OLEH
NAMA LENGKAP
220112160XXX
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
A. PENGERTIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
(Muhith, 2015).
B. TANDA GEJALA
Menurut Keliat (2009) menyebutkan bahwa tanda gejala orang yang memiliki harga
diri rendah yaitu:
Mengkritik diri sendiri
Perasaan tidak mampu
Pandangan hidup yang pesimis
Penurunan produktifitas
Penolakan terhadap kemampuan diri
Penampilan seseorang dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan
perawatan diri, berpakaian tidak rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap
lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.
C. ETIOLOGI
Harga diri rendah biasanya terjadi karena adanya kritik diri sendiri dan orang lain,
yang menimbulkan penurunan produktifitas yang berkepanjangan, yang dapat
menimbulkan gangguan dalam berhubungan dengan orang lain dan dapat
menimbulkan perasaan ketidakmampuan dari dalam tubuh, selalu merasa
bersalahterhadap orang lain, mudah sekali tersinggung atau marah yang berlebihan
terhadap orang lain, selalu berperasaan negatif tentang tubuhnya sendiri. Karena itu
dapatmenimbulkan ketegangan peran yang dirasakan kepada klien yang mempunyai
gangguan harga diri rendah. Harga diri rendah juga selalu mempunyai pandangan
hidup yang pesimis dan selalu beranggapan mempunyai keluhan fisik, pandangan
hidup yang bertentangan, penolakan terhadap kemampuan yang dimiliki, dapat
menimbulkan penarikan diri secara sosial, yang dapat menimbulkan kekhawatiran
pada klien ( Stuart, 2013 ).
F. RENTANG RESPON
Respons harga diri rendah sepanjang sehat-sakit berkisar dari status aktualisasidiri
yang paling adaptif sampai status kerancuan identitas serta depersonalisasi yang lebih
maladaptif. Kerancuan identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk
mengintegrasikan berbagai identifikasi masa kanak-kanak ke dalam kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis
dan merasa asing dengan diri sendiri, hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas
panik dan kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan memberikan
diri sendiri dari orang lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya.
POHON MASALAH
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah
3. Gangguan citra tubuh
H. RENCANA KEPERAWATAN
Menurut Keliat (2009), langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan
harga diri rendah adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
1. Tindakan keperawatan pada pasien :
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
b. Tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang masih dimilikinya , perawat dapat :
Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini.
Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan ke giatan yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari
pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan
hal-hal berikut :
Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan
Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan
ISOLASI SOSIAL
A. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu sikap dimana individu menghindari dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai
kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain.
B. Tanda dan gejala
Beberapa tanda gejala dari isolasi sosial antara lain: kurang spontan, apatis, ekspresi
wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri, tidak ada
atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri, tidak ada atau kurang sadar terhadap
lingkungan sekitarnya, asupan makan dan minum terganggu, retensi urin dan
faeses,aktivitas menurun, kurang energi, rendah diri.
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah, sehingga
timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak dilakukan intervensi
lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi sensori : halusinasi dan resiko
tinggi mencederai diri, orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang dapat
berpengaruh terhadap kemempuan untuk melakukan perawatan secara mandiri.
C. Rentang Respon
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial :
1. Respon adaptif
Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
secara umum berlaku. Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas
normalketika menyelesaikan masalah. Berikut ini adalah sikap termasuk respon adaptif:
- Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan apa yang terjadi di
lingkungannya.
- Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, dan
perasaan dalam hubungan sosial.
- Bekerja sama, kemampuan individu yang saling membutuhkan satu sama lain
- Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang lain dalam
membina hubungan interpersonal.
2. Respon maladaptif
Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat.
Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon maladaptif:
- Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan secara
terbuka dengan orang lain
- Ketergsantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri sehingga
tergantung dengan orang lain
- Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek individu sehingga
tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam
- Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang lain
D. Etiologi
Terjadinya menarik diri dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan stresor presipitasi. Faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposoisi dan stresor presipitasi.
Faktor perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadi perilaku
menarik diri.
1. Faktor predisposisi
- Faktor tumbuh kembang : Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila
tugas – tugas dalam perkembangan ini tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah. Tugas perkembangan
berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal
- Faktor komunikasi keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan
dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk masalah dalam berkomunikasi
sehingga menimbulkan ketidakjelasan (double bind) yaitu suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan dalam waktu bersamaan atau
ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan
lingkungan keluarga
-Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-
norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana settiap anggota keluarga yang tidak produktif
seperti lansia, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan
sosialnya.
-Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan
sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan hubungan sosial adalah
otak, misalnya pada klien skizofrenia yang mengalami struktur abnormal pada otak seperti
atropi otak, serta perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.
2. Faktor presipitasi
Terjadinya gangguan hubungan sosial juga dapat ditimbulkan oleh faktor internal dan
eksternal seseorang. Faktor stresosprepitasi dapat di kelompokan sebagai berikut:
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor budaya yaitu stres yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya
seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis yaitu stres yang terjadi akibat asietas berkepanjangan
dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemempuan individu untuk mengatasinya.
Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhinya kebutuhan individu
SP 4
- Evaluasi kemampuan keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- Rencana tindak lanjut keluarga
- Follow Up
- Rujukan
PERILAKU KEKERASAN
A. Pengertian
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Perilaku kekerasan dapat dibagi dua
menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik.
B. Tanda dan Gejala
Tanda gejala dari perilaku kekerasan adalah muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada
suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak, memukul jika
tidak senang.
C. Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif
Keterangan :
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan
memberikan ketenangan
2. Frustasi : individu gagal mencapai kepuasaan saat marah dan tidak menemukan alternatif
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tertapi masih
terkontol.
5. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol
D. Faktor Predisposisi
1. Psikologis,
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak,
dihina, dianiayaatau saksi penganiayaan.
2. Perilaku,
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi
kekerasan dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu
mengadopsi perilakukekerasan.
3. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak
pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima (permisive)
4. Bioneurolgis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan.
E. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan,
percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan
situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi
sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
F. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu
dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang
sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan kue,
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.
Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya.
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya
seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi
menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan
perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang yang
tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5.Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu
berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan temannya.
G. Diagnosa Keperawatan
· Resiko mencederai diri sendiri, lingkungan, dan orang lain berhubungan dengan perilaku
kekerasan
· Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi
· Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
· Perilaku kekerasan berhuungan dengan koping individu tidak efektif
H. Rencana Tindakan
Tujuan
Pasien mampu :
- Mengidentifikasi penyebab dan tanda perilaku kekerasan
- Menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
- Menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
- Menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan
- Mengontrol perilaku kekerasannya dengan cara :
- Fisik
- Sosial / verbal
- Spiritual
- Terapi psikofarmaka (patah obat)
Keluarga mampu :
Merawat pasien di rumah
D. Tindakan Keperawatan
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut:
1) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat
yang aman
2) Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang)
3) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika pasien
mendapatkan obat
4) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi
pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yangmengancam
atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur
3. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
b. Tindakan keperawatan
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
2) Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
a) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
b) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
c) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
d) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara
penyelesaian masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik
4. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh diri
a. Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
b. Tindakan keperawatan:
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
a) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang penah
muncul pada pasien.
b) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya muncul pada
pasien berisiko bunuh diri.
2) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
(1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di tempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya
atau jangan meninggalkan pasien sendirian di rumah
(2) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri.
Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh
diri, seperti: tali, bahan bakar minyak / bensin, api, pisau atau benda
tajam lainnya, zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
(3) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda
dan gejala untuk bunuh diri.
c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di atas.
3) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis
4) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi
pasien
a) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan
b) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol
secara teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
c) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai
prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya,
benar cara penggunakannya, benar waktu penggunaannya
HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi adalah ganggiuan persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu
itu penuh/baik (Stuart & Sudden).
B. Tanda dan gejala
Bicara, senyum, bicara sendiri,menarik diri dan menghindari diri dari orang lain, tidak
dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata, tidak dapat menurunkan perhatian,
curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, takut), ekspresi muka
tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah, menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, respon verbal yang lambat, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat,
tanpak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitas dan ketakutan.
Data Mayor Data Minor
· Mengatakan mendengar suara
· Menyatakan kesal
bisikan/bayangan · Menyatakan senang dengan suara-suara
· Berbicara sendiri · Menyendiri
· Tertawa sendiri · Melamun
· Marah tanpa sebab
D. Klasifikasi
1. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara/bunyi yang tidak ada hubungannya dengan stimulkus yang
nyata/lingkungan. Dengan kata lain yang berada disekitar klien tidak mendengar bunyi atau
suara yang didengar klien tersebut.
2. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar tanpa adanya stimulus yang nyata dari
lingkungan
3. Halusinasi penciuman
Klien mencium sesuatu yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang nyata
4. Halusinasi pengecapan
Klien merasakan sesuatu yang tidak nyata biasanya merasakan rasa makanan yang tidak
enak
5. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang nyata
F. Faktor Predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas otak dapat menyebabkan respon neurobiologik yang maladaptif. Misalnya,
adanya lesi pada area frontal, temporal dan limbic yang paling berhubungan dengan
munculnya perilaku psikotik.
2. Psikologis
Selama lebih dari 20 tahun schizofrenia diyakini sebagai penyakit disebabkan sebagian
oleh keluarga dan sebagian lagi oleh karakyer individu itu sendiri.
3. Sosial budaya
Bebrapa ahli menyimpulkan bahwa kemiskinan, ketidakharmonisan, sosial dan budaya
menyebabkan schizofrenia.
G. Faktor Presipitasi
Faktor sosial budaya : teori ini menyatakan bahwa stress lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya respon neurobiologist yang maladaptive, misalnya lingkungan yang penuh
dengan kritik (rasa bermusuhan), kehilangan kemandirian dalam kehidupan/kehilangan
harga diri, kerusakan dalam hubungan interpersonal, kesepian, tekanan dalam pekerjaan dan
kemiskinan (Depkes, 2000).
H. Mekanisme Koping
Regresi, merupakan upaya kliuen untuk menanggulangi ansietas
Proyeksi, sebagai upaya menjelaskan keracunan persepsi
Menarik diri
I. Masalah Keperawatan Dan Data Fokus Pengkajian
a. Masalah keperawatan
· Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
· Perubahan sensori perceptual : halusinasi
· Isolasi sosial : menarik diri
b. Data fokus pengkajian
· Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
DS :
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar
dan mengacak-ngacak lingkungan dll
DO :
Klien mengamuk, merusak, dan melempar barang, melakukan tindakan kekerasan kepada
orang disekitarnya. Perubahan sensori perceptual : halusinasi
DS :
Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata dll.
DO :
Klien berbicara sendiri
Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
Disorientasi
Diagnoasa keperawatan
1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perubahan
perceptual : halusinasi
2. Perubahan sensori perceptual : halusinasi berhubungan dengan menarik diri
Diagnosa : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien mampu : Setelah ....x pertemuan pasien SP 1
· Mengenali dapat menyebutkan : · Bantu pasien mengenal halusinasinya
halusinasi yang
· Isi, waktu, frekuensi, situasi (Isi, waktu, frekuensi, situasi pencetus,
dialaminya pencetus, perasaan perasaan)
· Mengontrol · Mampu memperagakan cara · Latih mengontrol halusinasinya dengan
halusinasinya dalam mengontrol halusinasi cara menghardik. Tahapan tindakannya
· Mengikuti program meliputi :
pengobatan Ø Jelaskan cara menghardik halusinasinya
Ø Peragakan cara menghardik
Ø Minta pasien memperagakan ulang
Ø Pantau peberapan cara ini beri penguatan
perilaku pasien
· Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
Setelah ...x pertemuan, pasien SP 2
mampu : · Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
· Menyebutkan kegiatan yang · Latih berbicara dengan orang lain saat
sudah dilakukan halusinasi muncul
· Memperagakan cara bercakap- · Masukan dalam jadwal kegiatan pasien
cakap dengan orang lain
Setelah ...x pertemuan, SP 3
pasienmampu : · Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 dan SP
· Menyebutkan kegiatan yang 2)
sudah dilakukan dan · Latih kegiatan agar halusinasitidak
· Membuiat jadwal kegiatan muncul. Tahapannya :
sehari-hari dan mampu
Ø Jelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
memperagakannya untuk mengatasi halusinasi
Ø Diskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien
Ø Latih pasien melakukan aktivitas
· Susun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang telah dilatih (dari
bangun pagi sampai malam hari)
· Pantau pelaksanaan jadwal kegiatan,
berikan penguatan terhdap perilaku pasien
yang positif
Setelah ...x pertemuan, pasien SP 4
mampu : · Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1, 2, 3)
· Menyebutkan kegiatan yang · Tanyakan program pengobatan
sudah dilakukan · Jelaskan pentingnya penggunaan obat
· Menyebutkan manfaat dari pada gangguan jiwa
program pengobatan · Jelaskan akibat bila tidak digunakan
sesuai program
· Jelaskan akibat putus obat
· Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
· Jelaskan pengobatan (5B)
· Latih pasien minum obat
· Masukan dalam jadwal harian pasien
Keluarga mampu : Setelah...x pertemuan keluarga SP 1
· Merawat pasien di mampu menjelaskan tentang · Identifikasi masalah keluarga dalam
rumah dan menjadi halusinasi merawat pasien
sistem pendukung · Jelaskan tentang halusinasi :
yang efektif untuk Ø Pengertian hakusinasi
pasien. Ø Jenis halusinasi dalam pasien
Ø Tanda dan gejala’
Ø Cara merawat pasien (cara komunikasi,
pemberian obat, dan pembetrian aktivitas
kepada pasien)
· Sumber sumber pelayanan kesehatan
yang bisa di jangkau
· Bermain peran cara merawat
· Rencana tindak lanjut keluarga, jadwal
keluarga untuk merawat pasien.
