Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Sedimentasi adalah suatu proses pemisahan suspensi secara mekanik


menjadi dua bagian, yaitu slurry dan supernatant. Slurry adalah bagian dengan
konsentrasi partikel terbesar, dan supernatant adalah bagian cairan yang bening.
Proses ini memanfaatkan gaya gravitasi, yaitu dengan mendiamkan suspensi
hingga terbentuk endapan yang terpisah dari beningan (Foust, 1980).

Sedimentasi (pengendapan) merupakan salah satu cara pemisahan padatan


yang tersuspensi dalam suatu cairan dimana akan terjadi peristiwa turunya
partikel – partikel padat yang semula tersebar atau tersuspensi dalam cairan
karena adanya gaya berat atau gaya grafitasi, tetapi selama proses sedimentasi ini
berlangsung, terdapat tiga gaya yang berpengaruh yaitu gaya grafitasi, gaya
apung dan gaya dorong (Warren. L. Mc cabe, dkk, 1993).
Proses sedimentasi dalam industri kimia banyak digunakan ,misalnya
pada proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur selulose yang akan
dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water treatment),dan
proses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.
Water treatment adalah sebuah system yang difungsikan untuk
memperoleh air dari kualitas air baku (influent) yang kurang bagus agar
mendapatkan kualitas air pengolahan (effluent) standar yang
diinginkan/ditentukan atau siap untuk dikonsumsi. Water treatment merupakan
bagian dari unit utilitas yang sangat vital, yaitu sebagai unit yang berfungsi dalam
pengolahan air yang digunakan untuk mendukung kegiatan dari produksi itu
sendiri.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian sedimentasi?


2. Bagaimana proses sedimentasi terjadi?
3. Bagaimana proses sedimentasi pada proses pengolahan air bersih?
1.3. TUJUAN

1. Mengetahui tentang sedimentasi


2. Memahami proses sedimentasi
3. Memahami proses sedimentasi pada pengolahan air bersih

BAB II

ISI

2.1. PENGERTIAN SEDIMENTASI

Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan
(slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat
konsentrasinya),

Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang terjadi pada
butiran tersebut. Proses sedimentasi dalam industry kimia banyak digunakan
,misalnya pada proses pembuatan kertas dimana slurry berupa bubur selulose
yang akan dipisahkan menjadi pulp dan air, proses penjernihan air (water
treatment),dan proeses pemisahan buangan nira yang akan diolah menjadi gula.

Proses sedimentasi dalam dunia industry dilakukan secara sinambung dengan


menggunakan alat yang dikenal dengan nama thickener, sedangkan untuk skala
laboratorium dilakukan secara batch. Data-data yang diperoleh dari prinsip
sedimentasi secara batch dapat digunakan untuk proses yang sinambung.

Di industry aplikasi sedimentasi banyak digunakan, antara lain :

1. Pada unit pemisahan , misalnya untuk mengambil senyawa magnesium dari air
laut
2. Untuk memisahkan bahan buangan dari bahan yang akan diolah, misalnya
pada pabrik gula
3. Pengolahan air sungai menjadi boiler feed water.
4. Proses pemisahan padatan berdasarkan ukurannya dalam clarifier dengan
prinsip perbedaan terminal velocity.

2.2. PROSES SEDIMENTASI

Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu :

1. Cara Batch

Cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena sedimentasi batch
paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah. Mekanisme
sedimentasi batch pada suatu silinder / tabung bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar1 .MekanismeSedimentasiBatch

Keterangan :

A = cairanbening

B = zonakonsentrasiseragam

C = zonaukuranbutirtidakseragam

D = zonapartikelpadatterendapkan
Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam
dengan partikel padatan yang seragam di dalam tabung (zona B). Partikel mulai
mengendap dan diasumsikan mencapai kecepatan maksimum dengan cepat. Zona
D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga lebih cepat mengendap.
Pada zona transisi, fluida mengalir keatas karena tekanan dari zona D. Zona C
adalah daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak
seragam. Zona B adalah daerah konsentrasi seragam, dengan konsentrasi dan
distribusi sama dengan keadaan awal. Di atas zona B, adalah zonaA yang
merupakan cairan bening.

Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah (gambar 2


b, c, d). Zona A dan D bertambah, sedang zona B berkurang.Akhirnya zona B, C
dan transisi hilang, semua padatan berada di zona D. Saat ini disebut critical
settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara cairan bening dan
endapan (Foust, 1980).

2. Cara Semi-Batch

Pada sedimentasi semi-batch ,hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk
saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau beningan
yang keluar.Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada gambar berikut
:
Gambar 2.Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch

Keterangan :

A = cairan bening

B = zona konsentrasi seragam

C = zona ukuran butir tidak seragam

D = zona partikel padat terendapkan

3. Cara Kontinyu

Pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan
secara kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme
sedimentasi kontinyu bisa dilihat pada gambar berikut :
Gambar 3.Mekanisme Sedimentasi Kontinyu

Keterangan :

A = cairan bening

B = zona konsentrasi seragam

C = zona ukuran butir tidak seragam

D = zona partikel padat terendapkan

Kecepatan sedimentasi didefinisikan sebagai laju pengurangan atau penurunan


ketinggian daerah batas antara slurry (endapan) dan supernatant (beningan) pada
suhu seragam untuk mencegah pergeseran fluida karena konveksi (Brown, 1950).

Pada keadaan awal, konsentrasi slurry seragam di seluruh bagian tabung.


Kecepatan sedimentasi konstan, terlihat pada grafik hubungan antara ZL dan θL
membentuk garis lurus untuk periode awal (dZ/dt=V=konstan ). Periode ini
disebut free settling, dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitasi.
Kecepatan yang konstan ini disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang
relative masih kecil, sehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar partikel, gaya
gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan. Partikel yang berukuran
besar akan turun lebih cepat, menyebabkan tekanan keatas oleh cairan bertambah,
sehingga mengurangi kecepatan turunnya padatan yang lebih besar. Hal ini
membuat kecepatan penurunan semua partikel (baik yang kecil maupun yang
besar) relative sama atau konstan.
Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak seragam
dengan bagian bawah slurry menjadi lebihpekat. Konsentrasi pada bagian batas
bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel
berkurang. Kondisi ini disebut hindered settling.

Kondisi free settling dan hindered settling dapat diamati pada grafik hubungan
antara ZL dan θL. Dimana untuk kondisi free settling ditunjukkan saat grafik masih
berupa garis lurus, sedangkan saat grafik mulai melengkung merupakan kondisi
hindered settling.

2.3. PROSES OPERASI UNIT SEDIMENTASI


Proses pengendapan partikel suspensi di dalam air dimulai dari masuknya
air ke kolam pengendapan melalui bagian inlet dan disebarkan menuju ruang
pengendapan. Penempatan baffle atau adukan di belakang inlet diperlukan untuk
meredam enerji aliran dan menyebarkan aliran serta memperkecil ruang tak
berguna dalam kolam.
Selanjutnya di ruang pengendapan terjadi pemisahan partikel suspensi yang
terdapat di dalam air. Partikel-partikel suspensi akan mengendap dan terkumpul
di daerah kantong lumpur, sedang airnya mengalir menuju ke bagian outlet
melalui suatu sistem peluapan, sehingga hanya air lapis atas saja yang masuk ke
dalam saluran outlet untuk dibawa ke proses selanjutnya. Endapan/lumpur yang
terkumpul di dalam kantong lumpur ditarik menuju ke bagian pengeluaran
lumpur dengan menggunakan sebuah scrapper/garuk dan selanjutnya dikeluarkan
dengan pompa lumpur dibawa menuju ke tempat pemrosesan lumpur. Scrapper
digerakkan dengan sangat perlahan untuk menjaga agar lumpur yang sudah
mengendap tidak terusik dan melayang lagi. Scrapper biasanya berupa sebuah
plat atau rangka gerak yang dilengkapi dengan sudu-sudu penggaruk dan
digerakkan dengan motor listrik atau dapat pula digerakkan secara manual dengan
menggunakan kayuh (Kamulyan, 1997).

