baja tahan karat panjang 60 cm, diameter 16 mm dan ujungnya
bulat
d. Mistar perata
e. Bejana baja yang kaku, berbentuk selinder dengan ukuran seperti table berikut :

Tabel 13. Ukuran Bejana dan Ukuran Batuan yang Diuji

9.5 Pelaksanaan
a. Timbangan berat bejana ( B1) dan ukur diameter serta tinggi bejana
b. Masukkan pasir / kerikil ke dalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap lapis di
padatkan
masing-masing sebanyak 25 kali
c. Ratakan permukaan pasir / kerikil dengan menggunakan mistar perata
d. Timbang berat bejana dengan pasir / kerikil tersebut ( B2)

9.6 Laporan
Laporan berupa hasil hitungan berat satuan pasir dan kerikil dalam kg / cm³

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 23
LAPORAN
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN KERIKIL

Benda Uji :
a. Kerikil asal : Bintan
b. Diameter maksimum : 9,5 mm
c. Keadaan kerikil :
Kering tungku
Hasil Pengujian :

a. Berat bejana (B1) : 6,061 kg


b. Berat kerikil (B2) : 9,301 kg
c. Ukuran bejana : Diameter dalam bagian : 152 mm
Tinggi bagian dalam : 110 mm
Volume bejana 3
: 1,995 cm
Kesimpulan :

a. Berat pasir B3 = B2 - B1 : 3,240 kg


b. Berat satuan pasir = B3 : 1,62 kg/cm³
volume bejana 1

Catatan :

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 13.40


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 24
BAB X
BERAT JENIS KERIKIL

10.1 Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis kerikil merupakan hal yang penting untuk mengetahui kerikil
tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran adukan beton.

10.2 Tujuan
Untuk menentukan “ bulk and apparent “ berat jenis ( specific grafity ) dan penyerapan
( absorption ) dari agregat kasar ( krikil ) menurut prosedur ASTM C127. Nilai ini di
perlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam adukan beton.

10.3 Dasar Teori


ASTM C 127, ASTM Book Of Standars, PUBI 1982, SNI 1969 Tahun 2008

10.4 Benda Uji


Kerikil jenuh kering muka sebanyak yang di peroleh dari bahan yang di proses melalui
alat pemisah atau cara perempatan. Butiran agregat ulang lolos ayakan no. 4 tidak dapat
di gunakan. Berat contoh uji untuk pengujian berat jenis kerikil dapat dilihat pada table
14. Berikut ini :

Tabel 14. Berat contoh minimal untuk tiap ukuran nominal maksimum agregat
Ukuran Nominal Maksimum Berat Minimum
dari Contoh Uji
( mm ) ( inch ) ( kg )
150 (6) 125
125 (5) 75
112 (41/2) 50
100 (4) 40
90 (31/2) 25
75 (3) 18
63 (21/2) 12

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 25
Ukuran Nominal Maksimum Berat Minimum
dari Contoh Uji
( mm ) ( inch ) ( kg )
50 (2) 8
37,5 (11/2) 5
25 (1) 4
19 (3/4) 3
<12,5 (<1/2) 2

10.5 Alat
a. Timbang dengan ketelitian 0,5 gram yang mempunyai kapasitas minimal 5 kg
b. Keranjang besi diameter 203,2 mm ( 8” ) dan tinggi 63,6 mm ( 2,5” )
c. Alat penggantung keranjang
d. Oven
e. Haduk / kain lap

10.6 Pelaksanaan
a. Benda uji direndam selama 24 jam.
b. Benda uji dibuat jenuh kering muka ( kondisi SSD ) dengan menggulungkan /
mengelap permukaan butiran agregat.
c. Timbang berat kondisi SSD = ( A )
d. Benda uji dimasukkan kedalam keranjang dan di rendam kembali dalam air.
Temperatur air di jaga ( 23° C ) dan kemudian ditimbang, setelah keranjang digoyang-
goyangkan dalam air untuk melepaskan udara yang terperangkap. Hitungan berat
contoh kondisi jenuh = ( B )
e. Benda uji dikeringkan pada temperatur 100 + 50° C. Setelah didinginkan, kemudian di
timbang hitung berat benda uji pada kondisi kering = ( C )

