Anda di halaman 1dari 5

Regulasi pengelolaan keuangan negara (daerah)

Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan menyelenggarakan
pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem pengelolaan keuangan negara harus
didasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan aturan pokok yang
ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka memenuhi kewajiban konstitusional
yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan sebagai upaya menghilangkan
penyimpangan terhadap keuangan negara serta guna mewujudkan sistem pengelolaan keuangan
negara yang berkesinambungan (sustainable), profesional, terbuka, dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Dasar dan asas-asas umum yang berlaku secara universal dalam
penyelenggaraan pemerintahan negara maka sejak tanggal 5 April 2003 telah diundangkan UU No.
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang keuangan negara ini merupakan tonggak reformasi pengelolaan keuangan negara
di Indonesia, karena memberikan perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara,
dimulai dari pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum pengelolaan
keuangan negara, kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan
negara, pendelegasian kekuasaan Presiden kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan
Lembaga, susunan APBN dan APBD, ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan
APBD, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah
daerah dan pemerintah/lembaga asing, pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah
dengan perusahaan negara, perusahaan daerah dan perusahaan swasta, dan badan pengelola
dana masyarakat, serta penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD, termasuk telah mengantisipasi perubahan
standar akuntansi di lingkungan pemerintahan di Indonesia yang mengacu kepada perkembangan
standar akuntansi di lingkungan pemerintahan secara internasional.

Selain itu, berdasarkan ketentuan Pasal 29 UU No. 17 Tahun 2003, dalam rangka pengelolaan dan
pertanggungjawaban Keuangan Negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang
ditetapkan dalam APBN dan APBD, diberlakukan UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara sejak tanggal 14 Januari 2004. Dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini diatur
ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara, kewenangan pejabat perbendaharaan
negara, pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah, pengelolaan uang negara/daerah,
pengelolaan piutang dan utang negara/daerah, pengelolaan investasi dan barang milik
negara/daerah, penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD, pengendalian intern
pemerintah, penyelesaian kerugian negara/daerah, serta pengelolaan keuangan badan layanan
umum.

Ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Perbendaharaan Negara ini dimaksudkan pula untuk
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. Dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, kepada daerah diberikan kewenangan yang luas
dan dana yang diperlukan untuk menyelenggarakan kewenangan itu. Oleh karena itu, selain
menjadi landasan hukum dalam pelaksanaan reformasi pengelolaan Keuangan Negara pada
tingkat pemerintahan pusat, Undang-undang Perbendaharaan Negara ini juga berfungsi untuk
memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi pada tingkat pemerintah daerah,
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam UU No. 17 Tahun 2003 dan UU No. 1 Tahun 2004 tersebut maka sejak tanggal 19 Juli 2004,
diundangkan juga UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara. UU No. 15 Tahun 2004 memberikan kejelasan posisi Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai badan pemeriksa keuangan negara yang bebas dan mandiri,
sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

Dalam ketentuan UU No. 15 Tahun 2004 antara lain mengatur tentang lingkup pemeriksaan,
standar pemeriksaan, kebebasan dan kemandirian BPK dalam pelaksanaan pemeriksaan, akses
pemeriksa terhadap informasi, kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern, hasil
pemeriksaan dan tindak lanjutnya dan pengenaan ganti kerugian negara, termasuk sanksi pidana
baik yang dapat ditujukan kepada pihak yang diperiksa maupun pemeriksa. Inilah yang digunakan
sebagai pedoman ataupun landasan bagi BPK dalam melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, baik yang dikuasai atau dikelola oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, maupun badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara.

Ketiga Undang-undang ini kemudian diistilahkan sebagai paket Undang-undang di bidang


Keuangan Negara menggantikan peraturan peninggalan jaman kolonial yang masih digunakan
sebelumnya, dan menjadi dasar pembentukan Undang-Undang lainnya, dan Peraturan Pemerintah,
Keputusan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Lembaga Tinggi Negara, serta Peraturan Daerah
dan Peraturan Kepala Daerah, terutama yang terkait dengan pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara, diantaranya adalah sebagai berikut:

 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.


