Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan salah satu faktor penentu bagi berlangsungnya kehidupan tumbuhan.
Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami fluktuasi tergantung pada
kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh
tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Proses kehilangan air pada
tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari
udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun
umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu
pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar.

Transpirasi penting bagi tumbuhan, karena berperan dalam hal membantu meningkatkan
laju angkutan air dan garam-garam mineral, mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan
kelebihan panas dari tubuh, dan mengatur turgor optimum di dalam sel. Agar transpirasi dapat
berjalan maka stomata harus membuka. Apabila stomata membuka, maka akan ada penghubung
antara rongga antar sel dengan atmosfir. Kalau tekanan uap air di atmosfir lebih rendah dari
rongga antar sel, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke atmosfir. Banyaknya stomata pada
tanaman berbeda-beda antara spesies satu dengan spesies yang lain. Pada tanaman darat,
umumnya stomata terdapat pada permukaan bawah daun dan pada beberapa tanaman air,
stomata terdapat pada permukaan atas dan bawah daun.
Absorpsi adalah proses penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman berupa ion-ion dari

tanah ke dalam sel-sel akar, yang selanjutnya ditranslokasikan melalui jaringan xylem ke seluruh

bagian tumbuhan(SupraptonoDjajadirana,
B. Rumusan Masalah
1. Faktor-faktor apakah yang berpengaruh pada kegiatan transpirasi?
2. Apakah manfaat dari transpirasi?
3. Bagaimana proses transpirasi pada tumbuhan?
4. Apakahb kemampuan menahan air itu bergantung pada kualitas tanah?
5. Mengapa pada daun-daun tumbuhan banyak mengadakan gutasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat dari transpirasi pada tumbuhan.
2. Untuk mengetahui laju transpirasi pada tubuh tanaman.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan transpirasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata. Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2,
terjadi siang hari saat panas, melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang). Transpirasi
berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berhubungan dengan udara luar, yaitu melalui pori-
pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh proses fisiologi tanaman.
Kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja
terjadi, tetapi porsi kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui
stomata.
Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen yang masuk kedalam tumbuhan meninggalkan
daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan transpirasi. Sebagian besar dari
jaringan yang terdapat dalam daun secara langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu
transpirasi, air menguap dari permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang
antar sel. Dari ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari
dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada gilirannya,
biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan akhirnya tulang daun, yang
merupakan bagian dari sistem pembuluh yang meluas ke tempat persediaan air dalam tanah.
Sebatang tumbuhan yang tumbuh di tanah dapat dibayangkan sebagai dua buah sistem
percabangan, satu di bawah dan satu lagi di atas permukaan tanah. Kedua sistem ini dihubungkan
oleh sebuah sumbu utama yang sebagian besar terdapat di atas tanah. Sistem yang ada dalam
tanah terdiri atas akar yang bercabang-cabang menempati hemisfer tanah yang besar, terutama
akar-akar terkecil yang menempati bagian luar hemisfer tersebut. Karena sumbu yang
menghubungkan akar dan daun memungkinkan air mengalir dengan tahanan wajar, maka tidak
dapat dielakkan lagi bahwa air akan mengalir sepanjang gradasi tekanan air yang membentang
dari tanah ke udara dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan menyerap air dari tanah melalui akar,
mengalirkannya melalui batang dan kemudian menguapkannya ke udara dari daun-daun. Aliran
air ini dikenal dengan istilah alur transpirasi.

Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam
daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem
pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana
perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Air diserap ke dalam
akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air
melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar
menyatu dalam kolom berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas.
Sebagian besar ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas
melalui arus transportasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Transpirasi
a. Faktor Dalam yang Mempengaruhi Transpirasi
Kegiatan transpirasi dipengaruhi oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam ataupun
faktor-faktor luar, yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:
• Besar kecilnya daun
• Tebal tipisnya daun
• Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun
• Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun
• Banyak sedikitnya stomata
• Bentuk dan lokasi stomata
b. Faktor Luar yang Mempengaruhi Transpirasi
Disamping itu kita kenal faktor-faktor luar seperti radiasi (sinar matahari), temperatur,
kebasahan udara, tekanan udara, angin, keadaan air dalam tanah.
1. Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya stomata
dan gelap menyebabkan tertutupnya stomata, jadi banyak sinar berarti juga mempergiat
transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar infra-merah), maka
banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian menaikkan temperatur.
Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya
stomata dan dengan demikian memperbesar transpirasi.
Kita merumuskan bahwa suhu daun dan sekitarnya adalah sama. Pada kenyataannya
daun-daun yang terkena cahaya matahari langsung mempunyai suhu beberapa derajat
lebih tinggi daripada udara disekitarnya, dan karena itu cahaya mempengaruhi
transpirasi bukan hanya melalui pengendalian pembukaan dan penutupan stomata tetapi
juga melalui efek sekunder terhadap suhu daun, Tjitrosomo (1990) merumuskan bahwa
cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara sebagai berikut :
 Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari secara langsung akan mengabsorbsi energi
radiasi. Hanya sebagian kecil dari energi tersebut yang digunakan dalam fotosintesis.
Pemanasan tersebut meningkatkan transpirasi, karena suhu daun biasanya merupakan
faktor terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut. Fakta yang menunjukkan
bahwa daun yang kena cahaya matahari mempunyai laju suhu yang lebih tinggi daipada
suhu udara memungkinkan laju transpirasi yang cepat, bahkan dalam udara yang jenuh.
 Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahaya langsung, dapat pula mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
2. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi transpirasi daun yang
ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan kurang lebih sama dengan suhu
udara, tetapi daun yang kena sinar matahari mempunyai suhu 10° -20° F lebih tinggi
daripada suhu udara. Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau
dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun dan
tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam
daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah tekanan uap di luar
daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas,
maka tekanan uap tidak akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat
dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke
udara bebas.

3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)


Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam keadaan yang
demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari pada tekanan uap di
luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu lebih kenyang akan uap air
daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi tinggi (di
dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun). Kesimpulannya ialah, udara yang
basah menghambat transpirasi, sedang udara kering melancarkan transpirasi. Pada
kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1
sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui
stomata dengan proses kebalikan transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air
tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap
air dari udara ke dalam daun akan menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan
demikian, seandainya faktor lain itu sama, transpirasi akan menurun dengan
meningkatnya kelembaban udara
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi. Karena angin
membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stomata. Dengan demikian, maka
uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat kesempatan untuk difusi ke luar.
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin cenderung untuk
meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau cahaya, melalui penyapuan
uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari, pengaruh angin terhadap penurunan suhu
daun, dengan demikian terhadap penurunan laju transpirasi, cenderung lebih penting
daripada pengaruhnya terhadap penyingkiran uap air. Dalam udara yang sangat tenang
suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif
bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi
konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh
semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara
jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan daun.
Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang harus ditanggulangi
uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara luar. Yang pertama adalah
tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan
yang ada dalam lapisan udara jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh
karena itu dalam udara yang bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh
lebih besar terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin
sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk
meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh kecendrungan
untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju transpirasi. Tetapi efek angin
secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi.
5. Keadaan air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar tanaman
mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian lain yang ada di
atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi pemasukan air lewat bagian-
bagian itu tidak seberapa kalau dibanding dengan penyerapan air melalui akar.
Tersedianya air dalam tanah adalah faktor lingkungan lain yang mempengaruhi laju
transpirasi. Bila kondisi air tanah sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil
terhambat, penurunan laju transpirasi akan segera tampak. Laju transpirasi dapat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Pada siang hari,
biasanya air ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat daripada penyerapannya dari
tanah. Hal tersebut menimbulkan defisit air dalam daun. Pada malam hari akan terjadi
kondisi yang sebaliknya, karena suhu udara dan suhu daun lebih rendah. Jika kandungan
air tanah menurun, sebagai akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke
dalam akar menjadi lebih lambat.

Anda mungkin juga menyukai