10.7 Laporan
a. Tuliskan asal kerikil
b. Berat kerikil SSD
c. Berat kerikil dalam air
d. Berat kerikil kering tungku

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 26
LAPORAN
BERAT JENIS KERIKIL

Benda Uji :
a. Kerikil asal : Bintan

Hasil Pengujian :
a. Berat kerikil SSD : 1863 gr ( A )
b. Berat kerikil dalam air : 1171 gr ( B )
c. Berat kerikil kering tungku : 1160 gr ( C )

Perhitungan :
a. Berat jenis mutlak C : 2.699
(C–B)
C : 2.688
b. Berat jenis kering tungku
(A–B)
A : 2.693
c. Berat jenis SSD
(A–B)
(A–C) X 100% :0.2%
d. Persentase penyerapan
(absorption) C

Tanggal : 245/11/2019 Waktu : 13.50


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 27
BAB XI
PEMBUATAN ADUKAN BETON

11.1 Pendahuluan
Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar pembuatan
campuran beton.

11.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah-langkah yang benar dalam pengadukan beton

11.3 Benda Uji


Beton yang dibuat dari semen, kerikil, pasir, dan air

11.4 Alat
a. Cangkul
b. Bejana
c. Sekop
d. Ember
e. Timbangan
f. Tongkat Penusuk Adukan
g. Mesin Molen

11.5 Pelaksanaan
Pelaksanaan pengadukan adukan beton pada pratikum ini adalah mengikuti langkah-
langkah seperti dibawah ini :

a. Pengukuran
Semen Portland an abtuan ( pasir dan kering kerikil ) diukur secara teliti dengan
berat atau melalui proses penimbangan, adapun air yang digunakan dapat diukur
dengan menggunakan berat atau dengan volumenya ( gelas ukur )

b. Pencatatan
Suatu formulir data yang jelas yang memuat bahan yang akan dicampur harus
ditetapkan terlebih dahulu. Penimbangan batuan dapat dimulai dari pasir yang halus
( apabila diameter pasir dan kerikil dipisah menjadi beberapa kelompok ) kemudian
ditambah dengan batuan yang berdiameter lebih besar ( penimbangan dilakukan
secara komulatif ). Dengan demikian secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak
berbeda banyak dengan berat rencana, bila dibandingkan dengan cara pasir dan
kerikil ditimbang sendiri-sendiri.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 28
c. Cara Penimbangan :
1. Sebelum ditimbang batuan ( pasir dan kerikil ) harus dalam keadaan jenuh
kering muka timbangan batuan ( pasir dan kerikil ) dengan timbangan yang
mempunyai ketelitian sampai dengan 0,1 kg. Batuan diisikan kedalam sebuah
bejana atau tempat lain yang volumenya cukup untuk setengah atau semua
batuan ( pasir dan kerikil ). Bejana itu kemudian ditimbang.
2. Berat komulatif batuan ( pasir dan kerikil ) yang dikontrol sebelum bejani di
isi dengan kelompok batuan ( pasir dan kerikil ) yang berbutur lebih besar.
3. Timbang semen Portland dengan timbangan yang mempunyai ketelitian
sampai 0,001 kg