 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah menjadi Undang-Undang, dan telah dirubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah.
 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
sebagaimana telah digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
(LPPD) kepada Pemerintah dan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi LPPD kepada Masyarakat.
 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Laporan
Pertanggungjawaban Pemerintah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Dan
Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi.
 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, dan diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah.
 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi
Pemerintahan (PUSAP)

Keberadaan regulasi atau peraturan perundang-undangan inilah yang menjadi dasar dan pedoman
dalam pengelolaan keuangan negara yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah agar dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat sebagai pemberi
amanat. Namun, khusus untuk pengelolaan keuangan daerah maka harus dilengkapi dengan
Peraturan Daerah dan/atau Peraturan Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/ Walikota) yang akan
digunakan sebagai dasar pengelolaan keuangan daerah pada pemerintah daerah yang
bersangkutan.
Perbedaan PP 24 Tahun 2005 dengan PP 71 Tahun 2010
Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan dengan basis akrual.Pernyataan
Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk
perusahaan negara/daerah.

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan
pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen
menjadi sebagai berikut:
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan Arus Kas hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum dan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan
entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasiannya.

PP 24 Tahun 2005 PP 71 Tahun 2010


LAPORAN PERUBAHAN SAL LAPORAN PERUBAHAN SAL
Tidak ada laporan tersendiri Laporan Perubahan SAL menyajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos
berikut:
 Saldo Anggaran Lebih awal;
 Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun
berjalan;
 Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun
Sebelumnya; dan
 Lain-lain;
 Saldo Anggaran Lebih Akhir.
NERACA NERACA
Ekuitas Dana terbagi; Hanya Ekuitas, yaitu kekayaan bersih
 Ekuitas Dana Lancar: selisih antara aset lancar pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan kewajiban jangka pendek, termasuk sisa dan kewajiban pemerintah pada tanggal laporan.
lebih pembiayaan anggaran/saldo anggaran lebih Saldo ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir
 Ekuitas Dana Investasi: mencerminkan kekayaan ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas
pemerintah yang tertanam dalam investasi
jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya,
dikurangi dengan kewajiban jangka panjang
 Ekuitas Dana Cadangan: mencerminkan
kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk
tujuan tertentu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
LAPORAN ARUS KAS LAPORAN ARUS KAS
Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi Disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan (Par 15) perbendaharaan umum (Par 15)
Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non berdasarkan aktivitasoperasi, investasi,
keuangan, pembiayaan, dan non anggaran pendanaan, dan transitoris
LAPORAN KINERJA KEUANGAN LAPORAN OPERASIONAL
Bersifat optional Merupakan Laporan Keuangan Pokok
Disusun oleh entitas pelaporan yang menyajikan Menyajikan pos-pos sebagai berikut:
laporan berbasis akrual  Pendapatan-LO dari kegiatan operasional;
Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos :  Beban dari kegiatan operasional ;
 Pendapatan dari kegiatan operasional;  Surplus/defisit dari Kegiatan Non Operasional,
 Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan bila ada;
klasifikasi ekonomi;  Pos luar biasa, bila ada;
 Surplus atau defisit.  Surplus/defisit-LO.
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
Bersifat optional Merupakan Laporan Keuangan Pokok
Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos: Sekurang-kurangnya menyajikan pos-pos:
 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran;  Ekuitas awal;
 Setiap pos pendapatan dan belanja beserta  Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
totalnya seperti diisyaratkan dalam standar-  Koreksi-koreksi yang langsung
standa lainnya, yang diakui secara langsung menambah/mengurangi ekuitas, misalnya:
dalam ekuitas; koreksi kesalahan mendasar dari persediaan
 Efek kumulatif atas perubahan kebijakan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya
akuntansi dan koreksi kesalahan yang mendasar dan perubahan nilai aset tetap karena revaluasi
diatur dalam suatu standar terpisah . aset tetap.
 Ekuitas akhir.
CALK CALK
Pada dasarnya hampir sama dengan PP baru Perbedaan yang muncul hanya dikarenakan
komponen laporan keuangan yang berbeda
dengan PP lama

Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta
segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Perusahaan Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh
Pemerintah Pusat.

Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah dari sisi obyek, subyek,
proses, dan tujuan. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang
fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa
uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut. Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan
keuangan negara. Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan kebijakan
dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban

Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam sub bidang
pengelolaan fiskal, sub bidang pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara
yang dipisahkan.

Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-Undang Dasar 1945, Undangundang tentang Keuangan
Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar
tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi baik asas-
asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara, seperti asas tahunan, asas
universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas baru sebagai pencerminan best
practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, antara lain :

• akuntabilitas berorientasi pada hasil;

• profesionalitas; • proporsionalitas; • keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara; •


pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Asas-asas umum tersebut
diperlukan pula guna menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan daerah sebagaimana
yang telah dirumuskan dalam Bab VI Undang-Undang Dasar 1945.

Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara
sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pertanggungjawaban;

Anda mungkin juga menyukai