Setelah ...x pertemuan, keluarga SP 2
mampu : · Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
· Menyelesaikan kegiatan yang · Latih keluarga merawat pasien
sudah dilakukan · RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
· Memperagakan cara merawat merawat pasien
pasien
Setelah ...x pertemuan, keluarga SP 3
mampu : · Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
· Menyebutkan kegiatan yang · Latih keluarga merawat pasien
sudah dilakukan · RTL keluarga/jadwal keluarga untuk
· Memperagakan cara merawat merawat pasien
pasien serta mampu membuat
RTL
Setelah ...x pertemuan keluarga SP 4
mampu : · Evaluasi kemampuan keluarga
· Menyebutkan kegiatan yang · Evaluasi kemampuan pasien
sudah dilakukan · RTL keluarga :
· Melaksanakan follow up
Ø Follow up
rujukan Ø Rujukan
WAHAM
1. Masalah Utama
Perubahan isi pikir : waham
Gangguan konsep
diri: harga diri rendah
5. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan komunikasi verbal
Perubahan isi pikir : waham
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
D. Rentang Respon
1. Menyendiri
Respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang dilakukan sosialnya
dan juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan
Kondisi dalam hubungn sosial interpersonal dimana individu mampu saling memberi
dan menerima.
4. Saling ketergantungan
Hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam rangka
membina hubungan interpersonal.
E. Masalah Keperawatan Dan Data Fokus Pengkajian
1. Defisit perawatan diri
a. Data mayor :
DS :
Menyatakan malas mandi, tidak tahu cara makan yang baik, tidak tahu cara
dandan, dan tidak tahu cara eliminasi yang baik
DO :
Badan kotor, dandan tidak rapih, makan berantakan, BAB/BAK sembarangan.
b. Data minor :
DS :
Merasa tidak berguna, merasa tidak perlu merubah penampilan, merasa tidak
ada yang peduli
DO :
Tidak tersedia alat kebersihan, tidak tersedia alat makan, tidak tersedia alat
toileting
2. Gangguan konsep diri : HDR
a. Data mayor
DS :
Klien hidup tak bermakna, tidak memiliki kelebihan apapun, merasa jelek.
DO :
Kontak mata kurang, tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain.
b. Data minor
DS :
Klien mengatakan malas, putus asa, ingin mati.
DO :
Klien malas-malasan, produktivitas menurun
3. Resiko tinggi isolasi sosial : menarik diri
a. Data mayor
DS :
Klien mengatakan malas berinteraksi, mengatakan orang lain tidak mau
menerima dirinya, merasa orang lain tidak selevel.
DO :
Menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
b. Data minor
DS :
Curiga dengan orang lain, mendengar suara/melihat bayangan, merasa tidak
berguna
DO :
Mematung, mondar-mandir, tanpa arah, tidak berinisiatif, berhubungan
dengan orang lain.
Strategi Fitria, Nita. 2010. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta :
Salemba Medika
Direktorat kesehatan jiwa, Ditjen. 2000., Teori Dan Tindakan Keperawatan Jiwa. Jakarta
Press
Stuart, G.W. dan Sundeen, S.J. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa Terjemahan Dari
Pocket Guide To Psychyatric Nursing, oleh Achir Yani S. Hamid. 3rd Ed. Jakarta : EGC
RSJP.