d. Cara Pengadukan
1. Sambil mesin aduk diputar ( masukkan air sebanyak sekitar 0,80 kali
yang direncanakan.
2. Masukkan batuan ( pasir dan kerikil ) kedalam mesin aduk, dan
masukkan pula semen diatas batuan ( pasir dan kerikil ) itu.
3. Untuk selanjutnya memasukkan air sedikit demi sedikit sampai adukan
Nampak mempunyai kelecekan ( konsistensi ) yang cukup.
4. Waktu pengadukan sebaiknya tidak kurang dari 3 menit
5. Adukan beteon segar kemudian dikeluarkan dan ditampung dalam bejana
yang cukup besar bejana harus sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan pemisahan kerikil bila dituangkan dalam cetakan.
Catatan :
Bila diinginkan nilai factor semen yang pasti, maka semen dan air dicampur keluar
mesin adukan dengan nilai FAS tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam mesin aduk
sedikit demi sedikit sampai kelecekan tampak cukup.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 29
LAPORAN
CARA PEMBUATAN ADUKAN BETON

Hasil Pengujian :

Bahan Merk / Asal Berat Satuan Berat


Air ATB mililiter 671
Semen Padang gr 1.183
Pasir Dabo Singkep gr 3.208
Kerikil Bintan gr 3.922

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 14.00


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST

Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 30
BAB XII
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR

12.1 Pendahuluan
Kelecekan ( “consistency” ) beton segar biasanya diperiksa dengan uji slam (
“slump” ) Dengan pemeriksaan slam diperoleh nilai slam yang dipakai sebagai tolak
ukur kelecekan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat kemudahan pengerjaan
beton.

12.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah dan besarnya nilai uji slam

12.3 Benda Uji


Benda uji berupa beton segar yang harus dapat mewakili beton segar yang akan
diperiksa. Khusus untuk beton dengan diameter kerikil maksimum > 38 mm maka
butiran yang > 38 mm harus dikeluarkan terlebih dahulu dengan ayakan basah.

12.4 Alat
a. Cetakan
b. Berupa kerucut terpancung dengan diameter 20 cm, diameter diatas 10 cm dan
tinggi 30 cm
c. Cetok
d. Mistar pengukur
e. Alat pemadat
f. Tatakan untuk dasar cetakan

12.5 Pelaksanaan
a. Basahi corong cetakan dengan air dan kemudian taruhlah ditempat yang rata, basah,
tidak menyerap air dan ruang yang cukup bagi pemegang corong untuk secara kuat
berdiri pada kedua kaki selama pengisian corong dilakukan.

b. Corong cetakan diisi 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3volume corong. Dengan


demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 15 cm, 30 cm. Setiap
kali beton segar diisikan kedalam cetakan, cetok atau sendok digerakkan
mengelilingi bagian ujung atas dalam corong agar diperoleh penyebaran beton segar
didalam corong yang merata. Setiap lapis beton segar ditusuk dengan alat penusuk
sebanyak 25 kali. Penusukan diusahakan secara merata selebar permukaan lapisan
dan tidak boleh masuk sampai lapis beton sebelumnya.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 31
c. Setelah lapis beton segar terakhir seelsai ditusuk, kemudian beton segar dimasukkan
lagi kebagian atas dan diratakan sehingga rata dengan sisi cetakan. Kemudian alas
disekitar corong dibersihkan dari beton segar yang tercecer.

d. Setelah ditunggu sekitar 30 detik, kemudian cetakan corong ditarik keatas


dengan pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak keatas.

e. Pengukuran nilai slam ini dilakukan dengan ketelitian sampai 0,5 cm dengan
menaruh cetak corong disamping beton segar dan menaruh penggaris ( batang
baja bergaris )diatasnya sampai diatas beton segarnya.

f. Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak, yaitu bentuk kerucutnya hilang
sama sekali “ meluncur “ dan bila demikian maka nilai slum tidak bias diukur
( hasil pengukuran tidak valik ) sehingga pemeriksaan benda uji harus diulang.
Beton yang mempunyai perbandingan campuran baik, mempunyai kelecekan yang
baik, akan menampakkan penurunan bagia natas secara pelan-pelan dan bentuk
kerucuk semula tidak hilang.