2.3. SEDIMENTASI PADA PROSES PENGOLAHAN AIR BERSIH

 Jenis Pengolahan Air Bersih


Jenis pengolahan air bersih secara umum:
1. Penjernihan : bertujuan menurunkan kekeruhan, Fe dan Mn
2. Pelunakan : bertujuan menurunkan kesadahan air
3. Desinfeksi : bertujuan membunuh bakteri pathogen

Jenis proses pengolahan air bersih:


1. Secara fisika : tidak ada penambahan zat kimia (aditif), contoh:
pengendapan,filtrasi, adsorpsi, dll.
2. Secara kimiawi : penambahan bahan kimia sehingga terjadi reaksi kimia.
Contoh penyisihan logam berat, pelunakan, netralisasi, klorinasi, ozonisasi, UV,
dsb.
3. Secara biolog : memanfaatkan aktivitas mikroorganisme. Contoh saringan pasir
lambat.

 Penjernihan Air
1. Karakteristik tipikal air permukaan di indonesia adalah masalah kekeruhan, yang
berfluktuasi tergantung musim. Sehingga sasaran utama adalah “jernih”.
2. Rangkaian proses penjernihan tergantung dari:
Suspensi koloidal :
1. Stabil sehingga sulit diendapkan
2. Ukuran 10-3 – 10-6 mm, memiliki kecepatan mengendap sekitar 1 mm/jam sampai
1 mm/tahun
Non koloidal :
1. Tidak stabil sehingga mudah diendapkan
2. Siap untuk mengendap
3. Proses penjernihan air akan melibatkan unit-unit operasi dan proses berdasarkan
sifat fisik dan kimia dari koloid

 Konfigurasi Penjernihan Air


1. Koloid dengan kekeruhan tinggi :
conditioning → koagulasi + flukolasi → sedimentasi → filtrasi → distribusi →
desinfeksi
2. Koloid dengan kekeruhan sedang atau rendah :
conditioning → koagulasi + flokulasi → filtrasi → distribusi → desinfeksi
3. Koloid dengan kekeruhan rendah :
conditioning → saringan pasir lambat → desinfeksi
4. Non koloid :
Filtrasi langsung (direct filtration)
Pengendapan langsung (direct sedimentation)
Kombinasi filtrasi dan sedimentasi