12.6 Laporan
Laporan besar nilai slam dengan ketelitian sampai 0,5 cm

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 32
LAPORAN
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR

Hasil Pengujian :

Bahan Merk / Asal Berat Satuan Berat


Air ATB mililiter 671
Semen Tiga Roda gr 1.183
Pasir Dabo Singkep gr 3.208
Kerikil Bintan gr 3.922

Faktor Air Semen ( FAS ) : 0,5


Nilai Slam, 1. 9,0 Cm
2. 8,0 Cm
3. 8,5 Cm
Jadi rata-rata nilai slam adalah 8,5 cm

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 14.10


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 33
BAB XIII
PEMBUATAN KUBUS BETON

13.1 Pendahuluan
Kubus beton yang dibuat adalah replikasi dari beton yang digunakan untuk bahan
bangunan. Kubus beton ini dibuat dari bahan adukan beton yang akan digunakan yang
merupakan sample yang akan diuji di laboratorium. Jumlah beton yang dibuat harus
bisa mempresentasikan dari adukan beton yang dibuat sebagai bahan bangunan.

13.2 Tujuan
Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan kubus beton.

13.3 Benda Uji


kubus beton yang dibuat ukuran : diameter 150 mm dan tinggi 150 mm

13.4 Alat
a. Cetakan kubus berukuran diameter 150 mm dan tinggi 150 mm, terbuat
dari besi atau baja
b. Mesin alat getar
c. Alat penusuk
d. Cetok
f. Plat perata

13.5 Pelaksanaan
a. Pemadatan dengan tangan
1. Pengisian adukan beton dilakukan 3 lapis yang tiap lapis kira-kira
bervolume yang sama.
2. Pengisian dengan cetok dilakukan kebagian tepi kubus agar diperoleh beton yang
simetri menurut sumbunya ( keruntuhan timbunan beton dari tepi ke tengah )
3. Tiap lapisan ditusuk dengan batang baja sebanyak 25 kali.Penusukan
dilakukan merata ke semua permukaan lapisan dengan kedalaman sampai
sedikit masuk kedalam lapis sebelumnya. Khusus untuk lapis pertama,
penusukan jangan sampai mengenai dasar cetakan.
4. Setelah lapis ketiga selesai ditusuk, penuhi bagian atas cetakan dengan
adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata hingga permukaan atas
adukan rata dengan bagian atas cetakan.
5. Pindahkan cetakan keruangan yang lembab.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 34
b. Pemadatan dengan alat getar
1. Untuk pencetakan kubus yang pemadatannya dilakukan dengan alat getar,
pengisian adukan beton dilakukan dalam 2 lapis, sedangkan masing-masing
lapis kira-kira bervolume yang sama
2. Tiap lapis dipadatkan dengan cara memasukkan alat getar kedalam lapisan beton
segar. Pada lapisan pertama, pemasukan alat getar harus dijaga jangan sampai
mengenai dasar cetakan, adapun pada lapisan kedua penusukan alat getar
sampai menusuk lapisan pertama sedalam kira-kira 25 cm
3. Lama penggetaran tergantung pada nilai kelecekan adukan beton maupun
kemampuan alat getarnya. Sebagai gambaran dapat dilakukan 3 kali getaran
dengan lama 3 atau 4 detik pada tiap lapisan. Penggetaran dapat dianggap
cukup apabila pada permukaan beton segar sudah tampak suatu lapisan air
4. Pengisian dengan cetok dilakukan kebagian tepi kubus agar diperoleh beton yang
simetri menurut sumbunya ( keruntuhan timbunan ) dari tepi ketengah. Cetakan
jangan diisi terlalu penuh dengan adukan agar jangan sampai mortarnnya jatuh
keluar dan kerikilnya masuk kedalam kubus pada saat digetarkan
5. Selesai penggetaran lapisan kedua, sedikit beton segar ditambahkan
dipermukaan dan sedikit dicampur dengan lapisan permukaan beton, kemudian
diratakan dengan batang perata agar rata dengan permukaan cetakan.
6. Pindahkan cetakan kedalam ruangan lembab.

c. Penyimpanan Benda Uji


1. Benda uji kubus harus dikeluarkan dari cetakan setelah 1 jam sampai 24
jam sejak pencetakan.
2. Bersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat, kemudian beri
tanda atau sandi agar tidak keliru dengan benda uji yang lain dan timbanglah
3. Kembalikan benda uji kedalam ruangan lembab atau tempat penyimpanan
yang lain.
4. Bila pembuatan kubus dilakukan dilapangan tempat penuangan beton
dikerjakan, setelah benda uji dikeluarkan harus ditutup dengan rapat ( misalnya
kertas kedap air ) dan dihindarkan dari sinar panas matahari langsung.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 35
LAPORAN
PEMBUATAN KUBUS BETON

Hasil Pengujian :
Bahan Merk / Asal Berat Satuan Berat
Air ATB mililiter 671
Semen Tiga Roda gr 1.183
Pasir Dabo Singkep gr 3.208
Kerikil Bintan gr 3.922
Faktor Air Semen ( FAS ) : 0,5

Nilai Slam, : 8,5 cm


Hasil Pengujian :

Uraian Kbs1. Kbs 2. Kbs 3. Kbs 4. Kbs 5. Kbs 6.


Sisi bagian dalam ( mm ) 150 150 150 150 150 150
Kedalaman cetakan ( mm ) 150 150 150 150 150 150
Berat cetakan kosong ( kg ) 10 10 10 10 10 10
Berat cetakan beton segar ( kg ) 18,27 17,93 18,44 18,18 18,58 18,46
Berat beton segar ( kg ) 8,273 7,925 8,436 8,180 8,580 8,461
Berat beton segar M³ ( kg ) 2.451,26 2.348,15 2.499,56 2.423,70 2.542,22 2.506,96

Kesimpulan :
Dari ke-6 kubus diperoleh berta per M³ rata-rata = 2.461,98 kg Ke-6 silinder setelah 12 –
18 jam dibuka dari cetak, lalu diberi tanda, kemudian direndam agar lembab sampai
saatnya akan di uji tekan.

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 14.20


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa
(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 36
BAB XIV
UJI KUAT TEKAN KUBUS BETON

14.1 Pendahuluan
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara pengujian kuat tekan
beton dilakukan terhadap benda uji ( yang umumnya berupa silinder beton dengan
ukuran diameter 150 mm ) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara melakukan
pengujian kuat tekan benda uji tersebut.

14.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui langkah pengujian kuat tekan beton
b. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan beton uji

14.3 Benda Uji


Sebagai benda uji adalah kubus beton sisi 150 mm,
berisi 150 mm

14.4 Alat
a. Kapiler untuk mengukur dimensi benda uji
b. Timbangan

14.5 Pelaksanaan
a. Carilah data tentang benda uji beton yang akan diuji, diantara lain :
1. Faktor semen
2. Nilai slam
3. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji
4. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji
( berdasarkan data tersebut, perkirakanlah kuat tekannya )
b. Bila benda uji berupa selindir, ukurlah diameter rata-rata silinder ditengah tengah
tingginya, dan ukurlah pula tinggi rata-ratanya dengan ketelitian sampai 0,1 mm
c. Timbanglah dengan ketelitian sampai 0,005 Kg
d. Ratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perta pada permukaan
dengan bahan yang tersedia, rata bahan perata itu dengan kaca atau plat. Tunggu
sampai Lapisan perata ini keras dan cukup kuat
e. Uji sample dengan kecepatan pembebanan 2kg/cm³ sampai dengan
4kg/cm² ( SNI 03-1974-1990 ) hingga benda uji hancur
f. Catat beban maksimum yang dihasilkan dan gambarkan sketsa keruntuhan benda uji