 Proses Pengolahan Air Bersih


Tahapan – tahapan proses pengolahan air bersih :
1. Air yang berasal dari mata air atau tempat penampungan air disalurkan ke dalam
pipa – pipa.
2. Pada tahap pertama air tersebut akan mengalami proses koagulasi dan flokulasi.
3. Kemudian air akan dicampur dengan zat – zat kimia seperti klorin, kapur / tawas
dan aluminium.
4. Setelah itu air akan disedimentasi.
5. Setelah disedimentasi air akan di filtrasi.
Dan tahap terakhir adalah air akan mengalami disinfeksi sebelum akhirnya
disimpan di tempat penyimpanan.
 Penjernih air
1. Tawas
Berfungsi untuk memisahkan dan mengendapkan kotoran dalam air. Lama
pengendapan berkisar antara 12 jam. Fungsi tawas hanya untuk pengendapan
bukan untuk membunuh kuman.
2. Kaporit
Berfungsi untuk membunuh bakteri, virus dan mikroba juga untuk menaikan Ph
air. Tidak digunakan untuk pengendapan karena prosesnya lama.
3. Batu Gamping
Untuk pengendapan, prosesnya berlangsung sekitar 24 jam. Berfungsi juga untuk
menaikan Ph air, namun tidak berfungsi untuk membunuh bakteri, virus, dan
mikroba.
4. Arang Batok Kelapa
Berfungsi untuk menjernihkan, menghilangkan 9ystem9 rasa tidak enak dalam
air.
 Unit – Unit Pengolahan
1. Aerasi
Aerasi adalah proses dimana gas dibebaskan atau dilepaskan dari air atau diserap
atau dilarutkan. Di dalam pengolahan air minum, aerasi merupakan salah satu
pengolahan pendahuluan (preliminary treatment) yang tujuannya adalah
meningkatkan kadar oksigen, sehingga dapat mencegah terjadinya proses
10ystem10e10. Proses ini juga bertujuan untuk mengurangi kandungan H2S, Fe,
Mn, dan CO2 bebas dan detergen yang terdapat pada air baku.
2. Prasedimentasi
Prasedimentasi adalah proses pengendapan secara gravitasi untuk memisahkan
benda – benda tersuspensi yang terdiri dari pasir kasar, pasir halus, dan lumpur
yang sangat halus dari air baku. Proses ini sangat efektif untuk air baku dengan
kekeruhan tinggi.
3. Koagulasi
Koagulasi adalah proses dimana partikel koloid didestabilkan dan dinetralkan
muatan listriknya. Karena partikel koloid adalah partikel yang bermuatan listrik
10ystem10e yang sangat stabil. Produk yang digunakan untuk netralisasi disebut
koagulan. Koagulan yang paling umum digunakan adalah Aluminium Sulfat
Al2(SO4)3 atau sering dikenal sebagai tawas dan reaksinya adalah :
Al2(SO4)3 + 3Ca(HCO3)2 3CaSO4 + 2Al(OH)3 + 6CO2
4. Flokulasi
Flokulasi adalah proses pembentukan partikel flok hasil penggabungan partikel –
partikel kecil dengan cara pengadukan. Produk yang ditambahkan dalam proses
ini disebut flokulan. Flokulan dapat mempercepat laju reaksi atau dapat
meningkatkan mutu partikel flok yang terbentuk, sehingga lebih padat dan tidak
mudah pecah. Flokulen dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu secara
buatan atau alami, muatan listriknya yaitu 10ystem10, kationik, atau non 10yste,
serta anorganik atau 10ystem10. Efektivitas proses flokulasi ini sangat tergantung
dari efektivitas proses koagulasi.

5. Sedimentasi
Partikel flok yang semakin besar volume dan beratnya akan diendapakan secara
gravitasi pada bak sedimentasi. Di sini juga dialkukan pembubuhan polimer.
6. Filtrasi
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran – kotoran yang masih
terkandung dalam air dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas air agar air yang
dihasilkan tidak mengandung bakteri (sterile) dan rasa serta aroma air. Partikel
tersuspensi dan partikel koloid yang tidak dapat dipisahkan pada proses
sebelumnya dan akan dipisahkan dengan proses penyaringan. Yaitu proses
penyaringan dengan media granular, yang umumnya adalah pasir untuk single
media, serta pasir dan antrasit untuk dual media. Pemisahan partikel ini terjadi
karena kombinasi proses fisis dan kimiawi. Beberapa 11ystem yang
mempengaruhi pemisahan partikel pada proses ini adalah :
 Penyaringan yang terjadi pada permukaan filter bed.
 Sedimentasi yang terjadi dalam filter bed
 Kontak antara partikel flokulen dengan permukaan butir pasir atau
dengan permukaan partikel flokulen yang telah terdeposit.
 Absorbsi.
 Koagulasi di dalam filter bed.
 Aktivitas biologis yang tergantung dari pada konsentrasi partikel
11ystem11 yang ada dlam air.

7. Desinfeksi
Desinfeksi bertujuan untuk memenuhi persyaratan bakteriologi air minum, yaitu
bebas dari bakteri pathogen. Desinfektan yang umum digunakan adalah gas Cloor
dengan waktu kontak minimum 20 – 30 menit dengan sisa Chloor 0,05 – 0,2
mg/L. Waktu kontak dan sisa Chloor sangat dipengaruhi oleh kadar 11ystem11 di
dalam air. Jika menggunakan ozone, maka untuk menghasilkan kadar sisa yang
sama dibutuhkan waktu kontak hanya kurang lebih 5 menit.
8. Reservoir
Air yang sudah di desinfeksi dimasukkan dalam 11ystem air (11system11e11)
kemudian didistribusikan ke pelanggan.

 Pendistribusian Air
Air yang telah diolah siap untuk didistribusikan kepada para pemakai.
Sarana yang digunakan biasanya menggunakan perpipaan, dikenal sebagai
jaringan distribusi air minum.
1. Selama perjalanannya dari reservoirpenampung air, sampai ke keran air di
pelangggan, kualitas air harus tetap terjaga. Biasanya dilakukan pengecekan sisa
khlordi titik dalam jaringan, agar dijamin tidak ada bakteri 12ystem12e yang
masuk selama perjalanannya.
2. Air yang dialirkan oleh jaringan distribusi ini harus dijamin kuantitasnya, tidak
boleh terlalu banyak hilang akibat kebocoran. Kebocoran air yang ideal tidak
lebih dari 15%. Namun di Indonesia, kebocoran air bisa mencapai 40-45%,
bahkan lebih.
3. Air di konsumen juga hendaknya dijamin masih mempunyai tekanan air.
Minimum tekanan air di keran konsumen seharusnya adalah 10 m-kolom air.
Untuk mencapai nilai tersebut, biasanya dibutuhkan bantuan pompa atau menara
air, kecuali konsumen terletak 12ystem12e lebih rendah dari reservoir distribusi
air dari 12ystem penyediaan air tersebut.

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

1. Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan (slurry)
menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat konsentrasinya).
2. Proses sedimentasi dapat dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu : cara batch,
semibatch dan kontinyu.
3. Proses pengolahan air bersih terdiri dari beberapa tahap, yaitu koagulasi dan flokulasi,
penambahan zat kimia, sedimentasi, filtrasi, desinfeksi. Pegolahan air di Indonesia belum
maksimal, hal ini bisa dilihat dari banyaknya warga yang masih suit mendapatkan air
bersih.
3.2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Bab 5 Unit Sedimentasi.http://oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=1406.


Sitasi 6 Oktober 2012.

Hanum, Farida. 2002. Proses Pengolahan Air Sungai untuk Keperluan Air Minum.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1845/1/kimia-farida.pdf. Sitasi 6
Oktober 2012.

Kamulyan, Budi. 1997. Teknik Penyehatan (Bagian A1:Teknik Pengolahan Air).


Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Rahadi, Aprian Eka. 2010. Kualitas Air pada Proses Pengolahan Air Minum di
Instalasi Pengolahan Air Minum Lippo Cikarang.
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/rekayasa_air_dan_limbah_cair/wp-
content/uploads/2010/11/pi-w1-aprian-eka-rahadi-15305088.pdf. Sitasi 6 Oktober
2012
http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/pengolahan-air-minum-2/ Sitasi 6
Oktober 2012
http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/pengolahan-air-minum-2/ Sitasi 6
Oktober 2012
http://bhupalaka.files.wordpress.com/2010/12/sedimentasi.pdf Sitasi 6 Oktober
2012http://adekbacatulisbagi.wordpress.com/2012/06/23/sedimentasi/ Sitasi 6
Oktober 2012
http://heru024.wordpress.com/2009/02/12/10/
http://wezadzzz.wordpress.com/2011/06/26/teknik-pengolahan-air-sedimentasi/
http://bulekbasandiang.wordpress.com/2009/03/26/pengolahan-air-minum-2/

Anda mungkin juga menyukai