14.6 Laporan
a. Buatlah sketsa pecahnya silinder beton
b. Hitunglah besarnya kuat tekan beton silinder uji

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 37
LAPORAN
UJI KUAT TEKAN KUBUS BETON

Benda Pengujian :
Bahan Merk / Asal Berat Satuan Berat
Air ATB mililiter 671
Semen Tiga Roda gr 1.183
Pasir Dabo Singkep gr 3.208
Kerikil Bintan gr 3.922

Faktor Air Semen ( FAS ) : 0,5


Nilai Slam, : 8,5 cm
Bahan :
Kubus Beton Dengan Spesifikasi
Berat : 10 kg
Tinggi : 150 mm
Sisi 1 : 150 mm
Sisi 2 : 150 mm
Sisi rata-rata : 150 mm
Hasil Pengujian
a. Luas penampang : 225 cm²
b. Berat jenis : ................................... kg/cm³
c. Beban Maksimum : ................................... kg
d. Kuat tekan : 2 - 4 kg/cm²
e. Lama pembebanan : 12 detik
f. Kecepatan pembebanan : 2 kg/cm² detik
Tanggal : Waktu : 16.20
Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST
Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 38
BAB XV
PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN

15.1 Pendahuluan
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji berat jenis semen Portland Yang dimaksut
dengan berat jenis semen Portland adalah perbandingan berat kering semen Portland
pada suhu kamar dalam satauan isi

15.2 Tujuan
Untuk mendapatkan berat jenis semen Portland yang digunakan dalam pengendalian
mutu kuat tekan beton

15.3 Benda Uji


Benda uji yang digunakan adalah
Semen Portland dengan berat 64 gram

15.4 Peralatan yang digunakan


1. Botol Le Chatelier
2. Timbangan
3. Bensin
4. Baki ( wadah air )
5. Thermometer

15.5 Pelaksanaan Pengujian


1. Keringan botol Le Chatelier tidak boleh ada air didalam botol
2. Isi botol Le Chatelier dengan kerosin sampai menemukan skala 0
3. Ambil wadah baki lalu di isi air
4. Masukkan botol Le Chetelier yang sudah di isi kerosin didalam baki yang
sudah terisi air
5. Setelah suhu antara cairan dan air sama maka baca skala cairan tersebut ( V1)
6. Masukkan benda uji sedikit demi sedikit sedalam cairan botol Le Chatelier
sedikit Demi sedikit, pastikan tidak ada yang tumpah dan menempel pada dinding
dalam botol.
7. Setelah benda uji masuk semua ke cairan botol semua, goyangkan perlahan botol
selama 30 menit sampai semua gelembung udara di dalam botol keluar semua
8. Rendam kembali cairan tersebut kedalam air sampai menemukan suhu yang
sama seperti sebelumnya antara cairan dan air harus sama
9. Lalu baca skala cairan tersebut ( V2)

15.6 Laporan
Hitung berat jenis semen Portland tersebut
Pengujian dilakukan minimal 2 sampel semen atau 2 jenis semen.

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 39
LAPORAN
PENGUJIAN BERAT JENIS SEMEN
Benda Uji :
Semen Portland
• Merk Semen : Tiga Roda
• Berat Semen Uji : 64 gr
• Volume Awal Cairan ( suhu kamar ) ( V1 ) : 0 ml
• Volume setelah dicampur semen ( V2 ) : 19.9 ml

Perhitungan Pengujian
Berat jenis semen adalah perbandingan berat kering semen Portland pada suhu
kamar dalam satuan isi.

p = Berat semen = 64 gr ∕ 19.9 ml = 3.216 gr/ml


V2–V1
Catatan

Tanggal : 24/11/2019 Waktu : 14.30


Kelompok :3 Asisten Jaga : Yulizar, ST

Asisten Mahasiswa

(Yulizar, ST) (Muh. Fatoni Eko NP)

Laboratorium Bahan Dan Material Universitas Riau Kepulauan


UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN 40

Anda mungkin juga menyukai